Intellivision Bakal Rilis Console Game Baru di Bulan Oktober 2020

Nama Intellivision memang tidak sepopuler Atari atau Commodore, tapi ia tetap jadi bagian penting di sejarah console game. Rangkaian produk gaming buatan Mattle Electronics itu diedarkan dari tahun 1979 hingga 1990. Setelah produksinya dihentikan, dua mantan programmer Intellivision – Keith Robinson dan Stephen Roney – mengambil alih brand dan mulai merilis game-game-nya secara gratis.

Keith Robinson tutup usia pada tahun 2017, dan tak lama seorang developer veteran bernama Tommy Tallarico membeli sejumlah saham Intellivision Productions, kemudian bersama dengan tim orisinalnya meluncurkan kembali perusahaan itu di bawah bendera Intellivision Entertainment. Di tahun 2018, mereka mengungkap agenda untuk meluncurkan console baru, dan detailnya baru saja disingkap di pembukaan Gamescom 2019.

Dinamai Intellivision Amico, ia merupakan game console bergaya lawas terjangkau yang disiapkan untuk Anda nikmati bersama keluarga atau kawan-kawan. Intellivision tidak berambisi untuk bersaing melawan trinitas console raksasa (Sony, Microsoft dan Nintendo), namun mereka tetap memanfaatkan strategi unik serta menyediakan konten eksklusif untuk menarik perhatian calon konsumen. Target pasar Intellivision adalah tiga miliar manusia yang menikmati game secara kasual.

Intellivision Amico punya wujud yang tidak biasa. Tubuhnya kotak, dirancang untuk ditaruh berbaring di rak atau atas meja dengan lampu LED mengelilingi sisi sampingnya, dan memiliki cekungan di bagian atas untuk tempat menaruh controller. Secara keseluruhan, desain Amico memang merepresentasikan gaya 90-an.

Unit gamepad-nya juga tidak kalah atraktif. Berbeda dari perangkat-perangkat kendali modern, controller Amico mempunyai arahan desain vertikal ala produk yang dilepas kurang lebih empat dekade silam. Sekilas, ia terlihat seperti MP3 player karena memiliki layar dan button pad bundar. Panel tersebut mampu membaca sentuhan, lalu controller juga bisa mendeteksi gerakan/motion. Sebagai alternatifnya, kita dapat menyambungkan delapan smartphone untuk dijadikan alat kendali tambahan.

Game-game Amico dijual terpisah, dibanderol antara harga US$ 3 sampai US$ 10. Selain itu Intellivision menjamin ketiadaan DLC, loot box ataupun transaksi in-app. Di hari peluncurannya nanti, console akan ditemani oleh 17 permainan. Menariknya, game-game tersebut merupakan judul eksklusif, salah satunya ialah sekuel seri Earthworm Jim. Franchise ini masih dipegang oleh Interplay Entertainment dan entah bagaimana caranya Intellivision mendapatkan lisensinya.

Menggunakan strategi game eksklusif di console baru memang bukan langkah ‘cerdas’, namun memperlihatkan kepercayaan diri Intellivision Entertainment. Amico rencananya akan mulai dipasarkan pada tanggal 10 Oktober 2020, dijajakan seharga US$ 200.

Via Destructoid.

Xbox One X Edisi Gears 5 Sajikan Desain Bertema Salju dan Case Semi-Transparan

Mungkin dalam waktu kurang dari setahun, kita akan berkenalan dengan  penerus Xbox One dan PlayStation 4. Proses pengembangannya telah dikonfirmasi baik oleh pihak Microsoft maupun Sony, dan dalam prosesnya, para produsen juga mulai mempersiapkan diri menghadapi datangnya era cloud gaming – yang mulai naik daun berkat pertisipasi Google lewat Stadia.

Namun betapa pun menariknya kemudahan akses dan teknologi-teknologi mutakhir itu, sejumlah gamer tetap lebih memilih menikmati permainan secara tradisional, berbekal hardware dedicated semisal home console. Dan bagi penggemar berat judul-judul tertentu, mereka bahkan tidak ragu untuk membeli edisi berbeda dari produk serupa. Dan khusus bagi kalangan inilah Xbox One X Gears 5 Limited Edition sengaja Microsoft siapkan.

Edisi Gears 5 dari Xbox One X diramu untuk memeriahkan pelepasan permainan third-person shooter terbaru di seri Gears of War itu. Seperti penawaran produk edisi terbatas sebelumnya, tema game Gears 5 diterapkan pada unit console dan controller, menyuguhkan kombinasi antara warna es/salju yang tidak rata serta ilustrasi super-stylish. Desainnya digarap secara kolaboratif oleh developer The Coalition dan Xbox Industrial Design Team.

Xbox One X Gears 5 Limited Edition 2

Khusus pada console, Microsoft memanfaatkan case berjenis semi-transparan di area berwarna gelap. Di sana Anda juga bisa segera menjumpai ilustrasi tengkorak di tengah-tengah bingkai roda gigi yang jadi simbol seri Gears. Anda lihat retakan-retakan yang seolah-olah terdapat di permukaan es? Xbox Industrial Design Team membuatnya dengan memanfaatkan metode ukiran laser.

Unit controller-nya juga tidak kalah istimewa. Periferal bertajuk Xbox Wireless Controller Gears 5 Kait Diaz Limited Edition itu mengusung warna salju serupa console, tetapi Microsoft menggunakan decal yang membuatnya terlihat seperti lempengan-lempengan armor milik sang protagonis Kait Diaz. Microsoft turut membubuhkan emblem elang di bagian depan serta simbol Locust Horde di sisi punggung. Selanjutnya, produsen menerapkan warna biru di sisi dalam thumb stick serta trigger button.

Masih belum puas? Anda dipersilakan untuk membeli Xbox Pro Charging Stand edisi spesial Kait Diaz yang mempunyai skema warna dan decal serupa controller, headset Razer Thresher Xbox One Gears 5 Edition, Seagate Game Drive Gears 5 Special Edition, serta satu set keyboard dan mouse wireless Razer Turret – jika Anda menginginkan kecepatan dan keakuratan tinggi saat bermain.

Bundel Xbox One X Gears 5 Limited Edition sudah bisa Anda pre-order sekarang, dijajakan seharga US$ 500 dan akan tersedia berbarengan dengan perilisan game pada tanggal 9 September 2019. Di luar paket penjualan, controller (US$ 75), charging stand (US$50), headset Thresher, Seagate Game Drive dan Razer Turret (US$ 300) versi Gears 5 dapat dibeli terpisah.

Xbox One X Gears 5 Limited Edition

Sumber: Xbox Wire.

Sony: Sekarang Adalah Waktu Terbaik Untuk Menikmati PlayStation 4

Menakar faktor harga dan kemudahan pemakaian, console ialah perangkat teroptimal untuk bermain game. Konten-konten di platform ini tidak membingungkan pengguna dengan daftar kebutuhan hardware serta rumitnya proses setup. Dan di Indonesia, PlayStation berkiprah tanpa ada lawan, karena pada dasarnya, baik Xbox One maupun Nintendo Switch belum dirilis resmi di sini.

Beberapa tahun setelah meluncurkan PlayStation 4, satu langkah nyata yang Sony Interactive Entertainment lakukan dalam meningkatkan kualitas layanan mereka (dan menghilangkan kebingungan konsumen) adalah dengan menerapkan sistem garansi baru yang ditandai oleh stiker ‘produk resmi Indonesia’. Sony juga terus menghadirkan console-console edisi spesial di tanah ait, serta melangsungkan berbagai acara offline secara konsisten.

Meneruskan tradisi mereka, Sony kembali melaksanakan aktivitas iftar gathering di bulan puasa tahun ini. Dan dalam acara kecil kemarin, sang console maker Jepang mengumumkan digelarnya program ‘Spesial Ramadan’, berisi promo potongan harga terhadap console, aksesori dan paket bundel. Promo ini dimulai pada tanggal 18 Mei dan berjalan sampai 2 Juni. Selama berlangsung, Anda bisa membeli PS4 Hits Bundle seharga hanya Rp 4,2 juta, serta memiliki PS4 Pro plus DualShock 4 cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 6 juta saja.

PS 3

Sony juga mengungkap agenda roadshow pertamanya di Jakarta Fair 2019. Di acara tahunan terbesar ibu kota itu, mereka akan menyiapkan booth dan mempersilakan pengunjung buat mencicipi sejumlah permainan terpopuler PlayStation 4, dibuka untuk umum dari tanggal 22 Mei sampai 30 Juni. Promo Spesial Ramadan juga bisa dinikmati di sana.

PS 4

Seluruh agenda Sony ke depan memang terlihat sangat menarik, namun sejujurnya ada satu pertanyaan yang mungkin mengganjal pikiran banyak orang: layakkah membeli PlayStation 4 ketika ‘PS5’ mulai datang menghampiri? Hal inilah yang saya coba diskusikan bersama Ian Purnomo selaku lead of PR Sony Interactive Entertainment Singapore untuk kawasan Asia Tenggara.

PS 2

 

Pencapaian PlayStation 4

Dalam sambutannya, Ian Purnomo mengungkapkan bahwa terhitung di tanggal 31 Maret 2019, console current-gen Sony telah terjual sebanyak 96,8 juta unit. Pencapaian PlayStation 4 di Indonesia sendiri cukup memuaskan. Bagi Sony, negara ini menyimpan potensi sangat besar, tapi tentu saja ada tantangan yang perusahaan hadapi. Salah satu rintangan terbesar datang dari aspek distribusi, merupakan efek dari luasnya wilayah nusantara serta lokasi kota-kota besar yang berjauhan.

PS 8

Sony sudah lama berupaya menggapai semua kawasan itu dan kini PlayStation 4 jadi lebih mudah diakses berkat bantuan e-commerce dan tersebarnya authorized dealer di berbagai daerah. Lalu lewat program-program roadshow, perusahaan melakukan edukasi terkait game-game PlayStation. Itu alasannya mengapa Sony memutuskan buat berpartisipasi di event Jakarta Fair tahun ini.

 

Kesempatan PS4 bermanuver di periode akhir siklus hidupnya

Di sesi tanya jawab, saya mencoba mencari tahu apakah konfirmasi Sony terhadap eksistensi dari PlayStation ‘5’ membuat orang mempertimbangkan lagi keputusannya untuk membeli PS4 – jika mereka belum memilikinya. Pandangan senada disampaikan oleh seorang kreator konten YouTube. Ia mengaku, banyak pemirsanya yang bertanya apakah sebaiknya mereka menahan diri dan menunggu hingga PS5 dirilis.

PS 6

Ian Purnomo setuju, memang ada rasa penasaran tinggi terhadap console next-gen – apalagi setelah detail hardware-nya beredar. Meski demikian, ia tidak melihat dampak serius bagi minat ataupun penjualan PS4 di pasar lokal. Menurutnya, ada berbagai hal yang membuat PlayStation 4 tetap atraktif di mata konsumen, di antaranya adalah beragam pilihan judul permainan berkualitas serta penawaran bundel-bundel menarik.

PS 5

Dalam diskusi terpisah, Ian Purnomo mengungkapkan bahwa beberapa orang memang menunjukkan keragu-raguan buat membeli, tetapi jika terus menunggu, kapan kita akan mulai bermain? Sang PR lead menganalogikan situasi ini dengan ‘efek iPhone’ yang di-update tiap tahun. Ia berpendapat, teknologi tidak seperti jenjang pendidikan yang memiliki puncak, namun selalu tergantikan. Pola pikir menunda-nunda-lah yang perlu diubah.

PS 1

Jika bermain sekarang, Anda dapat segera menikmat beragam game berkualitas. Dan terutama di Indonesia, mempunyai console game ialah investasi hiburan jangka panjang. Ian memberikan satu contoh: silakan kunjungi Mangga Dua Mall. Bahkan sampai saat ini, PlayStation 3 masih dijual di sana, menunjukkan tingginya minat terhadap perangkat game dedicated seberapa lawas pun produk itu. Dan di daerah luar ibu kota, PlayStation 4 masih berada di tahap awal adopsi.

 

The best time to play is now

Ian Purnomo menegaskan, sekarang adalah waktu terbaik untuk bermain, buat menikmati cerita-cerita terbaik dan bertemu dengan karakter-karakter yang tak terlupakan. Mengenai penggarapan next-gen console, Sony sendiri tidak pernah menekan timnya untuk buru-buru mengembangkan sebuah produk. Hal ini berlaku buat software/game, apalagi hardware. Dan ketika platform telah tersedia, konten menjadi raja.

PS 9

Menanggapi pertanyaan saya soal kemunculan platform-platform game stream, Sony tidak merasa cemas. Di Indonesia, Sony tetap unggul di aspek distribusi game, dan situasi ini tidak akan berubah dalam waktu dekat. Terlepas dari kemudahan akses ke versi digital, konsumen tetap disuguhkan opsi fisik yang sama sekali tidak perlu diunduh. Dan saat saya ingin tahu pendapat Sony soal strategi ‘permainan video sebagai layanan’, Ian mengoreksi istilah ini: “Kebetulan kami masih percaya diri dengan konsep single-player as a service.

PS 10

Multiplayer memegang peranan besar di layanan PlayStation, namun pengalaman bermainnya tidak selalu konsisten dan sangat dipengaruhi faktor eksternal. Dalam sepuluh menit pertama, mungkin game terasa sangat seru. Tetapi boleh jadi, sensasinya akan memudar. Permainan single-player first-party PlayStation punya karakteristik berbeda. Semua bagian di sana dirancang secara cermat untuk memukau dan mengejutkan pemain (lewat efek sinematik atau twist di cerita), serta memberikan rasa puas dan sensasi pencapaian ketika ditamatkan.

Jadi, sudahkah Anda bermain game hari ini?

Analis: PlayStation 5 Akan Dibanderol $ 500, Dirilis Bulan November 2020

Melihat tanda-tanda yang ada, peralihan dari console current-gen ke generasi selanjutnya akan menjadi momen menarik. Microsoft sudah mulai mengajukan konsep cloud gaming dan ada kemungkinan sistem ini dibubuhkan pada hardware anyar mereka. Sang rival Sony sendiri telah mengungkap sedikit detail spesifikasi dari PlayStation ‘5’ dan rencana buat merangkul fitur backward compatibility.

Namun memang ada banyak pertanyaan yang belum terjawab. Pertama, seperti apa wujud ‘PS5’? Kedua, kapan produk akan resmi disingkap dan diedarkan jika Sony absen di E3 2019? Dan terakhir, detail hardware mengindikasikan harga retail yang lebih mahal dari PlayStation 4, tapi berapa? Analis Hideki Yasuda dari Ace Research Institute mencoba mengajukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Dilaporkan oleh WinFuture, Hideki Yasuda memprediksi bahwa PlayStation 5 akan dibanderol di harga US$ 500. Angka ini lebih tinggi dari PlayStation 4 ketika melakukan debutnya. Sistem gaming current generation itu awalnya dijajakan senilai US$ 400, kemudian dalam perjalanannya, menurun jadi US$ 300, diterapkan baik pada edisi standar maupun spesial. Kini, US$ 400 adalah angka yang dipatok untuk satu unit PlayStation 4 Pro.

Kenaikan harga boleh jadi disebabkan oleh kehadiran komponen-komponen yang lebih canggih. Mengacu pada keterangan lead system architect Mark Cerny di bulan April kemarin, PlayStation 5 akan dibekali penyimpanan berbasis SSD dan kabarnya bisa menjalankan konten di resolusi 4K serta mendukung fitur ray tracing – berkat dukungan prosesor semi-custom AMD Ryzen 3 7nm serta GPU Radeon Navi.

Melihat dari pengalaman sebelumnya, saya menduga bahkan dengan menjual PS5 di harga US$ 500, Sony tidak memperoleh banyak keuntungan atau mungkin malah merugi. Hal ini boleh dikatakan ‘cukup normal’ di ranah penyajian console. Produsen akan balik modal dan mendapatkan pemasukan beberapa saat setelah momen peluncuran berlalu lewat penjualan game serta layanan berlangganan PlayStation Plus.

Untuk waktu ketersediaan PS5, Yasuda mengestimasi akan jatuh pada bulan November 2020. Waktu tersebut cukup masuk akal, karena memang mendekati periode liburan hari raya/akhir tahun. Penuturan Yasuda cukup senada dengan prediksi analis Michael Pachter dari Wedbush Securities sebelumnya, yang menyatakan bahwa PlayStation 5 tidak akan dirilis hingga tahun 2019 berakhir.

Selain itu, Hideki Yasuda memperkirakan akan ada sekitar enam juta unit PS5 terjual di bulan Maret 2021, dan bertambah lagi 15 juta console lagi di tahun berikutnya. Menurutnya, PlayStation 5 akan kembali berkompetisi dengan produk baru Microsoft, sedangkan layanan gaming on demand seperti Google Stadia kemungkinan belum memberikan perlawanan berarti bagi platform konvensional.

Via BGR.

Absen di E3 2019 Tak Hentikan Sony Untuk Siapkan PlayStation 4 Edisi Spesial Days of Play

Rencana Sony membubuhkan fitur backward compatibility di console next-gen mereka merupakan strategi yang diperkirakan efektif untuk memperpanjang siklus hidup PlayStation 4. Dan lewat cara ini, koleksi game current-gen favorit akan tetap relevan begitu Anda telah membeli ‘PS5’. Di sisi lain, kita tidak perlu merasa tertinggal seandainya produk anyar tersebut tersedia nanti.

Dan ketika masa senja PlayStation 4 ada di depan mata, Sony Interactive Entertainment malah terlihat tak ragu buat memperkenalkan edisi spesial baru, kali ini untuk memperingati ajang Days of Play di tahun 2019. Kurang lebih setahun lalu, sang console maker Jepang itu sempat meluncurkan PlayStation 4 Days of Play warna biru, namun model anyar ini mengusung pendekatan desain yang berbeda.

PlayStation 4 Limited Edition Days of Play ‘2019’ disingkap di acara live-stream State of Play minggu lalu. Dalam meramu versi ini, produsen memilih model PS4 slim sebagai basisnya. Cukup kontras dari edisi Days of Play tahun lalu, varian tersebut punya penampilan yang lebih simpel. Hilang sudah warna biru mentereng dan decal emas. PS4 Days of Play baru mengangkat tema baja, dengan tubuh abu-abu gelap metalik.

Seperti versi lawasnya, PS4 Days of Play tetap dihias oleh empat simbol segitiga, lingkaran, X dan kotak yang khas. Namun simbol-simbol tersebut kali ini diposisikan secara horisontal. Lihat lebih teliti, baik simbol maupun logo PS di pojok dibuat seperti pahatan dengan finishing brushed. Saya belum bisa memastikan apakah casing disusun dari bahan berbeda (seperti PS4 Pro 500 Million Limited Edition) atau material standar.

Days of Play 2

Tak berbeda dari edisi Days of Play sebelumnya, console dibekali penyimpanan berupa hard disk 1TB dan dibundel bersama Dual Shock bertema serupa dengan warna metalik. Saya menduga, unit controller kemungkinan juga dijual secara terpisah.

Days of Play 3

Untuk sekarang, Sony belum mengumumkan kapan PlayStation 4 Days of Play edisi 2019 ini akan tersedia dan berapa harganya, tetapi ada peluang besar produsen mematoknya di kisaran US$ 300 atau setara PS4 standar – hanya saja jumlah unitnya yang terbatas. Melihat dari kebiasaan sang perusahaan sebelumnya, Sony boleh jadi akan mengungkap segala detailnya menjelang akhir bulan Mei, sebelum E3 2019 berlangsung.

Days of Play 4

Membahas soal E3 2019, Sony telah mengonfirmasi ketidakhadirannya di ajang gaming terbesar tahun ini. Meski demikian, mereka tetap menyempatkan untuk melangsungkan pengumuman penting via State of Play, di antaranya penyingkapan Riverbond, Away: The Survival Series, remake MediEvil, Predator: Hunting Grounds, dan tentu saja update terkait remake Final Fantasy VII.

Days of Play 5

Via SlashGear.

Analis: 20 Juta Gamer PC Akan Beralih ke Console di Tahun 2022

Persaingan antar fans sudah ada dari sejak lahirnya video game. Setelah era keemasan Atari, Nintendo dan Sega usai, kini rivalitas panas terjadi berlangsung antara konsumen setia Sony dan Microsoft. Fitur, hardware, serta konten biasanya yang paling sering dibahas dalam perdebatan itu. Tapi mereka yang paham aspek teknis setuju, PC merupakan platform gaming paling superior di antara semunya.

Bahkan ketika lihat dari satu layanan saja, Anda bisa menakar sendiri besarnya jumlah penikmat game PC: ada 47 juta pengguna aktif mengakses Steam setiap harinya. Data Statista sendiri menyebutkan ada 1,22 miliar gamer PC di tahun 2017 dan diperkirakan akan meningkat jadi 1,4 miliar di 2021. Uniknya, Jon Peddie Research melaporkan prediksi yang sangat berbeda. Menurut mereka, akan ada sekitar 20 juta pemain di PC beralih ke console dalam periode tiga tahun ke depan.

Jon Peddie menjelaskan bahwa pergeseran ini memiliki korelasi dengan penurunan pasar komputer personal. Satu pendorong dari migrasi tersebut adalah minimnya inovasi, kemudian produsen kini juga lebih lambat dalam memperkenalkan barang-barang baru. Menurut analis, perpindahan terbesar dilakukan oleh pengguna PC ‘low end‘ yang umumnya mempunyai sistem seharga US$ 1.000 ke bawah. Transisi didorong oleh meningkatnya kualitas panel TV, bertambah canggihnya teknologi semikonduktor di console, serta ketersediaan game-game eksklusif di sana.

JPR.

Menariknya, JPR sempat melihat kenaikan pembelian produk PC entry-level hingga kelas menengah dengan maksud digunakan sebagai mesin gaming. Namun menurut tim analis, hal tersebut tidak memberi dampak besar pada peningkatan volume. Dalam lima tahun ke depan, JPR memprediksi ada ratusan juta gamer PC berpindah ke ranah ‘TV gaming‘, dan sebagian dari mereka memilih untuk memanfaatkan layanan on demand. Saat itu, kondisi pasar jauh berbeda dari sekarang dan Hukum Moore akan kehilangan signifikansinya karena pencipta prosesor tidak bisa lagi menyusutkan ukuran transistor tiap 24 bulan.

Lalu apakah ini merupakan sebuah senja bagi industri PC gaming?

Tentu tidak jika Anda melihat dari perspektif yang lebih luas. Microsoft yang baru saja dinobatkan sebagai perusahaan satu triliun dolar mengungkapkan komitmennya untuk fokus di segmen gaming di PC lewat Windows 10. Dan dalam survei di Game Developers Conference 2017, 53 persen dari 4.500 developer yang berpartisipasi mengonfirmasi tengah mengembangkan permainan untuk PC. Persentase game console tampak lebih kecil, yaitu 27 persen di PS4, 23 persen di Xbox One, dan 3 persen untuk Switch.

Dan berbicara soal teknologi semikonduktor serta transistor, kita tahu Sony telah mengonfimasi penggunaan chip Ryzen 3 dan Radeon Navi di PlayStation ‘5’. Keadaan tersebut memperlihatkan kian miripnya arsitektur console dengan PC, memastikan pengembangan game multi-platform dan proses porting jadi lebih mudah. Dan jangan heran jika PS5 tersedia nanti, prosesor 12- atau 16-core akan menjadi kian merakyat…

Via Digital Trends.

Sejumlah Informan Bilang, Xbox Next-Gen Lebih Canggih Dibanding PlayStation 5

Pengumuman Project Scarlett oleh Phil Spencer di E3 2018 menandai dimulainya babak baru persaingan console game generasi selanjutnya. Setelah momen itu, muncul beberapa kali update tambahan mengenai sistem anyar milik Microsoft. Sang rival sendiri sudah mengonfirmasi pengembangan PlayStation ‘5’ di bulan Oktober 2018 dan men-tease  spesifikasi hardware-nya minggu lalu.

Berbekal teknologi persembahan AMD, PS5 (belum jadi nama resmi) menjanjikan fitur ray tracing ala PC ber-GPU Nvidia RTX serta kapabilitas menangani konten di resolusi 8K. Meskipun belum diketahui apakah 4K di sana bersifat native atau via upscale, klaim tersebut memang terdengar mengagumkan sekaligus ambisius. Namun yang membuat rivalitas antara Sony dan Microsoft jadi tambah menarik adalah, sejumlah narasumber menyampaikan bahwa Xbox versi baru bahkan lebih canggih dari PlayStation 5.

Informasi tersebut disampaikan oleh head editor Seasoned Gaming Ainsley Bowden via Twitter-nya berdasarkan pengakuan beberapa narasumber. Menurut Bowden, laporan ini bisa dipercaya karena para informan telah beberapa kali berhasil membuktikan keakuratan data mereka. Buat sekarang, belum diketahui jelas apa yang membuat Scarlett/Anaconda lebih canggih dibanding PlayStation 5 – apakah dilihat dari sisi performa atau kelengkapan fitur.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, kita tahu kesuksesan console tidak hanya ditentukan oleh hardware. Konten eksklusif bermutu adalah salah satu alasan utama mengapa orang memutuskan buat membeli. Dilihat dari perspektif ini, PlayStation 4 masih lebih unggul dari Xbox One. Tetapi console current-gen Microsoft itu punya satu fitur yang tak dimiliki rivalnya: backward compatibility. Kapabilitas ini rencananya baru akan dihadirkan di PS5.

Di bulan Februari kemarin, tersingkap kabar yang menyatakan bahwa Project Scarlett akan tersaji dalam lebih dari satu varian hardware. Seperti Xbox One S dan X, konsumen nantinya dipersilakan untuk memilih model standar atau tipe ‘superior’. Yang unik di sini ialah, walaupun kita tahu masa senja sistem current-gen telah tiba, Microsoft masih punya agenda buat memperluas keluarga Xbox One dengan penyediaan versi All-Digital bulan depan.

Namun ketika Sony telah mengungkap secara resmi komponen-kompenen penopang PlayStation 4 (di antaranya pemakaian CPU dan GPU semi-custom berbasis Ryzen 3 serta Radeon Navi, plus penyimpanan SSD), Microsoft malah belum mengabarkan detail hardware Xbox anyar. Ada dugaan kuat sang produsen turut mengandalkan teknologi AMD, sehingga dari segi arsitektur, kedua perangkat tak begitu berbeda. Menurut Phil Spencer, ada dua target utama yang coba dihidangkan oleh Xbox baru: peningkatan frame rate dan pemangkasan waktu loading.

Dengan absennya Sony di E3 2019, perhatian khalayak kini tertuju pada Microsoft, yang menjanjikan ‘pertunjukan besar‘ di pameran gaming raksasa tahunan itu. Ada kemungkinan besar mereka akan mengumumkan segala informasi terkait Scarlett di sana. Dan saya pribadi penasaran di mana perusahaan akan menempatkan layanan gaming on demand yang tengah mereka godok, apakah akan berdiri sendiri atau mengusung branding Xbox?

Via Push Square

Microsoft Resmi Umumkan Xbox One S Versi All-Digital

Setelah jadi cara utama distribusi konten di platform PC, metode digital mulai dimanfaatkan pula oleh produsen console dalam menyajikan produknya. Kita memang tak bisa memajang koleksi game digital di rak, tapi karena kepraktisan prosesnya, cara tersebut bertambah populer di kalangan konsumen. Dan pada akhirnya, tren ini mendorong Microsoft untuk mengenalkan Xbox One model baru.

Eksistensinya pertama kali tersingkap dalam laporan Thurrott soal rencana Microsoft memangkas kehadiran optical disc drive di console current-gen mereka. Kemudian di bulan Februari kemarin, terdengar kabar yang menyatakan bahwa hardware anyar ber-codename Lockhart (dan Anaconda) akan dipamerkan di E3 2019. Detail mengenainya sempat bocor di bulan Maret lalu, namun perusahaan baru mengumumkannya secara resmi minggu ini.

Sesuai ekspektasi sebelumnya, Xbox One S All-Digital Edition diracik secara eksklusif untuk menangani game tanpa medium fisik berupa disc. Perancangannya didorong oleh tingginya peningkatan konsumsi konten digital serta kesuksesan program Xbox Game Pass yang memberikan pelanggannya lebih dari 100 judul permainan. Perusahaan bilang, kondisi industri hiburan saat ini sudah sangat berbeda dari ketika Xbox pertama kali dirilis di 2001, dan mereka perlu beradaptasi dengan keadaan tersebut.

“Xbox One S All-Digital sengaja diciptakan bagi mereka yang lebih memilih untuk mendapatkan serta bermain game Xbox secara digital dengan mengeluarkan modal seekonomis mungkin,” tutur general manager platform and devices marketing Jeff Gattis.

Xbox One All-Digital 3

Demi membuatnya terlihat atraktif, produk dibundel bersama tiga game, yaitu Minecraft, Forza Horizon 3 dan Sea of Thieves (jika dijumlahnya, harganya bisa mencapai US$ 120); dan kesempatan berlangganan Xbox Game Pass selama tiga bulan hanya dengan mengeluarkan uang US$ 1. Nama serta desainnya juga mengindikasikan penggunaan susunan hardware serupa Xbox One S, yang berarti siap menghidangkan video-video 4K HDR, didukung pula oleh penyimpanan berbasisi hard drive sebesar 1TB.

Xbox One All-Digital 2

Pengumuman Microsoft itu juga menandai dibukanya gerbang pre-order Xbox One S All-Digital. Perangkat  telah mulai dijajakan di Microsoft Store, Amazon sesrta Best Buy, dan rencananya akan dipasarkan pada tanggal 7 Mei 2019.

Xbox One All-Digital 1

Sebagai kompensasi absennya optical disc drive, console dijual seharga US$ 50 lebih murah dari Xbox One S standar, menjadi US$ 250. Dengan mengonversi jumlah tersebut ke rupiah, kita mendapatkan angka Rp 3,5 jutaan. Tapi seperti barang impor lain, penentuan harganya di Indonesia tidak sesederhana ini, apalagi Xbox One pada dasarnya belum pernah meluncur resmi di tanah air.

Satu hal menarik dari pengungkapan Xbox One S All-Digital adalah, tak semua orang puas terhadap penawaran Microsoft ini. Banyak dari mereka yang merasa US$ 250 masih terlalu mahal.

Akan Ada Versi Baru Nintendo Switch yang Lebih Mungil dan Ekonomis?

Hampir menginjak usia dua tahun, Nintendo Switch saat ini sedang menikmati masa kejayaannya. Terhitung hingga bulan Desember kemarin, sang produsen berhasil memasarkan lebih dari 32 juta console hybrid tersebut. Penjualannya kuat berkat kombinasi dari konten-konten first-party eksklusif berkualitas serta melimpahnya permainan-permainan kreasi developer third-party.

Karena muncul lebih lambat dari platform game generasi kedelapan lain, siklus hidup Switch boleh dikatakan masih cukup panjang. Meski demikian, Nintendo tidak berdiam diri ketika kompetitornya sibuk dengan pengembangan produk next-gen. Di bulan Oktober kemarin, mungkin Anda sudah mendengar kabar dari The Wall Street Journal mengenai niatan Nintendo meluncurkan versi anyar dari Switch di paruh kedua 2019.

Kali ini muncul update informasi dari situs Nikkei (Nihon Keizai Shimbun) tentang bagaimana produsen akan menyajikannya. Diterjemahkan oleh Nintendo Everything, produsen dikabarkan tengah menggarap versi ‘mungil’ dan terjangkau dari console Switch. Dan sesuai seperti berita sebelumnya, mereka berencana untuk menyediakan perangkat di tahun ini juga. Tentu saja sejauh ini, belum ada detail mengenai produk tersebut selain dari yang telah terungkap.

The Wall Street Journal sempat mengabarkan bahwa Nintendo mempertimbangkan buat memperbaiki bagian layar Switch. Komponen itu menyimpan sejumlah kelemahan, lalu kualitasnya juga boleh dikatakan masih berada di bawah display smartphone kelas menengah. Mempunyai luas 6,2-inci, panel LCD tersebut cuma menyuguhkan resolusi 720p dengan kepadatan 237ppi.

The Verge sendiri berpendapat, jika memang benar Nintendo sedang mempersiapkan versi ekonomis dari Switch, ada peluang bagian dock yang akan dikorbankan karena ada lebih banyak orang menikmati Switch sebagai perangkat game portable. Komponen kedua yang boleh jadi dihilangkan adalah slot kartu/cartridge, karena belakangan Nintendo tampak lebih gencar dalam menawarkan layanan online serta menyajikan DLC. Tapi perlu diingat bahwa semua ini masih spekulasi.

Revisi hardware sendiri bukanlah hal asing bagi Nintendo. Console handheld seperti 3DS telah mendapatkan beberapa kali update sejak meluncur di 2011. Beberapa variannya meliputi 3DS XL, 2DS, serta tipe bertajuk ‘New’, termasuk New 2DS XL.

Selain hardware, Nintendo juga disebutkan memiliki agenda untuk ‘memperkuat’ layanan online berbayarnya, yaitu Nintendo Switch Online yang meluncur pada bulan September lalu. Produsen sendiri tidak menjelaskan apakah mereka akan mengeksekusinya lewat update atau memperkenalkan platform/layanan terpisah. Nintendo mencoba menjajakannya ke kalangan gamer antusias yang ‘bersedia membayar lebih’…

Kurang Laku, PlayStation Classic Dijual Dengan Harga Murah

Nostalgia berkali-kali terbukti menjadi senjata ampuh dalam menggarap dan memasarkan produk. Sedikit contohnya: beberapa permainan remake ternyata memberikan pemasukan besar bagi developer dan mendorong  penerapan strategi baru, lalu kita menyaksikan sendiri bagaimana consoleretro modern’ seperti NES dan SNES Classic Edition diincar para gamer veteran serta kolektor.

Bukan rahasia lagi, penggarapan PlayStation Classic didorong oleh kesuksesan peluncuran versi mini dari NES dan Super Nintendo. Sayangnya di luar dugaan Sony, penjualan PlayStation Classic ternyata tidak sebaik harapan. Umur produk ini belum ada satu bulan, tapi sejumlah retailer raksasa terpaksa menurunkan harganya dengan harapan cara ini dapat membantu mendongkrak kembali minat konsumen.

Silakan cek situs-situs pengecer besar seperti Amazon, GameStop, Best Buy, Walmart, Target dan B&H Photo. Di sana, PlayStation Classic ditawarkan di kisaran US$ 55 sampai 60, hampir separuh dari harga ketika perangkat ini diluncurkan – yaitu US$ 100.

Meski terdengar menggembirakan, sayangnya penurunan harga PlayStation Classic di retailer-retailer raksasa itu belum memengaruhi harga produk di Indonesia. Saat artikel ditulis, versi mini dari console game pertama Sony ini masih dibanderol di Rp 1,8 juta. Belum bisa dipastikan apakah dalam waktu dekat konsumen lokal bisa membelinya secara lebih ekonomis, atau produk akan tetap bertahan di angka tersebut.

Berdasarkan beberapa ulasan, keluhan terbesar pada PlayStation Classic adalah keterbatasan jumlah game dan kurang pasnya pemilihan judul, serta hadirnya masalah-masalah teknis. Seperti NES Classic Edition, PlayStation Classic dibundel bersama 20 game. Namun judul-judul paling legendaris di platform lawas itu – contohnya Gran Turismo, Tomb Raider, Wipeout hingga Crash Bandicoot – malah tidak disertakan. Ini dia daftarnya:

  • Battle Arena Toshinden (PAL)
  • Cool Boarders 2 (PAL)
  • Destruction Derby (PAL)
  • Final Fantasy VII (NTSC)
  • Grand Theft Auto (PAL)
  • Intelligent Qube (NTSC)
  • Jumping Flash! (PAL)
  • Metal Gear Solid (NTSC)
  • Mr. Driller (NTSC)
  • Oddworld: Abe’s Oddysee (PAL)
  • Rayman (NTSC)
  • Resident Evil Director’s Cut (PAL)
  • Revelations: Persona (NTSC)
  • R4 Ridge Racer Type 4 (NTSC)
  • Super Puzzle Fighter II Turbo (NTSC)
  • Syphon Filter (NTSC)
  • Tekken 3 (PAL)
  • Tom Clancy’s Rainbow Six (PAL)
  • Twisted Metal (NTSC)
  • Wild Arms (NTSC)

Dari sisi teknis, game-game 3D di PS Classic tidak di-upscale secara optimal seperti judul-judul 2D berbasis sprite, membuat konten terlihat blur. Dan saat dimainkan di layar besar beresolusi FHD atau 4K, rendahnya poligon serta ujung objek yang jaggy jadi tampak lebih menonjol. Lalu karena sebagian besar game ini merupakan versi PAL Eropa (termasuk permainan bertempo cepat semisal Tekken 3 dan Jumping Flash!), refresh rate terbatas di 50Hz.

Via Polygon & TweakTown.