TransTRACK Segera Rampungkan Pendanaan Lanjutan

Menurut laporan Statista, ukuran pasar industri logistik di Indonesia diproyeksikan mencapai nilai $240 miliar pada tahun 2027, naik dari $111 miliar pada tahun 2019. Pertumbuhan ini menghadirkan peluang yang signifikan bagi perusahaan yang dapat memberikan solusi inovatif untuk membantu bisnis beroperasi lebih efisien dan hemat biaya.

Salah satu platform yang mencoba untuk memberikan solusi logistik secara terpadu adalah TransTRACK. Mereka menyediakan real-time tracking dan solusi manajemen yang membantu bisnis mengoptimalkan operasi logistik dan mengurangi biaya.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO TransTRACK Anggia Meisesari mengungkapkan rencana ekspansi perusahaan dan rencana penggalangan dana baru.

Kemitraan dengan pemerintah

Saat ini TransTRACK telah menawarkan solusi logistik end-to-end. Bukan hanya sekadar Fleet Management System, namun juga Transportation Management System dan Truck Appointment System. Tercatat perusahaan sudah mengakomodasi lebih dari 600 pelanggan dengan lebih dari 50 ribu unit armada dan pengemudi.

Terlebih dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah seputar izin trayek untuk transportasi publik yang harus dilengkapi GPS dan terhubung langsung dengan server Kementerian Perhubungan, TransTRACK bisa menyediakan solusi tersebut. Menurut Anggia tidak semua vendor bisa menyediakan solusi tersebut, dan TransTRACK terpilih bersama beberapa vendor lainnya.

“Jadi kami membantu transportasi publik untuk bisa mendapatkan izin trayek dan akhirnya terhubung dengan Kementerian Perhubungan. Kemudian kita juga bisa terhubung dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, karena yang mengangkut limbah B3, harus bisa terintegrasi dengan sistem KLHK,” kata Anggia.

Kelebihan lain yang saat ini dimiliki TransTRACK termasuk teknologi Fuel Monitoring. Berbeda dengan vendor lain yang banyak menggunakan alat GPS Fuel Censor yang ada di lapangan, kebanyakan alat tersebut hanya memiliki tingkat akurasinya maksimal 75% saja. Sementara dengan teknologi TransTRACK yang saat ini sedang dalam proses paten, mereka menggunakan Fuel Stabilizer yang bisa meningkatkan akurasi pengukuran BBM sampai 98%.

Fokus ke segmen B2B


Saat ini kebanyakan bisnis yang memanfaatkan teknologi TransTRACK.id adalah segmen B2B. Kendati demikian, sebenarnya tidak hanya perusahaan besar saja yang bisa menggunakan layanan mereka, kategori perorangan juga bisa menggunakan teknologi milik TransTRACK.

Sebagian besar pelanggan TransTRACK datang dari pelaku shipping company, ada juga fleet owner dan fleet operator, perusahaan logistik pihak ketiga (3PL), logistic service provider atau logistic service aggregator, termasuk salah satu startup besar logistik menjadi customer dari TransTRACK.

Salah satu keunggulan yang diklaim mampu meningkatkan pertumbuhan perusahaan adalah rekomendasi dari customer kepada customer baru lainnya melalui sistem referral. Memanfaatkan peluang tersebut, saat ini TransTRACK juga mulai banyak bermitra dengan pelanggan mereka, yang memiliki jaringan hingga latarbelakang yang relevan untuk meningkatkan sales.

“Beberapa mitra sales kami sebenarnya juga pelanggan. Mereka sudah happy menggunakan TransTRACK di kota mereka dan memiliki network yang cukup kuat. Akhirnya mereka menjadi mitra kami dengan membantu penjualan, kami bisa sharing revenue dari situ. Hal tersebut yang membuat kami bisa tumbuh lumayan cepat di 28 kota. Target perusahaan tahun ini adalah bisa hadir di 100 kota di 37 provinsi, dengan membuka program untuk kemitraan,” kata Anggia.

Saat ini strategi monetisasi yang dilancarkan oleh perusahaan adalah melalui subscription fee atau biaya berlangganan. Opsi ini diklaim oleh perusahaan sudah mencapai 92% jumlahnya. Biaya berlangganan tersebut berasal dari Fleet Management System, Transportation Management System, Truck Appointment System dan juga Warehouse Management System.

Kendati demikian ada model bisnis lain berupa transaction fee yang dijalankan melalui layanan Supply Chain Integrator yang telah diluncurkan pada bulan Januari lalu. Komisi juga didapatkan dari perusahaan asuransi untuk kargo. Demikian juga dengan platform fintech yang menawarkan Invoice Factoring dan Working Capital untuk pelanggan.

“Saat ini fokus kita di road transport. Apa pun usahanya selama ada armada berjalan di darat bisa menjadi customer TransTRACK. Karena yang paling besar ada di logistik, yang kedua adalah public transport, tapi selebihnya mulai dari perusahaan F&B, industri manufaktur dan jasa. Bahkan kami saat ini telah memiliki customer besar yaitu provider Telco. Kemudian ada juga perusahaan leasing, perbankan, rental, tambang, perkebunan, peternakan, BUMN, dan tentunya pemerintah,” kata Anggia.

Rampungkan pendanaan lanjutan

TransTRACK telah berhasil menutup putaran pendanaan tahapan awal (Seed). Investor yang terlibat adalah Cocoon Capital, Accelerating Asia, dan YCAB Ventures. Secara keseluruhan mereka berhasil mengumpulkan investasi senilai SGD755 ribu (setara dengan $570 ribu atau 8 miliar Rupiah). Sebelumnya TransTRACK juga merupakan salah satu peserta terpilih DSLaunchPad 2.0.

Tahun ini perusahaan juga berencana untuk merampungkan pendanaan tahapan lanjutan yaitu Pra Seri A. Namun demikian Anggia enggan untuk menyebutkan lebih lanjut kapan finalisasi penggalangan dana tersebut akan diumumkan.

TransTRACk telah memiliki sekitar 130 tim. Jumlah tersebut diklaim mengalami peningkatan yang cukup besar sejak tahun 2019 lalu yang hanya terdiri dari 12 orang saja. Tercatat saat ini perusahaan juga telah mencapai profitabilitas di tahun 2022 lalu. Meskipun jumlahnya belum terlalu banyak, namun paling tidak telah memvalidasi model bisnis yang mereka lancarkan.

“Fokus perusahaan selanjutnya adalah melakukan ekspansi di Indonesia dan juga negara lainnya di Asia Tenggara. Saat ini perusahaan telah menjalin kemitraan strategis di Malaysia dan Singapura. Selanjutnya TransTRACK juga ingin memperluas layanan di Myanmar, Vietnam dan Thailand,” kata Anggia.

Application Information Will Show Up Here

Kargo Tech Luncurkan “KargoNexus”, Solusi Pengelolaan Logistik Terpadu

Berdasarkan data Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) tahun 2021, arus pengiriman barang mengalami pertumbuhan hingga 40% selama pandemi. Pada periode tersebut industri farmasi, alat kesehatan, dan barang-barang konsumsi (consumer goods) tercatat memiliki kontribusi pengiriman terbesar.

Meski demikian, digitalisasi juga membawa kompleksitas pada pengelolaan data logistik dan pengiriman barang secara cepat dalam skala besar selama pandemi. Namun masih banyak di antara mereka yang melancarkan kegiatan logistik secara manual.

Melihat situasi tersebut, KargoNexus yang merupakan salah satu produk dari Kargo Tech yang sebelumnya dikenal dengan nama Kargo Technologies, hadir sebagai solusi pengelolaan logistik. Platform tersebut ingin memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam melakukan digitalisasi sistem logistik dan rantai pasok di perusahaan.

“Salah satu tantangan yang masih dihadapi saat ini adalah pola pikir pelaku usaha yang kerap kali masih cukup tertutup terhadap perubahan cara kerja operasional rantai pasok secara digital. KargoNexus memiliki semangat untuk terus dekat dengan seluruh penggunanya dari lapisan pengirim, vendor, maupun driver, dengan program-program yang memiliki pendekatan lokal,” kata Head of Product & Enterprise Solutions Kargo Tech Brian Aditya Tedjasaputra kepada DailySocial.id.

KargoNexus memiliki model bisnis dan strategi monetisasi hybrid subscription dan cross-selling. Sebagai salah satu platform dalam ekosistem Kargo Technologies, KargoNexus dinilai menjadi ideal bagi bisnis untuk mendapatkan nilai lebih, baik itu dari pemenuhan kebutuhan trucking marketplace, maupun seluruh fitur logistik dan transportasi pintar di dalam software KargoNexus.

Ringkasnya, KargoNexus ingin membantu perusahaan dalam pengelolaan manajemen logistik secara holistik dan rantai pasok perusahaan terintegrasi tanpa batas, melakukan monitoring shipment dan kemampuan untuk melihat performa data mitra logistik secara terpusat.

“Melalui solusi ini, kami ingin membantu perusahaan untuk mencapai 100% produktivitas mereka, mulai dari rantai pasok hingga menganalisis transaksi logistik secara real-time agar mereka dapat mengakselerasi bisnis dan memenangkan persaingan,” kata Brian.

Rencana Kargo Tech

Hingga saat ini Kargo Tech sudah melayani lebih dari 13 ribu shipper di seluruh Indonesia. Secara umum layanan mereka dibuat untuk mempertemukan shipper dan vendor secara mudah dan cepat.

Kargo Tech memiliki komitmen pada transparansi logistik, kualitas layanan terbaik, serta peningkatan pendapatan bagi para vendor atau pemilik aset. Sampai tahun ini, komposisi utama klien dari Kargo Tech ada di bidang industri FMCG, CPG, Manufaktur, Agri dan Aquatech, Alat Berat, dan Bahan Baku.

“Di tahun 2022 mendatang, Kargo Tech akan terus fokus untuk mengembangkan basis pengguna di industri utama yang telah berhasil di capai di 2021, dan juga memiliki target untuk menyasar market segment B2B di industry vertical utama lainnya. Seperti Pharmaceutical, Automotive, dan juga General Goods,” kata Brian.

Target lainnya yang ingin dicapai oleh Kargo Tech tahun 2022 mendatang adalah ekspansi intensif ke pulau Sumatera, Bali, dan Sulawesi, dan juga mengejar pertumbuhan transaksi dan pengguna aktif di dalam platformnya sebesar double digit per kuartal.

Awal tahun 2020 lalu Kargo Tech telah mengantongi pendanaan seri A senilai Rp 548 miliar. Investasi ini dipimpin oleh Tenaya Capital asal Silicon Valley. Grup investor yang juga turut berpartisipasi  ialah Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, dan Mirae Asset Venture Investment.

Bisnis logistik sepanjang 2021

Pandemi menjadi berkah tersendiri bagi industri logistik. Selain kebutuhannya yang terus meningkat seiring perkembangan bisnis berbasis e-commerce, masih banyak area pengembangan yang bisa dieksplorasi. Saat ini sektor logistik di Indonesia diperkirakan telah bernilai $275 miliar, tumbuh pada ~16% CAGR antara 2015-2020.

Melihat peluang tersebut, tren pendanaan ke startup logistik juga terus berkembang. Ini menjadi sinyal baik, karena hipotesis investor turut memvalidasi potensi pengembangan bisnis di lanskap ini. Dibandingkan periode tiga tahun ke belakang, pendanaan yang terjadi di tahun ini meningkat derastis secara nilai. Menurut data DailySocial.id, di tahun 2021 ini sekurangnya $369,3 juta dana dikucurkan oleh investor dari dalam dan luar negeri untuk startup logistik lokal.

Tren pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id
Tren pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id

Selain Kargo Tech, di Indonesia juga sudah ada beberapa pemain lain yang fokus memberikan layanan manajemen logistik, di antaranya McEasy, TranTrack, Wetruck, Shipper, Clodeo, dll.

Application Information Will Show Up Here

Deliveree Rilis Layanan “Muat Sebagian”, Andalkan Algoritma untuk Optimasi

Startup marketplace logistik Deliveree mengumumkan layanan Muat Sebagian untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis yang ingin mengirim barang, kargo, bahkan paket besar/kecil tanpa harus menyewa satu kendaraan penuh. Solusi ini mendigitalisasi layanan muat sebagian yang sudah hadir di perusahaan logistik konvensional dengan memanfaatkan algoritma pintar.

Senior Supply Associate Deliveree Indonesia Denaldy Nataniel mengatakan, sejak kehadiran Deliveree Indonesia di 2015, selama ini mengandalkan satu solusi utama Satu Kendaraan (Full Truckload/FTL). Solusi ini memiliki limitasi bahwa pebisnis harus membayar sewa untuk satu kendaraan harus dibayarkan secara penuh, meski mereka hanya memakai sebagian kapasitas dari satu kendaraan.

Muat Sebagian (Less Than Truckload/LTL) ini, sambungnya, menjadi alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan seluruh bisnis dari berbagai skala, termasuk UMKM yang memiliki limitasi budget. Pebisnis cukup membayarkan biaya per berat muatan. Solusi ini telah hadir di Thailand dan Filipina akan menjadi target Deliveree selanjutnya.

“Muat Sebagian ini sudah dilakukan oleh perusahaan logistik konvensional, tapi butuh proses berhari-hari karena mereka membutuhkan gudang untuk penyortirannya. Sementara, kami memakai teknologi algoritma untuk penyortiran, sehingga tidak membutuhkan gudang,” terang dia dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/9).

Saat pemesanan dilakukan, algoritma Deliveree akan memperhitungkan rute yang paling optimal dan efisien dari gabungan muatan barang pebisnis dengan pebisnis lainnya. Hal tersebut berdampak pada efisiensi biaya dan estimasi pengiriman tercepat karena mempertimbangkan jarak dan waktu. Seluruh proses pemesanan ini dilakukan baik melalui aplikasi maupun situs web.

Pebisnis perlu memasukkan identitas detail terkait muatan yang akan dikirim, baik itu dimensi barang, berat, jenis kemasan, lokasi pengantaran, tanggal pengiriman, dan sebagainya. Tidak ada batas minimal untuk muatan yang diterima Muat Sebagian, namun berat maksimalnya adalah 18 ton. Muatan akan dijemput sehari setelah pemesanan dibuat, dan akan langsung diantar secepat mungkin, atau maksimal untuk pengiriman pada dua minggu mendatang.

Hanya saja, pada tahap awal ini baru melayani pengiriman di sebagian Sumatera, Jabodetabek, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. “Bulan depan layanan ini akan mencakup ke seluruh wilayah di Jawa baru kemudian hadir secara nasional.”

Deputy Head Business Development Deliveree Indonesia Raynov Chandra menambahkan, solusi Muat Sebagian menjadi tambahan bagi mitra bisnis yang selama ini menggunakan layanan Deliveree. Selama ini berbagai layanan dan fitur yang telah dirilis selalu memerhatikan kebutuhan pebisnis di lapangan.

Oleh karenanya, dia mengklaim bahwa Deliveree adalah pemain yang mendominasi untuk solusi logistik bagi pebisnis. Berbagai perusahaan yang telah memanfaatkan jasa Deliveree adalah Tokopedia hingga Dekoruma.

“Muat Sebagian ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai skala bisnis mana pun. Di furnitur misalnya, kan sudah ada yang di-packing dalam kardus itu bisa pakai Muat Sebagian karena dirasa lebih hemat kalau pakai kendaraan yang lebih kecil,” kata dia.

Setiap harinya perusahaan mengambil pesanan aktif hingga ribuan. Saat ini Deliveree memiliki lebih dari 35 ribu kendaraan aktif dengan total unduhan aplikasi lebih dari 2,3 juta unduhan. Armada terbanyak di Deliveree adalah jenis CDD, CDE, Fuso Berat, dan jenis carry untuk pengiriman dengan muatan kecil.

Solusi logistik pintar

Walaupun logistik adalah tulang punggung perdagangan nasional dan internasional, sektor ini mengalami banyak sekali tantangan di Indonesia, seperti infrastruktur yang tidak memadai, serta kurangnya jaringan komunikasi dan teknologi informasi yang dapat diandalkan.

Menurut Mordor Intelligence, biaya logistik sangat bervariasi antara 25% dan 30% dari PDB Indonesia, dibandingkan dengan ekonomi berkembang, setara 5%. Hal ini berarti pengiriman barang dari satu kota ke kota lain di Indonesia bisa menjadi mahal dan menantang.

Mengutip dari laporan lainnya yang dikeluarkan PwC berjudul Shifting Patterns: Future of The Logistics Industry, kurangnya “budaya digital” dan pelatihan adalah tantangan terbesar bagi perusahaan transportasi dan logistik konvensional.

Hal ini memungkinkan startup teknologi pendatang baru untuk mengisi celah dan menangkap peluang bisnis. Mereka dapat mendigitalisasi kegiatan operasional inti untuk menciptakan sistem logistik yang cerdas.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020
Application Information Will Show Up Here

Strategi Penetrasi Bisnis Logistik LODI Melalui Perluasan Mitra

LODI, startup fulfillment dan last mile delivery, masih fokus pada perluasan lokasi pada tahun ketiga operasinya, agar lebih banyak konsumen dan penjual di seluruh Indonesia yang terlayani dan merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi digital. Startup ini sudah beroperasi di lima kota dengan berbagai mitra pergudangan, yakni Flexofast (Tangerang, Medan, Surabaya), Janio (Jakarta), dan Kalla Logistics (Makassar).

Dalam keterangan resmi, CEO LODI Yan Hendry Jauwena menjelaskan bahwa perusahaan menggandeng banyak mitra pemilik gudang dan perusahaan logistik agar dapat melayani banyak target konsumennya, yakni pengusaha UKM online dari berbagai segmen bisnis. Ekspansi ke Makassar, sambungnya, adalah informasi terbaru dari perusahaan yang ingin memfokuskan diri dalam memenuhi kebutuhan logistik di Indonesia bagian timur, yaitu Maluku, Sulawesi, dan Papua.

Salah satu dukungan Kalla Group lewat kemitraan ini adalah mengakomodasi moda transportasi truk untuk kebutuhan lintas pulau dalam waktu singkat oleh angkatan laut yang dimiliki Kalla Group. Tak hanya itu, Kalla Logistic menyediakan warehouse untuk kebutuhan fulfillment e-commerce dengan area seluas 2250 meter persegi yang akan digunakan LODI secara bertahap.

Menurut Yan, dukungan dari Kalla Group sangat besar untuk perusahaan dalam upayanya meningkatkan kualitas pelayanan di masa mendatang dan membantu melayani pertumbuhan digital ekonomi di Indonesia bagian timur dan Sulawesi.

“Keterlibatan Kalla Group dalam kemitraan ini meliputi sokongan transportasi serta logistik bagi LODI. Keterlibatan kedua belah pihak untuk saling bahu membahu menyokong satu sama lain mampu meningkatkan efisiensi, baik secara optimal maupun optimalisasi bisnis bagi semua pihak yang terlibat,” kata Yan.

Perkembangan bisnis LODI

LODI adalah startup yang mengadopsi konsep Cainiao, logistik raksasa dari Tiongkok. Selama ini pemain logistik selalu mengandalkan pada heavy asset, seperti memiliki gudang di berbagai lokasi dan armada sendiri dalam menjalankan bisnisnya.

Padahal, belum tentu aset tersebut memiliki utilitas tinggi. Ketika gudang itu kosong, selalu ada overhead cost yang dibebankan. Sehingga para pemain fulfillment kurang mampu bersaing dengan era digital seperti sekarang ini. Konsep Cainiao dengan light asset dan mengusung semangat kolaboratif dengan ekosistem logistik pendukung dianggap tepat untuk diadopsi di Indonesia.

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Yan menyampaikan berkat kemitraan dengan mitra fulfillment, kini perusahaan dapat menjangkau lebih banyak pemilik bisnis UKM yang datang dari segmen fesyen, peralatan rumah tangga, skin care, alat kesehatan, suplemen kesehatan, kebutuhan bayi, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka berjualan melalui platform marketplace.

Seluruh produk UKM ini dititipkan ke gudang mitra LODI dan seluruh proses pengadaan hingga pengiriman ditangani langsung oleh LODI. Para UKM pun dapat memprioritaskan fokusnya ke pengembangan bisnis agar semakin berkembang. Tidak disebutkan lebih jauh pertumbuhan bisnis LODI selama pandemi.

Dia juga menuturkan kebutuhan akan solusi pengadaan dikala pandemi kini menjadi incaran para UKM online untuk membantu mengembangkan bisnis mereka secara lebih efektif, baik dari segi waktu and biaya. Sekaligus, untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi karena banyaknya pesanan yang masuk dari konsumen.

“Tentunya LODI mengimbangkan demand tersebut dengan man power preparation serta monitoring control yang menjadi SLA demi meningkatkan produktivitas.”

Yan tidak menjelaskan lebih jauh secara rinci bagaimana strategi perusahaan ke depannya. Ia hanya menyebut agar menjadi pemain dominan di Indonesia, perusahaan akan terus memperkuat inovasi produk dan operasional yang berfokus pada kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Dengan demikian, bisnis mereka dapat terus berkembang sehingga mereka dapat masuk ke era perdagangan yang akan datang (future commerce).

Terkait pendanaan, Yan hanya menyebut perusahaan terus membuka kesempatan untuk investor lain untuk bergabung dan mendukung perkembangan LODI. Terakhir, perusahaan memperoleh pendanaan tahap awal dengan identitas investor dan nominal yang dirahasiakan.

Sektor logistik mengalami kontraksi

Kendati sektor ini disorot menjanjikan di tengah laju pesat bisnis e-commerce di Indonesia, menurut data terbaru yang dirilis BPS terkait pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama 2021, sektor logistik (pergudangan dan jasa penunjang angkutan; pos dan kurir) mengalami kontraksi 13,71% yoy. Hal ini disebabkan adanya pembatasan mobilitas di tengah pandemi.

Laju pertumbuhan industri transportasi dan pergudangan 2021 / BPS

Halangan terkait pembatasan tersebut juga divalidasi oleh Parcelmonitor yang mencatat adanya peningkatan waktu transit rata-rata sebesar 26% selama periode pandemi. Operator logistik belum sepenuhnya mengatasi tantangan di tengah pandemi pada tahun 2020.

Rata-rata waktu transit logistik di awal pandemi / Parcelmonitor

Namun optimisme pasar menyambut era baru logistik tampaknya menjadi pendorong digitalisasi di sektor ini. Terbukti, sepanjang H1 2021, terdapat tiga startup logistik yang mendapatkan pendanaan. Meliputi SiCepat (seri B senilai $170 juta), Shipper (seri B senilai $63 juta), dan Andalin (seri A dengan nilai yang disembunyikan).

Gojek Logistik Perkuat Dukungan ke UMKM dengan Solusi “Hyperlocal On-Demand”

Pandemi telah mengakibatkan banyak konsumen membatasi mobilitas mereka untuk membeli barang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, mereka semakin beralih ke solusi on-demand yang bisa membantu memenuhi kebutuhan tersebut secara instan. Melihat momentum tersebut, industri logistik terus berupaya menciptakan model bisnis hyperlocal on-demand yang tangkas sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi.

Salah satu pemain yang terus mencoba mengeksplorasi pasar ini adalah lini logistik dari Gojek. Dari data yang disampaikan, unit logistik Gojek mencatat angka pertumbuhan sebesar 25% selama periode 2020. Hal ini salah satunya juga ditopang oleh pertumbuhan UMKM yang pesat dan segmen ritel untuk logistik e-commerce.

Fokus pada hyperlocal on-demand

Gojek memulai inisiatif logistik pada tahun 2015 dengan meluncurkan GoSend Instan dan GoBox untuk pengiriman barang besar. Lalu mulai merambah segmen B2B dengan meluncurkan GoKilat sebagai sistem API terintegrasi untuk rekanan e-commerce. Saat ini, perusahaan semakin menguatkan komitmen dalam mendukung UMKM dalam layanan logistik GoSend Intercity bekerja sama dengan Paxel dan GoSend Portal untuk memudahkan pengguna mengirim barang dalam jumlah besar.

Head of Business Logistics Gojek Steven Halim mengungkapkan, “Fokus kami adalah menyediakan solusi komprehensif untuk kebutuhan pengiriman hyperlocal on-demand, dengan mengedepankan pengiriman first dan last-mile melalui GoSend [..] Langkah ini sejalan dengan semangat kolaborasi GoSend sebagai agregator dan penyambung mata rantai logistik dengan para pemain logistik lainnya untuk bersama-sama membangun industri logistik di tanah air.”

Perkuat kolaborasi

Logistik termasuk salah satu industri yang akan selalu memberikan kontribusi positif bagi Indonesia. Berdasarkan keterangan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), selama pandemi, sektor logistik memang mengalami tantangan dengan pembatasan sosial skala besar. Namun mengutip data BPS, pertumbuhan logistik tahun 2020 terkoreksi 16%, dengan sektor logistik e-commerce yang mengalami pertumbuhan sangat pesat dengan mencetak pertumbuhan mencapai 18,1%.

Pihaknya menyampaikan, kunci pertumbuhan sektor logistik ke depannya adalah memperkuat digitalisasi. Saat ini tantangan untuk digitalisasi industri logistik di Indonesia adalah proses yang masih mengandalkan pencatatan manual, data yang tidak terstandardisasi, dan tidak terhubung. Karenanya, kolaborasi menjadi sangat penting dan para pemain logistik perlu saling bahu-membahu dalam mereformasi struktur dan melakukan integrasi. Langkah tersebut dapat membantu meningkatkan kinerja logistik Indonesia, melalui efisiensi dan otomatisasi.

“Harapan kami, digitalisasi logistik tentu dapat menurunkan ongkos yang selama ini cukup tinggi, sehingga dengan harga yang lebih terjangkau dapat semakin memperluas jangkauan,” ungkap Steve kepada DailySocial.

Sebelumnya, Gojek juga telah mengumumkan kolaborasi dengan Garuda Indonesia untuk platform logistik antarkota dan mendirikan joint venture dengan JD.ID bersama layanan logistik J-Express (JX).

Target ke depan

Dengan banyak orang beralih menjadi pelaku UMKM via online serta pesatnya perkembangan sektor e-commerce, maka hal itu juga meningkatkan kontribusi logistik segmen B2C dan C2C. Semakin berkembang industri e-commerce di suatu negara, akan berdampak juga bagi pertumbuhan bisnis logistik di negara tersebut.

Untuk mendukung laju pertumbuhan e-commerce tanah air, pihaknya turut menyampaikan misi mereka untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi dengan penyedia platform demi mengoptimalkan layanan logistiknya. Hingga saat ini, perusahaan telah menjalin kerjasama dengan Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan JD.ID.

Perusahaan juga menyiapkan ragam inovasi baru untuk mendukung layanan pengiriman yang komprehensif, seperti menambah armada logistik (4w) serta memperluas area jangkauan GoBox dan GoSend Sameday di tahun ini.

Di samping itu, GoSend terus memastikan dan meningkatkan kualitas pengiriman yang lebih nyaman dan aman, para pengguna bisa menikmati layanan 24/7, door-to-door, terlindungi oleh asuransi untuk risiko barang rusak/hilang, dan dilengkapi fitur live tracking untuk mengetahui posisi mitra pengemudi yang membawa paket.

“Secara umum, tentunya inovasi-inovasi yang kami luncurkan selalu terarah pada kebutuhan logistik masyarakat. Kemudahan, kecepatan, dan keamanan yang sering kali menjadi tantangan logistik terus kami kembangkan di seluruh layanan kami,” tutup Steven.

Gambar Header: Depostitphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Perluas Mitra Layanan Logistik, DANA Gandeng Anteraja

DANA terus mengembangkan kapasitas layanan logistiknya DANA Delivery dengan menggandeng Anteraja, penyedia jasa pengantaran yang dirintis oleh PT Tri Adi Bersama. Layanan ini pertama kali dirilis pada September tahun lalu bersama Shipper sebagai mitra perdananya.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO DANA Vince Iswara menuturkan, kemitraan dengan Anteraja adalah wujud dari kolaborasi ekosistem yang akan terus diperluas, mengingat logistik telah menjadi mata rantai ekosistem yang krusial dalam mendukung roda ekonomi negara. Sekaligus menegaskan visi DANA menjadi delivery hub bagi penyedia jasa logistik dalam memberikan beragam layanannya, baik B2B maupun C2C.

“Melalui kehadiran Anteraja di DANA Delivery, pengguna DANA dari kalangan masyarakat luas maupun mitra DANA Bisnis bisa melakukan order pengiriman sesuai dengan jenis layanan pengiriman yang dipilihnya. Pengguna kini juga memiliki lebih banyak pilihan jasa kurir saat melakukan order pengiriman, disamping menikmati kemudahan, keamanan, serta jaminan bertransaksi yang diberikan DANA,” ujar Vince dalam keterangan resmi, kemarin (1/2).

CEO Anteraja Suyanto menambahkan, pihaknya senang dengan kerja sama untuk DANA Delivery karena dapat membantu bisnis kecil dan UMKM, hingga pelanggan yang ingin mengirimkan barang secara berkala. “Bersama DANA merupakan salah satu upaya kami dalam memperluas jangkauan wilayah dan layanan. Sehingga diharapkan dengan adanya kerja sama ini, semakin banyak masyarakat di seluruh Indonesia yang memanfaatkan solusi pengiriman on-demand dari rumah,” tuturnya.

Anteraja melengkapi jasa ekspedisi lain yang sudah tersedia di DANA Delivery dengan pilihan jenis pengiriman Same Day dengan SLA pengiriman 8 jam. Anteraja memberikan penawaran flat rate sebesar Rp20 ribu untuk pengiriman di area Jakarta. Adapun saat ini DANA Delivery baru tersedia untuk area Jakarta saja.

Dalam wawancara terpisah bersama DailySocial, Vince menjelaskan antusiasme pengguna DANA terhadap layanan logistik menunjukkan tren positif ditunjukkan selama November hingga Desember 2020 pertumbuhan pesanan sebesar 30%.

“Penambahan mitra logistik menjadi salah satu cara DANA untuk meningkatkan minat pengguna dalam memanfaatkan fitur ini, baik untuk kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan berbisnis. Lewat banyaknya pilihan kurir dan tarif yang kompetitif, DANA Delivery dapat melayani lebih banyak pengguna.”

Ia memastikan perusahaan akan terus menambah kemitraan dengan mitra logistik lainnya untuk memberikan nilai tambah kepada para penggunanya. Perluasan layanan DANA Delivery juga akan terus dikaji, khususnya wilayah Jabodetabek.

DANA Delivery menjamin layanan barang yang diberikan aman karena dilengkapi dengan fitur tracking untuk monitor proses pengiriman barang. Selain itu, pengguna dapat mengajukan klaim kepada mitra ekspedisi jika ada kerusakan atau kehilangan saat proses pengiriman.

DANA Delivery memiliki persyaratan, untuk pengiriman Instant, berat maksimal barang adalah 10-20 kilogram. Sedangkan pengiriman Same Day, berat maksimal 5-7 kg. Barang-barang yang tidak diperbolehkan dalam layanan ini seperti senjata atau bahan peledak, narkoba, organ tubuh manusia, hewan, hingga minuman beralkohol.

Application Information Will Show Up Here

Waresix Acquires Trukita, to Expand Business in “First-Mile” Logistics

Logistics startup Waresix today (17/12) announced its acquisition of Trukita; a startup that provides a marketplace portal to help users find freight and truck services for first-mile delivery. This is to expand the company’s coverage, as previously known, Waresix only focuses on mid-mile logistics services.

After the corporate action, Waresix plans to accommodate all aspects of the supply chain through a technology approach, including truck management, warehousing, multimodal transportation, and vendor management.

In September 2020, Waresix also announced the fundraising up to $100 million or the equivalent of 1.5 trillion Rupiah of follow-on funding. Some investors participated in the last Series B funding, including EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, and Redbadge Pacific.

“The acquisition of Trukita is in line with a strategy to complement our capabilities in mid-mile logistics services. This strategy allows us to combine our expertise and company network to expand our service range, as well as offer a more comprehensive range of services to our customers,” Waresix’ Co-founder & CEO Andree Susanto said.

He said that the acquisition of Trukita will increase the company’s coverage access to more than 10 thousand trucks and hundreds of new customers, putting the company in the best position to seize more opportunities in the Indonesian port and sea logistics market to be valued up to $60 billion.

Meanwhile, Trukita’s Co-Founder & CEO Ady Bangun said, “Trukita can now share the advantage of Waresix’s technology, as well as warehouse and truck. This will improve our services to customers in a more holistic manner, and expand our service reach beyond first-mile logistics.”

Co-Founder & CEO Waresix Andree Susanto dan Co-Founder & CEO Trukita Ady Bangun / Waresix
Waresix’s Co-Founder & CEO Andree Susanto and Trukita’s Co-Founder & CEO Ady Bangun / Waresix

Gaining profit despite pandemic

In early December 2020, we 8 funding that had been successfully booked by local logistics startups. Of course this is a breath of fresh air for the industry, especially the logistics sector is worthy of consideration because it supports various other businesses, one of which is e-commerce which contributes up to $32 billion of GMV for Indonesia’s digital economy.

Logisly Series A $6,000,000 Monk’s Hill Ventures
Waresix Series B $75,000,000 EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, Redbadge Pacific
Andalin Seed Funding $1,500,000 BEENEXT, Access Ventures, ATM Capital
Webtrace Seed Funding Corin Capital
Shipper Series A $20,000,000 Prosus Ventures, Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, AC Ventures
GudangAda Series A $25,400,000 Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Wavemaker Partners
Kargo Technologies Series A $31,000,000 Tenaya Capital, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, Mirae Asset Venture Investment
Waresix Series A $25,500,000 EV Growth, Jungle Ventures

The logistics business ecosystem alone is quite complex, we previously published an analysis in 2019. Some business players such as Waresix eventually rests on more than one business model – apart from providing logistics transportation services, it also started to help business people manage warehouse to make it efficient for product distribution. Several other players have done the same thing.

For example, Shipper has done quite a movement, through its acquisition of Porter and Pakde, they expanded the scope of business in the realm of warehousing to facilitate online sellers in marketplaces and social commerce. SaaS players for omnichannel e-commerce such as Sirclo also have a similar scope of business now. This trend is a strong indication that every player in the ecosystem is trying to provide end-to-end services.

In Indonesia, spending on ground logistics is estimated to reach $290 billion by 2020. Apart from the large market, the number of commercial vehicle population (9.6 million units in 2019) has created intense price competition. However, the ratio of logistics costs to Indonesia’s GDP has reached 24%. It means that this market is still very promising in terms of size.

Various logistical initiatives are also being intensified. Most recently, Paxel in collaboration with Blue Bird presents PaxelBig. It is a same-day delivery service with a capacity of more than 5 kg aimed at MSME players using the fleet owned by Blue Bird. The unicorns also strengthen their business in this segment. One of them is Gojek, which will finalize intercity shipping services through the JX unit as a joint venture with JD.id.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Header photo: Depositphotos.com

Waresix Akuisisi Trukita, Perluas Bisnis di Jaringan Logistik “First-Mile”

Startup logistik Waresix hari ini (17/12) mengumumkan akuisisinya terhadap Trukita; yakni sebuah startup yang sajikan portal marketplace untuk membantu pengguna menemukan penawaran jasa angkut barang dan truk untuk pengiriman first-mile. Akuisisi ini diharapkan dapat memperluas jangkauan layanan perusahaan, karena seperti diketahui Waresix sebelumnya hanya fokus di jasa logistik mid-mile.

Setelah aksi perusahaan ini, Waresix ingin mengakomodasi semua aspek di rantai pasokan melalui pendekatan teknologi, termasuk manajemen truk, pergudangan, transportasi multimoda, dan manajemen vendor.

Pada bulan September 2020 lalu, Waresix juga baru mengumumkan telah mengumpulkan dana hingga $100 juta atau setara 1,5 triliun Rupiah dari pendanaan digencarkan. Terakhir putaran seri B diikuti sejumlah investor termasuk EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, dan Redbadge Pacific.

“Langkah untuk melakukan akuisisi Trukita sejalan dengan strategi untuk melengkapi kemampuan kami di bidang jasa logistik mid-mile. Strategi ini memungkinkan kami untuk menggabungkan keahlian dan jaringan perusahaan untuk memperluas jangkauan layanan kami, serta menawarkan rangkaian layanan yang lebih komprehensif kepada pelanggan kami,” sambut Co-founder & CEO Waresix Andree Susanto.

Ia  menambahkan, akuisisinya terhadap Trukita akan meningkatkan akses jaringan perusahaan ke lebih dari 10 ribu truk dan ratusan konsumen baru, menempatkan perusahaan ke posisi terbaiknya untuk meraih lebih banyak peluang di pasar logistik pelabuhan dan laut Indonesia yang nilainya dapat mencapai $60 miliar.

Sementara itu Co-Founder & CEO Trukita Ady Bangun mengatakan, “Trukita kini dapat memanfaatkan teknologi, serta jaringan gudang dan truk milik Waresix. Hal ini akan meningkatkan pelayanan kami kepada pelanggan secara lebih holistik, serta memperluas jangkauan layanan lebih dari sekadar first-mile logistics saja.”

Co-Founder & CEO Waresix Andree Susanto dan Co-Founder & CEO Trukita Ady Bangun / Waresix
Co-Founder & CEO Waresix Andree Susanto dan Co-Founder & CEO Trukita Ady Bangun / Waresix

Menuai untung di tengah pandemi

Sampai awal bulan Desember 2020, kami mencatat ada 8 pendanaan yang berhasil dibukukan oleh startup logistik lokal. Tentu ini menjadi angin segar bagi industri, terlebih sektor logistik memang layak diperhitungkan karena menjadi tulang punggung beragam bisnis lainnya, salah satunya e-commerce yang menyumbang GMV hingga $32 miliar untuk ekonomi digital Indonesia.

Logisly Series A $6,000,000 Monk’s Hill Ventures
Waresix Series B $75,000,000 EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, Redbadge Pacific
Andalin Seed Funding $1,500,000 BEENEXT, Access Ventures, ATM Capital
Webtrace Seed Funding Corin Capital
Shipper Series A $20,000,000 Prosus Ventures, Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, AC Ventures
GudangAda Series A $25,400,000 Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Wavemaker Partners
Kargo Technologies Series A $31,000,000 Tenaya Capital, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, Mirae Asset Venture Investment
Waresix Series A $25,500,000 EV Growth, Jungle Ventures

Ekosistem bisnis logistik sendiri cukup kompleks, sebelumnya sudah dibahas dalam analisis yang kami lakukan di tahun 2019. Beberapa pemain bisnis seperti Waresix pada akhirnya berpijak di lebih dari satu model bisnis – selain menyajikan layanan transportasi logistik, mereka juga mulai membantu pebisnis lakukan pengelolaan gudang untuk efisiensikan distribusi produk. Hal serupa sebenarnya juga dilakukan oleh beberapa pemain lain.

Misalnya yang dilakukan oleh startup agregator logistik Shipper, melalui akuisisinya terhadap Porter dan Pakde, mereka perluas cakupan bisnis di ranah pergudangan untuk memfasilitasi para penjual online di marketplace dan social commerce. Pemain SaaS untuk e-commerce omni-channel seperti Sirclo kini juga memiliki cakupan bisnis serupa. Tren tersebut menjadi indikasi kuat bahwa setiap pemain di ekosistem berupaya sajikan layanan end-to-end.

Tercatat di tanah air, pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai $290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat. Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%. Artinya secara ukuran, pasar ini memang masih sangat menjanjikan untuk digarap.

Berbagai inisiatif logistik juga terus digencarkan. Terbaru, Paxel bekerja sama dengan Blue Bird hadirkan PaxelBig. Yakni layanan same day delivery berkapasitas di atas 5 kg yang ditujukan untuk para pelaku UMKM memanfaatkan armada yang dimiliki Blue Bird. Para unicorn pun juga lakukan penguatan bisnis di segmen ini. Salah satunya Gojek yang akan matangkan jasa pengiriman antarkota melalui unit JX sebagai joint venture dengan JD.id.

Gambar header: Depositphotos.com

Paxel dan Blue Bird Meluncurkan Layanan Logistik “Same Day Delivery” PaxelBig

Startup logistik berbasis aplikasi Paxel resmi meluncurkan layanan logistik “same day delivery” PaxelBig berkolaborasi dengan PT Blue Bird Tbk. Layanan first mile ini sudah komersial sejak Maret 2020.

Menggunakan armada Blue Bird, PaxelBig menyediakan kapasitas pengiriman lebih besar, yakni 5-20 kg dengan tarif mulai dari Rp30.000 untuk 10 kg pertama. Untuk tahap awal, PaxelBig baru dapat digunakan di dalam dan luar kota untuk kawasan Jadetabek-Bandung dan sebaliknya.

Dalam acara peluncurannya, Co-founder Paxel Zaldi Ilham Masita mengatakan bahwa PaxelBig dikembangkan untuk menjawab permintaan segmen UKM yang menginginkan pengiriman berkapasitas besar selama masa pandemi ini. Sekaligus, ini menjadi upaya Paxel memperluas cakupan layanan di luar kota.

Sebelum pandemi, ungkap Zaldi, sebesar 85 persen pengguna Paxel yang berasal dari segmen UKM melakukan pengiriman barang dengan kapasitas rata-rata di bawah 2 kg. Begitu pandemi terjadi, kapasitas ini meningkat hingga 5 kg.

Selain itu, data Paxel mencatat adanya peningkatan tajam hingga 50 persen pada transaksi pengiriman barang yang kebanyakan berupa makanan, bahan pokok, dan produk kesehatan di sepanjang periode Maret-Mei 2020. Adapun, jumlah pengiriman rata-rata mencapai 100-200 ribu paket per hari.

“Karena banyak pengiriman makanan, kapasitas 5 kg pun jadi tidak cukup. Kami pikir bagaimana caranya melayani same day delivery dengan kapasitas lebih besar dan harga terjangkau. Di sini lah PaxelBig hadir,” ungkapnya.

Sementara itu, Chief Strategy Officer Blue Bird Paul Soegianto mengatakan bahwa kolaborasinya dengan Paxel menjadi salah satu bentuk inisiatif perusahaan untuk menggenjot bisnis logistik.

Ini menjadi pangsa pasar baru bagi Blue Bird yang sebelumnya bermain di segmen passanger. “Kami yakin dengan potensi pasar dan input dari customer, layanan ini dapat berkembang besar. Apalagi kita lihat segmen UKM selama ini sulit menjangkau konsumen dan biaya logistik masih mahal di Indonesia,” tambahnya.

Salah satu keunggulan PaxelBig, ujar Paul, adalah standardisasi higienis di setiap armada, terlebih karena seluruhnya adalah aset milik sendiri. Selain itu, PaxelBig menggunakan armada jenis MPV yang cocok untuk mengakomodasi pengiriman barang berkapasitas besar.

“Kami menggunakan armada existing jadi secara cost [efisien]. Intinya, kami ingin berkontribusi pada layanan logistik di masa pandemi, terutama soal higienis yang kami terapkan sesuai standar kami,” tambahnya.

Sebelumnya, dalam wawancara dengan DailySocial beberapa waktu lalu, Paul mengatakan bahwa Blue Bird memiliki tiga fokus utama, yakni menjadi penyedia multiplatform/channelmultiproduct/service, dan multipayment. Tujuannya untuk menciptakan ekosistem layanan terintegrasi dan memperkuat posisinya di industri transportasi di era digital.

Lanskap logistik di 2021

Zaldi mengharapkan kehadiran PaxelBig dapat menjadi tren baru di industri logistik mengingat belum ada pemain yang masuk ke layanan semacam ini. Sejauh ini, ungkapnya, belum ada layanan same day delivery yang melayani pengiriman barang berkapasitas 5-20 kg.

“Solusi ini dapat menjawab tantangan logistik di Indonesia. Kami harap layanan ini dapat mengubah lanskap industri logistik di tahun depan dan membuka hidden ekonomi lebih banyak,” paparnya.

Sebelumnya, Zaldi menyebutkan bahwa pertumbuhan industri logistik di Indonesia selama satu dekade terakhir naik di atas rata-rata pertumbuhan nasional yang berkisar 10 persen per tahun. Kenaikan ini salah satunya didorong oleh kehadiran layanan logistik last mile yang tumbuh 30 persen per tahun.

Berdasarkan survei Paxel Buy & Send Insights 2019, kepemilikan toko fisik di era digital mulai tidak relevan bagi segmen UKM. Sebanyak 66 persen dari 535 responden menganggap pendapatan dari toko online telah melampaui pendapatan dari toko fisik.

Adapun, penjual online semakin mengandalkan jasa same day delivery. Hal ini tergambar dari 36 persen responden yang menginginkan kecepatan pengiriman daripada ongkos yang lebih murah (29%), pengiriman mudah (26%), dan sistem live tracking (8%).

Application Information Will Show Up Here

Shipper Acquires Porter and Pakde

Shipper, a logistics aggregator platform developer startup, announced to complete its acquisition of Porter and Pakde. Details of the agreement value is undisclosed. Porter is a startup with short-distance delivery solutions, similar to services offered by GoSend or GrabExpress. While Pakde is known as a fulfillment service provider, they operate warehouses to provide logistics solutions for businesses.

Yesterday (29/9) we just spoke with Shipper’s Co-Founder & COO, Budi Handoko regarding his company’s initiative to enter the warehousing business. He said Shipper has the ambition to be a provider of logistics technology from upstream to downstream. To date, his team still finds challenges in the warehousing system and its role in supporting the growth of the e-commerce industry. These challenges are structural in nature, some are behavioral, and some are caused by technology.

The acquisition of Porter and Pakde is clearly in line with that vision. Moreover, the three companies, including Shipper, have the same customer segmentation. Budi said, “Porter’s joining Shipper will strengthen the Shipper network, therefore, we can get closer to consumers. On the other hand, Pakde’s presence allows us to serve all the needs of consumers in Indonesia, not only in terms of shipping but also in warehousing services.”

Business growth

The pandemic serves its own blessings for logistics startups in Indonesia. Consumers who increasingly rely on online buying/selling and ordering are directly contributing to increasing traction in the logistics business. With this foundation, several startups in related fields received funding this year, including Shipper.

June 2020, Shipper announced a series A funding led by Prosus Ventures (formerly Naspers Ventures) with the participation of Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, and AC Ventures. The value raised is estimated to be around $20 million or around 283 billion Rupiah. The company closed its seed round in September 2019, securing $5 million in funding.

Pakde (Paket Delivery) debuted in 2016, just received seed funding in October 2018 worth of around 6 billion Rupiah. Since its inception, it has provided operational services for online merchants, including inbound services such as stock reports and stock management. Pakde also provides warehousing services at its own warehouse and outbound services in the form of packaging and delivery of goods to partners from clients.

Meanwhile, Porter has been operating since 2015. They had a pivot a year later, focusing their target market on small business owners or merchants. The business then developed, not only serving food orders from restaurants but also facilitating the delivery of groceries from retailers and e-commerce.

Logistics potential

In terms of geography, the Indonesian market requires a unique approach. Online consumers always demand to get fast logistics services that yet affordable.

The transformation also occurred in the logistics sector, service providers do not only provide conventional delivery models – sellers deliver goods to logistics kiosks, then deliver them – now the fulfillment concept is starting to be more popular.

Fortunately, in today’s digital era, every business can use data to see trends in user consumption patterns. As an example of its use, this data can be a valuable insight for merchants or brands selling their products in e-commerce, so that they can find out which specific items are in-demand by users in which areas.

Based on this data, merchants or brands can take advantage of warehousing services provided by startups such as Shipper to accommodate fulfillment in cities that are far from their business area. Therefore, when consumers order, the delivery of goods is closer and costs tend to be cheaper.

Such solutions have also been developed by other companies; some came from logistical players, e-commerce, and e-commerce enablers. For enabler players who have expanded their services to fulfillment systems, there are TokoTalk, Sirclo, GudangAda, and Jet Commerce. Of the e-commerce players, such as TokoCabang from Tokopedia, Dikelola Shopee, following the footsteps of JD.id, and Lazada which have first developed a similar solution.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian