GoTo Ambil Alih Bisnis Pergudangan Milik Tokopedia “Swift Logistics”

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) mengumumkan penyertaan saham baru dalam rangka pengambilalihan PT Swift Logistics Solutions (SLS). Transaksi ini dilakukan melalui anak usaha GOTO, PT Paket Anak Bangsa (PAB) atau GoSend, yang membeli saham baru senilai Rp583,12 miliar.

Sekretaris Perusahaan GOTO R. A. Koesoemohadiani menuturkan PAB merupakan anak perusahaan yang dimiliki sekurang-kurangnya sebesar 99% oleh GOTO. SLS merupakan anak perusahaan yang sahamnya dimiliki GOTO sebesar 67%. “Transaksi tidak berdampak merugikan terhadap keuangan Perseroan,” ucapnya dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam keterbukaan, perseroan juga menyampaikan alasan di balik transaksi ini adalah untuk melakukan reorganisasi dan konsolidasi struktur grup.

Setelah transaksi ini, struktur pemegang saham di SLS otomatis berubah. PAB menguasai 99,44%, kepemilikan SGT terdilusi menjadi 0,38%, dan sisanya dimiliki PT Garda Jaya Sejahtera sebanyak 0,18%. GOTO menguasai saham secara tidak langsung pada SLS, melalui PAB dan SGT dengan total 99,81%.

Sebagai informasi, Swift Solutions merupakan anak usaha Tokopedia di bidang logistik yang menawarkan solusi pergudangan dan pengiriman. Dalam prospektus GOTO, SLS diakuisisi oleh Tokopedia, melalui PT Semangat Gerak Tangkas (SGT), pada 2021. SGT melakukan penyertaan saham sebesar 67% di SLS.

Tak hanya SLS, Swift juga memiliki anak usaha lainnya, yakni PT Swift Shipment Solutions (SSS) dan PT Swift Enabler Solutions (SES). Keduanya juga diakuisisi oleh SGT dan kini menjadi bagian dari Grup GoTo. SLS mengoperasikan Dilayani Tokopedia, yang sebelumnya dikenal dengan nama TokoCabang.

Orang-orang di balik SLS adalah pendiri Sorabel, startup e-commerce yang gulung tikar pada Juli 2020. Salah satunya adalah Samuel Simanjuntak yang kini menjabat sebagai CEO dan Co-Founder SLS.

Survei GoSend

Mengutip dari Katadata, menurut survei yang diselenggarakan oleh INDEF, mayoritas pedagang online di Indonesia menggunakan layanan logistik online dari aplikasi Gojek, yaitu GoSend. Layanan ini dipilih oleh 64% responden, kemudian lainnya menggunakan layanan milik Grab (42,19%), Shopee Express (28,13%), Lalamove (18,75%), AnterAja (10,94%), Ninja Express (7,81%), dan Deliveree (5,47%).

“GoSend dinilai sebagai layanan logistik online yang memberikan kemudahan penggunaan aplikasi, serta paling mendukung produktivitas penjual dengan menghadirkan pelayanan yang paling efisien. GoSend juga menjadi layanan logistik online yang paling memberikan rasa aman bagi penggunanya di atas rata rata kepuasan industri,” kata INDEF dalam laporannya.

Secara umum, INDEF menemukan layanan logistik online di Indonesia terus tumbuh seiring dengan perkembangan tren belanja daring lewat e-commerce, media sosial, ataupun media lainnya.

“Sebagian besar responden pengguna layanan logistik online (61%) mengaku menggunakan platform pesan instan seperti WhatsApp, Facebook Messenger, Telegram, dan lainnya dalam melakukan penjualan produk.”

Survei ini dilakukan INDEF pada periode Agustus-September 2022 di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. Total responden berjumlah 1.152 orang dari kalangan pedagang yang memanfaatkan layanan logistik online untuk mengirim barang. Sebanyak 41% responden merupakan laki laki dan 59% perempuan.

Mayoritas responden berusia antara 18-29 tahun (45,83%) dan 30-41 tahun (41,67%), dengan pendapatan per bulan rata rata Rp2,5 juta-Rp5 juta (31,58%) dan Rp5 juta-Rp10 juta (28,95%).

Gojek Gulirkan Sejumlah Fitur Anyar untuk Meningkatkan Bisnis GoFood, GoSend, dan Layanan Transportasi

Merayakan HUT-nya yang ke-11, Gojek mengumumkan tiga inovasi baru di tiga layanan utama mereka, yakni GoFood, GoSend, dan layanan transportasi. Bukan hanya memudahkan konsumen menikmati berbagai layanan, namun inovasi tersebut juga bisa membantu mitra UKM hingga perusahaan besar dan startup memudahkan layanan mereka.

Kepada media Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi menyebutkan, perusahaannya berupaya untuk terus hadirkan inovasi dan teknologi terbaru guna menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Yang kemudian menjadi sorotan di antaranya adalah GoFood, GoSend, dan inovasi layanan transportasi Gojek. Masing-masing layanan yang menjadi pilihan konsumen hingga mitra, mendapatkan upgrade dari sisi inovasi hingga kemudahan bagi pihak mitra dan konsumen.

“Bahkan di tengah pandemi, kami tidak berhenti menghadirkan solusi untuk membantu masyarakat beradaptasi. Inovasi pada ketiga layanan utama yang kami perkenalkan hari ini pun tidak terlepas dari nilai-nilai tersebut.”

Hingga Maret 2021, aplikasi Gojek telah diunduh lebih dari 190 juta kali oleh pengguna di seluruh Asia Tenggara. Dalam kesempatan tersebut diungkapkan juga rencana Gojek untuk meluncurkan layanan GoCar di Vietnam dalam waktu dekat, sebagai bagian dari upaya Gojek perluas layanan di Asia Tenggara.

Perkuat layanan transportasi

Tercatat pelanggan paling banyak layanan transportasi GoCar dan GoRide hingga saat ini adalah para pengguna kereta commuter line. Aktivitas sehari-hari yang kebanyakan dimanfaatkan oleh masyarakat umum, kemudian banyak yang terkoneksi dengan layanan transportasi di Gojek.

Untuk memperkuat layanan tersebut, Gojek menjalin kerja sama strategis dengan PT Kereta Commuter Indonesia. Dengan sistem yang dikembangkan, nantinya akan diberikan informasi yang relevan kepada pengguna rute terbaik yang bisa mereka tempuh melalui GoTransit. Selain itu Gojek juga akan memberikan rekomendasi moda transportasi lanjutan dengan harga terjangkau.

“Untuk GoTransit yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, nantinya bisa menjadi rekomendasi bagi pengguna layanan transportasi Gojek saat mereka bepergian,” kata Kevin.

Dalam meminimalisir penggunaan sepeda motor bahan bakar bensin dan bebas emisi karbon, Gojek memperluas rencana pemanfaatan kendaraan listrik melalui uji coba komersial. Nantinya mitra Gojek yang memiliki motor listrik, bisa mengganti baterai motor listrik mereka dengan mudah di SPBU Pertamina yang bermitra dengan Gojek dengan penerapan skema battery swap pada motor listrik dari Gesit dan Gogoro.

Pada tahap ini, Gojek akan menggunakan 500 unit motor listrik di Jakarta Selatan, lalu selanjutnya akan meningkatkan skala uji coba dengan target awal pemanfaatan sampai dengan 5000 unit motor listrik dan jarak tempuh penggunaan kendaraan listrik sebanyak satu juta kilometer.

Salah satu kendala yang masih banyak ditemui oleh pemilik motor listrik saat ini adalah, masih rendahnya infrastruktur pendukung mereka saat berada di jalan. Melalui kerja sama dengan Pertamina, diharapkan bisa mempermudah mitra pengemudi Gojek melakukan penukaran baterai motor listrik.

Pengembangan GoSend API

Salah satu layanan yang makin banyak digunakan oleh perusahaan hingga pelaku UKM adalah layanan delivery GoSend. Mulai dari Halodoc hingga Tokopedia yang menaungi jutaan mitra penjualnya, telah melakukan integrasi API GoSend ke dalam bisnis mereka.

Melihat besarnya permintaan tersebut, Gojek  melakukan pengembangan GoSend API yang dapat mengintegrasikan layanan GoSend dengan platform mitra bisnis sehingga menghadirkan layanan pengiriman.

GoSend juga akan segera meluncurkan fitur GoSend Multidrop yang memberi kesempatan bagi para pengguna untuk mengirim beberapa paket sekaligus dengan hanya sekali ambil. Lewat fitur ini, pengguna bisa mengatur paket mana yang harus dikirimkan terlebih dulu. Agar ongkos kirim lebih hemat sampai dengan 30%, pengguna dapat memanfaatkan fitur rekomendasi urutan pengantaran yang disediakan.

“GoSend API saat ini sudah dimanfaatkan oleh ribuan partner dan jutaan penjual. Data internal kami mencatat jumlah transaksi dari top partners GoSend seperti platform e-commerce, platform telemedik, meningkat 41% pada H1 2021 dibanding 2020. Pada periode yang sama pengguna layanan GoSend oleh UMKM juga naik dua kali lipat,” ungkap Kevin.

GoFood Plus untuk pelanggan setia

Selama pandemi jumlah mitra baru yang bergabung berjumlah sekitar 250 ribu. Secara keseluruhan saat ini terdapat 1 juta mitra GoFood yang telah bergabung dan sebagian besar adalah pelaku UKM.

Untuk memberikan layanan lebih kepada pengguna setia, GoFood meluncurkan fitur berlangganan GoFood Plus. Bukan hanya bisa melakukan pemesanan dalam jumlah yang banyak atau Order Sekaligus, GoFood Plus juga bisa meringankan biaya ongkir. Hingga kini, sudah ada 41 lokasi di 7 kota besar termasuk Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Ekspansi lokasi untuk Order Sekaligus ini meningkat 8x sejak diperkenalkan pada September 2020.

Mendukung usaha milik UKM, aplikasi untuk mitra dilengkapi dengan fitur inovatif BizTips GoBiz, yang berisi berbagai tips sukses mengelola bisnis secara mandiri. Fitur ini efektif dalam membantu para mitra UMKM kuliner untuk mengelola bisnisnya secara lebih baik dan efisien.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Logistik Perkuat Dukungan ke UMKM dengan Solusi “Hyperlocal On-Demand”

Pandemi telah mengakibatkan banyak konsumen membatasi mobilitas mereka untuk membeli barang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, mereka semakin beralih ke solusi on-demand yang bisa membantu memenuhi kebutuhan tersebut secara instan. Melihat momentum tersebut, industri logistik terus berupaya menciptakan model bisnis hyperlocal on-demand yang tangkas sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi.

Salah satu pemain yang terus mencoba mengeksplorasi pasar ini adalah lini logistik dari Gojek. Dari data yang disampaikan, unit logistik Gojek mencatat angka pertumbuhan sebesar 25% selama periode 2020. Hal ini salah satunya juga ditopang oleh pertumbuhan UMKM yang pesat dan segmen ritel untuk logistik e-commerce.

Fokus pada hyperlocal on-demand

Gojek memulai inisiatif logistik pada tahun 2015 dengan meluncurkan GoSend Instan dan GoBox untuk pengiriman barang besar. Lalu mulai merambah segmen B2B dengan meluncurkan GoKilat sebagai sistem API terintegrasi untuk rekanan e-commerce. Saat ini, perusahaan semakin menguatkan komitmen dalam mendukung UMKM dalam layanan logistik GoSend Intercity bekerja sama dengan Paxel dan GoSend Portal untuk memudahkan pengguna mengirim barang dalam jumlah besar.

Head of Business Logistics Gojek Steven Halim mengungkapkan, “Fokus kami adalah menyediakan solusi komprehensif untuk kebutuhan pengiriman hyperlocal on-demand, dengan mengedepankan pengiriman first dan last-mile melalui GoSend [..] Langkah ini sejalan dengan semangat kolaborasi GoSend sebagai agregator dan penyambung mata rantai logistik dengan para pemain logistik lainnya untuk bersama-sama membangun industri logistik di tanah air.”

Perkuat kolaborasi

Logistik termasuk salah satu industri yang akan selalu memberikan kontribusi positif bagi Indonesia. Berdasarkan keterangan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), selama pandemi, sektor logistik memang mengalami tantangan dengan pembatasan sosial skala besar. Namun mengutip data BPS, pertumbuhan logistik tahun 2020 terkoreksi 16%, dengan sektor logistik e-commerce yang mengalami pertumbuhan sangat pesat dengan mencetak pertumbuhan mencapai 18,1%.

Pihaknya menyampaikan, kunci pertumbuhan sektor logistik ke depannya adalah memperkuat digitalisasi. Saat ini tantangan untuk digitalisasi industri logistik di Indonesia adalah proses yang masih mengandalkan pencatatan manual, data yang tidak terstandardisasi, dan tidak terhubung. Karenanya, kolaborasi menjadi sangat penting dan para pemain logistik perlu saling bahu-membahu dalam mereformasi struktur dan melakukan integrasi. Langkah tersebut dapat membantu meningkatkan kinerja logistik Indonesia, melalui efisiensi dan otomatisasi.

“Harapan kami, digitalisasi logistik tentu dapat menurunkan ongkos yang selama ini cukup tinggi, sehingga dengan harga yang lebih terjangkau dapat semakin memperluas jangkauan,” ungkap Steve kepada DailySocial.

Sebelumnya, Gojek juga telah mengumumkan kolaborasi dengan Garuda Indonesia untuk platform logistik antarkota dan mendirikan joint venture dengan JD.ID bersama layanan logistik J-Express (JX).

Target ke depan

Dengan banyak orang beralih menjadi pelaku UMKM via online serta pesatnya perkembangan sektor e-commerce, maka hal itu juga meningkatkan kontribusi logistik segmen B2C dan C2C. Semakin berkembang industri e-commerce di suatu negara, akan berdampak juga bagi pertumbuhan bisnis logistik di negara tersebut.

Untuk mendukung laju pertumbuhan e-commerce tanah air, pihaknya turut menyampaikan misi mereka untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi dengan penyedia platform demi mengoptimalkan layanan logistiknya. Hingga saat ini, perusahaan telah menjalin kerjasama dengan Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan JD.ID.

Perusahaan juga menyiapkan ragam inovasi baru untuk mendukung layanan pengiriman yang komprehensif, seperti menambah armada logistik (4w) serta memperluas area jangkauan GoBox dan GoSend Sameday di tahun ini.

Di samping itu, GoSend terus memastikan dan meningkatkan kualitas pengiriman yang lebih nyaman dan aman, para pengguna bisa menikmati layanan 24/7, door-to-door, terlindungi oleh asuransi untuk risiko barang rusak/hilang, dan dilengkapi fitur live tracking untuk mengetahui posisi mitra pengemudi yang membawa paket.

“Secara umum, tentunya inovasi-inovasi yang kami luncurkan selalu terarah pada kebutuhan logistik masyarakat. Kemudahan, kecepatan, dan keamanan yang sering kali menjadi tantangan logistik terus kami kembangkan di seluruh layanan kami,” tutup Steven.

Gambar Header: Depostitphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Same Day Delivery Gets Hyped, Logistics Competition Went Tight

The growth of the logistics market in Indonesia is predicted to get better in 2021. This has taken into account the current situation in Indonesia as the implementation of social restriction policies in some areas.

Indonesian Logistics Association’s (ALI) Chairman, Zaldy Ilham Masita revealed several predictions and trends in logistics to occur in Indonesia this year. First, he observed that logistics service players had started to adapt during the pandemic. This is visible as the emerging new services and collaboration between startups and large logistics companies, especially to accommodate the needs of instant courier services (on-demand).

“In the fourth quarter of 2020, logistics will get more popular due to increasing public spending. In the first quarter of 2021, it is a bit worrying as the implementation of social restrictions. However, we are optimistic because during the last six months, [logistics players] have been trained to adapt. We predict that the logistics peak [increase] will occur in the third and fourth quarters of 2021 as more people get vaccinated,” he said in recent contact with DailySocial.

According to Ken Research‘s report, Indonesia’s logistics market is estimated to reach $200.3 billion with a CAGR of 7.9% in 2024. This value includes goods transportation, freight forwarding, warehouse, express and parcel (CEP) and cold chain logistics businesses.

Second, he estimates that the increase in the logistics business this year will be boosted by the same day delivery service. With the current situation, he estimates that this trend can spur logistics industry players to evaluate whether the current duration of same day delivery times has met customer expectations and is business competitive.

Zaldy, who is also the President Director of Paxel, even admitted that he would consider the findings. Moreover, Paxel, which is a technology-based logistics delivery service platform startup, started a same-day delivery service with a duration of up to 10 hours.

Service

Ja(bo)detabek rate

Duration

GoSend Rp,.815/km (0-6km), Rp 18,000 (6-15km), Rp1,200/km (>15km) Up to 4hrs since the pick-up
Grab Express Start from Rp15.000 (0-5km) Up to 6hrs (motorcycle) since the pick-up
Paxel Flat s/d 5kg Rp8.000 (dalam kota), Rp15.000 (luar kota) 6-8hrs (within city), 10-12hrs (inter-city)
MrSpeedy Rp8.000 for the first 4km Up to 90 menit

Source: Official website of Gojek, Grab, Paxel, MrSpeedy / Organized by DailySocial

“Currently, Same day delivery within the city is only 2 hours. Over the last few years, customer expectations have increased significantly. [Paxel] is even evaluating whether the same delivery with a duration of 8-10 hours can compete. In addition, there is something more extreme at a lower cost. It means that the industry needs more innovation,” he added.

Same day delivery trend is driven by food delivery

Referring to the report The 2nd Series Industry Roundtable: Logistics Industry Perspective released by MarkPlus Inc in October 2020, the frequency of courier services increased rapidly during the pandemic. This increase was triggered by a number of main factors, including online shopping activities, prices, and delivery times.

Sumber: MarkPlus Inc / Diolah kembali oleh DailySocial
Source: MarkPlus Inc / Organized by DailySocial

In addition, same day delivery services are expected to get rapidly increased after the pandemic (67.2%) compared to regular delivery services (78.7%) even it has a larger portion. The research was done with 122 respondents from the Greater Jakarta area (59.8%) and non-Jabodetabek (40.2%).

Then, respondents have a main expectation for the delivery of services on time (36.7%) and logistics service providers are considered to need to improve pick-up services in the future.

Sumber: MarkPlus Inc / Diolah kembali oleh DailySocial
Source: MarkPlus Inc / Organized by DailySocial

Third, in Zaldy’s observations, the B2B logistics market is getting decrease due to the shifting of shopping behavior from offline to online. The effort is getting stronger as the pandemic and increasing customer expectations are considered increasingly extreme. He estimates that the composition of the logistics business in the B2C segment will increase from 10% to 25% this year.

Fourth, this year is also a proving ground to see which logistics business models are successful and which are not. New business models may emerge because many new markets are yet to open, such as food delivery services,” Zaldy explained.

Several giant startups, such as Gojek (GoFood), Bukalapak (BukaFood), and Shopee (ShopeeFood) are started to tighten its position in the market segment. The large logistics company SiCepat also acquired 51% shares in the DigiResto food delivery platform to boost revenue contribution from the food delivery market in Indonesia.

Quoting Momentum Works’ research, GMV food delivery services experienced accelerated growth during the pandemic. The report noted the GMV of food delivery services in six countries in Southeast Asia reached $11.9 billion in 2020.

In terms of the Indonesian market, the number has reached $3.7 billion or equivalent to Rp52 trillion, dominated by two big players, Grab and Gojek, with a share of 53% and 47% of the total market share, respectively.

Challenges for legacy logistics

Fifth, Zaldy continued, he said that older conventional logistics companies would find it difficult to catch up with future trends. This is because it is not easy for companies to transform or build infrastructure in a short time. The key is in collaboration.

At least, throughout 2020, there will be many collaborations between startups and corporations. For example, Ninja Xpress partners with Grab and Gojek partners with Paxel. The partnership was due to strengthening inter-city freight forwarding services (intercity).

According to Zaldy, the pandemic is an eye-opening experience, therefore, conventional logistics companies are willing to collaborate. “Many conventional legacy companies find it difficult to catch up with business as customer expectations getting higher now. We see some conventional companies, their service may be threatened by the same-day delivery,” Zaldy said.

In fact, he also saw an emerging new trend due to the pandemic, non-logistics companies entering the logistics sector. Blue Bird is one of which that executed this idea.

The company has made maneuvers in logistics since the second quarter of 2020, powered by the fleets. Blue Bird has started to expand its logistics services by partnering with Paxel for large package shipments with a same-day delivery service.

“We are using the existing fleet for cost-efficient. In essence, we want to contribute to logistics services during a pandemic, regarding hygiene in particular, we apply protocols according to our standards,” Blue Bird’s Chief Strategy Officer, Paul Soegianto said to DailySocial.

Zaldy also gave an example of how this will be a challenge to PT Pos Indonesia. He said the infrastructure is no longer possible to catch up with logistics service providers, SiCepat, for example.

“However, [models such as] PT Pos Indonesia can take advantage of infrastructure from other platforms, such as Anteraja. This means that the first and middle miles can collaborate with each other, while the competition is in the last mile,” he added.

Gojek and Tokopedia’s Merger to affect logistics industry

Sixth, he estimates that the plan of Gojek and Tokopedia’s merger can have a big impact on the Indonesian logistics industry. Also, he added, conventional logistics companies will be significantly affected.

“The merger of the two will struck the legacy companies. Why? It’s hard to get legacy companies to change their business models, especially those that already have thousands of courier fleets and hubs. Unless they have good IT systems or technology, this will be difficult. Blue Bird is an example of a legacy company with a ready system. The question is have they done the ‘homework’?” Zaldy said.

In a separate article, DailySocial Founder and CEO Rama Mamuaya said that the merger of the two can have a big impact on consumers and the industry. Rama said, cross-breeding of complementary products would be fantastic for consumers. Moreover, both of those have integrated e-commerce, transportation, and financial infrastructure in one application.

“Today, we have same-day delivery which works most of the time. The integration between Gojek and Tokopedia can produce something even better, Amazon Prime-style instant same-hour delivery, helping push e-commerce transaction and customer satisfaction even more while increasing driver utilization rate making it more economical as a business,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tren “Same Day Delivery” Diprediksi Meningkat, Persaingan Jasa Logistik Semakin Ketat

Pertumbuhan pasar logistik di Indonesia diprediksi semakin membaik di 2021. Prediksi tersebut sudah mempertimbangkan pada faktor situasi Indonesia saat ini dengan pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial di sejumlah wilayah.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita mengungkap sejumlah prediksi dan tren logistik yang bakal terjadi di Indonesia di tahun ini. Pertama, ia mengamati bahwa pelaku jasa logistik sudah mulai beradaptasi selama masa pandemi. Hal ini terlihat dari kemunculan layanan baru dan kolaborasi antara startup dan perusahaan logistik besar, terutama untuk mengakomodasi kebutuhan layanan kurir instan (on-demand).

“Di kuartal IV 2020, logistik sudah mulai naik karena spending masyarakat sudah mulai jalan. Di kuartal pertama 2021, memang agak mengkhawatirkan karena ada pemberlakuan pembatasan sosial kembali. Tetapi, kami optimistis karena selama enam bulan terakhir, [pelaku logistik] sudah terlatih untuk beradaptasi. Kami prediksi puncak [kenaikan] logistik terjadi di kuartal III dan IV 2021 sejalan dengan semakin banyak orang yang divaksin,” tuturnya dihubungi DailySocial.

Berdasarkan laporan Ken Research, pasar logistik Indonesia diestimasi mencapai nilai $200,3 miliar dengan CAGR 7,9% pada 2024. Nilai ini sudah termasuk untuk bisnis angkutan barang, pengiriman barang, warehouse, express and parcel (CEP), hingga cold chain logistic.

Kedua, ia memperkirakan kenaikan bisnis logistik di tahun ini akan banyak didongkrak oleh layanan same day delivery. Dengan situasi saat ini, ia memperkirakan tren tersebut dapat memacu pelaku industri logistik untuk mengevaluasi apakah durasi waktu pengiriman same day delivery yang sudah ada saat ini telah memenuhi ekspektasi pelanggan dan kompetitif secara bisnis.

Zaldy yang juga Direktur Utama Paxel bahkan mengaku akan mempertimbangkan temuan tersebut. Terlebih, Paxel yang merupakan startup platform jasa pengiriman logistik berbasis teknologi ini awalnya memulai layanan same day delivery dengan durasi pengiriman hingga 10 jam.

Layanan

Tarif Ja(bo)detabek

Durasi

GoSend Rp2.815/km (0-6km), Rp 18.000 (6-15km), Rp1.200/km (>15km) Max 4 jam terhitung setelah pick-up barang
Grab Express Dimulai dari Rp15.000 (0-5km) Max 6 jam (motor) terhitung setelah pick-up barang
Paxel Flat s/d 5kg Rp8.000 (dalam kota), Rp15.000 (luar kota) 6-8 jam (dalam kota), 10-12 jam (luar kota)
MrSpeedy Rp8.000 untuk 4km pertama Max 90 menit

Sumber: situs resmi Gojek, Grab, Paxel, MrSpeedy / Diolah kembali oleh DailySocial

“Sekarang, same day delivery di dalam kota hanya 2 jam. Selama beberapa tahun terakhir ini, ekspektasi customer naik signifikan. [Paxel] bahkan mengevaluasi lagi apakah same delivery berdurasi 8-10 jam masih bisa berkompetisi. Apalagi, ada yang lebih ekstrem dengan biaya lebih rendah. Ini berarti industri butuh inovasi lebih besar,” paparnya.

Tren same day delivery didorong oleh pengiriman makanan

Jika mengacu laporan The 2nd Series Industry Roundtable: Logistics Industry Perspective yang dirilis MarkPlus Inc pada Oktober 2020, frekuensi jasa kurir meningkat pesat selama masa pandemi. Peningkatan ini dipicu oleh sejumlah faktor utama antara lain kegiatan belanja online, harga, dan waktu pengiriman.

Sumber: MarkPlus Inc / Diolah kembali oleh DailySocial
Sumber: MarkPlus Inc / Diolah kembali oleh DailySocial

Selain itu, layanan same day delivery diekspektasi bakal meningkat lebih pesat penggunaannya pasca-pandemi (67,2%) dibandingkan layanan pengiriman regular (78,7%) meski porsinya masih lebih besar. Adapun riset ini diikuti oleh sebanyak 122 responden dari wilayah Jabodetabek (59,8%) dan non-Jabodetabek (40,2%).

Kemudian, responden juga memiliki ekspektasi utama terhadap pengiriman layanan yang tepat waktu (36,7%) dan penyedia jasa logistik dinilai perlu meningkatkan layanan pick-up di masa depan.

Sumber: MarkPlus Inc / Diolah kembali oleh DailySocial
Sumber: MarkPlus Inc / Diolah kembali oleh DailySocial

Ketiga, menurut pengamatan Zaldy, pasar logistik B2B sudah mulai berkurang porsinya dikarenakan terjadi shifting perilaku belanja dari offline ke online. Dorongannya semakin kuat ketika pandemi dan meningkatnya ekspektasi customer yang dinilai semakin ekstrem. Ia memperkirakan komposisi bisnis logistik di segmen B2C bakal naik porsinya dari 10% menjadi 25% di tahun ini.

Keempat, tahun ini sekaligus menjadi ajang pembuktian untuk melihat mana model bisnis logistik yang berhasil, mana yang tidak. Model bisnis baru mungkin akan lebih banyak bermunculan karena banyak pasar baru yang belum terbuka, misalnya jasa pengiriman makanan,” jelas Zaldy.

Beberapa startup raksasa, seperti Gojek (GoFood), Bukalapak (BukaFood), dan Shopee (ShopeeFood) sudah mulai bersiap untuk memperkuat posisinya di segmen pasar ini. Perusahaan logistik besar SiCepat juga bahkan mencaplok 51% saham platform pengiriman makanan DigiResto demi mendorong kontribusi pendapatan dari pasar pengiriman makanan di Indonesia.

Mengutip hasil riset Momentum Works, GMV layanan pengiriman makanan (food delivery) mengalami percepatan pertumbuhan selama pandemi. Laporan ini mencatat GMV layanan pengiriman makanan di enam negara di Asia Tenggara mencapai $11,9 miliar di 2020.

Untuk pasar Indonesia saja, angkanya mencapai $3,7 miliar atau setara Rp52 triliun yang didominasi dua pemain besar, yakni Grab dan Gojek dengan porsi masing-masing sebesar 53% dan 47% dari total pangsa pasar.

Tantangan bagi perusahaan logistik legacy

Kelima, lanjut Zaldy, ia memperkirakan perusahaan logistik konvensional yang sudah lama beroperasi bakal sulit mengejar tren ke depan. Hal ini karena tidak mudah bagi perusahaan untuk melakukan transformasi atau membangun infrastruktur dalam waktu singkat. Kuncinya ada pada kolaborasi.

Setidaknya, sepanjang 2020 terdapat banyak kolaborasi yang terjadi antara startup dan korporasi. Misalnya, Ninja Xpress bermitra dengan Grab dan Gojek bermitra dengan Paxel. Kemitraan keduanya dilakukan untuk memperkuat jasa pengiriman barang antar-kota (intercity).

Menurut Zaldy, pandemi menjadi pembuka mata agar perusahaan logistik konvensional mau berkolaborasi. “Banyak perusahaan legacy konvensional susah mengejar bisnis karena sekarang ekspektasi customer jauh lebih tinggi. Kita lihat beberapa perusahaan konvensional, service-nya mungkin terancam karena sudah ada same day delivery,” ujar Zaldy.

Bahkan ia juga melihat tren baru yang bakal muncul akibat pandemi, yakni perusahaan non-logistik masuk ke sektor logistik. Blue Bird merupakan salah satu yang sudah melakukannya.

Perusahaan melakukan manuver ke logistik sejak kuartal II 2020 yang diperkuat dengan dukungan aset armadanya. Blue Bird juga mulai memperluas cakupan layanan logistiknya dengan menggandeng Paxel untuk pengiriman paket berukuran besar dengan layanan same day delivery.

“Kami menggunakan armada existing jadi secara cost [efisien]. Intinya, kami ingin berkontribusi pada layanan logistik di masa pandemi, terutama soal higienis yang kami terapkan sesuai standar kami,” ungkap Chief Strategy Officer Blue Bird Paul Soegianto kepada DailySocial.

Zaldy juga mencontohkan bagaimana tantangan ini bakal dihadapi oleh PT Pos Indonesia. Ia menilai infrastruktur yang dimiliki sudah tidak memungkinkan untuk mengejar ketertinggalan dengan penyedia jasa logistik, SiCepat misalnya.

“Akan tetapi, [model seperti] PT Pos Indonesia bisa memanfaatkan infrastruktur dari platform lain, seperti Anteraja. Artinya, first mile dan middle mile bisa saling berkolaborasi, sedangkan kompetisinya ada di last mile,” tambahnya.

Dampak merger Gojek dan Tokopedia terhadap industri logistik

Keenam, ia memperkirakan rencana merger Gojek dan Tokopedia dapat memberikan dampak besar terhadap industri logistik Indonesia. Dan, menurutnya yang bakal terdampak signifikan adalah perusahaan logistik konvensional.

“Merger keduanya bakal membuat perusahaan legacy ‘berkeringat’. Kenapa? Susah membuat perusahaan legacy untuk mengubah model bisnis bisnis, apalagi yang sudah memiliki ribuan armada kurir dan hub. Kecuali mereka punya sistem IT atau teknologi yang bagus, ini bakal sulit. Blue Bird itu satu contoh perusahaan legacy yang sistemnya sudah siap. Pertanyaannya adalah apa mereka sudah mengerjakan ‘PR’-nya?” ucap Zaldy.

Dalam artikel terpisah, Founder dan CEO DailySocial Rama Mamuaya beropini bahwa merger keduanya dapat memberikan dampak besar bagi konsumen dan industri. Dikatakan Rama, kawin silang produk yang saling melengkapi akan menjadi sangat fantastis bagi konsumen. Terlebih, keduanya telah memiliki infrastruktur e-commerce, transportasi, hingga keuangan yang terintegrasi dalam satu aplikasi.

“Saat ini, kita sudah menikmati sistem pengiriman di hari yang sama.
Integrasi antara Gojek dan Tokopedia dapat menciptakan sesuatu yang lebih mengunggah, misalnya pengiriman instan ala Amazon Prime dalam hitungan jam, membantu mendorong transaksi ecommerce, hingga meningkatkan utilisasi pengemudi sehingga lebih ekonomis sebagai bisnis,” paparnya.

Gojek Sets Eyes on Intercity Delivery as The Next Big Target

There are probably very few Indonesians who weren’t aware of Gojek. Getting popular as a two-wheeled transportation option, Gojek is already present in 75 cities and is likely to continue to expand. The ride-hailing service is still top of many services it offers. However, one thing that is quite promising is logistics. Gojek has at least two businesses engaged in logistics, GoSend and GoBox.

In a general note, logistics have been directly affected by the Covid-19 pandemic. However, not all segments were hit, some actually gained positive results. Fortunately, Gojek’s logistics business is on the last stop of the supply chain.

“Go-Jek is lucky with the ecosystem that we have created in the last mile and we seek an increase in the demand for home delivery,” Junaidi said.

Junaidi is Gojek’s Head of Logistics. He also led JX, a fruit logistics company for the Gojek joint venture with JD.ID. Junaidi told DailySocial his views on the industrial situation during a pandemic, challenges, and strategies for dealing with it.

Significant increase

Basically, Gojek’s logistics business relies on GoSend and GoBox. Unlike passenger pick-up services, GoSend is already available in every city where Gojek is operating. There are three delivery options based on duration and distance. Meanwhile, GoBox has a wider range of services. It can be found in cities from Sumatra to Sulawesi.

As Junaidi said, there are so many challenges in the logistics industry. The problems that exist in this industry cost a lot even in regional areas. President Joko Widodo said that the logistics cost in the country has reached 24% of the Gross Domestic Product (GDP) or the equivalent of IDR 3,500 trillion.

Junaidi said that his team focused on the interests of micro, small and medium enterprises (UMKM). In addition to the large numbers, he also added, MSMEs have relatively smaller resources than corporations to take care of the expensive logistics.

During the pandemic, Junaidi noted a significant shift in the logistics business. Those who play in B2B, such as export-import to delivery from warehouses to shopping centers, have experienced declines in transaction. However, the delivery that serves the daily needs of the house continues to increase.

Junaidi avoids mentioning the growth number for his logistics business. However, Gojek previously announced that they had received around 120 thousand MSMEs during the outbreak. It’s no surprise that this pandemic seems like a level-up test.

“We see this as an opportunity to ensure comfort, reliability, trust, as well as an opportunity to accelerate innovation,” he added.

Connecting cities

One of the challenges Gojek keeps facing is intercity shipping. In fact, Gojek has come up with the GoSend Intercity feature. In this feature, Gojek collaborates with Paxel to ship goods from Jadetabek to Bandung and vice versa.

However, Junaidi added that this feature has also expanded the delivery range to other cities such as Solo, Yogyakarta, and Semarang. The ambition to deliver Gojek between cities has also begun to be implemented outside Java.

“In a simple way, for example, there are people going back and forth from Bandung to Jakarta, why not just collaborate,” said Junaidi.

Junaidi admitted that Gojek would not be able to realize this ambition alone. That’s why they created a special platform that allows middle mile players to form a connected network. That’s why Paxel involved in this feature.

This delivery system will allow delivery within Java in just one day. Gojek is also working on whether a delivery outside Java can take a day.

“For example to Manado or Sorong, it might possible to be delivered the next day. We are currently developing to realize that,” he concluded.

Junaidi emphasized thatintercity delivery is one of his division focuses until the end of this year. If the issue of intercity delivery, especially outside Java and vice versa, can be solved, Gojek can become a new game-changer.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gojek Menatap Bisnis Pengiriman Antarkota sebagai Target Besar Berikutnya

Di kolong langit Indonesia ini mungkin sangat sedikit orang yang tidak mengenal Gojek. Populer sebagai opsi transportasi roda dua, Gojek sudah hadir di 75 kota dan kemungkinan akan terus meluas. Layanan ride hailing tentu masih jadi primadona dari sekian banyak layanan mereka. Namun satu yang tak kalah menjanjikan adalah urusan logistik. Gojek setidaknya punya dua bisnis untuk menggarap logistik yakni GoSend dan GoBox.

Logistik memang secara umum terdampak langsung oleh pandemi Covid-19. Namun tak semua segmen terpukul olehnya, sebagian yang lain justru terdorong positif. Beruntung bagi Gojek, bisnis logistik yang mereka geluti ada di perjalanan terakhir rantai suplai.

“Gojek beruntung dengan ekosistem yang kita bentuk memang kita mainnya di last mile ini dan kami melihat ada lonjakan kebutuhan home delivery,” ucap Junaidi.

Junaidi adalah Head of Logistics Gojek. Ia juga mengepalai JX, sebuah perusahaan logistik buah joint venture Gojek dengan JD.ID. Kepada DailySocial, Junaidi berbagi pandangannya mengenai situasi industri di kala pandemi, tantangan, dan strategi menghadapinya.

Kenaikan signifikan

Pada dasarnya bisnis logistik Gojek bertumpu pada GoSend dan GoBox. Tak seperti layanan antarjemput penumpang, GoSend sudah hadir di semua kota Gojek berada. Ada tiga pilihan pengantaran berdasarkan durasi dan jarak pengantaran. Sementara GoBox punya jangkauan layanan yang lebih luas. Ia bisa diperoleh di kota-kota dari Sumatera hingga Sulawesi.

Menurut Junaidi, ada begitu banyak tantangan dalam industri logistik. Masalah-masalah yang ada dalam industri ini menyebabkan biaya logistik yang tergolong mahal bahkan untuk di kawasan regional. Presiden Joko Widodo menyebut biaya logistik di dalam negeri mencapai 24% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau setara Rp3.500 triliun.

Junaidi menyebut, pihaknya fokus terhadap kepentingan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Di samping jumlahnya yang begitu besar, UMKM menurut Junaidi punya sumber daya yang relatif lebih kecil ketimbang korporasi untuk mengakali urusan logistik yang mahal tadi.

Selama pandemi, Junaidi mencatat ada pergeseran yang cukup signifikan di bisnis logistik. Mereka yang bermain di B2B seperti ekspor-impor hingga pengantaran dari gudang ke pusat perbelanjaan mengalamai penurunan. Namun pengantaran yang melayani kebutuhan rumah sehari-hari terus mengalami kenaikan.

Junaidi enggan menyebut angka pertumbuhan bisnis logistiknya. Namun Gojek sebelumnya mengumumkan bahwa selama wabah berlangsung, mereka sudah menerima sekitar 120 ribu UMKM. Maka tak heran bagi Junaidi masa pandemi ini sudah seperti ujian naik kelas.

“Kita melihat ini sebagai kesempatan untuk memastikan kenyamanan, reliability, trust, juga kesempatan untuk mempercepat inovasi,” imbuhnya.

Menghubungkan antarkota

Salah satu tantangan yang terus dihadapi oleh Gojek adalah pengiriman antarkota. Sejatinya Gojek sudah merintis solusinya dengan fitur GoSend Intercity. Dalam fitur tersebut, Gojek menggandeng Paxel untuk pengiriman barang dari Jadetabek ke Bandung dan sebaliknya.

Namun Junaidi menambahkan bahwa fitur ini juga telah memperluas jangkauan pengiriman hingga kota lain seperti Solo, Yogyakarta, dan Semarang. Ambisi pengantaran antarkota Gojek ini juga mulai diarahkan hingga luar pulau Jawa.

“Jadi sederhananya, misal ada yang bolak-balik dari Bandung ke Jakarta, kenapa tidak kolaborasi saja,” tutur Junaidi.

Junaidi mengaku, Gojek tidak akan bisa sendiri mengejar ambisinya tersebut. Itu sebabnya mereka membuat platform khusus yang memungkinkan pemain middle mile sehingga terbentuk conntected network. Itu sebabnya ada Paxel dalam fitur ini.

Dengan sistem ini pengantaran di dalam Jawa dapat terjadi hanya dalam sehari. Gojek juga sedang mengupayakan apakah pengantaran untuk ke luar Jawa dapat memakan waktu sehari.

“Anggap saja ke Manado atau Sorong, apakah mungkin sampai next day. Kita lagi develop untuk bisa melakukan itu,” pungkasnya.

Junaidi menegaskan bahwa pengantaran antarkota merupakan salah satu fokus divisinya hingga akhir tahun ini. Jika isu pengantaran antarkota, khususnya ke luar Jawa dan sebaliknya, dapat terwujud, maka Gojek bisa kembali menjadi game changer.

Application Information Will Show Up Here

Pegadaian’s Transformation Strategy in the Era of Financial Disruption

As one of the oldest businesses in Indonesia, pawn services have helped mid to low-class economies in getting fast loans without high interest.

However, in recent years, the role of financial industry players in Indonesia has shifted by the presence of fintech. Not only banking, fintech also disrupted the pawn business because access to loans can now be obtained easily and quickly.

This situation encouraged Pegadaian to start initiating transformation in enhancing its role in the digital financial ecosystem. Moreover, Pegadaian is a top of mind company in the pawn sector that controls 90 percent share with more than 4,000 total outlets in Indonesia.

Pegadaian business transformation

Pegadaian begins with innovations to digitize its services through the Pegadaian Digital Service (PDS) platform in April 2018. Then, Pegadaian is yet to have a digital roadmap and a special division in charge of the development of corporate innovation.

In its journey, Pegadaian then decided to set the Company’s Long Term Plan (RJPP) for the 2019-2023 period as a foundation for transformation that focused on four things including (1) business model, (2) operational, (3) channel marketing, and (4) segment market.

In short, this state-owned company wants to transform its position in the market, not only as a pawnshop, but also a company that offers other financial services. It was proven by Pegadaian service expansion to the gold sector.

In terms of operational business, Pegadaian utilizes digital technology to analyze potential customer’s profiles. In addition, the company has transformed sales channels to digital and played into a wider market segment, namely the upper-middle segment.

In the progress, Pegadaian formed the Transformation Office (TO) division in 2019. Pegadaian’s VP of Digital Business Development & Partnership Herdi Sularko said the three roles, exploring new business models, updating business processes, and updating work culture in the scope of the organization to be more agile in developing products/services.

“Digital is evolving and we have to start practicing [adapting] because every day there is always something new. Problems in corporations are only communication between departments or divisions. Therefore, we must be nimble and agile. Our focus is not on startups, but rather shaping the culture of ‘our work and that of others can align’,” Herdi said as quoted in the Corporate Digital Transformation Report 2020.

Digital product development

As previously mentioned, Pegadaian seeks to reach a wider market. This strategy was later answered by developing Pegadaian Digital Service (PDS) which offered a number of services, such as Pawn Online and Gold Trading.

To date, Pegadaian has three main businesses including pawning, financing, and gold investment. As much as 90 percent of Pegadaian’s income comes from pawn services. Based on company data, as many as 2 million customers out of a total of 13.86 million customers in 2019 have now made digital transactions through PDS.

To boost the number of customers, Pegadaian has just commercialized the Pickup & Delivery Service feature for Pawn Online services in the Jakarta area. Pegadaian cooperates with Gojek as a logistics partner for Gadai Online through the GoSend service.

Previously, Pegadaian had introduced this service – originally called Gadai on Demand – in April last year. At that time, Gadai on Demand was limited to trials at several points in Jakarta.

Recently reached by DailySocial team, Herdi revealed that the availability of the shuttle service for Gadai Online will follow the readiness of Pegadaian outlets and the scope of logistics partner services in other regions in Indonesia. “This cooperation is for the last mile logistics. Therefore, we pick up the ball by cooperating with Gojek through the GoSend service,” he said.

Online Pawn Service in the PDS application allows customers to send pawned goods with GoSend. Customers can pawn the goods without the need to come to the outlet and send it to the nearest Pegadaian outlet (7km radius) from their location.

Similar to the GoSend order process in general, the courier will pick up the collateral to the customer’s location. They also can still monitor (tracking) the journey of the courier to the destination location. In addition, customers can still communicate with PDS couriers and staff via chat.

Furthermore, he also plans to present the GoPay service as a payment option for Pickup & Delivery Service. In addition, Pegadaian also plans to test the use of the Dropbox platform to pass the price of photo-based collateral items sent by customers.

“Currently, we cannot go to GoPay, but this has been included in our development roadmap going forward. GoPay is needed for payment of trips to outlets. Going forward, we want to centralize digital products in PDS applications,” he explained.

Collaboration and outlet transformation

In addition to digitizing services, Pegadaian also made a breakthrough by building an Open API infrastructure to enter the financial ecosystem in Indonesia. Herdi said, collaboration with many partners has the opportunity to create new ecosystems and income lines.

“There has been a disruption. All banks start towards the open banking platform. The problem is, the pawnshop industry does not have a benchmark because our position is between banking and other financial industries. Indeed, this business is not affected but we can see a business model that can be scaled up, “he explained.

One of Pegadaian’s big collaborations is to hook Tokopedia in providing Online Gold Sale and Purchase services, which launched in January 2019. This collaboration is claimed to be a success by the company considering the integration process only takes two months and has positive traction from Tokopedia users.

Moreover, Pegadaian is to modify some outlets to be relevant to current market demand. Pegadaian has transformed 31 of its outlets into The Gade Coffee & Gold for more than 4,000 outlets in Indonesia.

Herdi said, the company has been applied the agile organization concept and CI / CD framework (Continuous Integration / Continuous Development), each product will continue to be developed with user experience as the top priority. “We want to provide the same customer experience as offline. Present anywhere with easy and agile services for all people,” he explained.

Meanwhile, in terms of back-end and ground-level operations, Pegadaian also implements technology solutions, such as IoT-based RFID networks and Robotic Process Automation (RPA) to improve the security of collateral and operational efficiency.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Upaya Transformasi Pegadaian di Era Disrupsi Jasa Keuangan

Sebagai salah satu bisnis tertua di Indonesia, layanan gadai telah membantu perekonomian masyarakat kalangan menengah ke bawah dalam mendapatkan pinjaman dengan cepat tanpa bergantung pada pinjaman berbunga tinggi.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, peran pelaku industri keuangan di Indonesia mulai bergeser oleh kehadiran fintech. Tak hanya perbankan, fintech turut mendisrupsi bisnis gadai karena akses terhadap pinjaman kini bisa didapatkan dengan mudah dan cepat.

Situasi ini mendorong Pegadaian untuk mulai menginisiasikan pemanfaatan digital dalam meningkatkan perannya di ekosistem keuangan digital. Apalagi, Pegadaian merupakan perusahaan top of mind di sektor gadai yang menguasai 90 persen pangsa dengan lebih dari 4.000 total outlet di Indonesia.

Transformasi bisnis Pegadaian

Inisiasi Pegadaian diawali dengan upaya mendigitalisasi layanannya melalui platform Pegadaian Digital Service (PDS) pada April 2018. Saat itu Pegadaian belum memiliki digital roadmap dan divisi khusus yang bertugas untuk mengeksekusi pengembangan inovasi perusahaan.

Pada perjalanannya, Pegadaian kemudian menetapkan menetapkan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) periode 2019-2023 sebagai fondasi transformasi yang berfokus pada empat hal antara lain (1) model bisnis, (2) operasional, (3) channel marketing, dan (4) segmen pasar.

Singkatnya, perusahaan pelat merah ini ingin mentransformasikan posisinya di pasar, tak lagi sebagai perusahaan gadai saja, tetapi juga perusahaan yang menawarkan layanan keuangan lainnya. Terbukti dari ekspansi layanan Pegadaian ke emas.

Dari sisi operasional, Pegadaian memanfaatkan teknologi digital untuk menganalisis profil calon pelanggan. Tak hanya itu, perusahaan juga mentransformasikan channel penjualan ke digital dan bermain ke segmen pasar yang lebih luas, yakni segmen menengah ke atas.

Untuk menjalankan rencana tersebut, Pegadaian membentuk divisi Transformation Office (TO) pada 2019. VP Digital Business Development & Partnership Pegadaian Herdi Sularko menyebutkan, ada tiga peran yang dijalankan TO, yaitu mengeksplorasi model bisnis baru, memperbarui proses bisnis, dan memperbarui budaya kerja di lingkup organisasi agar lebih agile dalam mengembangkan produk/layanan.

“Digital itu evolving dan kita harus mulai melatih [beradaptasi] karena setiap harinya selalu ada yang baru. Problem di korporasi itu komunikasi cuma antar-departemen atau divisi. Makanya, kita harus nimble dan agile. Fokus kami bukan jadi startup, tetapi membentuk budaya ‘pekerjaan kita dan orang lain bisa align’,” ungkap Herdi seperti dikutip dari Corporate Digital Transformation Report 2020.

Pengembangan produk digital

Sebagaimana disebutkan di awal, Pegadaian berupaya menjangkau pasar yang lebih luas. Strategi ini kemudian dijawab dengan mengembangkan Pegadaian Digital Service (PDS) yang menawarkan sejumlah layanan, seperti Gadai Online dan Jual-Beli Emas.

Saat ini, Pegadaian memiliki tiga bisnis utama, yakni gadai, pembiayaan, dan investasi emas. Sebanyak 90 persen pendapatan Pegadaian disumbang dari layanan gadai. Berdasarkan data perusahaan, sebanyak 2 juta nasabah dari total 13,86 juta nasabah di 2019 kini telah melakukan transaksi digital melalui PDS.

Untuk mendongkrak jumlah nasabah, Pegadaian baru saja mengomersialisasi fitur Pickup & Delivery Service untuk layanan Gadai Online di wilayah Jakarta. Pegadaian menggandeng Gojek sebagai mitra logistik Gadai Online melalui layanan GoSend.

Sebelumnya, Pegadaian telah memperkenalkan layanan ini—awalnya bernama Gadai on Demand—pada April tahun lalu. Saat itu, Gadai on Demand baru sebatas uji coba di beberapa titik di Jakarta.

Dihubungi DailySocial baru-baru ini, Herdi mengungkap bahwa ketersediaan layanan antar-jemput untuk Gadai Online ini nantinya mengikuti kesiapan outlet Pegadaian dan cakupan layanan mitra logistik di wilayah lain di Indonesia. “Kerja sama ini untuk last mile logistic. Jadi, kami jemput bola dengan menggandeng Gojek melalui layanan GoSend,” ungkapnya.

Layanan Gadai Online di aplikasi PDS memungkinkan nasabah untuk mengirim barang gadai dengan GoSend. Customer dapat menggadaikan barang tanpa perlu datang ke outlet dan mengirimnya ke outlet Pegadaian terdekat (radius 7km) dari lokasi mereka.

Sama seperti proses pemesanan GoSend pada umumnya, kurir akan menjemput barang jaminan ke lokasi konsumen. Mereka juga tetap dapat memantau (tracking) perjalanan kurir ke lokasi tujuan. Selain itu, customer tetap bisa berkomunikasi dengan kurir dan staf PDS melalui chat.

Lebih lanjut, pihaknya juga berencana menghadirkan layanan GoPay sebagai opsi pembayaran layanan Pickup & Delivery Service. Selain itu, Pegadaian juga berencana melakukan uji coba pemanfaatan platform Dropbox untuk melalukan penaksiran harga barang jaminan berbasis foto yang dikirimkan customer.

“Saat ini belum bisa ke GoPay, tetapi ini sudah masuk roadmap development kami ke depan. GoPay dibutuhkan untuk pembayaran trip ke outlet. Ke depannya, kami ingin sentralisasi produk digital di aplikasi PDS,” jelasnya.

Kolaborasi dan transformasi outlet

Selain digitalisasi layanan, Pegadaian juga melakukan gebrakan dengan membangun infrastruktur Open API untuk masuk ke ekosistem keuangan di Indonesia. Menurut Herdi, kolaborasi dengan banyak mitra berpeluang untuk menciptakan ekosistem dan lini pendapatan baru.

“Di luar sana sudah terjadi disrupsi. Semua bank mulai ke arah open banking platform. Masalahnya, industri pegadaian tidak punya benchmark karena posisi kami berada di antara banking dan industri keuangan lain. Memang, bisnis ini tidak terdampak tetapi kami bisa melihat model bisnis yang dapat di-scale up,” paparnya.

Salah satu kolaborasi besar Pegadaian adalah menggaet Tokopedia dalam menyediakan layanan Jual-Beli Emas Online yang meluncur pada Januari 2019. Kolaborasi ini diklaim sukses oleh perusahaan mengingat proses integrasinya hanya memakan waktu dua bulan dan mengantongi traction positif dari pengguna Tokopedia. 

Tak hanya itu, Pegadaian juga mulai memodifikasi sejumlah outlet-nya agar relevan terhadap kebutuhan pasar saat ini. Pegadaian telah mentransformasikan 31 outlet-nya menjadi The Gade Coffee & Gold terhadap lebih dari 4.000 outlet di Indonesia.

Menurut Herdi, sejak awal perusahaan menerapkan konsep agile organization dan CI/CD framework (Continuous Integration/Continuous Development), setiap produk akan terus dikembangkan dengan user experience sebagai prioritas utama. “Kami ingin memberikan customer experience yang sama seperti di offline. Hadir di mana pun dengan layanan yang mudah dan tangkas bagi semua kalangan,” jelasnya.

Sementara dari sisi back-end dan ground level operation, Pegadaian juga mengimplementasikan solusi teknologi, seperti IoT-based RFID network dan Robotic Process Automation (RPA) untuk meningkatkan pengamanan barang jaminan dan efisiensi operasional.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Resmikan Kerja Sama dengan KAI

Setelah sebelumnya mengumumkan kerja sama strategis dengan Grab, PT KAI kembali mengumumkan kerja sama strategis dengan Gojek. Kolaborasi kedua perusahaan tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman. Melalui kerja sama ini, Gojek akan mendukung integrasi ekosistem digital dan layanan perkeretaapian dalam bentuk penerapan pesanan dan pembayaran dalam satu transaksi, dengan Gojek sebagai penyedia first mile dan last mile, sedangkan KAI sebagai penyedia middle mile.

“Sebagai pemain teknologi terdepan di Indonesia kami sangat bangga dapat menghadirkan layanan digital terintegrasi bagi KAI dan pelanggan. Ruang lingkup kerja sama ini akan meliputi moda transportasi terintegrasi; angkutan barang berbasis kereta api; pembayaran digital; pemanfaatan aset komersial; dan penempatan konten untuk meningkatkan kunjungan pengguna ke masing-masing aplikasi Gojek maupun KAI,” kata Chief Public Policy and Government Relations Gojek Dyan Shinto Nugroho.

Gojek akan memanfaatkan data analytics yang diperoleh untuk meningkatkan customer journey experience para pelanggan di berbagai layanan yang dimiliki kedua perusahaan.

Menurut Head Regional Corporate Affairs Gojek Wildan Kesuma, tak hanya fokus pada kerja sama sektor logistik, kerja sama antara kedua belah pihak juga mencakup beberapa hal strategis lainnya seperti sarana transportasi terintegrasi, pembayaran digital dengan menggunakan GoPay, pemanfaatan aset komersial, dan penempatan konten pada masing-masing aplikasi.

Melalui layanan GoSend dan GoBox, yang memungkinkan pengguna untuk menyelesaikan berbagai kebutuhan sehari-hari dari pindah rumah hingga memfasilitasi pengiriman antar bisnis, dan bahkan memungkinkan logistik acara. Saat ini Gojek mengklaim layanan tersebut telah memiliki 100 mitra bisnis, termasuk para pemain e-commerce utama. Selain itu, melalui integrasi dengan mitra, Gojek telah mencapai pencapaian lebih dari 1 juta penjual atau pengirim unik per Juni 2019.

“Sebagai aplikasi yang telah digunakan oleh jutaan konsumen di Indonesia, kami menyambut baik rencana kolaborasi ekosistem Gojek dengan KAI. Kami berharap dapat memberikan pengalaman yang lebih baik untuk para konsumen KAI dan Gojek, baik itu melalui moda transportasi yang terintegrasi, layanan pengiriman barang, pembayaran, dan juga berbagai inovasi lainnya. Hal ini sejalan dengan visi KAI yaitu menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan,” kata Direktur Utama KAI Edi Sukmoro.

Application Information Will Show Up Here