Waresix Dilaporkan Pangkas Karyawan di Divisi Produk dan Pengembangan

Startup logistik Waresix dilaporkan telah merumahkan sejumlah karyawannya di divisi data dan teknis. Menurut sumber, seperti dilansir dari TechinAsia, PHK tersebut diumumkan pada 16 Februari 2024, dilakukan untuk merampingkan departemen product and engineering. Tidak diketahui berapa banyak karyawan yang terdampak layoff.

Dalam email yang dikirimkan ke stafnya, Waresix menyatakan bahwa, “Petinggi mempertimbangkan dan membuat keputusan sulit ini dengan sangat berhati-hati.”

Adapun, Waresix akan memenuhi kewajiban sesuai hak dan manfaat bagi karyawan yang terdampak.

Diketahui, Waresix sempat aktif melakukan perekrutan karyawan baru dan memastikan tidak ada PHK massal di tengah ancaman resesi global 2023. Pasalnya, industri logistik dalam negeri saat itu diproyeksi terus tumbuh. Data BPS mencatat logistik sebagai sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional tertinggi di kuartal II 2023 dengan 15,28%.

“Kami terus melakukan perekrutan untuk mengisi posisi yang dibutuhkan di masa pertumbuhan bisnis ini,” ungkap Presiden Waresix Eric Dharma dalam keterangan resminya tahun lalu.

Sebagai informasi, Waresix didirikan oleh Andree Susanto dan Edwin Wibowo pada 2017. Perusahaan mengembangkan solusi logistik terintegrasi mulai dari transportasi darat, pergudangan, hingga pengiriman ke seluruh pulau dengan model bisnis berbasis aset ringan alias tidak memiliki aset truk/gudang.

Waresix diketahui terakhir kali menerima pendanaan seri B+ sebesar $50 juta (sekitar Rp780 miliar) dari Tiger Global, Temasek, dan East Ventures. Beberapa investor lain yang juga mendukung Waresix termasuk EMTEK, Jungle Ventures, hingga Softbank.

Dari seluruh putaran, mengutip data yang disetorkan ke regulator diperkirakan Waresix sudah mengumpulkan pendanaan ekuitas senilai $157,2 juta dengan valuasi post-money $420 juta.

Waresix juga menjadi salah satu investor startup rantai pasok agribisnis Gokomodo pada September 2022.

Mengutip informasi di situs resminya, Waresix tercatat telah melayani lebih dari 1.500 klien enterprise, mengelola lebih dari 150 ribu meter persegi, mengangkut muatan 20 juta metrik ton dengan dukungan 50.000 armada truk.

Di Indonesia ada sejumlah startup yang juga bergerak di sektor industri yang sama, di antaranya Logisly, TransTRACK, LODI, Kargo Tech dan beberapa lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Waresix Jaga Tren Pertumbuhan Positif Setelah Pandemi

Startup logistic tech integrator Waresix mengklaim mampu menjaga tren pertumbuhan revenue positif naik 2x lipat setiap tahunnya, pencapaian tersebut tetap tercapai meski sempat terkena dampak pandemi. Ini mematahkan kondisi sebaliknya yang menimpa di sejumlah startup logistik lokal lainnya yang harus efisiensi bisnis.

Dalam media briefing yang diselenggarakan Waresix kemarin (13/4), Group President Waresix Eric Dharma menjelaskan beberapa strategi yang dilakukan perusahaan, salah satunya diversifikasi pendapatan ke target klien ke sektor yang tumbuh positif, di antaranya komoditas, mining, agrikultur, dan consumer goods, menjauhi sektor konstruksi yang sempat terpuruk saat awal pandemi di 2020.

“Kami sadar tentang pentingnya diversifikasi bisnis, kami masuk ke sektor-sektor bisnis yang secara GDP besar dan dampak ekonominya besar. Positifnya, sebelum Covid-19, klien perusahaan ini tidak tertarik pakai solusi Waresix, tapi setelahnya mereka sangat terbuka,” terang Eric.

Padahal, saat pandemi bisnis logistik B2B di Indonesia, menurut riset yang ia dapatkan, tercatat turun hingga 20% alias hampir seperempat dari seluruh bisnis keseluruhan. Berbeda dengan logistik last-mile yang tumbuh subur-suburnya. “Tapi kita tetap tumbuh double, jumlah head count juga tumbuh tapi tetap dijaga.”

Meski tidak dirinci dengan angka spesifik, Eric menyebut pendapatan Waresix tumbuh dua kali lipat tiap tahunnya, selalu berorientasi pada dua benchmark utama: pendapatan dan profit, serta tidak memberikan subsidi. Alhasil, Waresix diklaim punya unit economics yang positif.

Model bisnis Waresix adalah aset ringan (tidak memiliki aset truk/gudang), menawarkan solusi logistik terintegrasi, mulai dari transportasi darat, pergudangan, hingga pengiriman ke seluruh pulau. Monetisasi dilakukan dengan perjanjian kontrak berkala dengan para pelanggan korporasi, yang mana Waresix akan bantu dari sisi manajemen dan teknologinya.

Kini Waresix telah mengelola lebih dari 50 ribu truk, 150 ribu meter persegi area pergudangan, dan telah dipercaya oleh lebih dari 1.500 pelanggan korporasi sebagai pengguna jasa Waresix. Para klien ini berasal dari beragam industri, nama-nama perusahaannya antara lain, Sinar Mas, Wilmar, Unilever, P&G, dan Kino.

Waresix

Karena teknologi jadi backbone utama Waresix, maka inovasi di sektor ini juga diperkuat. Salah satu yang sudah diluncurkan adalah menghadirkan smart matching jumlah muatan dengan ukuran truk dengan tenaga AI. Namun, hal ini perlu didukung database lengkap terkait ukuran dan jenis truk yang menjadi mitranya.

Waresix memetakan kebutuhan pelanggan dan mencocokkannya dengan sejumlah mitra transporter yang memiliki kapabilitas untuk melakukan pengiriman. Dengan demikian, para mitra tersebut mendapatkan muatan sesuai dengan truk lebih cepat. Mereka pun dapat terbantu dalam mengurangi potensi kehilangan pelanggan yang biasanya disebabkan oleh proses konfirmasi ketersediaan truk yang lama.

Isu logistik di Indonesia

Eric menjelaskan masalah paling besar dalam bidang logistik, yakni perencanaan pengiriman yang kurang baik. Beberapa contohnya adalah:

  1. Ketidakpastian ketersediaan dan datangnya truk,
  2. Seringkali kapasitas loading dan unloading barang tidak sesuai, sehingga truk yang datang harus antre hingga berhari-hari, sehingga truk menjadi gudang berjalan yang berdampak pada rendahnya utilisasi truk,
  3. Ketidaktepatan pesanan, seperti truk yang datang tidak cukup untuk mengangkut muatan karena ukuran box truk di Indonesia belum terstandar,
  4. Kurangnya akses terkait pesanan truk yang mengakibatkan truk menganggur atau jalan balik dengan muatan kosong,
  5. Trip kurang efisien misalnya, banyak truk yang harus jalan padahal muatannya tidak penuh yang berdampak pada lamanya waktu pengiriman dan meningkatnya konsumsi bahan bakar.

Rendahnya utilisasi armada tersebut berdampak pada tingginya biaya operasional pengusaha truk. Bahkan mereka sering merugi karena harus membayar fixed cost, namun pendapatan tidak mencukupi. Kadang, untuk mengakalinya, mereka harus menaikkan biaya sewa untuk menutupi fixed cost tersebut. “Dampaknya, biaya pengiriman menjadi lebih tinggi.”

Menurut Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (ATPRINDO), rata-rata truk di Indonesia hanya menempuh 50 ribu km per tahun. Angka tersebut sangat minim dibandingkan Thailand yang mampu tembus 120 ribu km/tahun, dan Eropa 200 ribu km/tahun.

Data lainnya yang diungkap oleh Bank Dunia 2018, biaya logistik di Indonesia adalah termahal di ASEAN, yakni 24% dari GDP. Adapun rata-rata di dunia itu sendiri adalah 11%. Posisi termahal kedua dipegang oleh Vietnam (20%), Thailand (15%), Filipina dan Malaysia masing-masing (13%), dan Singapura (8%).

Waresix sebagai integrator dapat meningkatkan utilisasi dengan membuat perjalanan truk lebih efisien dengan solusi konsolidasi muatan yang ditawarkan. Hal itu dapat mengurangi jumlah perjalanan yang tidak diperlukan dan mengurangi kemacetan, sehingga potensi kerugian akibat konsumsi bahan bakar berkurang.

Data internal Waresix menunjukkan, utilisasi truk para mitra yang terdedikasi untuk Waresix catatkan peningkatan sebesar 32% selama April 2022-Maret 2023. Bila diibaratkan, angka tersebut sama dengan perjalanan truk selama empat kali dalam seminggu.

Sepanjang tahun lalu, Waresix tumbuh dua kali lipat dengan 70 ribu transaksi atau perjalanan dan 20 juta metrik ton yang diangkut.

Disebutkan Waresix mengantongi pendanaan sebesar $50 juta pada April 2022 dari sejumlah investor, di antaranya Tiger Global, East Ventures, dan Temasek. Perusahaan juga menjadi salah satu investor untuk pendanaan startup rantai pasok agribisnis Gokomodo pada September 2022.

Application Information Will Show Up Here

Startup Agritech Gokomodo Peroleh Pendanaan Seri A 386 Miliar Dipimpin East Ventures

Startup rantai pasok agribisnis Gokomodo hari ini (6/9) mengumumkan pendanaan seri A sebesar $26 juta (lebih dari 386 miliar Rupiah) dipimpin oleh East Ventures. Investor lain juga berpartisipasi dalam pendanaan ini, yakni SMDV, Eight Capital, K3 Ventures, Triputra, Waresix, Indogen Capital, Sahabat Group, dan Sampoerna Financial.

Diklaim putaran ini merupakan salah pendanaan seri A dengan nilai terbesar di Indonesia. Pengumuman ini dilakukan relatif singkat pasca dikabarkan peroleh pendanaan tahap awal pada Juli 2022. Berdasarkan informasi dari data regulator, perusahaan mengantongi pendanaan sebesar $1 juta dari East Ventures dan Waresix. Akan tetapi, pihak yang terkait tidak memberikan respons terkait pemberitaan ini.

Co-founder dan CEO Gokomodo Samuel Tirtasaputra menyampaikan, dukungan dari East Ventures dan investor lainnya akan digunakan untuk mengembangkan Gokomodo. Gokomodo melakukan pendekatan ganda, yakni menggabungkan platform digital yang kuat dengan infrastruktur yang strategis. Hal ini untuk memastikan bahwa perusahaan dapat mendukung penetrasi di area yang minim akan infrastruktur digital.

“Sejalan dengan tujuan kami untuk memajukan perusahaan agribisnis dan petani kecil di seluruh Indonesia, serta penyediaan akses yang sama bagi semua pemangku kepentingan melalui teknologi. Dengan hadir lebih dekat dengan para petani, kami berharap dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan membantu mereka membangun praktik agrikultur yang lebih berkelanjutan,” ucap Samuel.

Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menyampaikan, Gokomodo hadir sebagai solusi inovatif yang dapat mengatasi masalah rantai pasok di sektor agribisnis. Sejalan dengan besarnya potensi agribisnis di Indonesia, pihaknya percaya Gokomodo memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan produktivitas dan output signifikan menuju perekonomian Indonesia yang lebih baik. “Kami menantikan perkembangan dan inovasi Gokomodo ke depannya,” kata dia.

Agribisnis adalah sektor pemberi kontribusi terbesar kedua terhadap PDB Indonesia, dengan cakupan lebih dari 42 juta hektar lahan agrikultur dengan total pasar untuk input pemasukan pengadaan senilai $30 miliar. Terlepas dari ukuran dan potensi yang dimiliki, sistem rantai pasok di Indonesia masih terfragmentasi dan jauh dari kata efisien. Sehingga menimbulkan kesulitan bagi perusahaan dan petani kecil dalam mengakses produk kebutuhan agrikultur, seperti pupuk dan peralatan pertanian.

Produk Gokomodo

Gokomodo menawarkan solusi melalui platform pengadaan digital, perdagangan digital, dan distribusi. Ketiganya hadir untuk meningkatkan efisiensi pada proses pengadaan dan mempermudah pencarian vendor, disertai peningkatan transparansi dan kemudahan pengendalian yang seluruhnya berbasis digital untuk perusahaan agribisnis dan petani kecil.

Selain itu, lini bisnis e-commerce Gokomodo menghadirkan produk agribisnis dengan harga bersaing. Pengirimannya didukung oleh Waresix, sehingga menjamin pengantaran yang jelas dan tepat waktu. Tak hanya korporat, para petani kecil juga dipermudah karena dapat mengakses produk agribisnis yang dibutuhkan dengan harga dan ketersediaan yang lebih optimal di platform Gokomodo.

Startup ini didirikan pada 2019 oleh Samuel Tirtasaputra (CEO) dan William Pramana (CTO). Jaringannya cukup luas, mayoritas melayani sektor perkebunan. Diklaim ada lebih dari 3 ribu perusahaan yang telah bergabung dalam ekosistem, di antaranya perusahaan agribisnis Sinar Mas, First Resources, dan Sampoerna Agro.

“Gokomodo telah membuktikan bahwa kami dapat menjadi mitra terpercaya bagi perusahaan agribisnis dan petani, dengan menawarkan solusi terbaik dalam memberikan akses mudah terhadap komoditas agrikultur yang berkualitas. Tujuan kami adalah memanfaatkan teknologi untuk menjembatani kesenjangan antara perusahaan dan petani kecil, dengan memanfaatkan daya beli dan infrastruktur milik Gokomodo untuk kepentingan bersama,” ucap Co-founder dan CTO Gokomodo William Pramana.

Ke depannya, perusahaan akan memprioritaskan pertumbuhan, meliputi penambahan pilihan produk yang tersedia pada platform, mengembangkan basis pelanggan, memperkaya platform digital serta secara agresif membangun pusat distribusi terutama di daerah terpencil. Inisiatif tersebut bertujuan untuk menguatkan kehadiran Gokomodo baik di ranah digital maupun secara offline, hingga mampu mendorong penetrasi dan menjangkau daerah yang masih kurang terlayani, termasuk pelanggan di luar Jawa sebagai lokasi dari mayoritas perusahaan agribisnis dan petani.

Pada April lalu, Gokomodo meresmikan hub pertamanya dengan menggandeng Koperasi Unit Desa (KUD) Mesuji, Sumatera Selatan sebagai mitra. Hub ini berfungsi sebagai perpanjangan bisnis yang memungkinkan KUD dan toko tani memesan produk pertanian secara online. Produk tersebut selanjutnya akan dikirim dari gudang untuk diambil pembeli di hub Gokomodo di seluruh Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Gokomodo Ramaikan Persaingan Industri Agritech di Indonesia

Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama nusantara dan penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian negara. Menariknya sektor ini juga telah menunjukkan ketahanan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Selama beberapa dekade terakhir, pertanian telah mengalami banyak kemajuan teknologi yang pesat. Mulai di sisi inklusi keuangan —dari petani yang unbankable menjadi bankable—hingga pemanfaatan platform teknologi untuk peningkatan produktivitas.

Gokomodo merupakan salah satu perusahaan agri-commerce B2B untuk rantai pasok serta layanan agribisnis di Indonesia. Melalui platformnya, perusahaan menawarkan solusi pengadaan, jual-beli, dan distribusi. Misinya adalah membuka akses seluas-luasnya bagi para pemangku kepentingan ke produk agrikultur berkualitas dengan kemudahan akses dan harga yang kompetitif.

Platform commerce Gokomodo menawarkan berbagai produk terkait kebutuhan pertanian — mulai dari pupuk, herbisida, benih hingga bahan sipil, peralatan keselamatan, dan banyak lagi.

Bukukan pendanaan awal

Berdasarkan informasi dari data regulator, perusahaan telah menerima pendanaan tahap awal sebesar $1 juta atau sekitar 15 miliar Rupiah dari East Ventures dan Waresix. Terkait ini, pihak terkait masih enggan memberikan komentar.

Gokomodo memiliki tiga unit bisnis utama, yakni platform pengadaan digital (e-procurement), agri-commerce (e-commerce khusus untuk produk pertanian/agrikultur), dan hub sebagai jaringan distribusi.

Berdiri sejak tahun 2019, sistem platform eProcurement Gokomodo terus berkembang pesat dan telah memiliki lebih dari 2.000 penjual dan puluhan pembeli, terutama untuk produk kelapa sawit. Ekosistemnya telah dipercaya oleh para pemain besar di sektor tersebut, seperti Sampoerna Agro, First Resources Ltd., Bumitama Gunajaya Agro Ltd., dan Global Palm Resources.

Dalam pernyataan resmi, Co-Founder & CEO Gokomodo Samuel Tirtasaputra mengungkapkan, “Kami berupaya menjembatani kendala yang dimiliki buyer dan seller. Digitalisasi proses bisnis untuk menciptakan ekosistem digital yang menguntungkan kedua belah pihak adalah solusi yang dapat kami tawarkan. Tidak hanya untuk perusahaan, kami juga mengembangkan ekosistem digital yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh smallholders“.

Gokomodo memiliki visi untuk memberikan akses mudah terhadap produk agrikultur berkualitas, dengan menjadi platform dan layanan rantai pasok terdepan di agribisnis dan komoditas. Di tahun 2022 ini, pihaknya juga akan terus menjalankan ekspansi bisnis, diiringi dengan penyempurnaan fitur-fitur platform Gokomodo demi mendapatkan solusi terbaik bagi para pengguna.

Indonesia memiliki area agrikultur seluas 42,3 hektar sepertiganya (16 juta hektar) merupakan perkebunan kelapa sawit. Berbagai pihak dan lapisan masyarakat terlibat aktif sebagai pemangku kepentingan, mulai dari perusahaan perkebunan, Koperasi Unit Desa (KUD), Toko Tani, hingga Petani.

Di sisi lain, sektor agrikultur juga menyumbang 14% kepada Produk Domestik Bruto (PDB) negara, mempekerjakan sepertiga dari total angkatan kerja di Indonesia, dan 93% pelaku usaha agrikultur terdiri dari petani individu berskala kecil.

Pada bulan April lalu, Gokomodo telah meresmikan hub pertamanya dengan menggandeng Koperasi Unit Desa (KUD) Mesuji, Sumatera Selatan sebagai mitra. Hub ini berfungsi sebagai perpanjangan bisnis yang memungkinkan KUD dan toko tani memesan produk pertanian secara online. Produk tersebut selanjutnya akan dikirim dari gudang untuk diambil pembeli di hub Gokomodo di seluruh Indonesia.

Investasi di sektor agritech Indonesia

Belakangan ini, kinerja startup tanah air sempat diguncang isu tidak menyenangkan. Salah satunya datang dari startup agritech Tanihub yang di awal tahun ini sempat melakukan perombakan bisnis dengan menghentikan kegiatan operasional di dua pergudangan (warehouse) miliknya di Bandung dan Bali. Sebagai dampak dari kebijakan ini, perusahaan juga dikabarkan melakukan PHK karyawan.

Kendati demikian, pendanaan di sektor ini tidak semata-mata menyusut. Selain Gokomodo, beberapa startup yang memiliki fokus di sektor agrikultur juga berhasil mengamankan pendanaan, termasuk AgriAku (GoVentures dan MDI Arise), ARIA (GK-Plug and Play Indonesia dan East Ventures), PasarMikro (Gayo Capital dan 1982 Ventures), serta Eratani (Trihill Capital dan Kenangan Kapital).

Daftar di atas membuktikan bahwa minat investor untuk berinvestasi di sektor ini tidak menurut. Selain itu, sektor pertanian Indonesia juga terbukti memiliki potensi yang masih sangat besar untuk digarap.

Menurut riset McKinsey tahun 2020, pemanfaatan teknologi digital dalam sektor pertanian bisa membawa dampak positif bagi para petani dan meningkatkan output ekonomi hingga 94.846 triliun Rupiah atau $6,6 miliar per tahun.

Application Information Will Show Up Here

Intip! Daftar 15 Startup Logistik di Indonesia

BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan, pada tahun 2021 sektor logistik mampu tumbuh 3,24%. Banyak faktor yang melandasinya, mulai dari permintaan tinggi dari sektor e-commerce, sampai dengan transformasi digital yang ada di bisnis logistik itu sendiri. 

Tren positif bisnis logistik juga menjadi kesempatan tersendiri bagi startup digital yang fokus menggarap sektor logistik untuk turut mengakomodasi pasar. Saat ini ada berbagai stratup dengan solusi unik di bidang logistik — mulai dari layanan agregator, pengantaran, sampai dengan manajemen armada.

Berikut ini adalah 15  startup logistik Indonesia yang patut diketahui.

Andalin

Andalin adalah startup logistik Indonesia yang berdiri sejak tahun 2016. Mereka menghadirkan platform yang dapat membantu para pemilik UMKM di Indonesia untuk mengimpor dan mengekspor barang dari dalam dan luar negeri. 

Para kliennya hanya perlu mengirimkan semua persyaratan dan biaya yang dibutuhkan Andalin. Selanjutnya platform akan memastikan proses pengiriman barang lintas negara tersebut berjalan dengan baik. Andalin juga bisa melakukan pemantauan secara real-time dengan Andalin Get yang telah diluncurkan tahun lalu.

Belum lama ini Andalin mengumumkan tambahan pendanaan sebesar $4 juta atau setara dengan 57,2 miliar rupiah yang dipimpin oleh Intudo Ventures. Sejumlah investor terlibat seperti Cardig Group, Beenext, dan investor strategis lainnya. Pendanaan ini melanjutkan putaran seri A yang diperoleh perusahaan pada Maret 2021.

AnterAja

Salah satu startup logisitk Indonesia yang saat ini kian ekspansif. Perusahaan logistik ini berfokus pada pengiriman barang. Pelayanan yang diberikan AnterAja ini cukup bervariatif dari regular, next day, same day tergantung dari jarak lokasi juga. 

Pada tahun 2021 IFC (International Finance Coorporation) melakukan investasi kepada AnterAja dengan nilai yang cukup fantastis sebesar 451 miliar Rupiah untuk melakukan ekspansi produknya ke beberapa pulau di Indonesia.

Biteship

Startup solusi logistik e-commerce Biteship telah berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal  dengan jumlah yang tidak diungkapkan. Pendanaan tersebut dipimpin oleh East Ventures dan Beenext. 

Biteship ini didirakan Mirsa Sadikin (CEO) dan Afra Sausan (CMO) pada tahun 2019. 

Biteship ini memiliki model bisnis yang cukup unik dibandingkan dengan startup logisitik Indonesia yang lain, karena biteship ini dapat mengirim paket dari berbagai pilihan kurir lainnya. Selain pengiriman barang mereka juga dapat menyewakan gudang untuk melakukan perdagangan di dalam maupun luar negeri.

Deliveree

Deliveree didirikan oleh Tom Kim selaku CEO dan Co-Founder pada tahun 2015. Deliveree ini memiliki banyak sekali fitur yang dapat digunakan terhadap jasa pengiriman dan logistik.

Salah satu layanan yang terbaru Muat Sebagian (Less Than Truckload/LTT) menjadi alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan seluruh bisnis dari berbagai skala, termasuk UMKM yang memiliki limitasi budget.

CEO Deliveree Tom Kim menjelaskan, ada kucuran dana $14,5 juta yang baru dikeluarkan dari Gobi Partners bersama Asia Summit Capital dan Inspire Ventures ini akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan marketplace logistik di kawasan Asia Tenggara.

Envio

Salah satu startup logistik Indonesia yang berbasi B2B digitalisasi, Envio mendapatkan pendanaan pre-seed pada tahun ini dengan nominal yang dirahasiakan dari Antler, Iterative, dan sejumlah angel investor lainnya. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis Envio di 2022.

Envio didirikan pada tahun 2021 oleh Richard Cahyanto dan Alif Amri Suri yang masing – masing menjadi CEO dan CTO. Model bisnis Envio sendiri ini lebih mengarah kepada B2B digitalisasi hal ini memudahkan konsumen melihat secara real-time dan end-to-end barang yang mereka kirim.

J&T Express

J&T Express merupakan startup logistik Indonesia yakni seperti jasa pengiriman barang, baik berupa dokumen maupun paket. J&T Express adalah startup logistik yang juga menggunakan IT dalam menawarkan layanannya, mereka menawarkan keuntungan dalam mengambil barang. Sehingga pelanggan tidak perlu datang ke kantor J&T jika ingin mengirim barang.

J&T Express adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 Agustus 2015. Didirikan oleh Robin Lo Perusahaan ini pada umumnya bergerak dalam bidang ekspedisi. Pada tahun 2018, J&T telah membangun gudang sortir otomatis di Semarang dan Surabaya.

Startup logistik J&T Express dilaporkan telah memperoleh putaran pendanaan sebesar $2,5 miliar atau setara 35,6 triliun Rupiah dengan valuasi mencapai $20 miliar (sekitar 285 Rupiah triliun), alias sudah menyandang gelar “decacorn“. Penggalangan dana ini merupakan bagian dari rencana J&T agar dapat melantai di bursa Hong Kong pada kuartal pertama 2022.

Janio

Startup logistik yang berbentuk e-commerce ini memiliki banyak fitur seperti pelacakan real time, analisa terstruktur dan komunikasi khusus untuk pengiriman paket pada satu platform

Selain itu, Di dalam platform tersebut, berisi informasi saat barang masuk gudang, pengiriman first mile, proses bea cukai di bandara udara asal dan tujuan, distribusi, hingga pengiriman last mile. Layanan ini bisa dipakai untuk bisnis UKM maupun korporasi yang memulai ekspansi bisnis secara internasional.

Janio ini didirikan oleh Syed Ali Ridha Madihid pada tahun 2019, Dalam segi pendanaan Janio ini dibantu oleh Choco Up perusahaan investasi berbasis pendapatan antarmuka senilai $8 Juta.

Kargo Tech

Startup logistik yang satu ini menawarkan fitur yang dapat memberikan kemudahan untuk mengelola logistik dengan cara yang baik. Kargo Nexus adalah fitur yang dapat memudahkan perusahaan untuk melakukan pengelolaan logistik dengan cara digital.

Kargo tech ini didirikan oleh Tiger Fang pada tahun 2015. Selain Kargo Nexus, startup logistik yang satu ini juga menyediakan jasa logistik truk antar pulau seperti diesel, engkel, fuso, hingga kontainer.

Pada bulan febuari 2022, Kargo tech mendapatkan pendanaan dari teleport (anak perusahaan Air Asia) senilai 501 Miliar Rupiah untuk melakukan ekspansi ke mancanegara.

Logisly

Logisly merupakan perusahaan startup logistik Indonesia pertama yang menerapkan e-forwading dimana mempertemukan pengguna dengan penyedia jasa logistik. Sejak beroperasi Juli 2019 terdapat 5000 truk dengan mayoritasnya adalah pengusaha truk yang telah menggunakan logisly dan telah terverifikasi.

Melalui teknologinya logisly ini dapat memungkinkan para pengusaha truk mendapatkan order melalui logisly serta cash flow yang lebih terjaga melalui fitur tersebut. 

CEO Logisly, Roolin Njotosetiadi mengungkapkan bahwasannya logisly akan terus melakukan ekspansi serta pembaruan agar konsumen serta pengusaha penyedia logistik puas dengan kinerja dari logisly.

Pada tahun 2020 Logisly mendapatkan pendanaan Seri A senilai 87,7 Miliar Rupiah dipimpin oleh Monks Hill Ventures.

McEasy

McEasy menyediakan solusi digital berbasis Internet dan GPS Tracker untuk menjawab kebutuhan operasional logistik dan pelacakan lokasi kendaraan. Perusahaan didirikan oleh Raymond Sutjiono dan Hendrik Ekowaluyo sejak tahun 2017 dan terus bertransformasi menjadi terdepan dalam memberikan solusi terintegrasi di bidang transportasi logistik.

Application Information Will Show Up Here

Pada bulan september 2021, Perusahaan ini mendapatkan 22 Miliar Rupiah dari East Ventures pada tahap awal. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun teknologi logistik, merekrut tim pemasaran dan penjualan guna menjangkau lebih banyak pengguna.

Paxel

Paxel adalah startup logistik indonesia pertama berbasis aplikasi yang menawarkan layanan Same Day Delivery dengan biaya pengiriman yang terjangkau. Paxel didirikan oleh Bryant Christanto (CEO), Zaldy Ilham Masita (Co-Founder), dan Johari Zein (Co-Founder) pada awal tahun 2018. 

Saat ini Paxel hanya mengakomodasi layanan di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Layanan pemesanan cukup menggunakan aplikasi. Maksimal 8 jam barang akan sampai di tempat tujuan. Saat ini, Paxel memiliki armada lebih dari 200 sepeda motor dan lima mobil. Kedepannya, Paxel menargetkan hadir di lima kota lain di Indonesia

Startup Paxel ini mendapatkan pendanaan seri B dipimpin oleh MDI Ventures dengan valuasi nominal senilai 134, 7 Miliar Rupiah.

Shipper

Startup logsitik Indonesia yang pertama akan dibahas adalah shipper, Shipper ini didirikan pada tahun 2016 oleh Budi Handoko (Co-Founder & COO) dan Phil Opamuratawongse (Co-Founder & CEO). 

Shipper sendiri menawarkan beberapa layanan yang pastinya berbeda dengan startup logistik di Indonesia yang lain. Perusahaan ini tidak hanya menawarkan jasa pengiriman barang akan tetapi mereka juga menawarkan penyewaan gudang. Selain itu, perusahaan ini Terintegrasi denga API (Aplication Programing Interface) dimana hal tersebut memudahkan para kurir dengan banyak dengan satu platform saja.

Dalam pendanaan seri B bulan lalu, sebagai agretator bisnis shipper mendapatkan $63 Juta atau kisaran 923 Milliar Rupiah.

Sicepat

PT Sicepat Ekspres ini didirikan oleh The Kim Hai pada tahun 2014. Model bisnis dari sicepat ini sangat bervariasi bagi mulai dari COD, Kirim barang lebih dari 3 Kilogram, Kargo, Layanan cepat dalam sehari dan sebagainya.

Pada maret 2022, Sicepat ini berhasil mendapatkan mendanaan senilai $170 Juta atau 2,4 Triliun Rupiah untuk mengekspansi serta membuat inovasi yang lebih baik lagi untuk perusahaan kedepannya.

Transtrack.ID

Startup logistik Indonesia yang satu ini merupakan start up dengan mengintegrasikan antara kondisi setempat dengan waktu yang tepat (real time). Trastrack.ID ini memiliki beberapa fitur lengkap untuk mendukung manajemen logistik.

Perusahaan ini didirikan oleh Anggia Meisari dan Aris Pujud selaku CEO pada tahun 2019. Selain itu pada tahun 2022 Transtrack.id ini mendaptkan seed funding untuk untuk mendukung pengembangan produk dan pertumbuhan sales senilai $570 ribu atau 8 miliar Rupiah.

Waresix

Waresix adalah startup logistik Indonesia yang menyediakan solusi penyimpanan end-to-end yaitu mencakup transportasi hingga kebutuhan pergudangan. Perusahaan rintisan ii didirikan pada 2017 oleh para engineer Andree Susanto, Edwin, dan Filbert Hansel. Saat ini, Waresix memiliki lebih dari 200 mitra gudang.

Pada April 2022, Waresix mendapatkan pendanaan senilai $50 Juta atau setara dengan 718,4 miliar Rupiah untuk mengekspansi serta menambah daya gedor untuk sales.

Waresix Dikabarkan Mendapat Pendanaan Tambahan Seri B 718 Miliar Rupiah

Startup logistik Waresix dikabarkan mendapatkan pendanaan tambahan untuk putaran seri B. Sejumlah investor yang tergabung di antaranya Tiger Global, Temasek, dan East Ventures. Menurut data yang sudah disetorkan ke regulator, kisaran dana yang didapatkan mencapai $50 juta atau setara 718,4 miliar Rupiah.

Capaian ini melambungkan valuasi perusahaan di angka $420 juta, memboyong Waresix sebagai salah satu penyedia platform teknologi logistik paling bernilai di Indonesia. Sebelumnya mereka membukukan pendanaan seri B senilai $100 juta dari sejumlah investor, termasuk East Ventures, Jungle Ventures, SoftBank Ventures Asia, EMTEK, Pavilion Capital, dan Redbadge Pacific. Berselang kurang dari satu tahun, MDI Ventures juga turut masuk ke pendanaan seri B tersebut.

Saat ini Waresix menyediakan teknologi logistik untuk dua solusi utama, yakni terkait manajemen transportasi dan warehouse. Di sektor transportasi, mereka mengembangkan platform Transportation Management System, memudahkan bisnis untuk mengelola penugasan pengantaran barang, pemantauan real time, administrasi pengemudi, hingga pelaporan.

Sementara untuk solusi warehouse, mereka memungkinkan bisnis untuk menemukan layanan gudang — dan memungkinkan pemilik gudang untuk menjual ruang yang mereka miliki secara efisien. Di tahun 2020, Waresix telah memiliki 30 ribu armada truk yang terhubung di platform dan 300 operator gudang di berbagai kota.

Perluasan bisnis juga direncanakan, salah satunya untuk masuk ke layanan logistik first-mile dan mid-mile yang belum terakomodasi. Tahun 2020 lalu, Waresix mengakuisisi Trukita yang dikenal sebagai portal marketplace untuk membantu pengguna menemukan penawaran jasa angkut barang dan truk untuk pengiriman.

Harapannya melalui aksi perusahaan ini, Waresix ingin mengakomodasi semua aspek di rantai pasokan melalui pendekatan teknologi, termasuk manajemen truk, pergudangan, transportasi multi-moda, dan manajemen vendor.

Layanan seperti yang disediakan Waresix menjadi relevan di Indonesia. Kondisi yang berbentuk negara kepulauan membuat biaya logistik di menjadi salah satu yang tertinggi di Asia, bahkan berkontribusi terhadap seperempat dari produk domestik bruto Indonesia yang mencapai $1 triliun.

Posisi Indonesia dalam Indeks Daya Saing Logistik 2018 yang dirilis Bank Dunia memang terus membaik. Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%, tertinggal dari Thailand dan Malaysia. Kondisi tersebut menciptakan potensi senilai $240 miliar dalam sektor logistik di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi tidak hanya melemahkan daya saing industri, tetapi juga meningkatkan cost of doing business bagi pelaku UKM di Indonesia.

Dengan berbagai solusi yang unik, banyak startup lokal yang mencoba peruntungan di dunia logistik. Beberapa model bisnis mereka tervalidasi baik dan mendapatkan dukungan investor, di antaranya:

Waresix Acquires Trukita, to Expand Business in “First-Mile” Logistics

Logistics startup Waresix today (17/12) announced its acquisition of Trukita; a startup that provides a marketplace portal to help users find freight and truck services for first-mile delivery. This is to expand the company’s coverage, as previously known, Waresix only focuses on mid-mile logistics services.

After the corporate action, Waresix plans to accommodate all aspects of the supply chain through a technology approach, including truck management, warehousing, multimodal transportation, and vendor management.

In September 2020, Waresix also announced the fundraising up to $100 million or the equivalent of 1.5 trillion Rupiah of follow-on funding. Some investors participated in the last Series B funding, including EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, and Redbadge Pacific.

“The acquisition of Trukita is in line with a strategy to complement our capabilities in mid-mile logistics services. This strategy allows us to combine our expertise and company network to expand our service range, as well as offer a more comprehensive range of services to our customers,” Waresix’ Co-founder & CEO Andree Susanto said.

He said that the acquisition of Trukita will increase the company’s coverage access to more than 10 thousand trucks and hundreds of new customers, putting the company in the best position to seize more opportunities in the Indonesian port and sea logistics market to be valued up to $60 billion.

Meanwhile, Trukita’s Co-Founder & CEO Ady Bangun said, “Trukita can now share the advantage of Waresix’s technology, as well as warehouse and truck. This will improve our services to customers in a more holistic manner, and expand our service reach beyond first-mile logistics.”

Co-Founder & CEO Waresix Andree Susanto dan Co-Founder & CEO Trukita Ady Bangun / Waresix
Waresix’s Co-Founder & CEO Andree Susanto and Trukita’s Co-Founder & CEO Ady Bangun / Waresix

Gaining profit despite pandemic

In early December 2020, we 8 funding that had been successfully booked by local logistics startups. Of course this is a breath of fresh air for the industry, especially the logistics sector is worthy of consideration because it supports various other businesses, one of which is e-commerce which contributes up to $32 billion of GMV for Indonesia’s digital economy.

Logisly Series A $6,000,000 Monk’s Hill Ventures
Waresix Series B $75,000,000 EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, Redbadge Pacific
Andalin Seed Funding $1,500,000 BEENEXT, Access Ventures, ATM Capital
Webtrace Seed Funding Corin Capital
Shipper Series A $20,000,000 Prosus Ventures, Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, AC Ventures
GudangAda Series A $25,400,000 Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Wavemaker Partners
Kargo Technologies Series A $31,000,000 Tenaya Capital, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, Mirae Asset Venture Investment
Waresix Series A $25,500,000 EV Growth, Jungle Ventures

The logistics business ecosystem alone is quite complex, we previously published an analysis in 2019. Some business players such as Waresix eventually rests on more than one business model – apart from providing logistics transportation services, it also started to help business people manage warehouse to make it efficient for product distribution. Several other players have done the same thing.

For example, Shipper has done quite a movement, through its acquisition of Porter and Pakde, they expanded the scope of business in the realm of warehousing to facilitate online sellers in marketplaces and social commerce. SaaS players for omnichannel e-commerce such as Sirclo also have a similar scope of business now. This trend is a strong indication that every player in the ecosystem is trying to provide end-to-end services.

In Indonesia, spending on ground logistics is estimated to reach $290 billion by 2020. Apart from the large market, the number of commercial vehicle population (9.6 million units in 2019) has created intense price competition. However, the ratio of logistics costs to Indonesia’s GDP has reached 24%. It means that this market is still very promising in terms of size.

Various logistical initiatives are also being intensified. Most recently, Paxel in collaboration with Blue Bird presents PaxelBig. It is a same-day delivery service with a capacity of more than 5 kg aimed at MSME players using the fleet owned by Blue Bird. The unicorns also strengthen their business in this segment. One of them is Gojek, which will finalize intercity shipping services through the JX unit as a joint venture with JD.id.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Header photo: Depositphotos.com

Waresix Akuisisi Trukita, Perluas Bisnis di Jaringan Logistik “First-Mile”

Startup logistik Waresix hari ini (17/12) mengumumkan akuisisinya terhadap Trukita; yakni sebuah startup yang sajikan portal marketplace untuk membantu pengguna menemukan penawaran jasa angkut barang dan truk untuk pengiriman first-mile. Akuisisi ini diharapkan dapat memperluas jangkauan layanan perusahaan, karena seperti diketahui Waresix sebelumnya hanya fokus di jasa logistik mid-mile.

Setelah aksi perusahaan ini, Waresix ingin mengakomodasi semua aspek di rantai pasokan melalui pendekatan teknologi, termasuk manajemen truk, pergudangan, transportasi multimoda, dan manajemen vendor.

Pada bulan September 2020 lalu, Waresix juga baru mengumumkan telah mengumpulkan dana hingga $100 juta atau setara 1,5 triliun Rupiah dari pendanaan digencarkan. Terakhir putaran seri B diikuti sejumlah investor termasuk EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, dan Redbadge Pacific.

“Langkah untuk melakukan akuisisi Trukita sejalan dengan strategi untuk melengkapi kemampuan kami di bidang jasa logistik mid-mile. Strategi ini memungkinkan kami untuk menggabungkan keahlian dan jaringan perusahaan untuk memperluas jangkauan layanan kami, serta menawarkan rangkaian layanan yang lebih komprehensif kepada pelanggan kami,” sambut Co-founder & CEO Waresix Andree Susanto.

Ia  menambahkan, akuisisinya terhadap Trukita akan meningkatkan akses jaringan perusahaan ke lebih dari 10 ribu truk dan ratusan konsumen baru, menempatkan perusahaan ke posisi terbaiknya untuk meraih lebih banyak peluang di pasar logistik pelabuhan dan laut Indonesia yang nilainya dapat mencapai $60 miliar.

Sementara itu Co-Founder & CEO Trukita Ady Bangun mengatakan, “Trukita kini dapat memanfaatkan teknologi, serta jaringan gudang dan truk milik Waresix. Hal ini akan meningkatkan pelayanan kami kepada pelanggan secara lebih holistik, serta memperluas jangkauan layanan lebih dari sekadar first-mile logistics saja.”

Co-Founder & CEO Waresix Andree Susanto dan Co-Founder & CEO Trukita Ady Bangun / Waresix
Co-Founder & CEO Waresix Andree Susanto dan Co-Founder & CEO Trukita Ady Bangun / Waresix

Menuai untung di tengah pandemi

Sampai awal bulan Desember 2020, kami mencatat ada 8 pendanaan yang berhasil dibukukan oleh startup logistik lokal. Tentu ini menjadi angin segar bagi industri, terlebih sektor logistik memang layak diperhitungkan karena menjadi tulang punggung beragam bisnis lainnya, salah satunya e-commerce yang menyumbang GMV hingga $32 miliar untuk ekonomi digital Indonesia.

Logisly Series A $6,000,000 Monk’s Hill Ventures
Waresix Series B $75,000,000 EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, Redbadge Pacific
Andalin Seed Funding $1,500,000 BEENEXT, Access Ventures, ATM Capital
Webtrace Seed Funding Corin Capital
Shipper Series A $20,000,000 Prosus Ventures, Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, AC Ventures
GudangAda Series A $25,400,000 Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Wavemaker Partners
Kargo Technologies Series A $31,000,000 Tenaya Capital, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, Mirae Asset Venture Investment
Waresix Series A $25,500,000 EV Growth, Jungle Ventures

Ekosistem bisnis logistik sendiri cukup kompleks, sebelumnya sudah dibahas dalam analisis yang kami lakukan di tahun 2019. Beberapa pemain bisnis seperti Waresix pada akhirnya berpijak di lebih dari satu model bisnis – selain menyajikan layanan transportasi logistik, mereka juga mulai membantu pebisnis lakukan pengelolaan gudang untuk efisiensikan distribusi produk. Hal serupa sebenarnya juga dilakukan oleh beberapa pemain lain.

Misalnya yang dilakukan oleh startup agregator logistik Shipper, melalui akuisisinya terhadap Porter dan Pakde, mereka perluas cakupan bisnis di ranah pergudangan untuk memfasilitasi para penjual online di marketplace dan social commerce. Pemain SaaS untuk e-commerce omni-channel seperti Sirclo kini juga memiliki cakupan bisnis serupa. Tren tersebut menjadi indikasi kuat bahwa setiap pemain di ekosistem berupaya sajikan layanan end-to-end.

Tercatat di tanah air, pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai $290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat. Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%. Artinya secara ukuran, pasar ini memang masih sangat menjanjikan untuk digarap.

Berbagai inisiatif logistik juga terus digencarkan. Terbaru, Paxel bekerja sama dengan Blue Bird hadirkan PaxelBig. Yakni layanan same day delivery berkapasitas di atas 5 kg yang ditujukan untuk para pelaku UMKM memanfaatkan armada yang dimiliki Blue Bird. Para unicorn pun juga lakukan penguatan bisnis di segmen ini. Salah satunya Gojek yang akan matangkan jasa pengiriman antarkota melalui unit JX sebagai joint venture dengan JD.id.

Gambar header: Depositphotos.com

Waresix Berhasil Kumpulkan Dana 1,5 Triliun Rupiah

Platform smart logistic Waresix hari ini (09/9) mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri B. Diinfokan, total dana keseluruhan dari semua round yang berhasil dikumpulkan senilai US$100 juta atau setara dengan 1,5 triliun Rupiah. Beberapa investor yang terlibat memberikan investasi termasuk EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, dan Redbadge Pacific.

“Modal segar ini akan diinvestasikan dalam pengembangan infrastruktur teknologi logistik yang paling andal di Asia Tenggara dan untuk terus memperkuat tim kelas dunia Waresix, untuk membantu kami menangkap peluang pasar yang lebih besar,” ujar Co-Founder & CEO Waresix Andree Susanto.

Sebelumnya pada awal tahun lalu, perusahaan umumkan tambahan pendanaan seri A senilai $25,5 juta dari EV Growth dan Jungle Ventures. Untuk pendanaan seri A-nya sendiri sudah diumumkan sejak Juli 2019, bukukan dana $14,5 juta dipimpin EV Growth dengan partisipasi dari SMDV dan Jungle Ventures.

Waresix punya dua layanan utama, yakni manajemen truk logistik dan pergudangan; mengawali debutnya sebagai marketplace yang menghubungkan pemilik armada truk logistik dengan pebisnis. Waresix kini telah melayani lebih dari 250 perusahaan dari berbagai bidang usaha termasuk komoditas, FMCG, perlengkapan industri, infrastruktur, dan ritel. Ekosistem logistiknya kini terdiri dari 40 ribu truk dan 375 gudang yang tersebar di sekitar 100 kota di penjuru Indonesia.

Pada dasarnya, Waresix mengembangkan platform logistik tunggal yang bekerja seperti sebuah sistem operasi untuk para mitranya. Platform tersebut dibangun untuk memperbaiki operasional harian pelanggan dan vendor, serta menyediakan jendela untuk memantau muatan di seluruh jalur transportasi dan gudang transit.

Untuk lanskap bisnis yang sama, Waresix bersaing dengan beberapa pemain lokal lainnya. Dua di antaranya Kargo Technologies dan Webtrace. Terkait pendanaan, Kargo Technology baru saja mengumumkan penutupan putaran seri A $31 juta pada April 2020 lalu. Sementara Webtrace belum lama ini mengumumkan perpanjangan seed funding-nya dengan nilai yang dirahasiakan.

Potensi bisnis logistik

Logistik memang tengah menjadi vertikal bisnis yang menarik – apa pun bentuknya, baik pengiriman satu hari sampai, antarkota, hingga antarpulau. Layanannya menjadi unjung tombak banyak bisnis digital, khususnya e-commerce. Di Asia Tenggara sendiri, bisnis ini terlihat pada “track” pertumbuhan yang baik.

Di Singapura ada Ninja Van, dalam putaran seri D-nya mereka berhasil bukukan dana sekitar $400 juta, diperkirakan membawa valuasi perusahaan di angka $750 juta. Sejak tahun 2016 mereka juga telah mengoperasikan bisnis di Indonesia.

Pemain lain, misalnya AnterAja dan SiCepat, juga terus upayakan perluasan dan pertumbuhan bisnis. Terakhir mereka dikabarkan telah diinvestasi oleh Tokopedia, dalam rangka mendukung visi pengembangan “Infrastructure as a Services” bisnis ritel di Indonesia.

Dalam ulasan sebelumnya, DailySocial mengategorikan beberapa jenis layanan logistik yang saat ini beroperasi di Indonesia:

Bisnis Logistik di Indonesia

Waresix sendiri sudah terkonfirmasi menggaet status centaur sejak tahun lalu, mereka telah mencapai valuasi di atas $100 juta. Dengan pendanaan baru ini, tentu secara matematis terjadi peningkatan valuasi yang signifikan dan bukan tidak mungkin akan segera mengantarkan perusahaan ke status berikutnya: unicorn. Kebutuhan dan tantangan unik bisnis logistik di Indonesia memberikan peluang kepada pemainnya (terlebih lokal) untuk mendominasi pasar.

Melihat Minat Investor pada Startup Logistik di Tengah Pandemi Covid-19

Meskipun secara global industri logistik terhambat pertumbuhannya, namun tidak menurunkan demand dari pihak terkait yang membutuhkan layanan tersebut. Sebagai tulang punggung layanan e-commerce, logistik memiliki peranan penting untuk mendukung kegiatan berbagai pihak terkait. Terlebih di tengah pandemi yang terjadi saat ini, terlihat peranan logistik makin krusial, mendukung anjuran work from home dan social distancing.

Di Indonesia sendiri layanan e-commerce seperti JD.ID, Tokopedia, Shopee, hingga Bukalapak menerima permintaan cukup tinggi untuk barang-barang yang paling banyak dibutuhkan saat ini. Mulai dari produk bahan segar hingga obat-obatan dan alat kesehatan. Promo bebas ongkos kirim hingga pemberian voucher dan penawaran menarik lainnya juga diberikan kepada pelanggan.

Fenomena lain yang kemudian terjadi dalam industri logistik adalah, ketika banyak perusahaan hingga startup yang harus merumahkan pegawai mereka akibat dari penyebaran Covid-19, justru startup yang menyasar layanan logistik merekrut banyak pegawai, dengan tujuan untuk membantu mengatasi permintaan meningkat untuk belanja online. Mulai dari Amazon yang harus menambah sekitar 100 ribu pegawai, hingga GudangAda yang membuka lowongan pekerjaan untuk mendukung bisnis mereka selama masa karantina berlangsung.

Sektor logistik tancap gas

Beberapa layanan logistik menerima pendanaan dari investor sepanjang awal tahun 2020 ini. Akhir Maret 2020 tercatat, RaRa Delivery yang merupakan salah satu startup lulusan program akselerator batch 4 GKPnP, mengumumkan pendanaan tahap awal (seed funding) $1,2 juta atau sekitar Rp 19,7 miliar. Investasi tersebut dipimpin oleh 500 Startups. AngelCentral juga terlibat dalam putaran pendanaan ini.

Startup yang menyediakan layanan “same day delivery” ini rencananya akan menggunakan dana segar tersebut untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, pengembangan operasi dan teknologi di Indonesia. Didirikan oleh CEO Karan Bhardwaj, RaRa Delivery termasuk dalam daftar startup logistik yang menerima pendanaan saat penyebaran Covid-19 terjadi secara global.

Januari 2020 lalu, platform jasa truk dan pergudangan Waresix, mengumumkan pendanaan tambahan dari EV Growth dan Jungle Ventures. Kurang dari 6 bulan setelah mengumumkan meraih US$14,5 juta pada putaran pendanaan seri A yang dipimpin oleh EV Growth pada Juli 2019, Waresix mendapatkan tambahan modal US$11 juta dalam perpanjangan putaran pendanaan tersebut.

Dalam 18 bulan terakhir, perusahaan berhasil menghimpun modal US$27,1 juta. Perusahaan juga menopang pertumbuhannya menggunakan pinjaman dan fasilitas modal kerja dari bank dan institusi finansial lain yang terkemuka di regional.

“Untuk logistik menurut saya itu adalah enduring business. As soon as the market normalizes, the goods will need to flow. Untuk pendanaan harusnya sekarang dari sisi venture capital dan private equity akan melihat perusahaan yang memiliki solid business model dan sustainability plan. Karena kalau hanya mengandalkan subsidi saja di saat seperti ini cukup sulit ya, karena value proposition tidak jelas,” kata CEO Waresix Andree Susanto kepada DailySocial.

Sementara itu platform manajemen armada logistik yang mencoba untuk membantu pengelola armada mengadopsi teknologi untuk memaksimalkan bisnis mereka, Webtrace, juga telah mengumumkan pendanaan tahapan awal yang dipimpin oleh Prasetia Dwidharma. Turut bergabung dalam pendanaan ini Astra Ventura.

Kepada DailySocial CEO Webtrace Erwin Subroto menyebutkan, di Indonesia saat ini pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai US$290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Webtrace mencoba menjadi platform yang bisa dimanfaatkan oleh pengelola armada untuk memberikan solusi teknologi agar usaha logistik bisa berjalan lebih efisien serta meningkatkan produktivitas dan keamanan. Caranya dengan menerapkan sensor dan solusi IoT yang akan menghasilkan berbagai data dan analisis real time.

“Dengan atau tanpa adanya penyebaran Covid-19, logistik akan selalu menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Terutama setelah penyebaran virus Covid-19 mulai mereda, nantinya akan ada perubahan pola ekonomi dan konsumsi yang makin berpusat kepada layanan logistik itu sendiri,” kata CEO & Co-Founder Webtrace Erwin Subroto.

Pertumbuhan positif bisnis logistik

Kondisi yang berbentuk negara kepulauan membuat biaya logistik di Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di Asia, bahkan berkontribusi terhadap seperempat dari produk domestik bruto Indonesia yang mencapai $1 triliun. Posisi Indonesia dalam Indeks Daya Saing Logistik 2018 yang dirilis Bank Dunia memang terus membaik.

Sejak bulan Maret 2019, layanan logistik di Indonesia termasuk industri yang paling banyak dilirik oleh investor. DailySocial mencatat sekitar 7 startup mendapatkan pendanaan tahapan awal hingga tahapan lanjutan dari para investor. Mulai dari Kargo, Triplog, Ritase, Waresix, Logisly, Shipper, dan Finfleet. Investor yang terlibat di antaranya adalah EV Growth, Golden Gate Ventures, East Ventures hingga Kejora Ventures. Besarnya jumlah pendanaan yang diberikan berkisar antara $3,5 juta hingga $14,5 juta.

Tercatat di tanah air, pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai $290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%, tertinggal dari Thailand dan Malaysia. Kondisi tersebut menciptakan potensi senilai $240 miliar dalam sektor logistik di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi tidak hanya melemahkan daya saing industri, tetapi juga meningkatkan cost of doing business bagi pelaku UKM di Indonesia. Diharapkan layanan logistik saat ini, bisa mengatasi persoalan tersebut dengan menghadirkan layanan yang mendukung pertumbuhan UKM dan layanan e-commerce di Indonesia.