Paxel Kantongi Pendanaan Seri C Sebesar 340 Miliar Rupiah

Startup logistik Paxel mengantongi pendanaan seri C sebesar $23 juta atau lebih dari 340 miliar Rupiah. Putaran keempat ini disuntik PT Astra Digital Internasional (ADI), Central Capital Ventura (CCV), MDI Ventures, Susquehanna International Group (SIG), Endeavour Catalyst, FJ Labs, dan PT Amsaka Investama Sejahtera.

Paxel sebelumnya memperoleh pendanaan seri B senilai $9,4 juta atau setara Rp134,7 miliar Rupiah pada Maret 2022 yang dipimpin MDI Ventures, serta partisipasi dari SIG, PT Luminary Media Nusantara, Bamboo Gold Services, dan Galilee Capital Ventures.

Dalam keterangan resminya, Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro mengatakan investasi ini sejalan dengan upaya perusahaan mempercepat transformasi digital melalui produk dan layanan inovatif. “Kami telah memiliki digital roadmap untuk memetakan perkembangan digitalisasi yang relevan dengan bisnis dan peningkatan kompetisi dan kemampuan digital Grup Astra,” tuturnya.

Presiden Direktur CCV Armand Widjaja menambahkan, saat ini pihaknya telah memperluas fokus investasi ke embedded finance, seperti logistik dan commerce, tak hanya fintech. Ia meyakini pertumbuhan bisnis Paxel akan memberikan dampak besar kepada industri UMKM di Indonesia.

Berdiri di 2017, Paxel menawarkan sejumlah layanan logistik yang membantu pelaku UMKM untuk melakukan pengiriman barang melalui Paxel sameday delivery, smart locker PaxelBox. PaxelBig, PaxelMarket, dan layanan jemput-kelola sampah ecommerce PaxelRecycle. 

Per Juni 2022, Paxel tercatat telah melayani lebih dari 2000 UMKM, 2 juta pengguna, dan mengirimkan lebih dari 17 juta paket dengan klaim tingkat ketepatan waktu di atas 98%. Jangkauannya meliputi 11 provinsi di 86 kabupaten/kota, 589 kecamatan dan 4.846 Desa di Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, dan Sumatera.

Ekspansi pasar

Lebih lanjut, pendanaan ini akan dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan operasional Paxel ke luar Pulau Jawa, serta memperkuat last mile dan fulfillment cold chain untuk melayani segmen B2C dan B2B. Pihaknya juga akan memperkuat SDM dan teknologi demi mencapai sustainability growth.

Di samping itu, pendanaan ini akan membuka pintu kolaborasi pengembangan layanan Paxel terhadap jaringan ekosistem raksasa yang dimiliki Astra, Telkom, dan BCA.

Paxel mengklaim dalam empat tahun terakhir telah mengantongi pertumbuhan pendapatan dan pengguna masing-masing sebesar 240% dan 176% per tahun. Selain itu, gross margin juga disebut tumbuh 3,6 kali dan menjadi positif pada kuartal ketiga 2020.

Industri logistik di Indonesia merupakan salah satu penyumbang PDB nasional terbesar dan terus tumbuh selama pandemi. Situasi lockdown memicu konsumen dan pelaku bisnis mencari alternatif untuk mendistribusikan produk ke konsumen, terutama di sektor F&B. Kami melihat Paxel memiliki solusi di bidang ini dan telah membangun infrastruktur yang memungkinkan pengiriman cepat.” ujar Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li.

Industri logistik

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di kuartal III 2021, Supply Chain Indonesia (SCI) memperkirakan sektor logistik dapat menyumbang Rp699,1 triliun terhadap PDB atau tumbuh 1,08% (YoY) di 2022

Chairman SCI Setijadi memproyeksikan kinerja sektor logistik, baik transportasi, pergudangan, dan kurir, membaik di sepanjang 2022. Pertumbuhan sektor ini akan didorong utamanya oleh sektor pengolahan, terutama non-migas, diikuti oleh sektor pertanian, perikanan, hingga perdagangan. Pada 2021, industri pengolahan non-migas disumbang sebagian besar dari industri makanan dan minuman (38,4%), kimia dan farmasi (11,4%), barang logam dan elektronik (8,7%), alat angkut 8,4%, serta tekstil dan pakaian 6,1%.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan menambahkan, pertumbuhan industri logistik dalam negeri di 2022 akan dikerek dari dua sektor; (1) pasar yang telah terintegrasi dengan teknologi digital dan (2) logistik yang bersifat penting dan menjadi komoditas utama untuk mendongkrak penerimaan negara.

Application Information Will Show Up Here

Kargo Technologies Terima Investasi dari Anak Usaha AirAsia, Sediakan Solusi Logistik Terintegrasi

Startup marketplace logistik Kargo Technologies mendapatkan pendanaan dalam bentuk obligasi konversi (convertible notes) dalam nominal dirahasiakan dari Teleport, anak usaha logistik dari AirAsia Group (kini bernama Capital A). Pendanaan akan dimanfaatkan Kargo untuk memperkuat penyediaan solusi logistik terintegrasi.

Kemitraan kedua perusahaan ini akan menggabungkan kemampuan jarak menengah Kargo dengan keahlian jarak jauh Teleport. Serta, bakal membuka peluang untuk menggabungkan konektivitas udara dengan kemampuan truk Kargo di darat, yang memanfaatkan teknologi dan jaringan yang kuat.

Kargo pun mengklaim bahwa mereka dapat mengirimkan barang semua ukuran ke lebih banyak lokasi di Indonesia dan Asia Tenggara dalam waktu kurang dari 24 jam. “Dengan kemitraan ini, kami akan memanfaatkan basis pelanggan Teleport dan menangani mereka berdasarkan keahlian kami,” terang Wakil President Operasional Kargo Marselinus Erick dalam keterangan resmi.

Lebih lanjut diterangkan, melalui kemitraan ini bahwa Kargo dapat memenuhi layanan mid-mile di darat. Sedangkan Teleport akan mengurus kebutuhan kargo udara dan last-mile. “Ini akan meningkatkan penawaran kami dan meningkatkan efisiensi pemenuhan kepada pelanggan kami,” lanjutnya.

CEO Teleport Pete Chareonwongsak mengatakan, kerja sama ini dilakukan untuk memberikan solusi dalam memfasilitasi ekosistem logistik yang terintegrasi. Ia meyakini kedua perusahaan dapat memberikan hasil positif bagi perkembangan kota-kota berkembang di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya.

“Kami memahami bahwa kota dengan pertumbuhan tercepat di masa depan adalah kota kelas menengah. Kita perlu melampaui jaringan untuk menghubungkan kota-kota berkembang ini. Kemitraan dengan Kargo membuat kami siap untuk melintasi Asia Tenggara,” ucapnya.

Co-founder dan CEO Kargo Tiger Fang menambahkan, bahwa kemitraan strategis dengan Teleport akan membantu Kargo menjadi perusahaan multi-modal dan memperluas rantai nilai secara horizonal. “Kami berharap kemitraan ini dapat saling menguntungkan kedua belah pihak dengan menumbuhkan kehadiran satu sama lain di Asia Tenggara pada tahun 2022 seiring dengan upaya kami untuk memecahkan masalah logistik yang selalu hijau di kawasan ini,” kata Fang.

Di Indonesia, sektor logistik menjadi salah satu sektor yang memiliki pangsa pasar cukup besar karena mendukung sebagian besar keberlangsungan aktivitas masyarakat sehari-hari. Dibuktikan dari riset yang dilakukan oleh Mordor Intelligence menyatakan bahwa pangsa pasar kargo dan juga logistik di Indonesia bernilai  $81,30 miliar pada tahun 2020, dan diperkirakan akan mencapai $138,04 miliar pada 2026.

Meski sempat dihantam situasi pandemi beberapa waktu terakhir, nyatanya sektor logistik mampu bangkit dan tetap menunjukkan eksistensinya. Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mencatat arus pengiriman barang mengalami pertumbuhan hingga 40% selama pandemi Covid-19. Kenaikan ini banyak disumbangkan oleh industri farmasi, alat kesehatan dan barang-barang konsumsi (consumer goods).

KargoNexus

Saat ini, Kargo memiliki lebih dari 75 ribu armada. Beberapa bulan lalu, Kargo meluncurkan KargoNexus, solusi SaaS untuk perusahaan dalam menerapkan pemantauan dan pelacakan secara tepat untuk evaluasi kinerja dan analisis operasi logistik mereka.

Solusi KargoNexus berupa Sistem Manajemen Transportasi (Transport Management System/TMS), yang difungsikan untuk memudahkan proses merencanakan pergerakan barang, memilih rute, operator, serta penagihan dan pembayaran. Dengan fungsinya tersebut, maka kebutuhan akan logistik yang cepat, otomatis, dan efisien bisa terpenuhi dengan pasti.

KargoNexus memiliki model bisnis dan strategi monetisasi hybrid subscription dan cross-selling. Sebagai salah satu platform dalam ekosistem Kargo Technologies, KargoNexus dinilai menjadi ideal bagi bisnis untuk mendapatkan nilai lebih, baik itu dari pemenuhan kebutuhan trucking marketplace, maupun seluruh fitur logistik dan transportasi pintar di KargoNexus.

Hingga saat ini Kargo Tech sudah melayani lebih dari 13 ribu shipper di seluruh Indonesia. Secara umum layanan mereka dibuat untuk mempertemukan shipper dan vendor secara mudah dan cepat. Pada tahun lalu, komposisi utama klien dari Kargo Tech ada di bidang industri FMCG, CPG, Manufaktur, Agri dan Aquatech, Alat Berat, dan Bahan Baku.

“Di tahun 2022 mendatang, Kargo Tech akan terus fokus untuk mengembangkan basis pengguna di industri utama yang telah berhasil di capai di 2021, dan juga memiliki target untuk menyasar market segment B2B di industri vertikal utama lainnya, seperti Pharmaceutical, Automotive, dan juga General Goods,” kata Head of Product & Enterprise Solutions Kargo Brian Aditya Tedjasaputra.

Target lainnya yang ingin dicapai oleh Kargo pada 2022 adalah ekspansi intensif ke pulau Sumatera, Bali, dan Sulawesi, dan juga mengejar pertumbuhan transaksi dan pengguna aktif di dalam platformnya sebesar double digit per kuartalnya.

Deliveree Rilis Layanan “Muat Sebagian”, Andalkan Algoritma untuk Optimasi

Startup marketplace logistik Deliveree mengumumkan layanan Muat Sebagian untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis yang ingin mengirim barang, kargo, bahkan paket besar/kecil tanpa harus menyewa satu kendaraan penuh. Solusi ini mendigitalisasi layanan muat sebagian yang sudah hadir di perusahaan logistik konvensional dengan memanfaatkan algoritma pintar.

Senior Supply Associate Deliveree Indonesia Denaldy Nataniel mengatakan, sejak kehadiran Deliveree Indonesia di 2015, selama ini mengandalkan satu solusi utama Satu Kendaraan (Full Truckload/FTL). Solusi ini memiliki limitasi bahwa pebisnis harus membayar sewa untuk satu kendaraan harus dibayarkan secara penuh, meski mereka hanya memakai sebagian kapasitas dari satu kendaraan.

Muat Sebagian (Less Than Truckload/LTL) ini, sambungnya, menjadi alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan seluruh bisnis dari berbagai skala, termasuk UMKM yang memiliki limitasi budget. Pebisnis cukup membayarkan biaya per berat muatan. Solusi ini telah hadir di Thailand dan Filipina akan menjadi target Deliveree selanjutnya.

“Muat Sebagian ini sudah dilakukan oleh perusahaan logistik konvensional, tapi butuh proses berhari-hari karena mereka membutuhkan gudang untuk penyortirannya. Sementara, kami memakai teknologi algoritma untuk penyortiran, sehingga tidak membutuhkan gudang,” terang dia dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/9).

Saat pemesanan dilakukan, algoritma Deliveree akan memperhitungkan rute yang paling optimal dan efisien dari gabungan muatan barang pebisnis dengan pebisnis lainnya. Hal tersebut berdampak pada efisiensi biaya dan estimasi pengiriman tercepat karena mempertimbangkan jarak dan waktu. Seluruh proses pemesanan ini dilakukan baik melalui aplikasi maupun situs web.

Pebisnis perlu memasukkan identitas detail terkait muatan yang akan dikirim, baik itu dimensi barang, berat, jenis kemasan, lokasi pengantaran, tanggal pengiriman, dan sebagainya. Tidak ada batas minimal untuk muatan yang diterima Muat Sebagian, namun berat maksimalnya adalah 18 ton. Muatan akan dijemput sehari setelah pemesanan dibuat, dan akan langsung diantar secepat mungkin, atau maksimal untuk pengiriman pada dua minggu mendatang.

Hanya saja, pada tahap awal ini baru melayani pengiriman di sebagian Sumatera, Jabodetabek, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. “Bulan depan layanan ini akan mencakup ke seluruh wilayah di Jawa baru kemudian hadir secara nasional.”

Deputy Head Business Development Deliveree Indonesia Raynov Chandra menambahkan, solusi Muat Sebagian menjadi tambahan bagi mitra bisnis yang selama ini menggunakan layanan Deliveree. Selama ini berbagai layanan dan fitur yang telah dirilis selalu memerhatikan kebutuhan pebisnis di lapangan.

Oleh karenanya, dia mengklaim bahwa Deliveree adalah pemain yang mendominasi untuk solusi logistik bagi pebisnis. Berbagai perusahaan yang telah memanfaatkan jasa Deliveree adalah Tokopedia hingga Dekoruma.

“Muat Sebagian ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai skala bisnis mana pun. Di furnitur misalnya, kan sudah ada yang di-packing dalam kardus itu bisa pakai Muat Sebagian karena dirasa lebih hemat kalau pakai kendaraan yang lebih kecil,” kata dia.

Setiap harinya perusahaan mengambil pesanan aktif hingga ribuan. Saat ini Deliveree memiliki lebih dari 35 ribu kendaraan aktif dengan total unduhan aplikasi lebih dari 2,3 juta unduhan. Armada terbanyak di Deliveree adalah jenis CDD, CDE, Fuso Berat, dan jenis carry untuk pengiriman dengan muatan kecil.

Solusi logistik pintar

Walaupun logistik adalah tulang punggung perdagangan nasional dan internasional, sektor ini mengalami banyak sekali tantangan di Indonesia, seperti infrastruktur yang tidak memadai, serta kurangnya jaringan komunikasi dan teknologi informasi yang dapat diandalkan.

Menurut Mordor Intelligence, biaya logistik sangat bervariasi antara 25% dan 30% dari PDB Indonesia, dibandingkan dengan ekonomi berkembang, setara 5%. Hal ini berarti pengiriman barang dari satu kota ke kota lain di Indonesia bisa menjadi mahal dan menantang.

Mengutip dari laporan lainnya yang dikeluarkan PwC berjudul Shifting Patterns: Future of The Logistics Industry, kurangnya “budaya digital” dan pelatihan adalah tantangan terbesar bagi perusahaan transportasi dan logistik konvensional.

Hal ini memungkinkan startup teknologi pendatang baru untuk mengisi celah dan menangkap peluang bisnis. Mereka dapat mendigitalisasi kegiatan operasional inti untuk menciptakan sistem logistik yang cerdas.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020
Application Information Will Show Up Here

Lalamove Agendakan Ekspansi di Pulau Jawa, Bidik Penambahan Kurir 10 Kali Lipat

Platform layanan on-demand Lalamove membidik penambahan jumlah kurir hingga sepuluh kali lipat di 2022 untuk mendukung rencana ekspansinya ke kota-kota besar di Indonesia. Sebagai permulaan, Lalamove memperluas cakupan pengiriman instan ke Bandung Raya.

Menurut City Director Lalamove Indonesia Andi M. Rizki, Bandung dipilih sebagai kota ekspansi selanjutnya setelah Jabodetabek karena memiliki populasi dan potensi pertumbuhan UMKM yang besar. Untuk langkah awal, perusahaan mengoperasikan 5 ribu pengemudi di Bandung, baik untuk armada roda dua maupun roda empat.

“Bandung berperan penting sebagai langkah permulaan ekspansi kami. Kami ingin membantu pasar UMKM untuk mengembangkan pemasaran produk tanpa memikirkan pengiriman. Untuk itu, kami menargetkan dapat menjangkau kurang lebih sebesar 30% pasar UMKM yang ada di sana,” ujar Andi dalam keterangan resminya.

Dihubungi DailySocial secara terpisah, Andi menambahkan bahwa pihaknya akan melanjutkan ekspansi ke kota-kota besar di Pulau Jawa. Salah satu fokus utama ekspansinya adalah wilayah yang memiliki potensi UMKM besar. Dalam jangka panjang, perusahaan menargetkan layanan pengiriman on-demand Lalamove dapat tersedia di seluruh kota di Indonesia.

“Kami terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan para pengguna kami dengan variasi armada dan kecepatan pengiriman. Untuk mengakomodasi rencana ini, kami akan menambah [jumlah kurir] hingga sepuluh kali lipat menjelang 2022,” ujarnya kepada DailySocial.

Sekadar informasi, Lalamove merupakan startup logistik asal Hong Kong yang melayani one stop solution untuk pengiriman instan on-demand dengan berbagai pilihan armada, mulai dari motor, mobil MPV, hingga mobil pick up. Berdasarkan data Crunchbase, Lalamove telah mengantongi gelar unicorn dengan valuasi sebesar $2,5 miliar.

Lalamove beroperasi di lebih dari 20 kota di seluruh Asia, Amerika Latin, dan Amerika Serikat dengan total pengguna dan pengemudi masing-masing mencapai 7 juta dan 700 ribu kurir.

Di Indonesia, Lalamove baru beroperasi sejak 2018 dan kini telah memiliki 80 ribu pengemudi, 5 ribu mitra bisnis, dan mengantongi 400 ribu pesanan pengiriman setiap bulannya. Kategori bisnisnya beragam mulai dari F&B, wholesale, hingga moving service.

Tak hanya segmen individual, Lalamove juga menyediakan pengiriman instan ke segmen B2B yang menurutnya memberikan kontribusi sedikit lebih besar ke bisnisnya di Indonesia.

Untuk memperkuat layanannya, Lalamove menawarkan fitur multiple stop atau pengiriman ke beberapa tujuan langsung (maksimal 19 alamat) dalam satu transaksi. Selain itu, pengguna juga dapat melakukan penjadwalan pengiriman hingga 30 hari sebelumnya.

Di Indonesia sendiri, Lalamove bersaing ketat dengan berbagai platform logistik on-demand. Dimulai dari superapp seperti Gojek dan Grab, hingga pemain lain seperti Anteraja dan Paxel.

Perkuat posisi di pasar logistik on-demand

Lebih lanjut, Lalamove menyebutkan bahwa rencana ekspansi ini juga sejalan dengan meningkatnya tren pengiriman barang secara instan, terutama di situasi pandemi Covid-19. Perusahaan mencatat transaksi pengirimannya naik hingga sepuluh kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu.

Menurut Andi, pandemi tak hanya mengubah perilaku berbelanja masyarakat yang mulai beralih ke online, tetapi juga membuat ekspektasi terhadap kecepatan pengiriman semakin besar.

Ekspansi ini juga menjadi strategi Lalamove untuk memperkuat posisinya di pasar pengiriman instan. Artinya, perusahaan ingin mendorong penggunaan layanannya tak hanya untuk pengiriman belanja online, tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari belanja sayur, obat, hingga kebutuhan holistik untuk ekosistem delivery berskala besar.

“Dengan penambahan armada, kami optimistis melakukan ekspansi. Kami melihat tren permintaan industri logistik meningkat tajam di 2020 dan kami prediksi momentum ini terus berlanjut,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here

Mempertanyakan Status Unicorn Layanan Logistik J&T Express

Pada 2017, perusahaan jasa ekspedisi J&T Express (J&T) mencatat jumlah pengiriman barang sebanyak 300 ribu paket per hari. Tiga tahun kemudian, J&T mencatatkan rekor pengiriman tertingginya dengan 2 juta paket per hari atau hingga 20 juta paket di sepanjang 2020.

Dalam enam tahun perjalanannya sejak berdiri di 2015, J&T telah mencatatkan milestone yang signifikan di industri logistik. Perusahaan kini telah memiliki 100 gateway center, 4000 operating point, 30.000 pegawai, dan ribuan armada untuk menjangkau seluruh Indonesia.

Perusahaan yang didirikan Jet Lee dan Tony Chen, para petinggi perusahaan ponsel Oppo, telah melebarkan sayap bisnis ke sejumlah negara di Asia Tenggara. Setelah Indonesia, J&T sudah hadir di Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Tahun ini J&T disebut telah menyandang predikat unicorn menurut daftar CB Insights. Valuasinya pun fantastis, $7,8 miliar atau sebesar Rp113,5 triliun. J&T menempati urutan kedua unicorn dengan valuasi terbesar di Indonesia setelah Gojek dan diklaim sebagai startup logistik pertama di Indonesia.

Model bisnis dan pendanaan baru

Informasi ini cukup banyak memunculkan pertanyaan. Pasalnya, J&T dinilai menggunakan model bisnis tradisional, sama halnya seperti perusahaan logistik legacy seperti JNE. Perusahaan juga dianggap tidak termasuk dalam kategori bisnis smart logistics.

Jika patokannya adalah valuasi, nilai yang dirilis CB Insights wajar mengingat perusahaan sudah beroperasi di empat negara. Namun, jika kembali pada asas startup yang sifatnya disruptif, tidak diketahui apa saja inovasi atau teknologi yang dikembangkan perusahaan selama enam tahun berdiri.

Dari observasi dan informasi yang dikumpulkan DailySocial, satu-satunya hal yang dapat menghubungkan J&T dengan predikat unicorn tersebut adalah pengaruh besarnya dalam memberikan ongkos kirim jasa pengiriman yang murah dan gratis melalui kemitraannya dengan e-commerce.

Hal ini terlihat dari strategi kunci J&T dalam menggandeng marketplace besar sejak 2017, yaitu Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak. Saat itu, seperti dikutip dari Merdeka, CEO J&T Robin Lo menyebut bahwa jasa logistik dari bisnis e-commerce berkontribusi sebesar 50% terhadap pendapatan perusahaan di 2017.

Di situasi pandemi Covid-19, kontribusi tersebut naik signifikan. Terlebih, riset e-Conomy SEA 2020 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan bahwa sektor e-commerce masih menjadi motor penggerak ekonomi digital dengan pertumbuhan 54% atau $32 miliar.

Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto bereaksi terhadap hal ini dan menilai bahwa informasi ini sepatutnya disuarakan ke publik. Apalagi J&T juga berencana untuk go public di bursa Amerika Serikat (AS). Menurutnya, jika ini semata untuk menaikkan valuasi, sudah seharusnya pemerintah mulai mengatur persaingan sehingga pemain asing tidak dapat menghancurkan pasar logistik.

“Kami mempertanyakan apa iya sebesar itu valuasinya? JNE saja mungkin [valuasinya] sudah Rp10 triliun, kenapa tidak disebut unicorn? JNE menggunakan mitra di daerah-daerah, sedangkan J&T ‘nempel’ di titik JNE dengan modal sendiri. Apakah model business process [J&T] bisa tidak tidak terbatas di Indonesia? Persaingannya harus di medan yang pas lah,” paparnya saat dihubungi DailySocial.

Dengan rencana IPO ini, J&T berencana menghimpun pendanaan sebesar U$1 miliar atau sekitar Rp14,4 triliun usai mengantongi investasi sebesar $300 juta beberapa waktu lalu. “Penawaran ini bakal menaikkan valuasi J&T Express menjadi $5 miliar,” ungkap salah seorang sumber di perusahaan seperti diberitakan Bloomberg.

Mungkin saja, apabila IPO terealisasi, gebrakan inovasi teknologi J&T di smart logistics akan lebih banyak dilakukan tahun ini.

Smart logistics

Dalam beberapa tahun terakhir, investor menaruh investasi besar di vertikal smart logistics. Berdasarkan catatan kami, ada delapan deal investasi yang diperoleh startup logistik di sepanjang 2020.

Di awal tahun ini, SiCepat Ekspres (SiCepat), yang tidak bermula di bisnis smart logistics, juga telah menerima pendanaan signifikan dari VC. SiCepat memperoleh Rp2,4 triliun dari sejumlah investor, seperti Falcon House Partners, Kejora Capital, DEG (Lembaga Keuangan Pembangunan Jerman), MDI Ventures, hingga Pavilion Capital (anak perusahaan Temasek Holdings).

Hal yang membedakan SiCepat dan J&T adalah perusahaan mengambil strategi pengembangan inovasi dengan ekspansi horizontal yang masif. Perusahaan mencaplok kepemilikan 51% saham platform food delivery DigiResto yang berada di bawah naungan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS). Kemudian induk SiCepat, Onstar Express Pte. Ltd., berinvestasi ke Logitek Digital Nusantara (LDN) yang merupakan anak usaha Telefast, bagian dari grup M Cash.

Ekspansi ini menjadi strategi kunci SiCepat, terutama melalui DigiResto yang disebut telah terintegrasi dengan tiga ekosistem utama, yakni multi delivery, multi merchant, dan multi payment.

Bicara inovasi smart logistics, Co-Founder Paxel Zaldy Ilham Masita menilai sebetulnya pengembangan di segmen ini dinilai lebih sulit dibandingkan dengan vertikal lain, seperti digital payment atau fintech. Smart logistics berkaitan dengan barang fisik sehingga peranan manusia masih sangat diperlukan untuk perpindahan barang. Berbeda dengan fintech yang bisa mengubah uang fisik menjadi non-tunai (cashless). Apalagi industri logistik di Indonesia dinilai belum punya standar jadi.

Alhasil, proses manual masih banyak dilakukan dan sulit untuk mendigitalisasinya. Sementara digitalisasi di sektor keuangan dinilai lebih mudah karena sudah distandarisasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).

“Contoh minor, standarisasi data. Misalnya, maksimum jumlah karakter untuk alamat dan format nomor telepon itu belum ada sehingga menyulitkan integrasi API antar-platform. Kalau smart logistics di luar negeri tinggal plug and play. Ini baru bicara standardisasi pra kondisi dari smart logistics,” ujarnya dihubungi DailySocial.

Dari situasi ini saja, sebetulnya ada peluang bagi pelaku startup logistik untuk masuk ke ranah pengembangan tools atau solusi yang belum terstandarisasi. Namun, lanjut Zaldy, pandemi Covid-19 menjadi momentum besar bagi sektor logistik untuk membantu mempercepat digitalisasi ke arah smart logistics. Konsumen mau tak mau “dipaksa” mengikuti proses berbasis digital.

SiCepat Akselerasi Pertumbuhan Bisnis di 2021, Perkuat Ekosistem di Bisnis “Food Delivery”

Di sepanjang 2020, SiCepat Ekspres membukukan transaksi sebesar Rp3,5 triliun atau naik 194% dibandingkan 2019 dengan total pengiriman sebanyak 180 juta paket ke seluruh Indonesia. Startup logistik ini juga mencatat sebanyak lebih dari 1.655 titik cakupan layanan untuk wilayah Jabodetabek-Bandung.

Pada tahun ini, SiCepat akan mengakselerasi pertumbuhannya hampir dua kali lipat dengan total target pengiriman sebesar 336 juta paket dan rencana ekspansi jangkauan layanan yang lebih luas ke seluruh Indonesia. SiCepat juga akan masuk ke bisnis baru di segmen food delivery.

Rencana ekspansi tersebut tampaknya akan diperkuat oleh pendanaan yang baru diperolehnya. Pada Desember 2020, SiCepat dilaporkan telah menerima pendanaan seri B-II sebesar $50 juta atau sekitar Rp712 miliar dari Praus Company, perusahaan berbasis di Hong Kong.

Berdasarkan data Akuntansi dan Otoritas Regulasi Perusahaan yang dikumpulkan VentureCap Insights, sebagaimana diberitakan oleh Tech In Asia, total valuasi SiCepat mencapai $736 juta atau sebesar Rp10,4 triliun. Disebutkan juga, Praus Company membeli 8,3% saham SiCepat sebagai bagian dari investasi.

Bagaimana SiCepat melihat peluang pertumbuhan logistik di 2021? Berikut ini wawancara DailySocial dengan Chief Marketing Officer (CMO) SiCepat Wiwin Dewi Herawati dan Chief Commercial Officer (CCO) Imam Sedayu.

Peta bisnis di 2021

Sebagai salah satu pemain logistik last mile, SiCepat turut menikmati akselerasi yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Mengacu laporan The 2nd Series Industry Roundtable: Logistics Industry Perspective oleh MarkPlus Inc pada Oktober 2020, frekuensi jasa kurir meningkat pesat selama pandemi yang dipicu oleh sejumlah faktor utama, seperti belanja online, harga, dan waktu pengiriman.

Dengan melihat perkembangan situasi saat ini di Indonesia, Imam Sedayu mengaku optimistis industri logistik akan semakin bagus dari tahun sebelumnya. Hal ini didasari oleh sejumlah faktor, mulai dari perbaikan daya beli masyarakat pasca-pandemi, perubahan perilaku pembelian, dan percepatan digitalisasi.

“Hal-hal tersebut akan menciptakan peluang secara vertikal, yakni berbagai jenis layanan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat, seperti groceries, food, dan medicine. Dari sisi horizontal, ada peluang pertumbuhan kebutuhan logistik yang tidak hanya terkonsentrasi di pulau Jawa, tetapi di luar Jawa,” paparnya.

Untuk mengantisipasi kebutuhan di atas, ujar Imam, SiCepat akan fokus terhadap sejumlah layanan. Pertama, SiCepat akan mengembangkan same day service dan instant food delivery. Untuk same day service, layanan tersebut sudah bisa digunakan pada customer B2B dan e-commerce lewat integrasi API.

Kedua, SiCepat akan memperkuat basis layanan last mile dengan harga terjangkau, seperti Gokil dan Halu. Gokil merupakan layanan pengiriman barang dengan berat minimum 10 kg. Sementara, Halu adalah layanan pengiriman dengan biaya Rp5.000 dan tersedia di e-commerce.

SiCepat juga akan memperluas titik jaringan drop off agar lebih mudah diakses konsumen di seluruh Indonesia. Beberapa waktu lalu, SiCepat telah menggaet PT Logitek Digital Nusantara untuk memperluas jaringan first mile, mid mile, hingga last mile. Saat ini, SiCepat telah tersedia di 1.600 jaringan Alfamart di Jabodetabek Bandung dan lebih dari 1.000 jaringan Fastpay.

Rencananya, perusahaan akan membuka jaringan [drop off] Alfamart ke seluruh Indonesia pada April ini. Pihaknya menargetkan lebih dari 15.000 jaringan bisa terintegrasi lewat strategi ini.

“Kami terus berinovasi dari sisi teknologi dan working process dengan melakukan banyak automation di segala sektor. Pada pelayanan customer, kami sudah mengembangkan layanan order pick up lewat WhatsApp Business SiCepatKlik dan SiCepat Ekspres Apps,” tutur Imam.

Ekspansi ke food delivery

Upaya SiCepat masuk ke segmen food delivery menjadi salah satu rencana yang cukup diantisipasi di tahun ini. Pasalnya, SiCepat mulai bergerak cepat dengan mengakuisisi 51% saham DigiResto lewat pembelian saham atau penandatanganan conditional share subscription agreement (CSSA) di awal 2021.

Sebelumnya, SiCepat masuk terlebih dahulu ke DigiResto lewat kerja sama solusi logistik dan penyedia layanan pengiriman last mile pada Desember 2020. DigiResto merupakan platform food delivery di bawah naungan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang juga anak usaha PT Digital Maxima Kharisma (DMK).

Wiwin mengakui bahwa akuisisi DigiResto merupakan langkah strategis perusahaan untuk mengembangkan lini bisnis food delivery SiCepat. Terlebih, DigiResto dinilai memenuhi kriteria SiCepat secara teknologi, yakni memiliki aplikasi sendiri dan didukung dengan channel WhatsApp Business.

Selain itu, DigiResto juga sudah terintegrasi dengan tiga ekosistem utama, yaitu multi delivery third party logistics atau 3PL (SiCepat, Gojek, Grab, dan Gowes), multi merchant (segmen restoran dan UKM) dan multi payment (ShopeePay, OVO, Bank Mandiri, dan metode perbankan lainnya).

“Kami harap DigiResto dapat memberikan peluang baru inovasi layanan yang dapat mendekatkan kami kepada konsumen, UKM, dan merchant, khususnya yang bergerak di bidang F&B,” ungkap Wiwin.

Dengan keterlibatan penuh SiCepat terhadap pengembangan DigiResto ke depan, pihaknya dapat memberikan lebih banyak masukan untuk layanan logistik, food merchant, hingga user experience.

SiCepat akan bersaing dengan platform digital lain yang mulai merangsek masuk ke bisnis food delivery sejak beberapa tahun terakhir. Mengutip hasil riset Momentum Works, GMV layanan food delivery mengalami percepatan pertumbuhan selama pandemi.

Laporan ini mencatat GMV layanan pengiriman makanan di enam negara di Asia Tenggara mencapai $11,9 miliar di 2020. Untuk pasar Indonesia saja, angkanya mencapai $3,7 miliar atau setara Rp52 triliun yang didominasi dua pemain besar, yakni Grab dan Gojek dengan porsi masing-masing sebesar 53% dan 47% dari total pangsa pasar.

Peluang kolaborasi dari upaya merger Gojek-Tokopedia

Lebih lanjut, Wiwin juga menyoroti arti dari rencana merger Gojek dan Tokopedia terhadap industri logistik Indonesia. Wiwin mengungkap bahwa aksi konsolidasi ini dapat membuka peluang kolaborasi lebih besar di sektor logistik yang dapat memperkuat ekosistem digital.

Apalagi, Gojek memiliki posisi yang kuat di mata konsumen pada layanan pengiriman instan yang juga sudah terintegrasi di sejumlah marketplace besar, seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee. Gojek juga memperluas cakupannya dengan startup logistik lain, seperti Paxel.

“Gojek punya strong proposition pada instant intracity delivery dan SiCepat pada express delivery. Saya rasa, jika rencana tersebut terwujud, peluang kolaborasi logistik antar 3PL akan semakin besar, khususnya marketplace, baik di first mile, mid mile, dan last mile,” jelas Wiwin.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita memprediksi rencana merger Gojek dan Tokopedia dapat berdampak luar biasa terhadap industri logistik Indonesia. Salah satu yang bakal terdampak signifikan adalah perusahaan logistik konvensional yang belum mau mengubah model bisnis.

Di samping itu, Zaldy juga memperkirakan pertumbuhan bisnis logistik di 2021 akan banyak didongkrak oleh layanan same day delivery. Model bisnis baru juga diprediksi semakin banyak bermunculan karena banyak pasar baru yang belum terbuka, misalnya jasa pengiriman makanan.

Shipper Masuki Bisnis Pergudangan, Sasar Penjual Online

Startup agregator logistik Shipper melebarkan sayap bisnisnya ke area pergudangan (fulfillment) melalui unit barunya “Gudang Shipper”. Ekspansi ini sudah berjalan sejak tahun lalu dan sekarang sudah tersebar di 10 kota besar di Indonesia.

Kepada DailySocial, Co-Founder & COO Shipper Budi Handoko menerangkan, ekspansi ini merupakan ambisi perusahaan sebagai penyedia layanan teknologi logistik secara end-to-end, tanpa menghilangkan jati diri perusahaan sebagai agregator logistik. “Kami memulai menyiapkan solusi pergudangan ini pada tengah tahun lalu dan meresmikannya tepat pada akhir tahun,” katanya.

Alasan perusahaan terjun ke sektor ini karena dinilai ada banyak tantangan dalam sistem pergudangan dan peranannya dalam menyokong pertumbuhan industri e-commerce. Tantangan tersebut ada yang bersifat struktural, beberapa bersifat perilaku, dan beberapa disebabkan oleh teknologi.

Budi cukup percaya diri bahwa solusi yang ditawarkan Shipper dalam menyelesaikan tantangan tersebut. Kendati, ia tidak merinci lebih jauh seperti apa layanan yang ditawarkan. “Industri pergudangan dan logistik secara keseluruhan akan melihat pertumbuhan yang sangat positif dan kami bersemangat untuk berperan di dalamnya.”

Dalam blog perusahaan, diterangkan Gudang Shipper adalah solusi bisnis bebas repot untuk memudahkan operasional bisnis online dari berbagai skala bisnis, dari UKM sampai perusahaan. Semakin tumbuhnya suatu bisnis, umumnya proses logistik akan menjadi tantangan tersendiri.

Konsep yang ditawarkan ini tidak jauh berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh pemain fulfillment kebanyakan. Shipper akan mengurus aktivitas logistik, mulai dari penyimpanan barang, pengepakan barang sesuai order, sampai pengiriman barang melalui ekspedisi yang dipilih semua sudah diurus sekaligus.

Buat pebisnis, tentunya mereka dapat mengurangi biaya operasional tanpa harus berinvestasi besar di awal untuk menyewa gudang atau menambah karyawan. Selain praktis, pebisnis dapat memanfaatkan platform reporting untuk memantau stok dan penjualan demi meminimalisir kesalahan perhitungan stok atau keterlambatan pengisian stok.

Lokasi Gudang Shipper telah tersebar di Jadetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Medan. Menurut Budi, Shipper bermitra dengan mitra penyedia gudang untuk pengadaan lokasinya, namun seluruh teknologi dibangun sendiri oleh perusahaan.

Solusi pergudangan ini juga dilakoni oleh perusahaan lainnya ada yang datang dari pemain logistik, e-commerce, dan e-commerce enabler. Untuk pemain e-commerce enabler yang sudah perluas layanan mereka ke sistem fulfillment, ada TokoTalk, Sirclo, GudangAda, dan Jet Commerce. Dari pemain e-commerce ada TokoCabang dari Tokopedia, Dikelola Shopee, mengikuti jejak JD.id, dan Lazada yang sudah lebih dahulu.

Ekosistem bisnis logistik penyokong e-commerce
Ekosistem bisnis logistik penyokong e-commerce

Terkait inovasi selama pandemi, perusahaan baru saja digandeng oleh DANA sebagai mitra agregator logistik untuk solusi DANA Delivery. Di samping itu, Budi mengaku saat ini terjadi peningkatan permintaan logistik selama beberapa bulan terakhir. Meski tidak disebutkan dalam angka, ia mengklaim secara keseluruhan ada pertumbuhan yang lebih cepat dari perkiraan dalam situs e-commerce untuk kategori existing dan baru.

Shipper sendiri sudah berdiri sejak 2017 dan bekerja sama dengan belasan perusahaan logistik, mulai dari JNE, SiCepat, RPX, Popbox, DHL, Aramex, Grab, Gojek, J&T Express, Wahana, Pos Indonesia, TIKI, Lalamove, dan masih banyak lagi.

Pada Juni lalu, perusahaan baru mengumumkan pendanaan Seri A dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin oleh Prosus Ventures, diikuti Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, dan AC Ventures.

Lodi Adopts Cainiao’s Concept to Increase Warehouse Utility through Technology

Logistic startup industry is having a newcomer of fulfillment and last-mile delivery service named Lodi. Actually, Lodi has been established in late 2018 and began operating the next year.

Lodi offers a concept similar to Cainiao, Alibaba’s giant logistic in China, of course, with more localized services.

Lodi’s Managing Director, Zico Gosal explained, logistics players have been relied on heavy assets, having warehouses in several areas with its own fleet on running the business.

Meanwhile, not all their assets, warehouse, for example, possessed high utility. When it’s empty, there’s an overhead cost. This concept is not applicable in the digital technology era.

Therefore, the Cainiao concept with light asset and collaborative spirit with other logistics players in the fulfillment center, also the last-mile delivery, is more suitable for adoption.

“We’re currently focused on expanding our warehouse location by looking for partners due to our goal to reduce logistics costs,” he told DailySocial.

Lodi has been connected with fulfillment partners such as DB Schenker to provide a 10,500 square meters warehouse located in Marunda, North Jakarta using the shared user concept. Another warehouse is a 4 thousand square meters area located in Cawang.

DB Schenker is a global logistics player with more than 40 years of experience. Its entrance to the North Jakarta warehouse location brought high optimism for Lodi to attract more partners.

In that capacity, Zico claimed Lodi could accommodate 50 thousand orders every day. However, it’s still on progress in order to be achieved.

Lodi’s business model and user target

In addition to acquiring warehouse owners to rent their property to Lodi, the company also partners with logistics companies for last-mile delivery to consumers. The big names, such as JNE, SiCepat, Lion Parcel, and First Logistic.

Lodi is targeting users from brand owners, resellers, and sellers in the marketplace or social commerce platforms with over 100 daily order capacity. It’s different with capacity under 100 orders. It’s a condition where sellers still capable to handle using in-house.

Chief Commercial Officer, Dina Effendy added, from the current upper limit, they usually solve the problem by recruiting more people. Whereas, they should prioritize business development.

Lodi is here to offer a solution, for all their products to be entrusted and the entire shipping process will be handled directly by Lodi.

“Users can use the dashboard we provided to monitor the entire movement of incoming orders. All systems are integrated. When goods are stored in warehouses, they can immediately be restocked,” Effendy added.

They did not mention how many sellers have used Lodi as an option for fulfillment. When the user find interest in Lodi’s solution there is a contract system for a year.

Throughout this year, Lodi is to focus on adding the next warehouse location in Java. They targeting to have an additional 2 thousand square meter warehouse. Next year, they’re going to expand to Sumatra and Sulawesi.

They’re also to enhance warehouse functions, in order to store more complex products such as frozen food, chemicals, and medicines, for more users can use Lodi.

Lodi has secured seed funding from local investors with undisclosed value. These fresh funds were obtained in its initial stage. Zico admitted that the company is currently looking for series A funding worth of US$3 million to US$ 5 million (around Rp41 billion to Rp68 billion).

Lodi team now consists of 40 people, almost half of which were commercial teams.

“We have started a roadshow looking for investors, it is estimated for two to three more months to be announced,” he explained.

Logistics players from startups to conventional business / DailySocial
Logistics players from startups to conventional business / DailySocial


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Adopsi Konsep Cainiao, Lodi Tingkatkan Utilitas Gudang dengan Teknologi

Industri startup logistik kini kehadiran pemain baru yang bermain di ranah fulfillment dan pengiriman last mile bernama Lodi. Sejatinya, Lodi sudah mulai dirintis pada akhir 2018 dan operasional dimulai pada tahun berikutnya.

Konsep yang ditawarkan Lodi mirip dengan Cainiao, logistik raksasa milik Alibaba di Tiongkok, namun dengan penyesuaian lokal.

Managing Director Lodi Zico Gosal menjelaskan, selama ini pemain logistik selalu mengandalkan pada heavy asset, memiliki gudang di berbagai lokasi dan punya armada sendiri dalam menjalankan bisnisnya.

Padahal, belum tentu aset yang mereka miliki, misalnya gudang, punya utilisas yang tinggi. Ketika gudang itu kosong, ada overhead cost yang selalu dibebankan. Konsep ini kurang tepat apabila diterapkan di era teknologi digital.

Makanya konsep Cainiao dengan light asset dan mengusung semangat kolaboratif dengan pemain logistik lain di fulfillment center dan pengiriman last mile lebih tepat untuk diadopsi.

“Saat ini kita fokus perluas lokasi gudang dengan mencari banyak partner karena tujuan kami adalah menurunkan ongkos logistik,” katanya kepada DailySocial.

Lodi telah terhubung dengan mitra fulfillment seperti DB Schenker untuk menyediakan gudang berlokasi di Marunda, Jakarta Utara dengan konsep shared user seluas 10.500 meter persegi. Lokasi lainnya berada di Cawang sekitar 4 ribu meter persegi.

DB Schenker merupakan salah satu pemain logistik global dengan pengalaman lebih dari 40 tahun. Masuknya gudang DB Schenker untuk lokasi Jakarta Utara, membawa optimisme tinggi bagi Lodi untuk menggaet lebih banyak mitra.

Dengan kapasitas itu, Zico mengaku Lodi bisa mengakomodir 50 ribu pesanan setiap hari. Hanya saja, kondisi tersebut masih diupayakan agar tercapai.

Model bisnis dan target pengguna Lodi

Selain menghubungkan pemilik gudang untuk menyewakan ruangannya kepada Lodi, perusahaan telah menggaet perusahaan logistik last mile untuk pengiriman ke konsumen. Nama-namanya seperti JNE, SiCepat, Lion Parcel, dan First Logistic.

Target pengguna Lodi itu sendiri adalah pemilik brand, reseller dan penjual di platform marketplace atau social commerce dengan kapasitas pemesanan sudah di atas 100 per hari. Beda halnya ketika pesanan ada di bawah 100 per hari. Kondisi tersebut masih bisa ditangani secara in-house oleh penjual.

Chief Commercial Officer Dina Effendy menambahkan, dari batas atas tersebut solusi yang dulu biasa diambil adalah merekrut orang tambahan. Padahal seharusnya, mereka harus memprioritaskan pengembangan bisnis.

Kehadiran Lodi bisa menjadi solusi, seluruh barang mereka dapat dititipkan dan seluruh proses pengiriman akan ditangani langsung oleh Lodi.

“Pengguna dapat memantau dalam dashboard yang kami sediakan untuk memantau seluruh pergerakan pesanannya yang masuk. Semua sistemnya sudah terintegrasi. Ketika barang di gudang, bisa langsung di-restock,” tambah Dina.

Tidak disebutkan ada berapa banyak penjual yang telah memanfaatkan Lodi sebagai opsi pilihan untuk fulfillment-nya. Apabila pengguna tertarik dengan solusi Lodi ada sistem kontrak selama setahun.

Sepanjang tahun ini, Lodi akan fokus pada penambahan lokasi gudang berikutnya di dalam Pulau Jawa. Ditargetkan ada tambahan gudang seluas 2 ribu meter persegi. Selanjutnya pada tahun depan memperluas kehadiran di Sumatera dan Sulawesi.

Pihaknya juga mengembangkan fungsi gudang agar dapat menyimpan produk yang lebih kompleks seperti makanan beku, kimia, dan obat-obatan agar semakin banyak pengguna yang bisa memanfaatkan Lodi.

Lodi saat ini telah mengantongi pendanaan tahap awal dari investor lokal dengan nominal dirahasiakan. Dana segar ini didapat saat Lodi baru berdiri. Zico mengaku saat ini perusahaan sedang mencari pendanaan seri A dengan kebutuhan dari $3 juta sampai $5 juta (sekitar Rp41 miliar sampai Rp68 miliar).

Tim Lodi berjumlah 40 orang, hampir separuhnya adalah tim komersial.

“Kami sudah mulai roadshow mencari investor, perkiraannya dua sampai tiga bulan lagi sudah bisa diumumkan,” tutupnya.

Para pemain logistik baik dari startup maupun konvensional / DailySocial
Para pemain logistik baik dari startup maupun konvensional / DailySocial

Grab Announces Investment to Ninja Van, Strengthen GrabExpress Logistics System

Grab announces the latest investment with undisclosed amount for last mile logistics startup Ninja Van, starts from strategic partnership. Ninja Van as the first to be announced of the company’s commitment to partner with six startup during this year.

“We’re so glad to have this partnership [..] Looking at the amount of Grab’s users, we can offer the easiest way to enjoy our complete logistics services, and a reliable and easy delivery service supported by technology,” Ninja Van’s Co-Founder and CEO, Chang Wen said in the official release.

Head of GrabExpress, Adelene Foo added,”The partnership with Ninja Van enables us to offer a complete kinds of delivery services in Southeast Asia through Grab app. It facilitates sellers, buyers, and merchants to send and receive items.

Ninja Van is to be integrated in the Grab application through GrabExpress and to be available at the second quarter of 2019. It’ll gradually available in the Southeast Asia.

The partnership expands GrabExpress’ network coverage significantly outside the on-demand courier and same day services, therefore, shipping are scheduled throughout the region.

GrabExpress’ coverage is also affected, it’s now available in 150 cities around Singapore, Malaysia, Thailand, Philippines, and Indonesia. It’s claimed between March to December 2018, GrabExpress’ instant delivery and same day service grew over three times.

Ninja Van is said to be the fastest growing last mile logistics company in Southeast Asia, reaching more than 450 cities and connecting six countries. Grab, as a company, will be the vehicle to reach more users from SMEs and social seller community.

Customers can deliver items easier through one app and enjoy the best logistics experience on Ninja Van.

In the previous interview, NinjaExpress Indonesia’s Country Head, Eric Saputra revealed that the company’s overall business could grow three times. NinjaExpress couriers in Indonesia has reached 3 thousand units, 70% are two-wheelers.

The company has a special dashboard for its users. The app not only provide tracking order feature, but also has intelligence reporting to be used to help users in recaping the total delivery over the past year in order to increase business in the following year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here