Nida Rooms dan Mister Aladin Jalin Kerja Sama

Nida Rooms sebagai Virtual Hotel Operator (VHO) Asia Tenggara hari ini mengumumkan kerja samanya dengan penyedia situs pemesanan hotel Mister Aladin. Langkah ini diambil lantaran kedua perusahaan merasa saat ini persaingan di sektor travel dan pariwisata sudah sangat kompetitif, sehingga memaksa para pemainnya untuk menggalakkan strategi terbaiknya. Sebelumnya Traveloka dan Airyrooms menjalin kerja sama yang serupa.

Seperti diketahui, kecakapan Mister Aladin adalah menyediakan penawaran hotel sesuai dengan mood, dengan fitur andalannya yakni “Choose Your Mood”. Sedangkan basis hotel Nida Rooms, di Indonesia sendiri sudah mencapai 3.500 rekanan, dan 17.500 rekanan di wilayah Asia Tenggara. Kerja sama ini memungkinkan pemesanan hotel Nida Rooms dapat dilakukan melalui sistem yang dimiliki Mister Aladin, yakni via www.misteraladin.com.

“Melalui kerja sama dengan Mister Aladin, kami berharap dapat memudahkan travellers yang berlibur untuk mencari akomodasi dengan harga tepat, lokasi tepat dan kualitas yang tepat seperti yang  Nida Rooms tawarkan ” jelas Kaneswaran Avili selaku Chief Executive Officer & Co-Founder Nida Rooms.

Saat ini, tren liburan masyarakat kita masih lebih banyak berkisar di kawasan Indonesia dan Asia,” kata Nitha Sudewo, Direktur Online Services Mister Aladin. “Oleh karena itu, melalui kerja sama ini, kami berharap bisa menyediakan lebih banyak pilihan budget hotel untuk memenuhi kebutuhan travelers Indonesia yang semakin beragam.”

Sebelumnya Nida Rooms baru saja mendapatkan pendanaan sebesar Rp 52 miliar, tepatnya pada pertengahan April lalu. Komitmen Nida Rooms dengan pendanaan tersebut ialah mempercepat pengembangan produk. Selain itu ekspansi layanan juga menjadi prioritas, hingga saat ini di Indonesia Nida Rooms berhasil merangkul pangsa pasar hotel di Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bali, Bandung, Kalimantan dan Sulawesi. Nida Rooms sendiri sebenarnya juga belum lama hadir di Indonesia, baru sekitar bulan Desember tahun lalu.

Sedangkan Mister Aladin sejak awal peluncurannya sudah sangat berambisi untuk menjadi rujukan utama di sektor travel commerce di Indonesia. Dengan memadukan antara produk, teknologi dan advertising secara tepat, Mister Aladin percaya bahwa dirinya dapat berkembang di tengah makin maraknya layanan yang menawarkan jasa sejenis.

Application Information Will Show Up Here

AirBnB Mulai “Ganggu” Bisnis Perhotelan di Bali

Startup kebanyakan membawa model bisnis yang bisa mengganggu tatanan bisnis di beberapa sektor konvensional. Di Indonesia hal ini bisa dilihat bagaimana Go-Jek, Uber, Grab, dan startup-startup lainnya. Terutama bisnis yang mengandalkan kekuatan sharing seperti Go-Jek, Uber, Grab dan AirBnb. Tiga nama pertama bergerak di sektor transportasi mengandalkan mitra mereka sedangkan AirBnB menjalani bisnis di sektor penyewaan hunian atau tempat tinggal sementara. Semuanya terbukti mengganggu bisnis konvensional di Indonesia.

Mengenai mengganggu tatanan bisnis konvensional, Go-Jek, Uber dan layanan serupa bisa dilihat dari demo besar-besaran yang dilakukan pelaku bisnis taksi konvensional. Mereka dinilai menyalahi aturan dengan tidak melengkapi persyaratan seperti yang perusahaan taksi penuhi. Akhirnya pemerintah merespons demo tersebut dengan mengeluarkan regulasi yang ada.

Untuk AirBnB, disebutkan Bali menjadi salah satu daerah dengan dampak terbesar yang terganggu dengan bisnis persewaan kamar ini. AirBnB yang menjadi “musuh” besar industri perhotelan di Amerika Serikat tampaknya juga akan menjadi “musuh” untuk industri perhotelan Indonesia.

Di sampaikan Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani permintaan sewa hotel menurun hingga 35 persen. Indikasi utamanya banyak vila yang dimiliki individual dan disewakan melalui AirBnB

“Demand turun hingga 35%. Mungkin banyak vila yang dimiliki individual dan disewakan melalui AirBnB. Sejak tahun 2010, terjadi penurunan yang signifikan di Bali. Angkanya belum jelas karena kamar hotel juga terus bertambah,” ujar Hariyadi.

Haryadi juga menjelaskan bahwa fenomena sharing economy juga akan mengganggu bisnis perhotelan dan diminta untuk bersiap menghadapi fenomena ini. Dengan harga yang lebih murah dan kemudahan menggunakan aplikasi AirBnB menjanjikan potensi mengganggu yang besar.

Salah satu langkah antisipatif yang dilakukan adalah dengan lebih gencar melakukan promosi baik di dalam dan di luar negeri. Dengan potensi sektor wisata yang diproyeksikan tumbuh 10% dibanding tahun lalu, sektor perhotelan berharap dapat meningkatkan permintaan.

Hariyadi dalam pemberitaan SWA juga mengungkapkan pihaknya akan mengusulkan untuk menertibkan pelaku sharing economy, dalam hal ini AirBnB. Soal pajak dan tanggung jawab kepada negara.

“Kami harus mengusulkan penertiban para pelaku sharing economy ini. Mereka menyewakan hotel atau vila namun tidak membayar pajak. Ini jelas tidak adil. Mereka juga punya tanggung jawab kepada negara. Kami yang punya usaha hotel, aturannya ketat sekali,” kata Hariyadi.

Selain mengusulkan penertiban Haryadi juga menjelaskan para pengusaha hotel juga tengah menyiapkan inovasi berbasis teknologi seperti Agoda, Booking dan juga bisnis boling yang dimiliki pihak lokal. Selain itu para pemilik usaha perhotelan juga akan membuat platform e-commerce yang bersifat B2B antara pengusaha hotel dengan vendor.

Nantinya para vendor akan dikonsolidasikan sehingga pembeli dan penjual bisa bertemu secara langsung. Dampaknya volume akan lebih besar dan harganya murah.

“Pariwisata itu kuncinya ada di atraksi. Kalau tidak ada itu, tidak ada nilainya. Sasaran inilah yang kami galakkan di seluruh Indonesia secara terintegrasi dengan calender of event,” katanya.

Regulasi tampaknya akan menjadi momok besar bagi startup yang mengusung sharing economy. Go-Jek, Uber, Grab, AirBnB dan layanan sharing economy lainnya. Setidaknya untuk sekarang pemerintah memiliki regulasi untuk sharing economy transportasi armada mobil. Untuk perhotelan mungkin tidak akan lama lagi akan diterbitkan regulasi serupa, menunggu seberapa terganggu para pengusaha hotel dan sebesar seberapa besar desakan mereka terhadap pemerintah.

Hotel Hilton Gunakan Robot Bernama Connie Sebagai Penerima Tamu

Umumnya riset di bidang robotik tidak difokuskan pada satu fungsi tertentu, melainkan sebuah upaya eksplorasi menciptakan desain robot baru. Salah satu keuntungan hidup di abad ke-21 ini adalah kita telah melihat banyak sekali tipe robot dipamerkan. Tapi berbeda dari beberapa model eksperimental, Hilton memutuskan untuk menggunakan robot buat keperluan lebih praktis.

Pada hari Rabu kemarin, Hilton Worldwide mengumumkan kolaborasi bersama IBM demi mengerjakan proyek Connie. Ia merupakan robot bertenaga sistem komputer Watson pertama yang ditugaskan sebagai penerima tamu. Selain menyambut para pengunjung, Connie juga ditugaskan untuk menyajikan informasi mengenai lokasi-lokasi menarik, merekomendasikan restoran, serta menjelaskan fitur dan fasilitas hotel.

Sebagai langkah awal, perusahaan rakasasa dari Amerika Serikat itu menempatkan Connie di Hilton McLean Virgina. Di sana, sang robot sudah mulai belajar berinteraksi dengan para tamu dan merespons pertanyaan mereka secara ramah serta informatif. Connie memanfaatkan kombinasi dari sejumlah API (application program interface) Watson, termasuk Dialog, Speech to Text, Natural Language Classifier dan lain-lain.

Berkat perpaduan semua itu, Connie sanggup menyapa tamu serta menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Kemudian dengan mengakses WayBlazer, robot juga bisa menyarankan tempat-tempat wisata di area sekitar hotel. Watson sendiri adalah sistem komputer yang dapat menanggapi pertanyaan melalui ‘bahasa natural’, awalnya dikembangkan buat menaklukkan acara kuis Jeopardy! dan baru pada tahun 2013 ia diaplikasikan ke bidang komersial.

Lewat interaksi dengan user, Connie akan lebih banyak belajar dan beradaptasi; dari sana meningkat pula kapabilitas rekomendasinya. Menurut CTO IBM Rob High, proyek Connie mewakilkan sebuah perubahan dalam interaksi antara manusia dan mesin, ditopang oleh Watson. Terlepas dari itu, Connie tidak digunakan untuk menggantikan staf hotel, namun sebagai cara memudahkan pengunjung memperoleh informasi yang mereka butuhkan.

“Kami fokus untuk menyajikan pengalaman baru dalam pelayanan perhotelan – jadi lebih pintar, mudah dan menyenangkan,” tutur vice president Hilton Worldwide Jonathan Wilson di press release. “Dengan menggandeng partner seperti IBM Watson, kami membuat para pengunjung terpesona melalui metode yang tidak diduga.”

Connie diambil dari nama sang pendiri, Conrad Hilton. Menurut Hilton Worldwide, ia merupakan salah satu inovasi yang mereka terapkan ke bidang perhotelan, setelah sebelumnya memperkenalkan check-in Room Selection, Digital Key, serta program partnership dengan Uber dan Tesla.

Via Ars Technica. Sumber: PR Newswire.

Tixton Sediakan Sistem Pemesanan Kamar Hotel Yang Tidak Jadi Dipakai

Di dunia startup mungkin banyak dari kita kenal dengan sejumlah pemain besar di segmen jual-beli tiket hotel. Tapi tahukah Anda, ada startup yang menyediakan platform untuk menjual dan membeli sewa kamar hotel yang telah dipesan dan dibayar dan tidak terpakai? Tixton, sebuah startup yang beroperasi di Indonesia, Singapura dan Malaysia melakukan hal tersebut.

Konsep Tixton adalah menawarkan sarana jual beli kamar hotel yang sudah dipesan tapi si pemesan tidak jadi menggunakannya. Daripada hangus sia-sia, Tixton menyediakan pilihan untuk menjualnya.

Alur kerja dari Tixton cukup sederhana. Penjual pertama kali harus memasukkan informasi mengenai pemesanan hotel mereka yang tidak akan dipakai untuk berbagai macam alasan. Selanjutnya pihak Tixton akan melakukan verifikasi ke pihak hotel/travel agent/situs pemesanan hotel.

Jika pemesanan sudah terverifikasi penjual akan langsung mendapatkan kembali 30% dari harga pemesanan, dan pemesanan tersebut akan menjadi milik Tixton yang selanjutnya akan ditawarkan lagi dengan harga lebih rendah hingga 40% dibanding harga normal.

Tixton tidak akan mengembalikan tiket yang dijual dengan uang tunai. Sebagai gantinya Tixton akan menukarnya dengan kredit Toncoin yang bisa digunakan untuk membeli di platform Tixton. Kredit tersebut akan valid selama lima tahun.

Masih dalam tahap beta

Kepada Dailysocial Director Tixton Alfredo Setiabudi menjelaskan bahwa saat ini Tixton masih dalam versi beta. Dengan kata lain pembenahan dan penyempurnaan masih menjadi fokus utama Tixton saat ini. Meski demikian Tixton yakin bahwa peluang di Indonesia sangat besar.

Alfredo mengungkapkan, “[..] Untuk kamar hotel, saat ini hanya ada untuk hotel berbintang saja, ada 200.000 kamar di seluruh Indonesia, dengan tingkat hunian rata‐rata 52.65%. Itu berarti di Indonesia setiap harinya ada lebih dari 100.000 kamar yang dihuni. Pasar seperti ini sudah sangat besar, dan dengan perkembangan pesat Indonesia di tahun‐tahun ke depan (kurang lebih 9% per tahun), Tixton percaya pasar Indonesia adalah pasar di mana Tixton bisa mengambil peran penting di sektor pariwisata , khususnya penyediaan akomodasi.”

Namun ketika ditanya mengenai strateginya di Indonesia Alfredo masih enggan bercerita karena semuanya masih dalam tahap pematangan atau evaluasi. Selain penyempurnaan layanan Tixton juga tengah berusaha untuk mengenalkan layanannya ke masyarakat luas.

“Saat ini fokus kita adalah untuk sosialisasi brand dan layanan Tixton. Kita ingin publik untuk mengingat bahwa ada solusi untuk kamar hotel mereka yang telah dibayar namun tidak terpakai, yang biasanya akan terbuang begitu saja. Dan juga, kita ingin menjadi website pertama yang dikunjungi oleh orang yang akan bepergian, karena bisa saja sedang ada penjual yang membatalkan kamar hotel yang sedang dicari, di mana harganya bisa mencapai 40% lebih rendah dari harga normal,” terangnya

Alfredo juga menjelaskan bahwa selain di tiga negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia pihaknya di tahun ini berencana untuk melebarkan sayap ke enam negara Asia laiannya. Ia menjelaskan saat ini Tixton juga telah memasang target untuk bisa melayani jual beli sebanyak 5.000 kamar di tahun pertama dan 100.000 kamar di tahun ke lima.

Hotel Ini Dirancang Khusus untuk Manjakan Para Gamer

Seorang gamer kelas berat umumnya identik dengan kebiasaan tidak keluar dari kamar selama beberapa jam nonstop. Dalam kasus yang ekstrem, mungkin ada yang sampai lupa makan. Pokoknya selama ada waktu luang, waktu tersebut haruslah dimanfaatkan untuk bermain game, tidak peduli apakah kamarnya sedang berantakan atau memang berantakan setiap saat.

Kalau di kamar yang berantakan saja seorang gamer sudah betah berlama-lama, bagaimana jadinya kalau mereka mendapat fasilitas ala hotel? Well, pertanyaan itu sudah bisa dijawab sekarang. Di kota Amsterdam, Belanda, telah dibuka sebuah hotel yang dikhususkan untuk para gamer.

Namanya The Arcade Hotel. Tempat ini sebelumnya merupakan hotel biasa, tapi sang pemilik akhirnya memutuskan untuk merombaknya menjadi lokasi istimewa bagi para pencinta game, terutama gamegame klasik – itulah mengapa ada label “Arcade” pada namanya.

The Arcade Hotel

Di setiap kamar, sederet game console macam Atari, Nintendo sampai PlayStation dan Xbox generasi pertama telah ditata dengan rapi. Semua ini bisa dinikmati tanpa harus membayar biaya ekstra, dan tentu saja sembari menikmati fasilitas mewah ala hotel berbintang.

Seandainya bosan di kamar, pengunjung bisa menghampiri bagian lobby dimana terdapat sebuah bar yang juga dilengkapi sederet perangkat gaming – kali ini handheld console. Bosan menatap layar terus? Pengunjung bisa mendatangi sebuah perpustakaan yang dipenuhi segudang komik.

The Arcade Hotel

Meski pada dasarnya bermisi memanjakan para gamer di dalam kamar, The Arcade Hotel sebenarnya juga mendorong mereka untuk keluar demi sekedar mencari angin segar atau mungkin mengunjungi lokasi-lokasi menarik lain di Amsterdam. Maka dari itu, tamu di hotel ini pun dipersilakan meminjam sepeda untuk dipakai berpergian.

Soal harga, tarif kamar The Arcade Hotel yang paling kecil (untuk dua orang) dipatok €67,50 per malam. Tersedia pula kamar untuk tiga orang dan empat orang, plus kamar kelas suite yang dilengkapi fasilitas spa. Namun apapun jenis kamar yang dipilih, saya yakin tamu-tamunya pasti betah berlama-lama di sana. Apalagi kalau bukan karena video game.

Sumber: VG24/7.

Tamu Hotel Canggih di Jepang Ini Akan Dilayani Oleh Robot

Kota Nagasaki memang sempat porak-poranda akibat serangan bom atom di era Perang Dunia II, akan tetapi kota ini bisa menjadi salah satu kawasan tercanggih di dunia dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya, sebuah hotel yang memperkerjakan robot sebagai pegawai akan segera beroperasi di sana. Continue reading Tamu Hotel Canggih di Jepang Ini Akan Dilayani Oleh Robot

Skyscanner Gandeng Tiket.com Sebagai Salah Satu Penyedia Informasi untuk Aplikasi Hotel di Indonesia

hotel skyscanner

Skyscanner yang berbasis di Skotlandia mengumumkan ketersediaan aplikasi Hotel di Indonesia untuk memberikan informasi harga reservasi kamar hotel dari berbagai layanan online, termasuk menggandeng layanan lokal Tiket.com. Di awal tahun Skyscanner juga bakal memasukkan informasi langsung dari jaringan Swiss-Belhotel. Layanan Hotel bisa diakses melalui situs Skyscanner atau melalui platform mobile untuk Android dan iOS.

Continue reading Skyscanner Gandeng Tiket.com Sebagai Salah Satu Penyedia Informasi untuk Aplikasi Hotel di Indonesia

Traveloka Luncurkan Pemesanan Hotel Versi Mobile

shutterstock_97589228

Setelah resmi melebarkan sayap ke sektor pemesanan hotel, situs pemesanan tiket pesawat Traveloka baru saja meluncurkan fitur terbarunya: pemesanan hotel versi mobile web. Bersamaan dengan meluncurnya layanan booking hotel versi mobile web ini , Traveloka juga telah menyiapkan serangkaian promo liburan akhir tahun.

Continue reading Traveloka Luncurkan Pemesanan Hotel Versi Mobile

Situs Metasearch Trivago Resmi Meluncur di Indonesia Sebagai Layanan Perbandingan Harga Hotel

Potensi pasar pariwisata di Indonesia ternyata berhasil membuat beberapa startup asing tertarik untuk masuk ke dalam pasar Indonesia. Sebut saja situs metasearch travel Wego dan HotelsCombined yang telah bersandingan dengan startup lokal seperti  situs Telunjuk yang juga punya layanan perbandingan hotel. Baru-baru ini Trivago juga baru saja mengumumkan peluncuran layanannya di Indonesia.

Continue reading Situs Metasearch Trivago Resmi Meluncur di Indonesia Sebagai Layanan Perbandingan Harga Hotel

Wego Tawarkan Akses Reservasi Tiket dan Hotel Lebih Mudah Melalui Aplikasi Mobile

Di era yang serba mobile seperti saat ini ekspansi bisnis dan layanan ke ranah mobile merupakan suatu adaptasi yang wajib dilakukan bagi setiap pelaku bisnis, terlebih pada industri berbasis internet. Wego yang dikenal sebagai situs reservasi tiket pesawat dan hotel ini mengadaptasi hal yang sama dengan meluncurkan layanannya dalam aplikasi mobile untuk platform iOS dan juga Android. Continue reading Wego Tawarkan Akses Reservasi Tiket dan Hotel Lebih Mudah Melalui Aplikasi Mobile