East Ventures Berpartisipasi di Putaran Seri B Startup Logistik Inteluck

Startup e-logistics Inteluck menutup pendanaan seri B senilai $15 juta (lebih dari 215 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Creo Capital, perusahaan investasi asal Hong Kong yang menjadi bagian dari New World Group. East Ventures dan Headline Asia termasuk sejumlah investor yang berpartisipasi.  Favour Capital menjadi penasihat keuangan eksklusif dalam babak pendanaan tersebut.

Inteluck didirikan tahun 2014 oleh Kevin Zhang yang berpengalaman di sektor-sektor logistik, rantai pasok, teknologi, dan bisnis lintas wilayah lain, serta didukung tim inti yang menguasai pengalaman fungsional di beragam perusahaan internasional.

Inteluck menyediakan solusi platform e-logistics yang membantu klien dan mitra pemasok untuk menemukan dan menghasilkan valuasi dalam setiap aspek. Valuasi ini terwujud dengan memaksimalkan efisiensi logistik lewat teknologi, data, dan analisis. Startup ini mendukung beragam layanan platform logistik, termasuk FTL (full truckload) transportasi, manajemen gudang, freight forwarding, dan layanan rantai pasok lain yang dirancang secara khusus.

Selain itu, Inteluck mengintegrasikan dan mengoptimalkan sumber daya berdasarkan pemberdayaan teknologi, serta jaringan mitra pemasok yang telah terbentuk di Asia Tenggara selama dekade terakhir. Dengan demikian, diklaim penggunaan platform tersebut dapat menghemat biaya logistik dan meningkatkan efisiensi operasional.

Di saat bersamaan, Inteluck membantu lebih dari 5.000 mitra pemasok mengatasi tekanan arus kas dengan menambah jumlah pesanan yang diterima. Saat ini perusahaan telah melayani lebih dari 250 perusahaan ternama di sejumlah industri, seperti telekomunikasi, FMCG, manufaktur, e-commerce, pengiriman barang, dan lain sebagainya.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO Inteluck Kevin Zhang mengatakan, meski banyak perusahaan terdampak pandemi, bahkan memperoleh pelanggan baru kini menjadi lebih sulit, perusahaan mampu meningkatkan pendapatan sebesar 512% dalam tiga tahun terakhir.

“Pencapaian ini terwujud berkat kerja keras tim kami yang selalu melayani klien dengan layanan bermutu tinggi. Kami juga meningkatkan nilai tambah bagi klien dan vendor dengan memanfaatkan order reconstruction, dispatch optimization, dynamic pricing, dan sederet teknologi lain,” ujarnya, Rabu (26/1).

Inteluck telah memperkuat jangkauannya di segmen 3PL yang bernilai $300 miliar. Berkantor pusat di Singapura, Inteluck telah merambah Filipina, Thailand, dan negara-negara lain. Inteluck kini memperluas jangkauannya di Asia Tenggara, dan menargetkan pertumbuhan luar biasa dalam tiga tahun ke depan.

Managing Partner Creo Capital Christopher Cheng berujar, “Setelah dunia menghadapi ketidakpastian rantai pasok yang tak terduga, dan permintaan pelanggan yang cepat berubah, platform Inteluck yang canggih dan berorientasi data, serta jaringan luasnya menyediakan cara hemat biaya bagi pemasok dan perusahaan.”

Dia melanjutkan, “Hasilnya, kegiatan operasional menjadi lebih optimal, dan inefisiensi pun berkurang. Tim manajemen Inteluck yang piawai, dan produk unggulannya sejalan dengan strategi Creo untuk berinvestasi pada perusahaan transformatif yang dipimpin pengusaha inovatif. Kami optimis, Inteluck berpotensi menjadi penyedia solusi logistik terkemuka di Asia Tenggara pada masa mendatang.”

Co-founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca turut menambahkan, “Kami gembira mendukung Inteluck dan menjadi bagian dari tim Kevin dalam mengatasi kendala logistik. Platform Inteluck yang berorientasi pada teknologi dan data membantu perusahaan logistik dan pengiriman barang mengoptimalkan seluruh rantai pasok secara lebih efisien dan transparan. Kami ingin menyaksikan pencapaian Inteluck yang berikutnya.”

Tren pendanaan startup logistik

Dalam mendukung ekonomi digital, industri logistik masih memiliki banyak friksi di dalam proses bisnisnya. Kesempatan tersebut mendorong pemain startup untuk terjun yang membutuhkan banyak investasi dalam mengembangkan teknologinya.

Sejak awal tahun 2019 hingga Juli 2021, tim riset DailySocial.id mencatat ada sekitar 16 transaksi pendanaan yang diumumkan melibatkan perusahaan logistik berbasis teknologi. Investasi ini berhasil membukukan total nilai dana $586 juta. Setidaknya ada 4 startup logistik yang memiliki valuasi di atas $100 juta, yaitu SiCepat, Waresix, Shipper, dan GudangAda.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020

East Ventures Suntik Pendanaan Tahap Awal 15,8 Miliar Rupiah untuk Luwjistik

Startup e-logistics berbasis di Singapura “Luwjistik” memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $1,1 juta (sekitar 15,8 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari Arise — fund hasil kolaborasi MDI Ventures-Finch, dan Global Founders Capital. Perusahaan akan menggunakan dana untuk mengembangkan tim lokal dan regionalnya di Singapura, Indonesia, dan Malaysia; menyempurnakan platform sembari terus perluas jangkauan.

Luwjistik masih berumur sebatang jagung, didirikan pada Juli 2021 oleh veteran logistik dan e-commerce, Syed Ali Ridha Madihid, dan Wong Yingming. Visinya mengembangkan infrastruktur logistik dan jangkauan regional kliennya secara instan melalui akses langsung menuju mitra jaringan global. Sembari memungkinkan mereka mendapatkan manfaat dari alur kerja yang terstandardisasi demi transparansi dan kemudahan.

Menurut Co-founder & CEO Luwjistik Syed Ali Ridha Madihid, solusi ini hadir karena ledakan e-commerce yang didorong oleh pandemi mengakibatkan naiknya tekanan pada perusahaan logistik dalam memperluas operasi mereka. “Sebagian besar orang tidak dapat melakukan perjalanan untuk membangun jaringan dan hubungan di lapangan. Banyak orang juga mengandalkan proses lama, dan tidak mampu membangun kemampuan teknologi mereka dengan cukup cepat untuk memenuhi permintaan,” ucapnya, Kamis (30/9).

Melalui platform Luwjistik, para klien cukup melakukan integrasi API tunggal untuk menjembatani diri mereka menuju mitra pilihan, dan mengikuti transaksi hingga selesai. Sebanyak hampir 30 mitra jaringan di Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand telah terhubung dengan Luwjistik. Beberapa di antaranya adalah Ninja Van, J&T Express, dan JNE Express. Adapun klien yang telah memanfaatkan platform Luwjistik, di antaranya DHL eCommerce dan YCH Group Pte Ltd.

Madihid menuturkan, ada tiga nilai unggul yang ditawarkan. Pertama, dari sisi kelancaran, klien akan mendapat akses langsung menuju mitra jaringan di seluruh Asia Tenggara yang mencakup prosedur penerimaan barang impor dan pengiriman di titik terdekat, baik secara domestik maupun regional. Mereka dapat memilih penyedia jasa yang paling sesuai dengan kebutuhan.

Kedua, dari sisi standardisasi, yang mana dokumentasi, alur kerja, dan transparansi biaya dapat klien navigasi pergerakan lintas batasnya dengan mudah. Terakhir, dengan integrasi API tunggal, menjadi penggunaan platform yang cepat dan sederhana, sehingga memungkinkan pengelolaan data yang cepat, pemesanan langsung, penandatanganan kontrak, berbagi dokumen, hingga pemrosesan pembayaran, semuanya terjadi di dalam platform.

Menurut Madihid, apa yang mereka lakukan di sini adalah menggabungkan teknologi dan pengetahuan yang telah dibangun selama bertahun-tahun bekerja di sektor ini untuk menghubungkan titik-titik di seluruh supply chain. Pada akhirnya, akan membantu klien melakukan navigasi lintas batas dan menghadapi tantangan domestik, terutama di wilayah yang berkembang pesat, namun sangat terfragmentasi.

“Pada akhirnya, saat sektor logistik perlu segera ditingkatkan dan didigitalkan untuk memenuhi permintaan, Luwjistik menyediakan solusi teknologi yang cepat, efisien, dan aman, yang akan membantu mereka untuk tumbuh,” pungkasnya.

Ramaikan pendanaan sektor logistik

Sebelum East Ventures mengumumkan pendanaannya untuk Luwjistik, beberapa pekan sebelumnya juga telah berinvestasi untuk startup e-logistics lainnya, yakni McEasy. Segmen ini termasuk sangat bergairah di tengah pandemi karena perannya yang krusial dalam menyokong pertumbuhan industri e-commerce.

Sejak awal tahun 2019 hingga Juli 2021, tim riset DailySocial.id mencatat ada sekitar 16 transaksi pendanaan yang diumumkan melibatkan perusahaan logistik berbasis teknologi. Investasi ini berhasil membukukan total nilai dana $586 juta. Setidaknya ada 4 startup logistik yang memiliki valuasi di atas $100 juta, yaitu SiCepat, Waresix, Shipper, dan GudangAda.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020

Logistics Vehicle Management Platform “McEasy” Bags Seed Funding from East Ventures

SaaS startup for logistics vehicle management and tracking McEasy announced a $1.5 million (approximately IDR 22 billion) seed funding from East Ventures. The funds will be used to build logistics technology, recruit marketing and sales teams to reach more users.

“Smart tracking systems are not new in the automotive and industrial world, but we know how to integrate existing hardware, from sensors to GPS, with our platform to be the right solution. With a business plan previously designed, we believe that funds from investors will drive the company’s growth exponentially,” McEasy’s Co-Founder, Raymond Sutjiono said in an official statement, Tuesday (14/9).

East Ventures’ partner Melisa Irene said the application of technology solutions to drive increased asset management efficiency and achieve customer satisfaction is currently the main key in winning the competition in the logistics industry.

“McEasy has succeeded in providing solutions and products that are suitable for various players in the Indonesian logistics industry to help them identify the potential of the logistics market that is currently developing until the post-pandemic. We are delighted to welcome McEasy to the East Ventures ecosystem,” she said.

McEasy team / McEasy

Industry growth momentum

This startup was founded in 2017 by Raymond Sutjiono and Hendrik Ekowaluyo. Both have experience working at Ford. Hendrik is in structural design and in-car program management, while Raymond is an expert in engine electronics, system control, and vehicle data handling.

Both pioneered McEasy as a digitalization catalyst in the B2B logistics and transportation industry. To date, there are still several challenges clouding the logistics transportation management in Indonesia. Among them, the limited integration from one party to another, even though they are still in the same supply chain.

Moreover, business operational processes tend to rely on manual methods with complicated administration, therefore, the digitization process is yet to run smoothly; the same goes with automation and optimization systems to simplify logistics operations.

According to the Indonesian Logistics and Forwarders Association (ALFI), Indonesia’s logistics industry business growth potential from year to year is around 40 trillion Rupiah ($2.8 billion). Based on Redseer’s analysis, the industry has seen up to 100% growth during the pandemic.

Provided solutions

McEasy provides two solutions, Vehicle Smart Management System (VSMS) and Transportation Management System (TMS) & Smart Driver Apps. VSMS is a smart tracker-based digital solution to assist logistics operations and real-time tracking of vehicle locations.

Meanwhile, TMS is a SaaS for integrated planning, implementation, monitoring, and optimization of freight forwarding processes. Through integration in Smart Driver Apps, McEasy customers can track their vehicle position and all operational costs transparently, without the hassle of checking them manually.

Both of these solutions is available for logistics business players, from manufacturing & distribution companies to large brand companies that already have their own fleet or are integrated with logistics service providers.

McEasy’s Co-Founder, Hendrik Ekowaluyo added that the main strength of its service lies in its flexible platform, which is a solution to every customer’s needs. Different from other software providers, they will usually explore the client’s main problem, then explain how to use elements on our platform to solve the problem.

“For example, logistics company A has problem X, next, we will look for the most optimal settings on the platform and guide the client using those settings as a solution. In terms of scalability, this business concept is much more sustainable because we just have to explore the features in the platform without having to create different software every time,” he said.

McEasy uses a subscription-based business model and provides solutions that can be tailored to the scale of the customer’s business, such as 3PL, 4PL, distributor, or brand owner. To date, the areas covered by McEasy’s digital solutions include Java, Bali, Sumatra, Kalimantan and Sulawesi.

Its customer portfolio covers various industries and business sizes, for example MGM Bosco for the cold-chain sector, Rosalia Indah Group for the public transportation sector, as well as RPX and FeDex Indonesia for the last-mile logistics sector in Indonesia.

Since the pandemic, McEasy’s business has also been boosted thanks to digital transformation in the logistics industry. The number of its subscribers has grown 10 times. The company targets in the last quarter of this year to double the total number of vehicles integrated with the system, as well as assist in digitizing the transportation system for corporate customers.

Meanwhile, in the following year, the company will increase its target to achieve four times minimum growth for 2021. McEasy’s ambition is to create an integrated ecosystem that makes it easier for stakeholders to optimize all logistics and supply chain processes.

Logistics startup funding trend

In supporting the digital economy, the logistics industry still has a lot of friction in its business processes. This opportunity encourages startup players to jump in which requires a lot of investment in developing their technology.

Since 2019 to July 2021, the DailySocial research team recorded around 16 announced funding transactions involving technology-based logistics companies. This investment managed to record a total fund value of $586 million. There are at least 4 logistics startups that have a valuation above $100 million, including SiCepat, Waresix, Shipper, and GudangAda.

Company Round Year
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Application Information Will Show Up Here

Platform Manajemen Kendaraan Logistik “McEasy” Kantongi Pendanaan Awal dari East Ventures

Startup SaaS manajemen dan pelacakan kendaraan logistik McEasy mengumumkan pendanaan tahap awal senilai $1,5 juta (sekitar 22 miliar Rupiah) dari East Ventures. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun teknologi logistik, merekrut tim pemasaran dan penjualan guna menjangkau lebih banyak pengguna.

“Sistem pelacakan pintar memang bukan hal baru di dunia otomotif dan industri, namun kami tahu bagaimana cara mengintegrasikan hardware yang ada, mulai dari sensor hingga GPS, dengan platform kami untuk menjadi solusi tepat. Dengan rencana bisnis yang telah dirancang, kami percaya bahwa dana dari investor akan mendorong pertumbuhan perusahaan secara eksponensial,” kata Co-Founder McEasy Raymond Sutjiono dalam keterangan resmi, Selasa (14/9).

Partner East Ventures Melisa Irene menambahkan, pada masa ini penerapan solusi teknologi untuk mendorong peningkatan efisiensi manajemen aset dan mencapai kepuasan pelanggan merupakan kunci utama dalam memenangkan kompetisi di industri logistik.

“McEasy telah berhasil memberikan solusi dan produk yang cocok dengan berbagai pemain dalam industri logistik Indonesia untuk membantu mereka mengidentifikasi potensi pasar logistik yang tengah berkembang saat ini hingga pasca pandemi. Kami senang bisa menyambut McEasy ke dalam ekosistem East Ventures,” ujarnya.

Tim McEasy / McEasy

Momentum pertumbuhan industri

Startup ini didirikan sejak 2017 oleh Raymond Sutjiono dan Hendrik Ekowaluyo. Keduanya memiliki pengalaman bekerja di Ford. Hendrik di bagian perancangan struktural dan manajemen program dalam mobil, sementara Raymond ahli dalam tata elektronik mesin, kontrol sistem, hingga handling data kendaraan.

Keduanya merintis McEasy sebagai katalis digitalisasi pada industri logistik dan transportasi B2B. Selama ini, manajemen transportasi logistik di Indonesia masih memiliki sejumlah tantangan. Di antaranya, terbatasnya integrasi dari satu pihak ke pihak lain, padahal masih berada di rantai pasok yang sama.

Berikutnya, proses operasional usaha cenderung mengandalkan cara-cara manual dengan administrasi yang rumit, sehingga proses digitalisasi belum berjalan mulus; dan sistem automasi dan optimasi untuk menyederhanakan operasional logistik yang juga belum maksimal.

Menurut Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), potensi pertumbuhan bisnis industri logistik Indonesia dari tahun ke tahun berkisar sekitar 40 triliun Rupiah ($2.8 billion). Berdasarkan analisis Redseer, industri ini telah mengalami pertumbuhan sampai 100% selama pandemi.

Solusi yang ditawarkan

McEasy memberikan dua solusi, yakni Vehicle Smart Management System (VSMS) dan Transportation Management System (TMS) & Smart Driver Apps. VSMS merupakan solusi digital berbasis smart tracker untuk membantu operasional logistik dan pelacakan lokasi kendaraan secara real-time.

Sementara itu, TMS merupakan SaaS untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan optimasi proses pengiriman barang terpadu. Melalui integrasi dalam Smart Driver Apps, pelanggan McEasy dapat melacak posisi kendaraan dan seluruh biaya operasional secara transparan, tanpa perlu repot untuk memeriksanya secara manual.

Kedua solusi ini dapat digunakan oleh para pelaku bisnis logistik, mulai dari perusahaan manufaktur & distribusi hingga perusahaan brand besar yang telah memiliki armada sendiri ataupun terintegrasi dengan vendor-vendor penyedia jasa logistik.

Co-Founder McEasy Hendrik Ekowaluyo menambahkan, kekuatan utama layanannya terletak pada platform yang fleksibel, menjadi solusi setiap kebutuhan pelanggan. Berbeda dari penyedia software lain, biasanya akan mendalami problem utama klien, lalu memaparkan cara menggunakan elemen-elemen pada platform kami untuk mengatasi masalah tersebut.

“Misalnya, perusahaan logistik A memiliki masalah X, maka kami akan mencari pengaturan paling optimal pada platform dan memandu klien menggunakan pengaturan tersebut sebagai solusi. Secara scalability, konsep bisnis ini jauh lebih sustainable karena kita tinggal mengulik fitur-fitur dalam platform tanpa harus membuat software yang berbeda setiap saat,” kata dia.

McEasy menggunakan model bisnis berbasis langganan (subscription) dan memberikan solusi yang dapat disesuaikan dengan skala bisnis pelanggan, seperti 3PL, 4PL, distributor, atau pemilik brand. Hingga saat ini, wilayah yang terjangkau oleh solusi digital McEasy meliputi Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, serta Sulawesi.

Portfolio pelanggannya mencakup berbagai industri dan ukuran usaha, misalnya MGM Bosco untuk sektor rantai pasok dingin (cold-chain), Rosalia Indah Group untuk sektor transportasi publik, serta RPX dan FeDex Indonesia untuk sektor logistik last-mile di Indonesia.

Sejak pandemi, bisnis McEasy turut terdongkrak berkat transformasi digital di industri logistik. Jumlah pelanggannya telah tumbuh 10 kali lipat. Perusahaan menargetkan pada kuartal terakhir tahun ini dapat meningkatkan total kendaraan yang terintegrasi dengan sistem menjadi dua kali lipat, serta membantu digitalisasi sistem transportasi untuk pelanggan perusahaan.

Sementara itu pada tahun berikutnya, perusahaan akan meningkatkan targetnya untuk mencapai pertumbuhan minimal empat kali lipat dari 2021. Ambisi McEasy adalah membuat ekosistem terintegrasi yang memudahkan para stakeholder mengoptimasi semua proses logistik dan rantai pasok.

Tren pendanaan startup logistik

Dalam mendukung ekonomi digital, industri logistik masih memiliki banyak friksi di dalam proses bisnisnya. Kesempatan tersebut mendorong pemain startup untuk terjun yang membutuhkan banyak investasi dalam mengembangkan teknologinya.

Sejak awal tahun 2019 hingga Juli 2021, tim riset DailySocial mencatat ada sekitar 16 transaksi pendanaan yang diumumkan melibatkan perusahaan logistik berbasis teknologi. Investasi ini berhasil membukukan total nilai dana $586 juta. Setidaknya ada 4 startup logistik yang memiliki valuasi di atas $100 juta, yaitu SiCepat, Waresix, Shipper, dan GudangAda.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020
Application Information Will Show Up Here

Strategi Penetrasi Bisnis Logistik LODI Melalui Perluasan Mitra

LODI, startup fulfillment dan last mile delivery, masih fokus pada perluasan lokasi pada tahun ketiga operasinya, agar lebih banyak konsumen dan penjual di seluruh Indonesia yang terlayani dan merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi digital. Startup ini sudah beroperasi di lima kota dengan berbagai mitra pergudangan, yakni Flexofast (Tangerang, Medan, Surabaya), Janio (Jakarta), dan Kalla Logistics (Makassar).

Dalam keterangan resmi, CEO LODI Yan Hendry Jauwena menjelaskan bahwa perusahaan menggandeng banyak mitra pemilik gudang dan perusahaan logistik agar dapat melayani banyak target konsumennya, yakni pengusaha UKM online dari berbagai segmen bisnis. Ekspansi ke Makassar, sambungnya, adalah informasi terbaru dari perusahaan yang ingin memfokuskan diri dalam memenuhi kebutuhan logistik di Indonesia bagian timur, yaitu Maluku, Sulawesi, dan Papua.

Salah satu dukungan Kalla Group lewat kemitraan ini adalah mengakomodasi moda transportasi truk untuk kebutuhan lintas pulau dalam waktu singkat oleh angkatan laut yang dimiliki Kalla Group. Tak hanya itu, Kalla Logistic menyediakan warehouse untuk kebutuhan fulfillment e-commerce dengan area seluas 2250 meter persegi yang akan digunakan LODI secara bertahap.

Menurut Yan, dukungan dari Kalla Group sangat besar untuk perusahaan dalam upayanya meningkatkan kualitas pelayanan di masa mendatang dan membantu melayani pertumbuhan digital ekonomi di Indonesia bagian timur dan Sulawesi.

“Keterlibatan Kalla Group dalam kemitraan ini meliputi sokongan transportasi serta logistik bagi LODI. Keterlibatan kedua belah pihak untuk saling bahu membahu menyokong satu sama lain mampu meningkatkan efisiensi, baik secara optimal maupun optimalisasi bisnis bagi semua pihak yang terlibat,” kata Yan.

Perkembangan bisnis LODI

LODI adalah startup yang mengadopsi konsep Cainiao, logistik raksasa dari Tiongkok. Selama ini pemain logistik selalu mengandalkan pada heavy asset, seperti memiliki gudang di berbagai lokasi dan armada sendiri dalam menjalankan bisnisnya.

Padahal, belum tentu aset tersebut memiliki utilitas tinggi. Ketika gudang itu kosong, selalu ada overhead cost yang dibebankan. Sehingga para pemain fulfillment kurang mampu bersaing dengan era digital seperti sekarang ini. Konsep Cainiao dengan light asset dan mengusung semangat kolaboratif dengan ekosistem logistik pendukung dianggap tepat untuk diadopsi di Indonesia.

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Yan menyampaikan berkat kemitraan dengan mitra fulfillment, kini perusahaan dapat menjangkau lebih banyak pemilik bisnis UKM yang datang dari segmen fesyen, peralatan rumah tangga, skin care, alat kesehatan, suplemen kesehatan, kebutuhan bayi, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka berjualan melalui platform marketplace.

Seluruh produk UKM ini dititipkan ke gudang mitra LODI dan seluruh proses pengadaan hingga pengiriman ditangani langsung oleh LODI. Para UKM pun dapat memprioritaskan fokusnya ke pengembangan bisnis agar semakin berkembang. Tidak disebutkan lebih jauh pertumbuhan bisnis LODI selama pandemi.

Dia juga menuturkan kebutuhan akan solusi pengadaan dikala pandemi kini menjadi incaran para UKM online untuk membantu mengembangkan bisnis mereka secara lebih efektif, baik dari segi waktu and biaya. Sekaligus, untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi karena banyaknya pesanan yang masuk dari konsumen.

“Tentunya LODI mengimbangkan demand tersebut dengan man power preparation serta monitoring control yang menjadi SLA demi meningkatkan produktivitas.”

Yan tidak menjelaskan lebih jauh secara rinci bagaimana strategi perusahaan ke depannya. Ia hanya menyebut agar menjadi pemain dominan di Indonesia, perusahaan akan terus memperkuat inovasi produk dan operasional yang berfokus pada kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Dengan demikian, bisnis mereka dapat terus berkembang sehingga mereka dapat masuk ke era perdagangan yang akan datang (future commerce).

Terkait pendanaan, Yan hanya menyebut perusahaan terus membuka kesempatan untuk investor lain untuk bergabung dan mendukung perkembangan LODI. Terakhir, perusahaan memperoleh pendanaan tahap awal dengan identitas investor dan nominal yang dirahasiakan.

Sektor logistik mengalami kontraksi

Kendati sektor ini disorot menjanjikan di tengah laju pesat bisnis e-commerce di Indonesia, menurut data terbaru yang dirilis BPS terkait pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama 2021, sektor logistik (pergudangan dan jasa penunjang angkutan; pos dan kurir) mengalami kontraksi 13,71% yoy. Hal ini disebabkan adanya pembatasan mobilitas di tengah pandemi.

Laju pertumbuhan industri transportasi dan pergudangan 2021 / BPS

Halangan terkait pembatasan tersebut juga divalidasi oleh Parcelmonitor yang mencatat adanya peningkatan waktu transit rata-rata sebesar 26% selama periode pandemi. Operator logistik belum sepenuhnya mengatasi tantangan di tengah pandemi pada tahun 2020.

Rata-rata waktu transit logistik di awal pandemi / Parcelmonitor

Namun optimisme pasar menyambut era baru logistik tampaknya menjadi pendorong digitalisasi di sektor ini. Terbukti, sepanjang H1 2021, terdapat tiga startup logistik yang mendapatkan pendanaan. Meliputi SiCepat (seri B senilai $170 juta), Shipper (seri B senilai $63 juta), dan Andalin (seri A dengan nilai yang disembunyikan).

Menyimak Potensi Startup “Smart Logistic” di Indonesia

Bisnis logistik makin relevan dengan kebutuhan industri saat ini. Namun di tengah perkembangan digital, para perusahaan yang berkecimpung di dalamnya dituntut untuk melakukan transformasi. Salah satu hasilnya, dalam lima tahun terakhir berbagai inisiatif berbasis smart logistic dilahirkan. Bukan hanya mendukung kinerja korporasi saja, namun juga sudah cukup banyak mendukung pelaku UKM.

Relevasi model bisnis smart logistic turut divalidasi oleh banyaknya startup terkait yang mendapatkan investasi, berharap dapat mendisrupsi peluang yang ada. Untuk melihat sejauh apa perkembangan smart logistic di Indonesia, dalam sesi #Selasastartup pekan ini DailySocial menghadirkan Co-founder Paxel Zaldy Masita.

Decacorn membantu pertumbuhan smart logistic

Menurut Zaldy, duo decacorn Gojek dan Grab memiliki peranan besar di sini. Khususnya layanan GoSend dan GrabSend, mereka mulai memperkenalkan konsep smart logistic yang menyasar langsung segmen B2C hingga C2C. Langkah strategis untuk masuk segmen tersebut dinilai olehnya sebagai keputusan cerdas, karena kebanyakan bisnis legasi di bidang logistik masih sepenuhnya meng-cater segmen B2B.

“Saat pandemi sekarang cukup terasa bagaimana pertumbuhan layanan smart logistic yang menyasar segmen B2C hingga C2C mengalami pertumbuhan bisnis yang sangat positif. Sementara untuk mereka yang hanya fokus kepada B2B kesulitan untuk menjalankan bisnis saat ini,” kata Zaldy.

Pertumbuhan layanan e-commerce di Indonesia juga menjadi salah satu faktor pendukung bagi layanan logistik lokal untuk mulai mengadopsi teknologi dan menciptakan inovasi baru. Tidak lagi menjalankan bisnis secara konvensonal, namun mulai berinvestasi kepada teknologi dan mempekerjakan talenta digital yang relevan.

“Saat ini sudah mulai banyak perusahaan logistik yang sudah mapan dan popular di Indonesia tidak lagi menghabiskan dana untuk membeli moda transportasi baru pendukung, namun lebih kepada sumber daya IT hingga inovasi dan teknologi,” kata Zaldy.

Pentingnya teknologi dan inovasi

Untuk mendukung industri logistik bisa bergerak lebih cepat tentunya dengan mengembangkan teknologi dan inovasi yang relevan. Mulai dari mengubah proses konvensional hingga menawarkan pilihan baru yang memudahkan pelanggan.

Contoh kasus yang kemudian mulai banyak diterapkan oleh perusahaan logistik di Indonesia adalah, layanan pick-up yang bisa dimanfaatkan oleh semua pelanggan. Tidak lagi harus mengantarkan barang ke lokasi logistik terdekat, kini melalui aplikasi proses pemesanan, pengambilan hingga pembayaran bisa dilakukan melalui aplikasi.

“Selain itu perusahaan logistik dan mereka yang mengklaim sebagai smart logistic harus bisa mengetahui dengan jelas kebutuhan pelanggan. Untuk itu teknologi monitoring driver/barang yang akan diantar atau di pick up menjadi sangat penting untuk diterapkan,” kata Zaldy.

Teknologi seperti IoT hingga big data sudah mulai banyak dimanfaatkan oleh perusahaan logistik. Selain itu kemampuan untuk mengolah pemetaan yang cerdas hingga proses tagging yang saat ini sudah banyak dimanfaatkan oleh perusahaan logistik untuk mengatahui secara detil alamat atau titik destinasi pelanggan, bisa memudahkan dan tentunya mempercepat proses pengantaran.

“Di sisi lain kami sebagai pemain smart logistic masih kesulitan untuk menemukan dan mendapatkan talenta digital, karena masih harus bersaing dengan perusahaan teknologi hingga startup unicorn di Indonesia,” kata Zaldy.

Pemain lokal masih menjadi “raja”

Terkait dengan persaingan, menurut Zaldy tidak menjadi masalah ketika mulai banyak pemain smart logistic asing hingga lokal yang banyak bermunculan dan meramaikan lanskap layanan logistik di Indonesia. Dalam hal ini dirinya melihat, semakin banyak player, maka semakin baik ekosistem logistik ke depannya.

Disinggung seperti apa peluang pemain asing untuk masuk ke pasar Indonesia, menurut Zaldy wilayah Indonesia yang cukup kompleks dan unik, bisa menyulitkan pemain asing untuk bisa melancarkan bisnis mereka. Dalam hal ini bisa menjadi potensi dan peluang yang baik bagi pemain lokal untuk bisa melancarkan layanan dan bisnis mereka di sektor logistik.

Melihat tren dan kebutuhan saat ini, pilihan untuk menyediakan layanan same day delivery antar kota bisa menjadi pilihan bagi mereka yang ingin masuk ke sektor logistik. Bukan hanya memberikan dukungan kepada pelaku UKM, segmentasi yang terbilang masih niche ini, bisa meminimalisir persaingan dengan perusahaan logistik raksasa yang sudah memiliki sumber daya dan jangkauan yang luas di tanah air.

“Untuk itu kami di Paxel masih fokus dengan segmentasi ini dan terus menghadirkan layanan yang relevan untuk pelanggan. Langkah strategis yang kami lakukan adalah, terus mengembangkan teknologi hingga menjalin kemitraan dengan industri terkait hingga layanan finansial yang bisa mempermudah pelanggan melakukan pembayaran dalam platform,” kata Zaldy.

Layanan Logistik Malaysia TheLorry Ingin Fasilitasi Kebutuhan UKM Indonesia

Persoalan logistik hingga saat ini masih menjadi kendala yang banyak ditemui oleh kalangan bisnis konvensional, pelaku UKM hingga layanan e-commerce di Indonesia. Luasnya wilayah di pelosok kota Indonesia, menjadikan logistik sulit untuk dijangkau dan dibutuhkan biaya yang besar untuk melakukan pengiriman.

Salah satu layanan yang mencoba untuk mengatasi persoalan tersebut adalah TheLorry. Layanan logistik asal Malaysia ini mulai mengembangkan layanannya di seluruh Indonesia.

Kepada DailySocial, Business Development Executive TheLorry Indonesia Rendi Ferdiansyah mengungkapkan, TheLorry adalah jasa penyewaaan truk, van, dan mobil pick up melalui aplikasi secara cepat dan mudah. 

“Kami menyediakan jasa seperti transportasi mobil pick up untuk pindah rumah dan kantor. TheLorry juga menerima pelanggan individu dan bisnis untuk memesan kendaraan yang di butuhkan dengan harga transparan dan pasti dalam hitungan menit.”

Fasilitasi kebutuhan pelaku UKM

Berdiri sejak tahun 2014, layanan logistik TheLorry tahun ini mulai fokus untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Secara keseluruhan platform TheLorry telah memiliki lebih dari 6.000 mitra pengemudi di Asia Tenggara dengan berbagai jenis kendaraan. TheLorry mengklaim sebagai jasa logistik online yang tumbuh paling cepat di Asia Tenggara.

Dengan hadirnya TheLorry di Indonesia, diharapkan bisa membuat perbedaan dan mengubah kehidupan orang lain melalui layanan yang diberikan. Terutama untuk pelaku UKM, yang saat ini masih kesulitan untuk memesan truk untuk mengangkut barang mereka, dan di sisi lain, pengemudi truk merasa sulit untuk menjangkau pelanggan. 

“Kami ingin menjembatani kesenjangan antara pelanggan dan mitra pengemudi dengan menciptakan sistem otomatis yang membuat seluruh proses lebih efisien dan aman,” kata Rendi.

Cara kerja TheLorry

Pengguna yang ingin menyewa layanan logistik TheLorry bisa langsung mengakses aplikasi atau situs TheLorry. Menyesuaikan mitra pengemudi yang terbaik sesuai dengan wilayah terdekat, nantinya pilihan transportasi bisa dipesan langsung.

“Untuk strategi monetisasi kami menerapkan sharing profit kepada mitra pengemudi,” kata Rendi.

Disinggung apa yang membedakan TheLorry dengan layanan logistik serupa lainnya, Rendi menyebutkan TheLorry lebih unggul dari sisi harga juga pelayanan. Selain itu layanan TheLorry juga memungkinkan pengiriman barang ke seluruh Indonesia. Misalnya dari Jakarta ke Solo, Jakarta ke Bali dan kota besar lainnya. Selain itu pelanggan juga bisa memasukan lebih dari satu titik penjemputan atau pengantaran.

“Fokus kami di tahun 2018 ini adalah lebih kepada pengembangan produk dan menambah jumlah wilayah layanan di kota-kota besar di Indonesia,” tutup Rendi.

Application Information Will Show Up Here

Platform e-Logistik Iruna Resmi Beroperasi, Siap Gelontorkan Investasi Awal 260 Miliar Rupiah

Platform e-logisik Iruna meresmikan peluncuran bisnisnya di bilangan Sunter, Jakarta pada Kamis (30/3). Iruna hadir sebagai mitra teknologi untuk pelaku UKM, bisnis e-commerce, dan brand lokal yang membutuhkan layanan logistik.

Iruna mengusung konsep “Delivered by Technology” dengan solusi back-end guna mengintegrasikan teknologi dari setiap layanannya, mulai dari gudang, pengepakan hingga strategi last mile delivery. Iruna dimiliki oleh investor lokal dengan identitas yang masih dirahasiakan.

“Iruna 100% didukung oleh investor lokal, mereka percaya bahwa pertumbuhan UKM dan ekonomi digital di Indonesia bakal pesat. Mereka pun berkomitmen untuk mendukung model bisnis Iruna lewat injeksi modal yang siap diberikan,” ucap CEO dan Founder Yan Hendry Jauwena.

Yan melanjutkan, “Kami memberikan solusi layanan logistik berbasis digital yang terintegrasi dengan e-commerce milik pelaku usaha, dilengkapi dengan aplikasi panel manajemen inventory ke fulfillment center yang dapat diakses secara real time dan online.”

Dengan satu kali mendaftar di sistem, penjual dapat langsung terdaftar ke semua toko online atau toko offline yang dipilih. Pelayanan yang akan didapatkan penjual, di antaranya pengambilan dan pengemasan barang, foto produk, dan pemasaran pada marketplace yang menjadi mitra bisnis Iruna untuk front-end.

Nantinya Iruna juga menjadi pihak yang melakukan pengiriman barang antar kota dengan para kurir yang memakai berbagai mode, seperti motor, mobil, van, truk, dan box . Selain itu akan ada laporan secara real time dari Iruna kepada pengirim ataupun penerima terkait status pengiriman.

Dengan kemudahan yang ditawarkan Iruna, diharapkan penjual bisa memaksimalkan penjualannya lewat channel manapun tanpa harus memikirkan inventaris, pengepakan, hingga pengiriman barang ke pihak logistik.

Perusahaan juga memberikan jaminan garansi untuk seluruh barang lewat dukungan kemitraan bersama perusahaan asuransi umum.

Dalam menjalankan bisnisnya tersebut, Iruna sudah mengantongi dua izin dari pemerintah yaitu izin pengendara mode transportasi melalui Jasa Pengurusan Transportasi (JPT), dan Perusahaan Jasa Titipan (JPT).

Siap investasi dengan total US$20 juta

Ilustrasi gudang / Pixabay
Ilustrasi gudang / Pixabay

Pada tahap awal berdiri, lanjut Yan, Iruna akan fokus menambah gudang seluas 3 ribu hingga 10 ribu m2 di berbagai lokasi sebagai tempat penyimpanan stok barang. Dalam pipeline, tahun ini pihaknya berencana menambah dua gudang lainnya yang berlokasi Surabaya dan Yogyakarta.

Sementara, dalam dua tahun mendatang Yan menargetkan Iruna sudah memiliki sembilan gudang. Lokasinya tersebar untuk mendukung wilayah Sumatera, gudang akan dibangun di Medan dan Palembang.

Untuk Sulawesi akan dibangun di Manado dan Makassar, Kalimantan akan dibangun antara Balikpapan atau Pontianak. Sedangkan untuk mendukung wilayah Indonesia Timur akan berdiri gudang di Ambon.

Adapun untuk anggaran dana investasi yang siap untuk digelontorkan Iruna diperkirakan bakal menyentuh di angka US$20 juta atau sekitar Rp260 miliar. Dengan rincian, investasi per gudang ditambah armada pendukungnya akan memakan dana sekitar Rp5 miliar sampai Rp7 miliar.

“Besaran investasi akan bergantung luas gudang, makin besar luasnya maka akan makin besar pula kebutuhan armada pendukungnya. Namun, saya perkirakan total investasi yang akan digelontorkan tahun ini bisa mencapai US$20 juta.”

Target dan Ambisi Iruna

Sepanjang tahun ini, Iruna sudah mengumumkan target dan ambisinya yang harus dicapai untuk menopang bisnis perusahaan. Dari sisi gudang, diharapkan sampai akhir tahun Iruna memiliki tiga gudang dengan pengiriman same day service tersedia di 12 provinsi, next day service 34 provinsi, dan reguler tersedia di seluruh provinsi di Indonesia dan lintas batas global.

Sementara dari sisi integrasi marketplace, Iruna menargetkan dapat bermitra dengan lebih dari 30 perusahaan dan jumlah UMKM, SME, dan pemilik e-commerce lebih dari 125 ribu pengusaha.

Sedangkan, dari sisi lokasi pick up dan drop dapat mencapai 10 ribu titik dengan kemitraan bersama 10 perusahaan asing, mulai dari Lazada Singapura, Amazon Singapura, eBay Singapura, Qoo10, dan lainnya.

Adapun sementara ini Iruna baru bermitra dengan empat perusahaan e-commerce, seperti Oktagon, Orami, Mentimun dan Tinamee. Sedangkan dari sisi lokasi pick up dan drop point, Iruna sudah bekerja sama dengan Indosat Ooredoo.

Iruna akan menggunakan ribuan outlet, gerai, dan galeri Indosat sebagai titik touch point pengantaran dan pengambilan barang bagi konsumen. Selain Indosat Ooredoo, Iruna juga bakal menyediakan titik lain lewat pemanfaatan gerai peritel modern, hanya saja identitas perusahaannya belum boleh disebutkan.

Untuk menjangkau titik pengiriman seluruh Indonesia, Iruna juga tengah menjajaki berbagai kerja sama dengan maskapai penerbangan. Beberapa nama yang tengah masuk tahap finalisasi, Cathay Pacific Airline, Japan Airlines, All Nippon Airlines, dan lainnya.

“Dengan mencapai seluruh target itu semua, kami yakin akan capai skala ekonomi pada akhir tahun. Di samping itu, seluruh kemitraan yang akan kami jalin ke depannya bisa memberikan dampak yang positif, khususnya perkembangan bisnis UKM dan pengusaha e-commerce Indonesia,” tutup Yan.