HTC Luncurkan Aplikasi Majalah Interaktif Vivepaper untuk VR Headset

Tidak lama lagi, konten virtual reality tidak hanya melibatkan game maupun foto dan video panoramik saja, tetapi juga buku dan majalah dengan diluncurkannya aplikasi Vivepaper. Aplikasi ini dikembangkan oleh HTC bersama penerbit ternama Condé Nast.

HTC mendeskripsikan Vivepaper sebagai aplikasi “augmented virtual reality”, dimana pengguna bisa mendapatkan pengalaman VR yang lebih realistis berkat interaksi dengan objek fisik (dalam kasus ini, semacam brosur atau booklet khusus yang dilengkapi QR code).

Cara kerjanya seperti ini: headset Vive akan memindai QR code tersebut menggunakan kamera depannya, kemudian pengguna akan dibawa ke dunia virtual yang dapat dinavigasikan dengan booklet fisik tersebut. Jadi ketimbang hanya menyimak konten di layar, pengguna juga bisa ‘merasakannya’ di tangan.

Selagi membaca artikel, pengguna akan dikelilingi oleh foto dan video 360 derajat dari lokasi yang tengah dibahas, kalau konteksnya traveling. Beralih ke artikel soal produk tertentu, Vivepaper akan menyajikan hasil rendering 3D dari produk tersebut yang bisa diamati dari segala sudut.

Untuk sekarang, Vivepaper baru tersedia buat pengguna di kawasan Tiongkok saja, namun HTC bertekad untuk membawanya ke kawasan lain selagi kemitraannya bersama penerbit diperluas. Yang menarik, Vivepaper nantinya juga bisa dinikmati menggunakan headset Cardboard, baik dengan ponsel Android maupun iPhone.

Sumber: UploadVR dan PR Newswire.

HTC Membuka Vive VR Cafe Pertama di Shenzhen, China

Internet cafe, biasa kita kenal dengan istilah warnet, bisa ditemukan di berbagai belahan dunia, menjadi fenomena di tahun 90-an ketika internet mulai merakyat. Era sudah berganti, internet kini dapat dinikmati semua orang secara mudah, kita baru saja memasuki masa virtual reality. Menariknya, satu pemain besar di ranah itu mencoba mempopulerkan VR melalui pendekatan ala warnet.

Raksasa teknologi Taiwan di belakang terciptanya head-mounted display Vive kabarnya sedang mematangkan konsep kafe VR. Sebetulnya HTC telah membuka kafe virtual reality di Beijing dan Taipei, namun warga Shenzhen boleh berbangga karena di kota itu HTC baru meluncurkan VR Cafe dengan branding resmi Vive. Tempat ini sengaja dimaksudkan buat memberi konsumen kesempatan menjajal headset VR high-end tanpa mengeluarkan banyak dana.

HTC VR Cafe 1

Pengumuman Vive VR Cafe dilakukan oleh presiden regional HTC, Alvin Wang Graylin. Kepada Haptical, ia menjelaskan bahwa selain memungkinkan pengunjung mencicipi Vive, kafe VR juga dimaksudkan untuk menguji kapabilitas Viveport Arcade – yaitu sebuah platform pengelolaan hiburan arcade VR, diramu buat mempermudah para pemilik kafe dalam menemukan dan mengonfigurasi konten secara offline, serta menghasilkan pemasukan.

HTC mengonfirmasi akan menggandeng banyak partner untuk membuka ratusan kafe virtual reality di tahun 2016 sampai 2017. Jika arahan tersebut sukses di China, mereka berniat memperluas peluang bisnis lewat metode franchising ke seluruh dunia. Salah satu rekan kolaborasi HTC ialah Shunwang, penyedia software internet cafe terbesar di negara itu – di mana kedua pihak mencoba mengonversikan ‘warnet’ jadi kafe VR.

HTC VR Cafe 2

Namun Vive VR Cafe di Shenzhen bukanlah hasil kolaborasi HTC dan Shunwang. Dari awal, mereka mendesainnya sebagai ‘lokasi arcade dan ruang bercengkrama’. Dari komentar Graylin, terdapat lebih dari 3.000 unit VR arcade di Tiongkok. Sangat banyak. Itulah alasan mengapa Viveport Arcade begitu esensial, karena platform ini bisa menyatukan semuanya, serta memberi manfaat baik bagi user, developer maupun pemilik venue/pengusaha.

Berdasarkan data Niko Partners, di tahun 2015 terhitung ada sekitar 146.000 internet cafe di Tiongkok, dikunjungi oleh 20 juta user tiap hari. Mengubah warnet menjadi VR Cafe merupakan strategi pintar karena China diperkirakan akan jadi salah satu negara dengan konsumen virtual reality terbanyak – nilainya keuntungannya diestimasi melonjak dari US$ 860 juta di tahun 2016 ke US$ 8,5 miliar di tahun 2020.

HTC VR Cafe 3

Untuk lebih merangsang pertumbuhan komunitas developer VR di China, HTC turut menggelar ajang Vive Extreme Innovation Challenge pertama, berlangsung sampai tanggal 30 Oktober 2016 nanti.

Gambar: Twitter Alvin Wang Graylin.

Gandeng HP, HTC Luncurkan Bundel VR Headset Vive Plus Desktop PC

HTC dan HP baru saja melakukan kolaborasi yang cukup menarik. Keduanya mengumumkan bundel headset Vive bersama sebuah desktop PC yang memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan untuk bisa memberikan pengalaman VR secara mulus.

Harga adalah faktor yang paling menarik dari bundel ini. Bagaimana tidak, dengan modal $1.500, konsumen bisa langsung menikmati pengalaman virtual reality menggunakan HTC Vive. Kalau membeli secara terpisah, Vive sendiri dibanderol seharga $800, yang berarti sisa $700 adalah untuk PC-nya.

Desktop PC bernama HP Envy 750 ini mengemas spesifikasi yang cukup mumpuni jika mempertimbangkan harganya; mulai dari prosesor Intel Core i5–6400, RAM 8 GB DDR4, GPU AMD Radeon RX 480, SSD 128 GB dan HDD 1 TB. Turut melengkapi adalah sebuah DVD drive, keyboard, mouse, serta OS Windows 10 Home.

HP Envy 750 yang termasuk dalam bundel mengemas spesifikasi yang cukup untuk menjalankan game VR / HTC
HP Envy 750 yang termasuk dalam bundel mengemas spesifikasi yang cukup untuk menjalankan game VR / HTC

Memang masih ada PC lain dengan spesifikasi yang jauh lebih ganas dibanding Envy 750, tapi ini saja sebenarnya sudah memenuhi standar minimum yang ditetapkan untuk bisa mengatasi semua yang dibutuhkan Vive. GPU Radeon RX 480 sendiri dicap sebagai standar paling minim untuk bisa menjalankan game VR.

HTC mengklaim konsumen sebenarnya akan mendapatkan bundel senilai total $1.700. Berdasarkan pengamatan TechSpot, komponen-komponen milik Envy 750 sendiri kalau ditotal nilainya mencapai $800. Jadi pada dasarnya konsumen akan mendapat potongan $100 dengan membeli bundel ini ketimbang merakit PC sendiri.

Ke depannya, HTC akan menawarkan bundel Vive + PC lain, mungkin yang berspesifikasi lebih tinggi ataupun yang merupakan hasil kolaborasi dengan pabrikan lain. Namun untuk sekarang, setidaknya paket “Vive Starter Kit” ini bisa menjadi opsi ideal bagi mereka yang belum memiliki gaming PC dan hendak menikmati virtual reality.

Sumber: TechSpot dan HTC.

Keseriusan MSI di Bidang VR Tampaknya Mendorong Oculus Buat ‘Mendekati’ Mereka

Bagi MSI, manuver mereka di ranah VR dimulai dengan penyediaan laptop VR Ready pertama lalu dilanjutkan oleh pengungkapan prototype backpack PC di Computex 2016. Ide terakhir tersebut MSI realisasikan lewat pengumuman VR One, menjadi produk primadona mereka di Tokyo Game Show kemarin. Keseriusan MSI di virtual reality tampaknya menarik perhatian satu nama besar lagi di bidang itu.

Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, VR One dikembangkan secara kooperatif antar dua raksasa teknologi Taiwan, yaitu MSI dan HTC. Saat ini, perangkat tersebut betul-betul dioptimalkan untuk Vive. Rupanya, sang kompetitor utama HTC tidak mau ketinggalan, berdasarkan laporan dari beberapa sumber anonim. Kabarnya, mereka sempat berunding dengan MSI buat meramu device sejenis backpack PC.

Melalui Digitimes, sang informan menjelaskan bahwa sejak Oculus diketahui telah bekerja sama dengan Microsoft untuk mempromosikan produk-produk VR, ada kemungkinan besar MSI akan turut membantu tim yang dinahkodai Palmer Luckey dan Brendan Iribe tersebut buat meningkatkan penjualan di segmen gaming notebook. Sementara itu, sejumlah brand lain juga kabarnya sudah digandeng Oculus VR.

Hasil kolaborasi MSI dan HTC sejauh ini ialah bundel head-mounted display dan gaming notebook, rencananya akan mulai tersedia di bulan Oktober besok. Dan tidak mengherankan jika Oculus VR mencoba mengambil arahan serupa.

Sang narasumber bilang, kehadiran Oculus VR di segmen laptop gaming akan memberi tekanan pada HTC. Buat sekarang, harga Rift memang sedikit lebih unggul dibandingkan Vive dengan gap US$ 200, namun secara teknis, headset garapan HTC itu sedikit lebih canggih berkat kehadiran kamera dan controller. Sampai sekarang, Oculus VR belum menyingkap harga serta info tanggal rilis Touch, tapi ada indikasi periferal ini dibanderol di harga yang tidak murah.

Tersedianya teknologi Nvidia Pascal lewat kartu grafis GeForce GTX seri 10 di notebook memang mengubah segalanya. Ditopang GPU kelas ‘mainstream‘ GTX 1060, laptop-laptop berukuran ramping kini sanggup melakukan hal yang dahulu dibilang mustahil: menangani headset VR high-end. Memasangkan headset VR di notebook memang sedikit bertentangan dengan gagasan ‘portable gaming‘ dan itu alasannya MSI serta produsen-produsen lain turut bereksperimen meracik PC berwujud ransel.

Kompetisi antara Oculus VR dan HTC memang sengit: Oculus VR adalah pionir yang sukses membawa konsep VR ke khalayak umum, mendapatkan topangan finansial dari Facebook. HTC Vive sendiri terbukti sebagai rival tangguh, dengan dukungan Valve di sisi software.

Via Digital Trends.

Ini Bocoran Baru Menjelang Hajatan HTC 20 September Mendatang

Salah satu produsen smartphone asal Taiwan, HTC telah dikabarkan akan mengumumkan perangkat smartphone baru pada tanggal 20 September mendatang. Baru-baru ini, sebuah video teaser terkait keberadaan perangkat tersebut telah diungkapkannya melalui akun Twitter resmi mereka.

Cuitan dari perusahaan yang telah digandeng oleh Google untuk memproduksi perangkat smartphone Pixel itu menampilkan sebuah tayangan video pendek yang meggambarkan kemampuan pembaca sidik jari pada sebuah perangkat smartphone.

Bisa dipastikan bahwa kemampuan ini yang nantinya akan diusung oleh perangkat smartphone yang akan diperkenalkan oleh HTC pada hajatan yang akan mereka gelar tanggal 20 September nanti.

Menariknya, tidak hanya akan ada satu perangkat yang akan diperkenalkan HTC pada perhelatan tersebut, dari rumor yang tersiar sebelumnya disebutkan bahwa sedikitnya ada dua model smartphone yang akan diumumkan oleh HTC ke publik, kabar nama perangkat adalah Desire 10 Pro dan Desire 10 Lifestyle.

Smartphone Desire 10 Pro akan menempati lini smartphone flagship racikan HTC, ia hadir dengan penampang layar berukuran 5.1 inci yang mampu menampilkan resolusi hingga 1,440 x 2,560 piksel.

Smartphone ini dibakarkan mengusung spesifikasi yang cukup gahar lantaran diotaki dengan prosesor Snapdragon 820 racikan Qualcomm yang didukung dengan RAM sebesar 4GB dan media penyimpanan internal sebesar 32 GB. Smartphone yang juga dikabarkan berjalan dengan platform Android 6.0.1 Marshmallow ini juga telah dijejali dengan kamera utama berkemampuan 12 megapiksel dan kamera selfie 5 megapiksel.

Perangkat lainnya adalah smartphone Desire 10 Lifestyle, perangkat ini telah digadang-gadang untuk menjadi perangkat yang ditawarkan dengan harga lebih ramah di kantong konsumen namun ia akan tetap menawarkan desain elegan khas HTC.

Berdasarkan informasi yang kami rangkum dari situs Phonearena disebutkan bahwa smartphone ini pernah nongol di laman AnTuTu dengan komposisi layar berukuran 5 inci beresolusi 720 x 1280 piksel, dengan mengusung prosesor Snapdragon 400, smartphone ini juga akan memiliki komposisi RAM 2 GB dengan kapasitas penyimpanan internal sebesar 32 GB.

Besar kemungkinan bahwa smartphone ini akan berjalan dengan platform Android 6.0.1 Marshmallow.

Sumber: PhoneArena | Gambar Header: HTC

Masih Secantik iPhone, Sayang HTC One A9s Tak Bawa Banyak Peningkatan

HTC, seperti yang sudah diperkirakan akhirnya resmi memperkenalkan HTC One A9s, suksesor “jiplakan” iPhone yang dirilis tahun lalu, One A9. Sayangnya, meski menyandang predikat sebagai generasi baru, One A9s tak membawa peningkatan yang menggembirakan. Secara keseluruhan bahkan spesifikasinya nyaris serupa dengan varian terdahulu, meskipun memang tak bisa dipandang buruk terutama berkat desainnya yang sama sekali berbeda dengan warisan generasi HTC One.

Iterasi terbaru One A9 ini seperti disebutkan dalam rumor masih mengadopsi garis desain yang sama dengan iPhone. Kamera utama dan LED flash diletakkan di posisi paling atas sisi kiri perangkat, sementara logo di bagian depan dihapus yang kemudian diakhiri oleh balutan body metal di bagian belakang dan sisinya.

HTC One A9s_3

Dimensi HTC One A9s serba lebih dibanding pendahulunya, lebih panjang, lebih lebar, lebih tebal dan bahkan lebih berbobot, di angka 146.49mm x 71.5mm x 7.99mm dan 149.8g. Sayang, “kelebihan” yang dihadirkan di sisi dimensi tak bisa kita jumpai di sektor layar, di mana meski tetap selebar 5 inci ternyata resolusinya turun kelas ke 720p yang sebelumnya 1080p di One A9. Dengan kondisi ini, wajar bila banyak orang akan kecewa dengan One A9s.

Peningkatan kecil dapat ditemukan di beberapa tempat. Pertama, HTC memilih membenamkan kamera 5MP yang sedikit di atas A9, kemudian peningkatan di komponen baterai menjadi 2.300mAh plus penggunaan MediaTek Helio P10. Konfigurasi yang ditawarkan mulai RAM 2GB bersama 16GB dan 3GB plus memori 32GB.

HTC One A9s_1

HTC belum membeberkan berapa harga yang pantas untuk smartphone barunya ini. Tebakan Dailysocial, HTC One A9s tak akan lebih tinggi dari $190. Jika benar, meskipun tak mengalami banyak peningkatan, A9s cukup layak untuk ditebus.

Sumber berita HTC.

Developer Lebih Memilih HTC Vive Ketimbang Oculus Rift?

Menakar dari tingginya harga produk, saat ini headset VR sekelas Rift dan Vive memang masih di luar jangkauan kebanyakan konsumen di Indonesia. Mereka yang punya modal pun dihadapkan pada satu pertanyaan: device mana yang akan mendapatkan konten lebih banyak? Oculus VR memang merupakan pionir, tapi beberapa raksasa teknologi tak ragu mendukung Vive.

Untuk mencari tahu, tentu semuanya kembali ke keputusan developer, dan laporan dari UBM Game Network siap memandu Anda. Tim pelaksana Virtual Reality Developers Conference itu merilis VR/AR Innovation Report, berisi respons dari para profesional di bidang virtual serta augmented  reality mengenai platform favorit mereka.

Tahun ini adalah momen penting bagi VR dan AR: Vive dan Rift dilepas di saat yang tidak begitu berjauhan, Samsung merilis versi up-to-date dari Gear VR, Microsoft lagi sibuk menggodok HoloLens, lalu kabarnya Google juga sedang menggarap headset VR baru. Di kuesioner, UBM Game Network bertanya pada developer, saat ini platform apa yang mereka pilih buat mengembangkan konten?

HTC Vive vs Oculus Rift 1

Sebanyak 48,6 persen developer menjawab HTC Vive, sedangkan Oculus Rift hanya menghimpun 43,2 persen. Di kelas mobile VR, Samsung Gear VR mengungguli Google Cardboard dengan 33,8 versus 29,2 persen. Peminat PlayStation VR dan HoloLens juga cukup kecil, masing-masing 12,9 dan 8,8 persen, sedikit di bawah Google Daydream (14,6 persen). Meski persentasenya terlihat kecil, Google sendiri punya satu proyek VR lagi, yaitu Tango.

HTC Vive vs Oculus Rift 2

Menjawab pertanyaan ‘di mana Anda akan mengembangkan konten VR/AR selanjutnya?’, jarak antara Vive dan Rift kian melebar. 34,6 persen developer percaya diri  pada headset besutan HTC dan Valve itu, dan cuma 23,4 persen dari mereka yang memilih Vive. Untuk pertanyaan ini, Google Cardboard berhasil menghimpun lebih banyak pendukung dari Gear VR, angkanya di 14 persen dan 10,3 persen. Namun tak seperti pertanyaan pertama, ada lebih banyak responden tidak menjawabnya, boleh jadi menandai ketidakyakinan mereka.

Anda mungkin sempat mendengar langkah kontroversial Oculus VR buat menyajikan konten eksklusif dengan cara mem-block pemilik Vive sehingga mereka tidak dapat membeli dan memainkan game khusus Rift. Tenang saja, 78,1 persen developer memilih untuk melepas karya digital mereka di lebih dari satu platform.

Tidak sedikit orang merasa ragu, apakah VR merupakan lompatan besar di bidang hiburan, ataukah hype-nya pelan-pelan akan memudar? Anda tidak perlu khawatir, 95 persen developer yakin virtual reality mampu terus tumbuh. Dalam mengembangkan ekosistemnya, 49,7 persen responden memanfaatkan modal sendiri dan 33,4 persen menggunakan dana perusahaan.

Sumber: Gamasutra.

Genjot Pertumbuhan Konten VR, HTC Perkenalkan Portal Aplikasi Viveport

Meski developer sudah berkali-kali menegaskan bahwa virtual reality bukan sekadar untuk gaming, tampaknya image tersebut masih belum bisa lepas dari benak mayoritas konsumen. Buktinya, HTC merasa perlu merancang portal aplikasi baru untuk mengakomodasi konten VR yang bersifat non-gaming.

Perusahaan di balik VR headset Vive tersebut baru-baru ini memperkenalkan Viveport, sebuah toko aplikasi yang secara khusus akan menjadi rumah dari deretan konten dalam bermacam kategori; mulai pendidikan, media sosial, berita, olahraga, kesehatan sampai shopping sekalipun. Tentu saja, semua konten ini akan disajikan dalam wujud virtual reality yang immersive.

Dengan adanya Viveport, preferensi pengguna yang beragam bisa jadi lebih terarah. Mereka yang lebih mementingkan aspek gaming bisa melirik penawaran di Steam, sedangkan mereka yang ingin mengakses berbagai informasi dalam wujud VR bisa mampir ke Viveport.

Lalu apakah Viveport hanya akan tersedia di HTC Vive saja? Sewajarnya sih seperti itu, tapi ternyata HTC sudah mempertimbangkan untuk merilis Viveport di platform lain ke depannya. Tentunya Vive akan menjadi prioritas utama, tapi hal ini tidak menutup kemungkinan bagi HTC untuk merilisnya buat platform mobile.

Lebih lanjut, para developer juga tidak dipaksa untuk mendistribusikan karyanya secara eksklusif lewat Viveport. Semua keputusan murni ada di tangan developer. HTC tidak mengincar eksklusivitas demi menguasai pasar, tapi seandainya pihak developer sendiri yang punya kehendak seperti itu, HTC pun juga tak akan menghalangi mereka.

Viveport rencananya akan dirilis dalam versi developer beta terlebih dulu dalam beberapa minggu ke depan. Versi finalnya akan meluncur pada musim semi mendatang di 30 negara sekaligus.

Sumber: Wareable dan HTC.

Siap Tanding di Ranah VR, Dell Menjagokan XPS Tower Virtual Reality

Orang mungkin akan segera mengingat Alienware begitu mulai membahas perangkat gaming dari Dell, namun tak berarti sang produsen PC Amerika itu melupakan gagasan yang dahulu membuat keluarga XPS terkenal. Meneruskan kiprah XPS 8900 sebagai gaming desktop sekaligus workstation, Dell juga telah menyiapkan produk buat menopang tren populer saat ini: VR.

Melalui blog yang dipublikasi hari Kamis kemarin, general manager XPS dan Alienware Frank Azor membahas lebih lengkap rangkaian sistem XPS Tower. Sebelumnya, line up produk ini telah diperkenalkan di akhir bulan Juli. Mereka terdiri dari beberapa varian dengan penampilan hampir serupa, diramu buat memenuhi kebutuhan berbeda: untuk bekerja sehari-hari, mainstream  gaming, sampai menangani HTC Vive ataupun Oculus Rift lewat XPS Tower Virtual Reality.

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, anggota keluarga XPS Tower mempunyai wujud identik, mengusung case berbahan aluminium dengan ujung diamond cut, memiliki dimensi 286,5x180x356mm dan berat kurang lebih 10kg. Azor menyampaikan, ukuran XPS Tower lebih kecil 27 persen dibanding perangkat sekelas tanpa menyulitkan pengguna dalam meng-upgrade. Tim Dell mengadopsi sejumlah faktor desain Alienware Aurora sehingga gonta-ganti komponen berjalan sederhana tanpa memerlukan obeng dan peralatan lain.

Khususnya di XPS Tower VR, Dell menjelaskan bahwa sistem tersusun atas ‘teknologi grafis tercanggih, audio sejernih kristal, dan sudah memenuhi daftar kebutuhan hardware untuk menyajikan pengalaman virtual  reality via Oculus Rift’. Saya penasaran apakah penuturan Azor mengenai bagaimana XPS Tower dapat bekerja secara hening berkat sistem kipas yang pintar juga diterapkan di tipe VR tersebut.

Dell XPS Tower VR terbagi dalam tiga model. Varian standarnya dipersenjatai prosesor Intel Skylake i5-6400 berkecepatan hingga 3,3GHz, kartu grafis Nvidia GeForce 970, memori RAM 2133MHz 8GB, penyimpanan berbasis hard  drive 1TB, dan power  supply yang sanggup menopang GPU 225W. Tentu saja Anda diberi kebebasan mengonfigurasi sistem, melakukan upgrade (atau downgrade).

Versi ‘termahal’ disertai prosesor Intel i7-6700K, menyimpan RAM sampai 64GB, SSD plus HDD 2TB, dan jika GTX 970 belum memuaskan Anda, tersedia pilihan kartu grafis GeForce GTX 1070 dan GTX 1080. Sayangnya, Dell belum menyingkap detail tipe XPS Tower Special Edition di website mereka.

Tiga XPS Tower VR dijajakan di harga US$ 1.100, US$ 1.500, dan US$ 1.800; jumlah tersebut belum termasuk uprade GPU ke GTX 1070 atau 1080.

Sumber: Dell.

Mejeng di India, HTC One M9+ Prime Camera Edition Dilepas Rp 4 Juta-an

HTC boleh jadi sudah “move on” dari kungkungan tradisi lawas seri One. Namun bukan berarti mereka melupakan sejarahnya sedemikian cepat. Terbukti meskipun tak terlalu sukses di pasaran, HTC One M9 kembali memperoleh keluarga baru yang terindikasi merupakan varian One M9+ Prime Camera Edition di mana menurut pemberitaan telah tersedia di toko online resmi HTC India.

Bila langsung mengulas spesifikasinya, HTC One M9+ Prime Camera Edition merupakan ponsel pintar yang berpangku pada kualitas kameranya yang satu tingkat lebih baik ketimbang varian standar. Di belakang ia mengusung kamera 13MP dan kamera HTC UltraPixel di bagian depan. Kamera utama mutakhir ini mengemas sejumlah fitur, antara lain OIS, laser autofocus, sensor BSI, aperture f/2.0 dan kemampuan merekam video beresolusi 4K. Sementara kamera depan tak mau kalah, ada fitur sensor BSI, lensa 1.05 inci, dan kemampuan merekam video HD.

HTC One M9+ Prime Camera Edition menampakkan diri di toko resmi HTC India
HTC One M9+ Prime Camera Edition menampakkan diri di toko resmi HTC India

Untuk memberikan keseimbangan, HTC melengkapi One M9+ Prime Camera Edition dengan juru gedor mumpuni. Ada chipset MediaTek Helio X10 yang dijodohkan dengan RAM 2GB dan memori internal seluas 16GB serta baterai berkekuatan 2.840mAh. Sementara di bagian terluar smartphone berbalut layar 5,2 inci dengan bobot total hanya 168 gram.

Di toko online resmi HTC, meskipun belum tersedia untuk dibeli, smartphone dibanderol di kisaran INR 23,990 atau setara dengan Rp 4,8 juta-an. Sayangnya belum ada kejelasan apakah HTC juga punya rencana memboyong HTC One M9+ Prime Camera Edition ke pasar Asia selain dari India.

Sumber berita HTC.