Singapore-based “People Analytics” Startup Developer EngageRocket Prepares for Expansion to Indonesia

In the mid-September of 2018, a Singapore-based platform developer startup for people analytics, EngageRocket received a funding worth of $1 million. This round was led by SeedPlus, supported by Found Ventures and angel investor Huang Shao-Ning. Aside from product maturity, EngageRocket will use the funding to develop markets, including Indonesia.

Leong CheeTung, EngageRocket’s Co-Founder & CEO, explained the business debut in Indonesia has started off with some clients, including Tokopedia, Bank Danamon, Shopback, and Mediacorp. The product applied is Engagement & Performance Management for HR system in a company.

“We’re adjusting contents with the local touch in-app to support Indonesia’s unique culture in work/organization. We also plan to develop the mobile app for Indonesian users,” CheeTung told DailySocial.

EngageRocket is aware of each region’s different culture in handling people. Indonesia, for example, CheeTung explained the need to overcome the conventional cult culture of some leaders by providing real-time, confidential, and sustainable feedback. The unique ways are necessary for business leaders to learn about their employees’ performance.

People analytics is a study using quantitative and qualitative data from employees to improve business performance. EngageRocket products aim to support leaders using data to make a better decision, including to boost team confidence or improve skills for innovations.

Using Employee Engagement Pulse module, users can now monitor employee experience, analyze trends and response on regulation and management transition. Later, with 360 Performance Feedback module, users can analyze the leadership performance and relate them to loyalty. Both modules are a package in the Software as a Services series.

CheeTung expressed the optimism towards the Indonesian market. With the amount of 250 million population and 127 million workers, the analytical technology app like this will be a great help for the rise of young leaders and managers in Indonesia. In addition, the public’s digital shifting is considered to be the right moment for the need of people analytics.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Pengembang “People Analytics” Singapura EngageRocket Matangkan Ekspansi di Indonesia

Pertengahan September 2018 lalu, EngageRocket, startup pengembang platform people analytics asal Singapura, mendapatkan pendanaan senilai $1 juta. Putaran pendanaan baru dipimpin oleh SeedPlus, didukung oleh Found Ventures dan angel investor Huang Shao-Ning. Selain untuk pematangan produk, pendanaan ini akan digunakan EngageRocket untuk mengembangkan pasar, tak terkecuali di Indonesia.

Menurut pemaparan Co-Founder & CEO EngageRocket Leong CheeTung, debut bisnis di Indonesia telah dimulai dengan beberapa klien, termasuk Tokopedia, Bank Danamon, Shopback, hingga Mediacorp. Produk yang diaplikasikan ialah Engagement & Performance Management untuk sistem SDM perusahaan. Untuk ekspansinya ke Indonesia, terdapat beberapa hal yang sudah disiapkan, termasuk melakukan translasi aplikasi ke Bahasa Indonesia.

“Kami juga tengah menyesuaikan konten dengan sentuhan lokal di aplikasi, untuk dapat lebih mendukung budaya unik dalam organisasi/kerja di Indonesia. Kami juga berencana untuk mengembangkan aplikasi seluler untuk pengguna di Indonesia,” ujar CheeTung kepada DailySocial.

Tim EngageRocket menyadari betul, setiap wilayah memiliki kultur berbeda dalam penanganan orang. Misalnya di Indonesia, CheeTung memaparkan ada kebutuhan mengatasi budaya “kultus” oleh beberapa pemimpin dengan memberikan umpan balik real-time, rahasia, dan berkelanjutan. Cara-cara yang unik juga dibutuhkan pemimpin bisnis untuk memahami staf pekerja mereka.

People analytics adalah sebuah ilmu yang menggunakan data kuantitatif dan kualitatif dari karyawan untuk meningkatkan kinerja bisnis. Produk EngageRocket bertujuan membantu setiap pemimpin menggunakan data untuk membuat keputusan yang lebih baik, seperti meningkatkan kepercayaan dalam tim atau meningkatkan keterampilan dalam inovasi.

Dengan modul Employee Engagement Pulse, pengguna bisa memantau pengalaman karyawan (employee experience), menganalisis tren dan tanggapan terhadap peraturan dan perubahan manajemen. Lalu, dengan modul 360 Performance Feedback, pengguna bisa menganalisis kinerja keahlian kepemimpinan dan menghubungkannya dengan loyalitas. Kedua modul tersebut dikemas dalam rangkaian Software as a Services.

CheeTung mengungkapkan optimismenya terhadap pasar Indonesia. Dengan 250 juta populasi dan 127 juta angkatan kerja, penerapan teknologi analisis seperti ini akan sangat membantu para pemimpin dan manajer muda yang saat ini banyak bermunculan di Indonesia. Di samping itu, pergeseran masyarakat ke digital juga dinilai menjadi momentum pas untuk kebutuhan people analytics.

Peranan Tim SDM Tingkatkan Kemampuan dan Loyalitas Pegawai

Rendahnya kemampuan dan kualitas pendidikan tenaga kerja di Indonesia menjadi salah satu tantangan saat ini, ketika perusahaan teknologi dan startup semakin membutuhkan talenta baru untuk mengisi posisi penting di perusahaan.

Menurut Co-Founder Qareer Group Asia yang juga merupakan Founding Partner Kejora Ventures Sebastian Togelang di sesi #SelasaStartup, peranan HR (SDM) atau personalia bisa membantu meningkatkan kualitas tenaga kerja, dengan memberikan pelatihan hingga edukasi yang tepat.

“Perusahaan konvensional juga harus sudah mulai mengadopsi teknologi dan menerapkannya bukan hanya kepada bisnis tapi juga pegawai. Teknologi pun tidak harus yang canggih, pastikan mudah untuk digunakan.”

Untuk bisa menarik talenta yang tepat, perusahaan harus bisa melakukan branding agar bisa menarik perhatian tenaga kerja yang saat ini mulai didominasi oleh kalangan milenial. Dengan demikian bukan hanya perusahaan popular saja yang dicari talenta baru, namun perusahaan konvensional dan perusahaan baru, jika dipromosikan secara tepat.

Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah working population tertinggi secara global. Makin banyak working age yang bermunculan dan membutuhkan pelatihan yang tepat dari perusahaan.

“Dibandingkan dengan negara tetangga, masih banyak tenaga kerja Indonesia yang memiliki kualitas dan kemampuan kurang. Itulah tantangan yang ada saat ini,” kata Sebastian.

Meningkatkan kemampuan

Agar bisa bersaing dengan tenaga kerja lainnya, penting bagi masing-masing individu untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman bekerja. Semua bisa didapatkan dengan cara sendiri, hingga memanfaatkan pengalaman bekerja sejak awal di perusahaan saat ini. Gali terus kemampuan dan perluas wawasan, dengan demikian peningkatan skill di karir akan semakin meningkat dan secara langsung mempengaruhi gaji yang akan didapat.

“Orang Indonesia saat ini memang masih salary oriented. Namun demikian semua itu akan dapat diraih, jika kemampuan dan edukasi yang dimiliki semakin bertambah,” kata Sebastian.

Kultur perusahaan

Salah satu cara yang juga bisa diterapkan perusahaan adalah menerapkan kultur perusahaan yang ideal. Semua tentu bisa disesuaikan dengan kondisi di perusahaan masing-masing. Melihat tren yang ada, ketika fleksibilitas, keterbukaan dan transparansi makin banyak dicari oleh kalangan milenial, ada baiknya bagi perusahan untuk mulai mengadopsi cara-cara baru tersebut.

“Dia ntaranya adalah dengan menerapkan kerja remote yang saat ini makin banyak dicari oleh kalangan milenial saat mencari pekerjaan. Kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh coworking space hingga coffee shop menjadikan suasana kerja lebih menyenangkan dan dinamis,” kata Sebastian.

Bukan hanya teknologi yang harus diadopsi, perusahaan juga harus mulai menerapkan peraturan yang lebih fleksibel yang bertujuan untuk menjaga work balance pegawai perusahaan.

Loyalitas pegawai

Ketika makin banyak startup yang bermunculan menawarkan posisi dengan gaji yang beragam, banyak pegawai yang tergoda dan memutuskan untuk meninggalkan posisi bekerja di perusahaan saat ini. Untuk bisa terhindar dari pegawai yang kurang loyal, penting bagi perusahaan untuk bisa menerapkan suasana bekerja yang menyenangkan. Pastikan semua pekerjaan, visi perusahaan, hingga target yang ingin dicapai disampaikan sejak awal kepada pegawai.

Dengan demikian pegawai tersebut bisa melihat, masa depan dan arah yang akan diambil perusahaan. Sesuaikan ekspektasi dan fakta yang bakal didapatkan pegawai, jika bekerja di perusahaan tersebut.

“Dari sini biasanya akan terlihat pegawai yang bakal loyal, dilihat dari passion mereka dan motivasi memilih untuk bekerja di perusahaan,” kata Sebastian.

Cara lain yang bisa dilakukan perusahaan agar pegawai bisa loyal adalah memberikan pelatihan, training, hingga mendukung pertumbuhan karier pegawai selama bekerja di perusahaan. Pada akhirnya, perusahaan yang dinilai berhasil adalah jika memiliki lingkungan kerja yang positif, standarisasi gaji yang sesuai, dan pegawai yang loyal.

Platform SaaS “Monika” Mudahkan Pembuatan Proposal dan Faktur

Pekerjaan sebagai freelance mulai banyak digeluti masyarakat. Di era digital ini banyak layanan yang mendukung untuk meningkatkan performa para pekerja remote. Salah satu startup yang coba hadir untuk hal yang sama adalah Monika. Platform Software as a Services (SaaS) ini mencoba hadir untuk membantu mereka yang kesulitan membuat dan mengelola proposal dan faktur, menargetkan kalangan freelance, startup, dan UKM.

Fitur-fitur yang ada di dalam Monika dirancang untuk bisa memudahkan pelanggan membuat proposal dengan desain template yang profesional dan bisa dikustomisasi melalui dasbor yang disediakan. Semua proposal yang telah dibuat bisa segera didistribusikan tanpa harus mencetak atau melampirkannya ke dalam sebuah email. Pengguna bisa mendistribusikan tautan proposal melalui aplikasi pesan instan atau media komunikasi lainnya. Selanjutnya calon klien bisa langsung membuka dan menyetujuinya dengan mudah.

Proposal yang telah dibuat bisa langsung dikirimkan kepada klien, selanjutnya pengguna bisa menunggu proses follow up dari klien untuk semua proyek yang dibuat dalam satu tempat melalui notifikasi yang dikirimkan oleh sistem. Monika menjamin setiap data dan informasi pengguna dan klien akan disimpan dengan baik dan aman.

Monika pertama kali dikembangkan pada pertengahan tahun 2017. Kemudian Monika terus melakukan pengembangan hingga pada Januari 2018 meluncur secara resmi dengan status beta. Menurut data dari tim Monika saat ini mereka berhasil memiliki 700 pengguna aktif dan terus berupaya menambah lebih banyak pengguna di tahun ini.

Optimis bisa diterima masyarakat

Perjalanan Monika masih panjang untuk sebuah startup. Mereka harus bisa meyakinkan lebih banyak freelancer, tim penjualan maupun pemilik bisnis untuk bisa menggunakan layanan Monika. Namun di samping itu pihak Monika optimis bisa diterima baik di masyarakat, terutama target pengguna mereka.

“Melihat rutinitas target pengguna kami yang adalah kebanyakan pemilik bisnis, tim penjualan dan freelancer; yaitu pembuatan penawaran dan melakukan penagihan, kami semakin optimis bahwa masalah yang ada terus terjadi berulang-ulang dalam waktu singkat. Melihat retention rate tersebutlah, kami merasa dan tervalidasi bahwa Monika adalah ‘obat untuk penghilang rasa sakit kepala‘ mereka. Juga dengan jumlah market share yang kami masuki sebesar Rp122 miliar per tahun dengan target market freelancer, startup dan small agency,” terang Customer Relation Monika Puji Utami.

Lebih jauh Puji menjelaskan bahwa Monika memiliki keunggulan pada close rate prediction yang memanfaatkan teknologi AI (Artificial Intelligence) yang bekerja untuk mengalkulasi dan membaca behaviour masing-masing klien secara real time. Teknologi AI juga dijadikan fondasi untuk memberikan pengalaman terbaik bagi semua pengguna Monika.

“Target Monika di tahun 2018 yang pertama adalah untuk memastikan lebih dari setengah jumlah freelancer dan pekerja kreatif di Indonesia menggunakan Monika dan target yang kedua adalah membuka peluang kolaborasi antar pengguna kami yang datang dari berbagai kalangan terutama mereka yang bergerak di industri kreatif seperti web developer, arsitek, event organizer hingga creative agency,” tutup Puji.

Belajar dari Cara Facebook Menjaga Karyawannya

Sebagai salah satu bisnis teknologi yang berhasil dan berkembang sangat pesat, pesona Facebook tidak hanya soal layanan yang mereka kembangkan. Hal-hal lain yang perlu dikagumi adalah bagaimana mereka mengelola tim. Pertumbuhan Facebook yang terbilang sangat pesat tentu ditopang dengan manajerial yang baik, tak terkecuali dalam hal menjaga karyawannya untuk tetap bersama tim.

Dalam sebuah artikel oleh Head of People Facebook Lori Goler dan HR Business Facebook Janelle Gale diungkapkan bahwa Facebook mempelajari alasan-alasan karyawan keluar, kemudian mendesain sebuah budaya untuk tetap mempertahankan mereka.

Facebook percaya bahwa alasan keluarnya karyawan didasari karena pekerjaan mereka, bukan karena atasan atau manajer mereka. Untuk itulah Facebook berusaha mendesain pekerjaan untuk terlalu baik untuk ditinggalkan, atau dengan kata lain Facebook menumbuhkan rasa nyaman dalam lingkungan kerjanya. Selain itu mereka juga memberikan kesempatan karyawan mereka untuk mengeksplorasi minat dari karyawan mereka.

Merancang pekerjaan jadi menyenangkan

Banyak anggapan bahwa pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang sesuai passion, atau mereka yang menemukan passion di dalam kerjanya. Facebook tampak sadar betul mengenai hal ini. Facebook berusaha menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat. Menempatkan orang-orang sesuai dengan passion mereka.

Salah satu yang dilakukan biasanya dengan mencari tahu ketertarikan karyawan. Mencari tahu di saat, di posisi atau di pekerjaan seperti apa seorang calon karyawan merasa berdaya dan bergairah. Kemudian membantu mereka menempati posisi atau melakukan pekerjaan yang mereka inginkan. Membantu mereka menemukan gairah dan menyimpulkan perasaan bersinergi di tempat kerja yang berujung pada terciptanya sebuah pekerjaan yang terlalu bagus untuk ditinggalkan.

Membuka kesempatan memaksimalkan kemampuan

Facebook mengalami perkembangan cukup pesat sebelum mencapai posisinya sekarang. Kemudian “keluarga” Facebook tumbuh besar, termasuk Instagram dan WhatsApp di dalamnya. Salah satu untuk bisa terus mengupayakan pertumbuhan adalah terus mencoba mencari dan memanfaatkan keterampilan untuk bisa memberikan manfaat bagi bisnis.

Salah satu yang coba dilakukan Facebook adalah mempermudah karyawan mengaplikasikan kemampuan mereka. Jika sementara ini banyak yang terjebak pada aturan yang mengekang pada sebuah posisi, tidak dengan Facebook. Facebook disebutkan bisa dengan luas menciptakan posisi-posisi baru yang mengakomodasi keahlian dari karyawannya, tapi tentu dengan tujuan yang jelas dan bisa membantu perusahaan tumbuh.

Keseimbangan dalam pekerjaan

Tidak bisa dipungkiri dalam mengembangkan karier profesional biasanya mengorbankan kehidupan pribadi. Hal ini yang sebenarnya paling ditekankan. Memberikan kesempatan bagi karyawan untuk bisa tetap memperhatikan kehidupan pribadinya. Hal ini juga yang biasanya dicari dari para profesional, work-life balance.

Di Facebook para manajer memberikan kesempatan itu. Mereka terbiasa mengatur jadwal sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan bagi karyawan untuk membagikan waktu dan pikiran untuk kehidupan pribadi mereka.

4 Penyebab Utama Inovasi Tidak Berkembang

Merujuk pada hasil survei yang diadakan oleh Boston Consulting Group bertajuk “Most Innovation Companies” mengemukakan sebuah fakta menarik. Banyak CEO dari perusahaan teknologi (89 persen) menempatkan inovasi sebagai prioritas tertinggi dalam roda bisnis perusahaan. Alasannya salah satunya dikemukakan pada sebuah penelitian dari GE, yakni kekhawatiran ditinggalkan oleh konsumen. Sederhana, karena konsumen selalu menginginkan pembaruan untuk penyesuaian kebutuhan.

Rasa-rasanya sangat wajar, seperti yang kita rasakan sehari-hari, teknologi berkembang begitu dinamis. Selalu menawarkan cara-cara baru yang lebih menarik dan efektif untuk menyelesaikan permasalahan kita. Hal ini tentu juga berdampak langsung bagi para startup digital, sebagai pengembang solusi pemecahan masalah melalui pendekatan teknologi. Sampai sini kita setuju, bahwa startup digital tidak akan mungkin bisa terlepas dari inovasi produk dan bisnis.

Lantas apa yang diperlukan untuk senantiasa memupuk berbagai unsur dalam tubuh startup untuk terus berinovasi. Tak lain adalah orang-orang yang ada di dalamnya, sebagai penggerak bisnis dan inovasi. Sayangnya sering kali ada beberapa “sikap” yang dilakukan, baik secara sadar ataupun tidak, yang ternyata berdampak buruk bagi produktivitas anggota tim dalam kaitannya dengan inovasi.

Berikut ini empat hal yang perlu dicermati sedini mungkin, agar inovasi di startup tidak terhambat:

Founder membatasi kreativitas hanya pada pemikirannya saja

Kinerja terbaik dari sebuah inovasi bukan dimulai dari arahan untuk pengembangan sebuah produk dari manajemen, melainkan memastikan para pengembang memahami masalah yang ingin diselesaikan. Ketimbang selalu mendikte dalam inovasi produk, founder lebih baik senantiasa melengkapi tim dengan area masalah untuk dijelajahi, termasuk memberikan ruang untuk menemukan dan memvalidasi masalah pelanggan. Kadang pemikiran unik justru datang karena pemikiran baru.

“Jika eksekusi adalah pemecahan masalah , kreativitas adalah pencarian masalah,” Chief Design Officer SAP Sam Yen.

Membatasi “gerak” anggota tim

Setelah permasalahan mampu didefinisikan, langkah selanjutnya ialah mengumpulkan informasi dan sumber daya untuk membangun solusinya. Namun tidak sedikit founder yang memilih terlalu tertutup, dalam artian membatasi sumber daya yang ada di perusahaan saja, baik itu data, laporan atau hal-hal lain yang mendukung pengembangan. Akhirnya cakupan terlalu sempit.

Validasi eksternal sangat diperlukan, karena dalam tahap ini masalah tersebut divalidasi. Berarti perlu mencari pelanggan untuk menguji setiap asumsi yang sudah disusun. Dan cara yang paling tepat ialah dengan membuka pintu selebar-lebarnya bagi para anggota tim untuk keluar, menguji hipotesisnya dan mencari tahu detail yang sebenarnya dibutuhkan untuk pengembangan tim.

Selama tahap validasi solusi, ini berarti menguji pasar. Sambil mensosialisasikan gagasan di dalam perusahaan, meneliti ukuran pasar yang diproyeksikan sangat penting.

“Keluarkan tim Anda dari gedung dan mintalah mereka berbicara dengan setidaknya 20 orang. Anda akan mulai melihat pola dan temuan menarik pada mereka,” Steve Blank, seorang serial-entrepreneur dari Silicon Valley.

Mempertaruhkan dalam satu inovasi besar

Di tahap selanjutnya, setelah masalah ditemukan dan tervalidasi dengan baik oleh pasar, yang biasanya dilakukan ialah memasukkan seluruh kekuatan tim ke dalam proyek tersebut. Semua waktu, anggaran, dan berbagai komponen lainnya difokuskan untuk satu inovasi tersebut.

Namun dari beberapa cerita startup yang pada akhir pivot atau gagal, sering melakukan hal ini. Yang pada akhirnya mereka mengatakan, bahwa ternyata membuat temuan tersebut berproses normal lebih baik, ketimbang harus mengambil risiko untuk memasukkan semua ke dalam satu proyek. Ambillah pendekatan portofolio untuk inovasi.

Mengambil terlalu banyak proyek baru

Hanya berada di satu titik tidak baik, namun terlalu banyak agenda juga tidak baik. Yang terpenting adalah memikirkan bagaimana sebuah proyek inovasi mampu tumbuh secara berkelanjutan. Semua harus memiliki target capaian yang jelas, dan jangan biarkan target tersebut gagal dan molor. Selain tidak efisiensi dari sisi sumber daya, hal tersebut juga menutup berbagai kemungkinan inovasi potensial lainnya.

Ini tidak mudah dilakukan, pasalnya sering kali founder berpikir tentang “kesempatan tidak datang dua kali”. Memang benar, oleh karenanya pengukuran kemampuan dan disiplin terhadap pengembangan inovasi sangat perlu untuk ditegakkan.

Kiat Menjaga Keutuhan Tim

Salah satu tantangan startup dalam fase berkembang bisa banyak macamnya. Mulai dari modal, perencanaan, hingga persaingan di pasar. Namun tantangan yang tak kalah serius hadir dalam bentuk mempertahankan tim.

Jika produk atau layanan startup beranjak populer, mulai dikenal masyarakat tidak banyak bisnis lain atau pesaing mulai menggoda anggota tim. Baik itu orang-orang teknik seperti developer atau anggota tim di posisi lain seperti marketing atau product developer. Semuanya berpotensi untuk hengkang dan akhirnya meninggalkan lubang yang menjadi tantangan di tim.

Pengelolaan tim bisa sangat tergantung dengan situasi dan kultur di masing-masing startup. Namun ada beberapa garis besar yang bisa dijadikan acuan untuk tetap menjaga tim baik dalam kondisi menanjak bagus maupun dalam kondisi terpuruk.

Work-life balance

Salah satu cara untuk membantu membentuk loyalitas tim adalah dengan memperhatikan keseimbangan kehidupan dalam bekerja atau dikenal dengan work-life balance. Tim memang membutuhkan energi atau usaha untuk mencapai sebuah tujuan namun tidak kalah pentingnya untuk menjaga anggota tim tetap dalam kondisi fokus dan bahagia. Semua itu harus dilakukan atas nama bahagia.

Jika dalam posisi menanjak dan sedang mengejar target deadline yang begitu ketat usahakan atur tempo dalam bekerja agar mereka tetap bisa menjalankan kehidupan mereka secara seimbang. Jangan terlalu dipaksakan untuk memforsir mereka hingga titik jenuh. Namun jangan pula membiarkan fokus mereka hilang. Berikan yang seimbang.

Pengembangan diri

Selain gaji dan bonus-bonus lain bersifat materiil salah satu yang bisa ditawarkan untuk membantu memberikan loyalitas pada anggota tim adalah menyajikan kesempatan untuk mengembangkan diri dan menggali potensi dalam diri masing-masing. Berikan mereka peluang untuk hal-hal baru yang bisa menambah kemampuan-kemampuan mereka. Baik itu kemampuan non teknis atau kemampuan personal.

Di samping bisa membantu bisnis membangun hubungan yang baik dengan para anggota tim pemberian kesempatan untuk berkembang juga membantu bisnis dalam meningkatkan produktivitas.

Kehadiran pemimpin dan keterbukaan

Seorang anggota tim bisa sangat loyal dengan bisnis dan kultur di dalamnya atau sangat loyal dengan pemimpin mereka. Ini yang harus diperhatikan oleh bisnis. Untuk itu sebagai pemimpin dari seluruh anggota tim kehadiran pemimpin sangat diperlukan. Bentuk kehadiran ini semacam kesempatan bagi anggota tim untuk melaporkan dan menceritakan capaian dan kendala mereka.

Sebagai seorang pemimpin yang baik juga sangat dianjurkan untuk tidak anti terhadap kritik. Kritik yang diberikan anggota tim bisa diubah menjadi sesuatu yang positif, misalnya anggapan bahwa anggota tim sangat peduli dengan kinerja dan kestabilan tim. Keterlibatan seperti itu yang harus dibangun sejak dini.

Selain itu keterbukaan juga menjadi hal penting untuk membantu anggota tim memiliki hubungan dengan para pemimpinnya. Keterbukaan ini artinya informasi dibagikan secara seimbang, baik berita buruk maupun berita bagus. Capaian tim yang tengah dicapai perlu disampaikan sebagai bentuk apresiasi kerja bersama, kerja tim. Sebaliknya, penurunan performa juga wajib disampaikan sebagai bentuk evaluasi untuk saling introspeksi diri dan memperbaikinya di kemudian hari.

Fleksibel namun tetap dalam target

Pekerjaan bisa sangat menjenuhkan di beberapa momen. Dan ukuran ini berbeda setiap anggota tim. Untuk tetap menjaga produktivitas bijaknya ada aturan untuk memberikan kebebasan dalam bekerja. Fleksibilitas waktu dan tempat jika memungkinkan, namun tetap pada target yang telah ditentukan.

Lima Hal yang Perlu Ditekankan Saat Merekrut Talenta Baru

Perekrutan talenta startup masih menjadi pekerjaan rumah yang cukup kompleks untuk dipecahkan. Merekrut saja mungkin tidak sulit dengan target kuantitas, namun ketika yang dicari adalah anggota tim yang memiliki visi sama dan kompetensi yang mumpuni mungkin tidak mudah.

Meskipun sulit, ada beberapa hal yang bisa dilakukan startup untuk bisa mendatangkan talenta yang sesuai, baik secara kompetensi maupun keselarasan dengan visi. Lima tips berikut dapat diikuti startup sebagai upaya menjaring talenta terbaik – dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Pencarian kandidat dilakukan secara berkelanjutan

Sederhananya, tampung sebanyak mungkin calon kandidat untuk masing-masing job desk yang ada. Cara yang paling umum dilakukan ialah membuka pintu selebar-lebarnya melalui sistem job-listing online, yakni dengan menampung sebanyak mungkin resume atau CV dari kandidat pekerja. Cara ini cukup efektif karena startup bisa memiliki opsi dan pertimbangan yang lebih banyak.

Namun tidak mudah juga bagi startup baru. Karena mekanisme ini umumnya baru bisa dilakukan setelah brand startup memiliki nilai yang signifikan di mata publik, atau harus menawarkan benefit yang sangat menggiurkan bagi para calon pelamar.

Membagikan visi startup

Selain iming-iming yang sifatnya materi, sebenarnya startup juga dapat membagikan visinya, baik secara langsung empat mata dalam diskusi ataupun disampaikan dalam berbagai kesempatan seperti konferensi. Untuk itu penting juga bagi startup untuk melakukan show off di atas panggung, mengikuti berbagai ajang – menjadi narasumber. Karena di sana ada kesempatan untuk meyakinkan orang-orang (bisa jadi calon talenta) tentang visi startup tersebut.

Pada kenyataannya ada banyak orang yang berminat ke gabung ke sebuah startup karena rasa segan, baik dengan visi yang dimiliki startup ataupun founder.

Fokus ke kemampuan, bukan hanya kredensial

Terkadang untuk posisi tertentu – khususnya di bagian teknis, fokus pencarian kandidat bisa didasarkan pada kemampuan yang dimiliki kandidat tersebut. Caranya bisa memberikan soal ujian yang relevan. Karena untuk hal teknis, kemampuan praktis kadang bermanfaat. Sehingga kalaupun kandidat belum memiliki kredensial atau track record bagus di sana-sini, bisa juga dipertaruhkan asalkan kompetensi sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

Rasa memiliki berpengaruh pada kinerja

Ekuitas atau kepemilikan bisa menjadi nilai tambah untuk membuat pekerja nyaman dan betah untuk berinovasi di sana. Dengan rasa memiliki, maka keinginan membangun menjadi lebih kuat. Namun bukan berarti harus diumbar, tawarkan pada saat yang tepat, ketika seseorang sudah berada di titik tertentu. Artinya meyakinkan talenta tersebut bahwa pintu kepemilikan terbuka untuk siapa saja, yang memberikan sumbangsih baik bagi bisnis.

Jangan berhenti memotivasi

Founder memegang peran kunci di sini. Motivasi tidak selalu terkait kata-kata indah yang disampaikan sehari-hari, namun bisa berupa pemaparan fakta tentang laju bisnis yang membaik, penerimaan inovasi, atau memberikan kesempatan bagi para talenta untuk mengeksplorasi hal-hal baru. Sampaikan nilai-nilai tentang ini pada para kandidat, sehingga mereka tahu bahwa tempat yang didatangi adalah yang terbaik untuk masa depannya.

Membangun Kultur Kerja di Tahap Pertumbuhan Startup

Startup yang sudah masuk ke dalam tahap berkembang atau scale-up bukan berarti mengisyaratkan founder memiliki kultur bisnis yang tepat dan harus dipertahankan. Sebaliknya, kultur adalah sesuatu yang dinamis mengikuti laju bisnis yang sedang berjalan –sedangkan yang perlu dipertahankan adalah visi.

Kultur erat kaitannya dengan bagaimana perlakukan terhadap tim. Di fase berkembang, ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan oleh founder. Berikut ini adalah lima hal yang dapat dipraktikkan terkait dengan pengembangan kultur bekerja untuk startup yang tengah dalam tahap perkembangan.

Mengoptimalkan tim sembari mengukur potensi bisnis

Dimulai dari tim yang kecil –dan solid, startup yang sedang bertumbuh biasanya akan mengalami kebimbangan. Saat potensi bisnis bertumbuh, sedangkan jumlah anggota masih sama. Namun jangan buru-buru melakukan perekrutan, ukur kemampuan tim terlebih dulu. Apakah kemampuan mereka masih bisa untuk menangani tanggung jawab lebih –misalnya untuk melakukan multi-tasking. Dalam praktik terbaik startup, memberikan tantangan lebih kepada tim akan menjadi professional development yang baik di lingkungan bisnis.

Kadang yang perlu diubah justru workflow, dari yang sebelumnya sepenuhnya manual coba ditangani sebagian dengan teknologi. Sebagai contoh ketika traksi pelanggan derastis meningkat, layanan seperti CRM bisa dimanfaatkan untuk membantu tim pemasaran untuk menangani berbagai keluhan atau bahkan melakukan analisis terhadap kecenderungan pelanggan. Cara berkomunikasi, pembagian kerja dan sebagainya juga dapat disederhanakan dengan teknologi, sehingga lebih menghemat waktu.

Membuka kesempatan untuk berkolaborasi antar tim

Berbeda dengan korporasi yang sangat disiplin dengan sekat-sekat divisi atau pembagian departemen bisnis, startup cenderung lebih bisa terbuka. Sebagai contoh, ketika tim pemasaran membutuhkan performa lebih untuk melakukan kampanye kegiatan, coba libatkan juga tim dari divisi lain untuk menyederhanakan pekerjaan, semisal dari tim operasional. Bahkan untuk divisi yang mungkin terkesan jauh fungsionalitasnya. Selain menghidupkan kultur kolaboratif, langkah ini juga memberikan kesempatan untuk masing-masing anggota tim mencoba hal baru.

Saat perusahaan bertumbuh, sudah semestinya memikirkan pertumbuhan kompetensi pegawai. Selain memberikan tantangan pada pekerjaan tambahan, hadirkan juga kesempatan untuk memperdalam kemampuan mereka, atau mengeksplorasi hal-hal baru. Berikan motivasi lebih, bisa saja dengan peningkatan gaji atau berikan kesempatan untuk menimba ilmu di luar.

Sediakan waktu untuk melakukan hal yang menyenangkan

Hal-hal seperti makan bersama atau berlibur bersama tetap dijadikan agenda, lebih sering bahkan. Selain untuk memberikan waktu refreshing, kegiatan seperti ini dapat membuat tim lebih solid. Mereka akan lebih dekat satu sama lain, dan mengerti kekurangan dan kelebihannya. Sehingga diharapkan dapat seling mengisi dalam kegiatan kolaborasi di perusahaan.

Jika harus merekrut pegawai baru

Dalam perusahaan baru yang berpotensi tumbuh, dibutuhkan pegawai yang dapat menyesuaikan diri dengan perusahaan. Perusahaan dapat mencocokkan dengan kepribadian maupun keterampilan yang mereka miliki. Memilih untuk merekrut pegawai dengan cara ini demi menciptakan tim jangka panjang yang memiliki kontribusi inovatif.

Lima Hal yang Dapat Dioptimalkan Startup dari Board Member

Board member atau board advisory bisa didefinisikan sebagai orang-orang yang berada di jajaran penasihat atau komisaris sebuah bisnis. Di startup jajaran board member bisa datang dari investor, tokoh senior yang sengaja direkrut, atau mentor yang ditunjuk khusus untuk menemani bisnis berproses. Melalui peran board member –selain dalam memberikan pengarahan langsung terhadap startup, ada beberapa hal yang umumnya dapat diikuti untuk membangun budaya bisnis yang lebih baik.

Mendampingi startup fokus pada tujuan akhir

Dengan pengalaman yang sudah dilalui, board member dapat mengembalikan fokus startup yang sudah mulai tidak menentu. Mereka akan memberikan arahan agar tujuan bisnis tetap pada trek awal sesuai visi. Sikap ini kadang memang mudah goyah, terlebih untuk founder yang masih baru, jadi di situlah peran sosok senior, dengan penjelasan mengenai setiap risiko yang mungkin akan ditemui jika bisnis tidak fokus pada tujuan awal.

Memperluas akses kerja sama

Relasinya yang luas memungkinkan bermanfaat bagi startup untuk mengakselerasi bisnis, baik untuk membuka peluang pendanaan baru ataupun membawa pada kemitraan strategis dengan perusahaan atau tokoh penting yang terkait dalam bisnis. Melalui networking saja kadang founder masih akan kesulitan menembus akses ke orang-orang penting, terlebih regulator. Sosok senior di board member akan banyak membantu dalam peran ini.

Membantu penyusunan strategi berkembang

Sebagai startup pemula biasanya memiliki hal-hal yang tidak terduga di bawah kendali bisnisnya. Termasuk persaingan yang dapat mempengaruhi asumsi mereka dalam mendirikan bisnis. Seperti teknologi baru, perubahan perilaku pelanggan, perubahan peraturan dan tekanan pesaing adalah salah satu ancaman yang dapat menyerang setiap saat.

Para board member dapat berkontribusi menyumbangkan ide bagi pengusaha untuk menangani suatu masalah pada isu-isu strategis, seperti diskusi lini bisnis, model bisnis, strategi penetapan harga dan pendanaan. Tujuan dari strategi board member adalah menyediakan kerangka kerja yang nantinya akan menjadi keputusan perusahaan.

Memantau perkembangan bisnis

Traksi adalah bagian penting bagi bisnis, untuk meningkatkannya diperlukan pemantauan bisnis yang tepat. Mengacu pada proses bisnis yang berlangsung. Karena pada dasarnya strategi perkembangan bisnis membutuhkan improvisasi sesuai pada kebutuhan pelanggan dan pasar.

Memberi masukan terkait perekrutan

Terakhir yang dimiliki dewan direktur dalam mencapai kesuksesan startup adalah mampu merekrut atau mempertahankan kandidat. Tidak mengherankan, jika perusahaan menemukan dan mempertahankan personil berkinerja tinggi di semua departemen sangat sulit. Dalam hal ini, dewan direktur menjadi sumber pendorong yang berharga untuk membantu mengisi peran tertentu, terutama di tingkat eksekutif.