Carro Announces Series C Funding and Unicorn Status, Stirring Car Marketplace Competition

The used car marketplace platform Carro today (15/6) announced Series C funding worth $360 million or equivalent to 5.1 trillion Rupiah. The round was led by SoftBank Vision Fund 2, participated by a number of investors including East Ventures. Carro claims to have reached “unicorn” status with this investment round, aka reaching a valuation of more than $1 billion.

This funding continues the previous ones the company secured for the last few years. In 2020, Carro received debt funding from a number of investors, following the series B round which was closed in the first quarter of 2019. From the seed investment in 2015 until 2020, Carro managed to reach valuation of around $291 million.

The investors involved include Alpha JWC Ventures, B Capital Group, NCore Ventures, Golden Gate Ventures, Endeavor Catalyst, Mitsubishi Corp, and a number of others. SoftBank Group had previously invested in Carro in 2016 through SoftBank Ventures Asia.

Carro is to channel the fresh funds to strengthen its market position and expand its products in the markets of Indonesia, Thailand, Malaysia and Singapore. Carro will also increase its financial services portfolio by expanding beyond in-house loan financing, as well as accelerating the development of AI capabilities.

Carro management team / Carro

Last April, Carro Indonesia stated that their services managed to record total sales of used car units of over 100% in Q1 2021 compared to Q4 2020. In terms of business as a whole, Carro claims to have posted revenue growth of more than 2.5x as of March 2021 and continued its positive EBITDA position for the second year in a row.

The next round, based on the founder’s statement to e27, the company is considering to go public. It is said that the plan will be finalized in the next 18-24 months.

Within its company group, Carro also oversees several digital platforms, such as Genie (Singapore), myTukar (Malaysia), and Jualo (Indonesia).

Market Competition

In the category of purchasing (C2B) and selling (B2C) used cars, Carro competes directly with Carsome — both are regional players with business bases in Indonesia and some countries.

The business model is similar, for C2B they buy consumer cars instantly by conducting thorough inspections. The company provides checkpoints at strategic locations — while purchase requests can be made via the website. The purchased cars are then sold to car dealership owners for re-marketing.

As for the B2C model, the cars that were successfully purchased and inspected were re-sold through their digital platform. The unique value offered is the result of inspection, considering that the goods being sold are used stuff. They also work with financial institutions to peddle credit schemes.

Based on an site visits analysis in Indonesia and Malaysia, Carsome is currently superior to Carro. In each country they operate different sites, such as in Indonesia: Carsome.id and Carro.id; as well as in Malaysia: Carsome.my and myTukar.com.

Carro vs Carsome stats in Indonesia:

myTukar vs Carsome stats in Malaysia:

In terms of funding, Carsome has secured a series D funding round from a number of investors at the end of 2020. From the seed round to the last round, Carsome’s estimated valuation has reached $250 million. Endeavor and the Mitsubishi unit were involved in financing Carsome and Carro.

A recent report published by DealStreetAsia says that Carsome is in the midst of seeking more than $200 million in new funding — and potentially turning them into the next unicorn.

According to company’s submitted data, in Q4 2020 Carsome managed to record the highest revenue, which was double the period before the pandemic. In addition, Carsome also managed to achieve group operational profitability in Q4 2020.

In Indonesia, there are also other players, OLX Autos (formerly BeliMobilGue) which has now been integrated with OLX’s services. The main focus is on buying cars from consumers — although some of the inspection products are currently starting to be sold through OLX and other online marketplace channels.

Carro and Carsome also promote an online-to-offline strategy by presenting outlets to assist the transaction process. Carro just launched the “Carro Automall Point” in April 2021, currently the used car showrooms are located in three areas around Jabodetabek. Meanwhile, Carsome has recently launched the “Experience Center” in early April 2021. For its own inspection points, Carsome has covered 15 cities in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Carro Umumkan Pendanaan Seri C dan Jadi Unicorn, Kompetisi “Car Marketplace” Meruncing

Platform marketplace mobil bekas Carro hari ini (15/6) mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $360 juta atau setara 5,1 triliun Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund 2, diikuti sejumlah investor termasuk East Ventures. Dengan tambahan investasi ini, Carro menyatakan telah mencapai status “unicorn”, alias mencapai valuasi lebih dari $1 miliar.

Perolehan ini menyambung pendanaan yang berhasil dibukukan perusahaan pada beberapa tahun terakhir. Di tahun 2020, Carro memdapatkan pendanaan debt dari sejumlah investor, menyusul putaran seri B yang ditutup pada kuartal pertama 2019. Dari rangkaian investasi tahap awal tahun 2015 s/d 2020, Carro berhasil membukukan valuasi sekitar $291 juta.

Adapun investor yang terlibat termasuk Alpha JWC Ventures, B Capital Group, NCore Ventures, Golden Gate Ventures, Endeavor Catalyst, Mitsubishi Corp, dan sejumlah lainnya. SoftBank Group sendiri sebelumnya juga telah berinvestasi di Carro pada tahun 2016 melalui SoftBank Ventures Asia.

Carro akan menggunakan dana segar tersebut untuk memperkuat posisi pasarnya dan memperluas produk di pasar Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Carro juga akan meningkatkan portofolio layanan keuangannya dengan memperluas di luar pembiayaan pinjaman in-house, serta mempercepat pengembangan kemampuan AI.

Jajaran tim dan manajemen Carro / Carro

April lalu, tim Carro Indonesia menyampaikan bahwa pada Q1 2021 layanan mereka berhasil membukukan total penjualan unit mobil bekas hingga di atas 100% dibandingkan Q4 2020. Sementara untuk bisnisnya secara keseluruhan, per Maret 2021 Carro mengklaim telah membukukan pertumbuhan pendapatan lebih dari 2,5x dan melanjutkan posisi EBITDA positif untuk tahun kedua secara berturut-turut.

Babak selanjutnya, menurut pengakuan founder kepada e27, perusahaan akan mempertimbangkan untuk go-public. Di katakan rencana tersebut akan dimatangkan 18-24 bulan ke depan.

Dalam grup perusahaannya, Carro juga menaungi beberapa platform digital Genie (Singapura), myTukar (Malaysia), dan Jualo (Indonesia).

Kompetisi pasar

Di kategori pembelian (C2B) dan penjualan (B2C) mobil bekas, Carro berkompetisi langsung dengan Carsome — keduanya sama-sama pemain regional yang juga memiliki basis bisnis di Indonesia dan sejumlah negara.

Model bisnisnya nyaris mirip, untuk C2B mereka membeli mobil konsumen secara instan dengan melakukan inspeksi menyeluruh. Perusahaan menyediakan titik-titik pemeriksaan di lokasi strategis — adapun permintaan pembelian bisa dilakukan melalui situs web. Mobil yang dibeli selanjutnya dijual kepada para pemilik diler mobil untuk kembali dipasarkan.

Sementara untuk model B2C, mobil yang berhasil dibeli dan diinspeksi kembali dijual melalui platform digital yang mereka miliki. Nilai unik yang coba dihadirkan adalah hasil inspeksi, mengingat barang yang dijual adalah bekas. Mereka juga bekerja sama dengan lembaga finansial untuk menjajakan skema kredit.

Berdasarkan analisis kunjungan situs di Indonesia dan Malaysia, sejauh ini Carsome lebih unggul dibandingkan dengan Carro. Di tiap negara mereka mengoperasikan situs yang berbeda, seperti di Indonesia: Carsome.id dan Carro.id; serta di Malaysia: Carsome.my dan myTukar.com.

Statistik Carro vs Carsome di Indonesia:

Statistik myTukar vs Carsome di Malaysia:

Di sisi pendanaan, Carsome akhir tahun 2020 lalu baru membukukan putaran pendanaan seri D dari sejumlah investor. Dari seed round sampai putaran terakhir yang diperoleh estimasi valuasi Carsome telah mencapai $250 juta. Endeavor dan unit Mitsubishi terlibat di pendanaan Carsome dan Carro.

Kabar terbaru yang diterbitkan DealStreetAsia mengatakan, bahwa Carsome tengah dalam penjajakan untuk mendapatkan pendanaan baru lebih dari $200 juta — dan berpotensi membawa mereka menjadi unicorn selanjutnya.

Menurut data yang disampaikan perusahaan, pada Q4 2020 Carsome berhasil membukukan pendapatan tertinggi yang jumlahnya dua kali lipat dari periode sebelum pandemi. Selain itu, Carsome juga berhasil mencapai profitabilitas operasional group pada Q4 2020.

Di Indonesia juga ada pemain lainnya yakni OLX Autos (sebelumnya BeliMobilGue) yang kini sudah terintegrasi dengan layanan milik OLX. Fokus utamanya lebih ke pembelian mobil dari konsumen — kendati saat ini beberapa produk hasil inspeksinya juga mulai dijual melalui OLX dan kanal online marketplace lainnya.

Carro dan Carsome turut galakkan strategi online-to-offline dengan menghadirkan gerai untuk membantu proses transaksi. Carro baru meresmikan “Carro Automall Point” pada akhir April 2021 lalu, saat ini showroom mobil bekas tersebut sudah berada di tiga lokasi sekitar Jabodetabek. Sementara Carsome juga baru meresmikan “Experience Center” pada awal April 2021 lalu. Untuk titik inspeksi sendiri, Carsome sudah menjakau 15 kota di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Mekari Receives Series D Funding, Considering to Acquire Other SaaS Starutps

Mekari SaaS startup raises series D funding worth $18 million (more than 250 billion Rupiah) led by Money Forward, Inc. PT Mitratama Grahaguna, EV Growth, PT Supra Primatama Nusantara, PT Karang Mas Investama, PT Mitra Dutamas, PT Perkom Indah Murni, and Alto Partners are some investors participated in this round. Except for EV Growth and Alto Partners, these investors entered MidPlaza Holdings.

Money Forward was previously participated in the series C round in December 2019, which was led by EV Growth.

Mekari’s Co-Founder and CEO, Suwandi Soh, said to DailySocial that the majority of the fresh funds will be used for the development of Mekari’s main products, HR, Accounting, and Tax. The company recently released new innovations, Mekari Chat (integrated communication with HR) and Mekari Flex (modern employee benefit solution).

“Apart from product development, we are also actively looking at merger and acquisition (M&A) opportunities for Indonesian SaaS companies, in line with the company’s vision to become a platform for modern companies in Indonesia,” he explained, Monday (17/8).

Suwandi’s statement is quite interesting, because Mekari (previously known as Sleekr) also fully acquired three SaaS startups, Talenta, Jurnal, and KlikPajak in April 2019. Then each service is consolidated into one platform, enabling Mekari to attract target users of various scales. effort.

In Indonesia, SaaS startup users is growing rapidly, it’s also due to the Covid-19 pandemic. In terms of the supply side also, the number of players is increasingly diverse, offering its respective services.

Suwandi said, without further details, Mekari’s business always grows positively every month. The fastest growing business sectors are services, trading and manufacturing. In terms of business sector, it is manjorly held by SMEs as Mekari’s current products are very suitable for this sector.

“We have micro consumers, but not many. However, enterprise (large business) is also part of our segment that has grown very much in the last half of the year.”

Mekari noted, users with more than 500 employees grew significantly. They use cloud HR products which are very helpful when adapting to the Covid-19 situation and compliance with new regulations such as PPh 21 by the government (DTP).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Mekari Dapatkan Pendanaan Seri D, Buka Peluang Akuisisi Startup SaaS Lain

Startup SaaS Mekari memperoleh pendanaan seri D senilai $18 juta (lebih dari 250 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Money Forward, Inc. PT Mitratama Grahaguna, EV Growth, PT Supra Primatama Nusantara, PT Karang Mas Investama, PT Mitra Dutamas, PT Perkom Indah Murni, dan Alto Partners adalah jajaran investor yang masuk dalam putaran ini. Kecuali EV Growth dan Alto Partners, investor tersebut masuk ke dalam MidPlaza Holdings.

Money Forward sebelumnya masuk dalam putaran seri C pada Desember 2019 yang kala itu dipimpin oleh EV Growth.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Mekari Suwandi Soh menuturkan mayoritas dana segar ini akan dimanfaatkan pengembangan produk utama Mekari, yakni HR, Accounting, dan Tax. Perusahaan juga baru merilis inovasi baru terkait produk utama tersebut, yakni Mekari Chat (komunikasi terintegrasi dengan HR) dan Mekari Flex (modern employee benefit solution).

“Selain untuk pengembangan produk, juga secara aktif melihat peluang merger dan akuisisi (M&A) untuk perusahaan SaaS Indonesia yang sejalan dengan visi perusahaan untuk menjadi platform bagi perusahaan modern di Indonesia,” terangnya, Senin (17/8).

Pernyataan Suwandi cukup menarik, lantaran Mekari (sebelumnya bernama Sleekr) juga mengakuisisi penuh tiga startup SaaS, yakni Talenta, Jurnal, dan KlikPajak pada April 2019. Lalu masing-masing layanan dikonsolidasikan ke dalam satu platform, menjadikan Mekari dapat menggaet target pengguna dari berbagai skala usaha.

Di Indonesia sendiri, pertumbuhan pengguna startup SaaS semakin pesat didukung oleh faktor pandemi Covid-19. Dari sisi suplai pun, jumlah pemainnya juga semakin beragam menawarkan layanannya masing-masing.

Suwandi menuturkan, meski tidak dirinci lebih jauh, bisnis Mekari selalu tumbuh positif setiap bulannya. Sektor bisnis yang tumbuh paling pesat adalah jasa, trading, dan manufaktur. Bila dilihat berdasarkan sektor bisnisnya, masih dipegang oleh UKM karena produk Mekari saat ini sangat cocok untuk sektor tersebut.

“Kita ada konsumen di mikro, tapi jumlahnya tidak banyak. Tetapi enterprise (large business) juga termasuk segmen kami yang sangat berkembang pada setengah tahun terakhir ini.”

Mekari mencatat, pengguna dengan jumlah karyawan di atas 500 orang tumbuh signifikan. Mereka menggunakan produk cloud HR yang sangat membantu saat adaptasi dengan situasi Covid-19 dan compliance dengan aturan-aturan baru seperti PPh 21 yang ditanggung pemerintah (DTP).

Application Information Will Show Up Here

EV Growth Officially Merges with East Ventures

East Ventures (EV) announced its leadership for EV Growth, a joint venture formed in 2018 with SMDV and ZVC (formerly Yahoo Japan Capital). This restructuring affects the managerial structure in the internal EV and EV Growth and SMDV teams will join the force.

Roderick Purwana will be appointed as Managing Partner of East Ventures. David Tendian will be appointed as Operating Partner at SMDV. Shiniciro Hori will remain on EV Growth’s investment committee.

This merger is said to make EV the largest venture capitalist in Southeast Asia with more than 60 staff members and 8 partners, including Melisa Irene (Seed Partner), David Audy (Operating Partner), Triawan Munaf (Venture Adviser), and Koh Wai Kit (Venture Partner).

Even though EV has controlled all EV Growth funds, the SMDV and ZVC teams will continue to support and work closely with East Ventures and its ecosystem.

East Ventures’ Co-founder & Managing Partner, Willson Cuaca said, his team has a very strong synergy between EV Growth and the East Ventures ecosystem. This new setting will amplify efficiency and allow the EV to run fierce and faster.

“We will be able to help entrepreneurs in a better, smarter, and wiser way – fully focused on unlocking their potential,” he explained in an official statement, Wednesday (10/3).

East Ventures’ Managing Partner, Roderick Purwana added, SMDV has always been a true supporter of East Ventures and has made dozens of joint investments over the years. The two have discussed formalizing their relationship and working closely for more than 5 years.

“In 2018, we took the first big step by launching EV Growth as a joint venture. After that collaboration, we are ready to take it to the next stage. This merger will allow our founders to expand their combined ecosystem, capabilities, and networks,” Purwana said.

ZVC’s Managing Partner, Shiniciro Hori also commented, “We believe that this transformation will further strengthen our presence and accelerate our investment in Southeast Asia. Z Holdings is to commit more to the Southeast Asian market and leverage group assets as part of the SoftBank Group.”

EV Growth was formed in 2018 with EV Growth Fund I raising a total of $250 million, exceeding the initial target of $150 million. The funds have been invested in more than 20 companies in Indonesia and Southeast Asia. Some of the portfolios are Ruangguru, Waresix, KoinWorks, Shopback, Stockbit, Fuse, Tokopedia, Traveloka, Grab and Gojek. This fund has generated an IRR (internal rate of return) of 27% as of 31 December 2020 with an early exit of MokaPOS to Gojek.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

EV Growth Umumkan Peleburan dengan East Ventures

East Ventures (EV) mengumumkan kepemimpinannya untuk EV Growth, perusahaan patungan yang dibentuk pada 2018 bersama SMDV dan ZVC (dulu bernama Yahoo Japan Capital). Dampak dari restrukturisasi ini adalah perubahan struktur manajerial di dalam tubuh EV dan bergabungnya tim EV Growth dan SMDV.

Roderick Purwana akan ditunjuk menjadi Managing Partner East Ventures. David Tendian akan diangkat sebagai Operating Partner di SMDV. Shiniciro Hori akan tetap menjadi komite investasi EV Growth.

Diklaim penggabungan ini menjadikan EV sebagai modal ventura terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari 60 anggota staf dan 8 mitra, termasuk Melisa Irene (Seed Partner), David Audy (Operating Partner), Triawan Munaf (Venture Adviser), dan Koh Wai Kit (Venture Partner).

Meski EV kini mengendalikan seluruh fund EV Growth, tim SMDV dan ZVC akan tetap mendukung dan bekerja sama dengan East Ventures dan ekosistemnya.

Co-founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menuturkan, pihaknya memiliki sinergi yang sangat kuat antara EV Growth dan ekosistem East Ventures. Pengaturan baru ini akan memperkuat efisiensi dan memungkinkan EV berjalan dengan lebih berani dan lebih cepat.

“Kami akan dapat membantu wirausahawan dengan cara yang lebih baik, lebih cerdas, dan lebih bijak – bertumpu sepenuhnya untuk membuka potensi mereka,” terangnya dalam keterangan resmi, Rabu (10/3).

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana menambahkan, SMDV selalu menjadi pendukung setia East Ventures dan telah melakukan lusinan investasi bersama selama bertahun-tahun. Keduanya telah membahas formalisasi hubungan dan bekerja sama lebih dekat selama lebih dari 5 tahun.

“Di tahun 2018, kami mengambil langkah besar pertama dengan meluncurkan EV Growth sebagai upaya bersama. Setelah kolaborasi itu, kami merasa siap untuk membawa hubungan lebih jauh. Penjajaran ini akan memungkinkan para founder kami memperluas ekosistem, kemampuan dan jaringan secara gabungan,“ ujar Roderick.

Managing Partner ZVC Shiniciro Hori turut memberikan komentarnya, “Kami percaya bahwa transformasi ini akan semakin memperkuat kehadiran kami dan mempercepat investasi kami di Asia Tenggara. Z Holdings akan berkomitmen lebih banyak ke pasar Asia Tenggara dan memanfaatkan aset grup sebagai bagian dari SoftBank Group.”

EV Growth dibentuk pada 2018 dengan meluncurkan EV Growth Fund I yang berhasil mengumpulkan total dana $250 juta, melebihi target awal sebesar $150 juta. Dana tersebut sudah diinvestasikan kepada lebih dari 20 perusahaan di Indonesia dan Asia Tenggara. Beberapa namanya adalah Ruangguru, Waresix, KoinWorks, Shopback, Stockbit, Fuse, Tokopedia, Traveloka, Grab dan Gojek. Fund ini telah menghasilkan IRR (internal rate of return) 27% per 31 Desember 2020 dengan early exit yaitu penjualan MokaPOS ke Gojek.

EV Growth Persiapkan “Fund” Kedua Tahun Ini

EV Growth, joint venture antara East Ventures, SMDV, dan Yahoo! Japan Capital, mengungkapkan sedang mempersiapkan fund kedua yang akan dirilis pada tahun ini. Saat ini sudah sedang dalam persiapan dan mendapat komitmen dari jajaran LP.

“Sedang dalam persiapan, sudah ada percakapan, komitmen sudah masuk, tapi belum di-launch, kemungkinan tahun ini,” ucap Managing Partner EV Growth dan Founding Partner East Ventures Willson Cuaca kepada DailySocial, Rabu (6/1).

Willson juga belum bersedia merinci target dana untuk putaran kedua ini. EV Growth mengumumkan fund pertama dengan nilai $250 juta (hard cap) yang diumumkan pada Desember 2019. Angka ini melebihi target awal $150 juta. Sejumlah LP yang bergabung adalah Temasek dan beberapa perusahaan keluarga di kawasan Asia.

Dana investasi tersebut sudah dikucurkan ke berbagai investasi baru dan follow on sepanjang tahun lalu. Misalnya, Waresix dalam pendanaan seri A dan B, KoinWorks untuk pendanaan lanjutan, Traveloka dengan total perolehan dana $250 juta, dan yang teranyar Bibit baru diumumkan kemarin, (5/1).

Rencana tahun ini

(Ki-ka) Mulyono Xu, David Fernando Audy, dan Pascal Christian-Sarana / EV Growth
(Ki-ka) Mulyono Xu, David Fernando Audy, dan Pascal Christian-Sarana / EV Growth

Willson melanjutkan, pada tahun ini EV Growth tetap akan memfokuskan diri sebagai VC yang bermain ke pendanaan tahap lanjut (late stage) seri B ke atas untuk startup Indonesia dan Asia Tenggara.

Sejalan dengan pandemi yang masih berlanjut, terlebih proses vaksinasi akan memakan waktu lebih dari setahun, EV Growth akan terus berinvestasi ke startup-startup yang bisa membawa dampak positif ke ekonomi negara. Terlebih lagi, ia menilai ekosistem startup di Indonesia kini sudah jauh lebih matang dari sebelumnya.

Oleh karena itu pula, kini EV Growth memperkuat tim dengan merekrut lebih banyak talenta dari multi industri yang memiliki skill set mumpuni agar mendapat lebih banyak perspektif. Bersamaan dengan itu, EV Growth mengumumkan tiga talenta profesional. Mereka adalah David Fernando Audy sebagai Operating Partner, Mulyono Xu dan Pascal Christian-Sarana, keduanya sebagai VP of Investment.

David memiliki 18 tahun pengalaman sebagai eksekutif di industri konten dan media. Sebelumnya ia adalah CEO PT Media Nusantara Citra (MNCN). Saat ini, ia merupakan Senior Advisor untuk ThreeBody Capital, dana investasi berbasis di Inggris.

Selanjutnya, Mulyono yang sebelumnya adalah Managing Director BAce Capital. Ia sempat memimpin tiga kesepakatan pendanaan seri A dan beberapa kesepakatan pendanaan tahap lebih awal di Asia Tenggara.

Mulyono pernah terlibat dalam sebagian besar aksi merger, akuisisi, dan kemitraan strategis Alibaba di Asia Tenggara, termasuk Lazada, Tokopedia, dan eWTP. Ia kemudian dipercaya menjadi Country Manager Taobao Malaysia dan mengisi posisi C-level di Lazada Indonesia.

Terakhir, Pascal memiliki tujuh tahun pengalaman mengelola kesepakatan bisnis-lintas negara, investment structuring, dan merger/akuisisi. Sebelum bergabung di EV Growth, dia menempati posisi Direktur Rocket Internet dengan fokus memimpin investasi proptech di Indonesia.

“Kami menyambut David, Mulyono, dan Pascal sebagai anggota baru di tim EV Growth. Mereka membawa pengalaman yang beragam untuk melengkapi tim kami. Ketiganya berbasis di Jakarta dan akan bekerja berdampingan dengan para founder yang berbasis di Indonesia,” ujar Willson dalam keterangan resmi.

Bibit Secures 418 Billion Rupiah Funding Led by Sequoia Capital India

The online mutual fund platform Bibit announced further funding of $ 30 million or the equivalent of more than 418 billion Rupiah led by Sequoia Capital India. East Ventures, EV Growth, and 500 Startups participated in this round.

In the official statement, fresh funds will be used to develop services to encourage more novice investors in Indonesia.

Bibit’s President Director, Sigit Kouwagam mentioned that user growth has increased significantly to over one million new participants during the past year. “This is due to the increased awareness and education are given to novice investors to save every month consistently and the importance of having good personal financial management principles,” he said, Tuesday (1/5).

Based on IDX and KSEI data, the number of retail investors in Indonesia grew 56% YOY last year. This was partly because of the number of millennials with a growth of 92% new investors, from 21-40 years old. Although it has increased significantly, the participation of the Indonesian people in the capital market is still less than 2% at this time.

“We believe that all people deserve a better future. It helps to increase financial inclusion and driving investment practice in the right way is one way to do this. We are very proud to have Sequoia Capital India’s support to pursue this mission.”

On the same occasion, Sequoia Capital India’s VP, Rohit Agarwal also said, “Globally, we see consumers starting to shift their savings from low-yield products, such as gold and property, to financial products with higher yields. In Indonesia, we see Bibit as a trusted investment platform that can help millions of Indonesians invest optimally.”

East Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, Willson Cuaca added, “Stockbit and Bibit have shown very high growth in the retail investor segment where transaction value growth will increase more than 10 times in 2020. We believe this funding will boost Stockbit’s growth and strengthen. their position as a leading investment platform.”

In addition, Stockbit released Bibit in January 2019, through the acquisition of a majority stake in Bibit with an undisclosed value. Stockbit alone was originally started as an investment community platform to exchange ideas and stock news in real-time.

As part of the Stockbit Group, Bibit is the company’s channel to reach novice investors with easy investments. Bibit utilizes Robo Advisor technology that adjusts products according to the user’s risk profile and investment goals. It is claimed that 90% of Seed users come from millennials.

According to the survey results summarized in the 2020 Fintech Report, currently there are several investment applications targeting consumers. Seeds themselves are the investment application that gets the highest total awareness from survey respondents.

Investment Platform in Indonesia

In terms of mutual funds, Bibit is currently in competition with other players, including Bareksa, Ajaib, and Bukalapak which will soon launch a subsidiary focused on investment products.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bibit Umumkan Pendanaan 418 Miliar Rupiah yang Dipimpin Sequoia Capital India

Aplikasi reksa dana online Bibit mengumumkan pendanaan lanjutan senilai $30 juta atau setara lebih dari 418 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sequoia Capital India. East Ventures, EV Growth, dan 500 Startups turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Dalam keterangan resminya, dana segar akan digunakan untuk mengembangkan layanan untuk mendongkrak lebih banyak investor pemula di Indonesia untuk terjun berinvestasi.

Direktur Utama Bibit Sigit Kouwagam menjelaskan, jumlah pengguna Bibit naik drastis menjadi lebih dari satu juta investor baru selama satu tahun terakhir. “Hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran dan edukasi yang diberikan kepada investor pemula untuk menabung rutin setiap bulan secara konsisten dan pentingnya memiliki prinsip manajemen keuangan pribadi yang baik,” ujarnya, Selasa (5/1).

Berdasarkan data IDX dan KSEI, jumlah investor ritel di Indonesia tumbuh 56% secara YOY pada tahun lalu. Peningkatan ini disumbang oleh kalangan milenial dengan pertumbuhan 92% investor baru, dari kalangan umur 21-40 tahun. Meski naik signifikan, partisipasi masyarakat Indonesia di pasar modal masih kurang dari 2% pada saat ini.

“Kami percaya semua masyarakat berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Membantu meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong kebiasaan berinvestasi dengan cara yang benar adalah salah satu cara untuk mewujudkannya. Kami sangat bangga bisa mendapatkan dukungan dari Sequoia Capital India untuk mengejar misi tersebut.”

Dalam kesempatan yang sama, VP Sequioa Capital India Rohit Agarwal turut menyampaikan, “Secara global kami melihat konsumer mulai memindahkan tabungan mereka dari produk dengan yield rendah, seperti emas dan properti beralih kepada produk finansial dengan yield yang lebih tinggi. Di Indonesia, kami melihat Bibit sebagai platform investasi terpercaya yang dapat membantu jutaan masyarakat Indonesia berinvestasi secara optimal.”

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, “Stockbit dan Bibit menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi di segmen retail investor di mana pertumbuhan nilai transaksi naik lebih dari 10 kali lipat pada tahun 2020. Kami yakin pendanaan ini akan mendorong pertumbuhan Stockbit dan memperkuat posisi mereka sebagai platform investasi terdepan.”

Sebagai informasi, Stockbit merilis Bibit pada Januari 2019, melalui akuisisi saham mayoritas di Bibit dengan nilai tidak disebutkan. Stockbit sendiri awalnya dimulai dari platform komunitas investasi untuk saling bertukar ide dan berita saham secara real time.

Sebagai bagian dari Stockbit Group, Bibit menjadi channel perusahaan untuk menjangkau investor pemula dengan investasi yang mudah. Bibit memanfaatkan teknologi Robo Advisor yang menyesuaikan produk sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi pengguna. Diklaim 90% pengguna Bibit datang dari kalangan milenial.

Menurut hasil survei yang dirangkum dalam Fintech Report 2020, saat ini ada beberapa aplikasi investasi yang menyasar kalangan konsumer. Bibit sendiri menjadi aplikasi investasi yang mendapatkan total awareness paling tinggi dari responden survei.

Investment Platform in Indonesia

Di sisi lain, untuk reksa dana, saat ini Bibit berkompetisi dengan pemain lain seperti Bareksa, Ajaib, sampai Bukalapak yang saat ini sedang menyiapkan anak perusahaan yang khusus menangani produk investasi.

Application Information Will Show Up Here

Waresix Berhasil Kumpulkan Dana 1,5 Triliun Rupiah

Platform smart logistic Waresix hari ini (09/9) mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri B. Diinfokan, total dana keseluruhan dari semua round yang berhasil dikumpulkan senilai US$100 juta atau setara dengan 1,5 triliun Rupiah. Beberapa investor yang terlibat memberikan investasi termasuk EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, dan Redbadge Pacific.

“Modal segar ini akan diinvestasikan dalam pengembangan infrastruktur teknologi logistik yang paling andal di Asia Tenggara dan untuk terus memperkuat tim kelas dunia Waresix, untuk membantu kami menangkap peluang pasar yang lebih besar,” ujar Co-Founder & CEO Waresix Andree Susanto.

Sebelumnya pada awal tahun lalu, perusahaan umumkan tambahan pendanaan seri A senilai $25,5 juta dari EV Growth dan Jungle Ventures. Untuk pendanaan seri A-nya sendiri sudah diumumkan sejak Juli 2019, bukukan dana $14,5 juta dipimpin EV Growth dengan partisipasi dari SMDV dan Jungle Ventures.

Waresix punya dua layanan utama, yakni manajemen truk logistik dan pergudangan; mengawali debutnya sebagai marketplace yang menghubungkan pemilik armada truk logistik dengan pebisnis. Waresix kini telah melayani lebih dari 250 perusahaan dari berbagai bidang usaha termasuk komoditas, FMCG, perlengkapan industri, infrastruktur, dan ritel. Ekosistem logistiknya kini terdiri dari 40 ribu truk dan 375 gudang yang tersebar di sekitar 100 kota di penjuru Indonesia.

Pada dasarnya, Waresix mengembangkan platform logistik tunggal yang bekerja seperti sebuah sistem operasi untuk para mitranya. Platform tersebut dibangun untuk memperbaiki operasional harian pelanggan dan vendor, serta menyediakan jendela untuk memantau muatan di seluruh jalur transportasi dan gudang transit.

Untuk lanskap bisnis yang sama, Waresix bersaing dengan beberapa pemain lokal lainnya. Dua di antaranya Kargo Technologies dan Webtrace. Terkait pendanaan, Kargo Technology baru saja mengumumkan penutupan putaran seri A $31 juta pada April 2020 lalu. Sementara Webtrace belum lama ini mengumumkan perpanjangan seed funding-nya dengan nilai yang dirahasiakan.

Potensi bisnis logistik

Logistik memang tengah menjadi vertikal bisnis yang menarik – apa pun bentuknya, baik pengiriman satu hari sampai, antarkota, hingga antarpulau. Layanannya menjadi unjung tombak banyak bisnis digital, khususnya e-commerce. Di Asia Tenggara sendiri, bisnis ini terlihat pada “track” pertumbuhan yang baik.

Di Singapura ada Ninja Van, dalam putaran seri D-nya mereka berhasil bukukan dana sekitar $400 juta, diperkirakan membawa valuasi perusahaan di angka $750 juta. Sejak tahun 2016 mereka juga telah mengoperasikan bisnis di Indonesia.

Pemain lain, misalnya AnterAja dan SiCepat, juga terus upayakan perluasan dan pertumbuhan bisnis. Terakhir mereka dikabarkan telah diinvestasi oleh Tokopedia, dalam rangka mendukung visi pengembangan “Infrastructure as a Services” bisnis ritel di Indonesia.

Dalam ulasan sebelumnya, DailySocial mengategorikan beberapa jenis layanan logistik yang saat ini beroperasi di Indonesia:

Bisnis Logistik di Indonesia

Waresix sendiri sudah terkonfirmasi menggaet status centaur sejak tahun lalu, mereka telah mencapai valuasi di atas $100 juta. Dengan pendanaan baru ini, tentu secara matematis terjadi peningkatan valuasi yang signifikan dan bukan tidak mungkin akan segera mengantarkan perusahaan ke status berikutnya: unicorn. Kebutuhan dan tantangan unik bisnis logistik di Indonesia memberikan peluang kepada pemainnya (terlebih lokal) untuk mendominasi pasar.