idEA, Kabinet Baru, dan Perjuangan Selanjutnya

Ekosistem bisnis e-commerce di Indonesia masih akan terus bertumbuh, salah satu cara para pelakunya untuk bersama-sama menjaga dan mengawal industri ini adalah dengan mendirikan perkumpulan atau asosiasi. Asosiasi layanan e-commerce di Indonesia adalah Indonesian E-Commerce Association (idEA). Selama empat tahun terakhir idEA menjalankan program-programnya yang bertujuan untuk melindungi semua pelaku di industri e-commerce, termasuk juga pelanggan. Kini dengan susunan kabinet yang baru idEA masih berusaha memperjuangkan beberapa hal, termasuk RPP (Rancangan Peraturan Pemerintah) dan beberapa kebijakan lainnya terkait industri e-commerce.

idEA, di bawah pemimpin baru, Aulia E. Marinto beserta susunan kabinet yang baru, membawa 4 pilar yang diperjuangkan untuk kemajuan industri dan ekosistem e-commerce di Indonesia termasuk memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Empat pilar tersebut yakni idEA untuk asosiasi, idEA untuk pemerintah, idEA antuk bisnis, dan idEA untuk masyarakat.

DailySocial berkomunikasi dengan salah satu Executive Director idEA Irwan Edianto untuk mengetahui lebih lanjut mengenai apa saja yang diperjuangkan dan akan dilakukan idEA di bawah susunan kabinet baru ini. Irwan bercerita pandangan idEA mengenai hal-hal krusial yang harus segera diperjuangkan untuk memajukan bisnis e-commerce di Indonesia.

Salah satu yang dipandang sebagai hal krusial adalah regulasi pemerintah yang harus tetap berpihak kepada pelaku usaha dalam negeri. Ini berkaitan dengan masuknya pelaku bisnis e-commerce asing yang masuk ke Indonesia.

“Semua pihak harus Bekerja Cepat mengingat dinamika ekonomi digital yang sangat cepat sekali berubah dan inovasi teknologi yang berkembang . Beberapa regulasi-regulasi dasar yang masih dalam proses perumusan dan belum disahkan  seperti  RPP e-commerce, Safe Harbor Policy, RPM OTT  dan roadmap e-commerce. Dan idEA akan terus mengawal dan membantu pemerintah agar regulasi – regulasi tersebut dapat  segera disahkan dalam waktu dekat,” terang Irwan.

Lebih lanjut Irwan menjelaskan bahwa ada dua langkah utama yang dilakukan idEA untuk memajukan iklim bisnis e-commerce di Indonesia, yang pertama adalah dengan menjadi mitra pro-aktif pemerintah dalam mendorong percepatan realisasi regulasi yang sampai saat ini masih dalam proses finalisasi, di antaranya adalah roadmap e-commerce, safe harbour policy, RPP OTT, dan RPP e-commerce.

Langkah kedua adalah merealisasikan program-program edukasi dan sosialisasi baik kepada anggota asosiasi maupun masyarakat umum dalam bentuk workshop, event, seminar, dan lain-lain. Selain itu idEA juga akan terus membangun sara komunikasi dengan para anggota idEA yang saat ini sudah mencapai 275 perusahaan dan akan terus bertambah karena idEA akan berusaha terus merangkul semua perusahaan e-commerce,

“Pemerintah sangat mendukung semua inisiatif dan masukan yang diberikan oleh semua pihak yang terlibat di industri e-commerce mulai dari pelaku hingga dari asosiasi yakni idEA, namun  seperti yang kami telah jelaskan, kami mengharapkan eksekusi daripada kebijakan Pemerintah tersebut bisa terjadi lebih cepat di tataran operasional  sebagai contoh peta jalan e-commerce yg sangat  ditunggu oleh semua pihak yang terlibat di e-commerce terutama idEA sebagai asosiasi untuk segera disahkan oleh Presiden,” lanjut Irwan.

Tantangan bisnis e-commerce untuk bertumbuh

Industri e-commerce Indonesia sudah lama disebut sebagai salah satu pasar yang potensial. Tak hanya untuk bisnis dalam negeri tetapi juga luar negeri. Menurut Irwan ada beberapa tantangan yang harus dihadapi pelaku bisnis e-commerce di Indonesia untuk bertumbuh, tantangan tersebut meliputi membangun kepercayaan pelanggan di tengah era transisi digital dan membangun persaingan sehat dengan menjaga kualitas penjual dalam negeri, salah satunya harus adanya regulasi pendukung seperti SNI, izin produk, dan lainnya untuk menjaga kualitas produk-produk dalam negeri.

Irwan juga mendukung program ilmu TIK untuk kembali dimasukkan ke dalam kurikulum nasional agar dapat membentuk SDM yang mempunyai daya saing yang kuat, khususnya untuk dalam negeri dalam hal penggunaan teknologi.

idEA Gelar Kamis Commerce dengan Tema “Case Studies: Marketing Strategy/Spending”

Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) secara bulanan menggelar acara diskusi untuk pelaku dan penggiat e-commerce dengan format baru “sharing dan interaksi” untuk mendiskusikan berbagai topik menarik yang berhubungan dengan industri e-commerce di Tanah Air. Kali ini, tema yang diangkat adalah “Case Studies: Marketing Strategy/Spending” akan diselenggarakan pada 8 September 2016, bertempat di De Leila Resto & Lounge, FX Mall, Sudirman, Jakarta mulai dari jam 16.00 WIB sampai 19.30 WIB.

Narasumber yang dihadirkan untuk sesi kali ini adalah Edward Kilian (Chief Marketing OLX), Gaery Undarsa (Co-Founder dan Managing Director Tiket), Oci Ambrosia (Brand Manager Bukalapak), dan dimoderatori Ignatius Untung (Country Manager Rumah123).

Ada sejumlah topik yang bakal dibahas, mulai dari background tentang model content marketing dan marketing spending, bagaimana agar content marketing tepat sasaran menjangkau target audience yang diinginkan, dan cara pengukurannya.

Aulia E Marinto, Ketua Umum idEA, mengatakan belajar dan terus belajar untuk semua kalangan pelaku e-commerce akan menjadi salah satu fokus bidang edukasi dengan program Belajar E-Commerce bersama idEA. Kamis Commerce merupakan salah satu bagian program tersebut.

“Harapan saya kepada pelaku e-commerce dan industri terkait agar berkenan turut berpartisipasi dalam saling berbagi cerita, pengalaman, kasus, tips, dan lainnya untuk memajukan e-commerce Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai New Digital Energy of Asia,” ujar Aulia.

Kamis Commerce terbatas hanya untuk 100 orang. Anggota idEA tidak dikenakan biaya dan hanya bisa diwakili dua orang per kartu anggota, sementara non member idEA/umum dikenakan biaya masuk 100 ribu per orang.

Khusus untuk pembaca DailySocial, tersedia 25 tiket gratis yang bisa Anda peroleh. Cukup masukkan kode anggota “DailySocial” saat masuk ke halaman registrasi. Informasi lebih lanjut dan pendaftaran bisa diakses melalui situs Kamis Commerce.

Aulia Marinto Terpilih Sebagai Ketua Umum idEA Periode 2016-2018

Aulia Ersyah Marinto, CEO Blanja yang merupakan perusahaan patungan Telkom dan eBay, akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum idEA menggantikan Daniel Tumiwa untuk periode 2016-2018. Aulia menyisihkan calon lain Ferriyandi dan Bima Laga, dengan perolehan 28 suara dari total 40 suara yang masuk, dalam pemilihan ketua umum baru hari ini, 1 September 2016. Aulia bervisi ingin mewujudkan industri  ekosistem ecommerce Indonesia sebagai salah satu pilar utama ekonomi Indonesia pada 2045 mendatang.

Dengan portofolionya sebagai CEO sebuah layanan marketplace besar, Aulia ternyata dianggap paling cocok menjadi nahkoda idEA. Tantangan idEA ke depan adalah memastikan ekosistem e-commerce Indonesia menjadi lebih matang sekaligus meneruskan inisiasi program-program sebelumnya yang telah disusun bersama pemerintah.

Sebelum mengurusi Blanja, Aulia lama malang melintang di dunia telekomunikasi bersama Telkomsel.

Ini adalah pemilihan kedua Ketua idEA setelah pemilihan sebelumnya, tanggal 9 Juni lalu, tidak memenuhi kuorum. Aulia menjadi kandidat kuat setelah menggantikan kandidat sebelumnya, Riyeke Ustadiyanto, yang mengundurkan diri.

Seperti dikutip dari IndoTelko, terkait pencalonannya, Aulia mengatakan, “Saya ingin mengembangkan asosiasi menjadi organisasi yang independen, mandiri serta memberikan manfaat optimal, khususnya bagi anggota asosiasi di seluruh Indonesia.”

Executive Director idEA Irwan Edianto yang dihubungi DailySocial mengatakan, “Proses pemilihan ketua umum baru telah melewati fase mulai daftar, verifikasi, dan penyampaian visi misi dan program. Member idEA yang mempunyai hak suara telah menentukan suara mereka hari ini. Kami [sekretariat] yakin bahwa member telah paham akan program kerja Pak Aulia untuk meneruskan organisasi ini yang telah berjalan baik 4 tahun ke belakang dengan tujuan untuk memajukan industri e-commerce Indonesia.”

“Tantangan idEA terbesar [untuk kepengurusan selanjutnya] adalah mengawal inisiatif tatakelola industri, yaitu roadmap e-commerce dan RPP e-commerce yang sudah disusun bersama [antara] pemerintah dan idEA,” tutupnya.

Pemerintah Sahkan Perpres Batasi Kepemilikan Asing Terhadap E-Commerce

Pemerintah baru saja mengesahkan Peraturan Presiden Nomor 44 tahun 2016 2016 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal atau dikenal dengan Daftar Negatif Investasi (DNI).  Dalam peraturan tersebut ada pembaruan mengenai kepemilikan layanan e-commerce. Jika pada revisi di bulan Februari silam memperbolehkan kepemilikan 100 persen pihak asing untuk bisnis e-commerce, dalam Perpres baru ini hanya diperbolehkan mencapai 49 persen.

Dalam sebuah rilis yang terbitkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) disebutkan bahwa pemerintah akan terus berupaya untuk mendorong perkembangan sektor e-commerce yang diperkirakan ke depan akan menjadi salah satu motor utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor digital.

Pemerintah juga disebutkan telah bertemu dengan 17 perusahaan Amerika Serikat yang salah satunya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha e-commerce yang sudah beroperasi di Indonesia. Kepala BPKM Franky Sibarani menyampaikan dalam pertemuan tersebut perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce memberikan apresiasinya terhadap perkembangan iklim investasi dan posisi investasi Amerika Serikat di Indonesia.

“Mereka juga menanyakan kejelasan peraturan sektor ini di Indonesia. Dengan telah disahkannya Perpres 44 tahun 2016 sebetulnya sudah jelas,” tutur Franky.

Masih dalam rilis yang sama Plt. Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Mariam F. Barata juga menyampaikan rencana pemerintah untuk menerbitkan Peraturan Presiden terkait e-commerce. Peraturan presiden tersebut salah satunya terkait dengan roadmap e-commerce yang berisi tujuh aspek strategis sektor tersebut. Tujuan aspek strategis tersebut antara lain logistik, pendanaan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi, perpajakan, pengembangan SDM dan keamanan siber.

“Saat ini draft Peraturan Presiden tersebut telah difinalisasi dan tinggal menunggu tanda tangan Presiden,” ujarnya.

Sementara itu seperti diberitakan IndoTelko Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) mengaku memahami kebijakan DNI tersebut. Menurut Ketua Umum Daniel Tumiwa memahami adanya kebijakan kepemilikan 49 persen asing  meski kurang setuju.

“Kami memahami walau kurang setuju. Kita mengerti dan menerima alasan yang diberikan pemerintah soal pembatasan investasi asing di aturan DNI itu,” ungkap Daniel.

Menurut Daniel jika merujuk kepada aturan DNI maka marketplace berada di bawah Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), sedangkan online retail berada di bawah Kementrian Perdagangan.

“Pemerintah masih menutup asing untuk online retail. Kita pahami karena ada di undang-undang,” ujar Daniel.

IESE 2016 Akan Bahas Tuntas Dinamika E-Commerce di Indonesia

Kurang dari dua minggu lagi Indonesian E-commerce Summit & Expo (IESE) 2016 akan segera digelar. Acara yang akan berlangsung selama tiga hari ini akan menghadirkan berbagai sesi diskusi, workshop dan pameran yang akan berfokus pada bahasan seputar teknis dan bisnis e-commerce. Pemateri dari berbagai kalangan turut dihadirkan, mulai dari kalangan pemerintah, pelaku usaha dan juga investor, baik lokal maupun internasional.

Salah satu topik yang menarik bertema “disrupt or to be disrupted” yang akan dibawakan Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca di sesi dan hari pertama workshop. Membahas bisnis yang mulai “mengganggu” tatanan model konvensional memang selalu menarik, terlebih e-commerce menjadi salah satu model bisnis yang begitu menggoyah.

Head of Performace Marketing MatahariMall Timothius Martin akan hadir menyampaikan seputar strategi untuk beradaptasi dengan konsumen online yang beragam. Bahasan ini juga akan dipertajam di sesi hari kedua oleh tim Verisign yang akan mengangkat strategi pemasaran untuk pangsa pasar dengan segmentasi tertentu. Menarik untuk dihadiri mengingat saat ini persaingan bisnis online sudah makin beringas dan tanpa batas, Butuh kombinasi strategi segar untuk menyiasatinya.

Bahasan lain seperti O2O (Online to Offline), marketplace, mobile commerce, big data hingga platform teknologi penyokong sistem e-commerce akan dibahas tuntas oleh para pembicara berkelas. Pada tiga hari tersebut, akan terdapat tiga sesi di tempat terpisah. Peserta workshop dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti sesi sesuai materi yang relevan dengan kebutuhan.

Selain sesi workshop juga akan diisi dengan diskusi (summit) dan pameran. Sesi diskusi menghadirkan para regulator dan pemain penting di bidang e-commerce. Chairman idEA Daniel Tuwima, Menkominfo Rudiantara, Mendag Thomas Lembong, Ketua Bekraf Triawan Munaf dan para pakar termasuk dari Dirjen Pajak akan menyampaikan insight seputar dinamika e-commerce di Indonesia.

Sesi pameran juga tak kalah menarik. Beberapa startup dan perusahaan e-commerce siap unjuk gigi di dalamnya. Mulai dari Veritrans, Espay, CBNCloud, Kudo, VADS dan beberapa perusahaan lain akan turut meramaikan pagelaran pemeran bisnis ini. Diharapkan mampu memberikan inspirasi bagi para pengunjung seputar kesiapan bisnis dan sub-bisnis e-commerce yang berkembang di Indonesia.

IESE 2016 akan dihelat di Indonesia Convention Exhibition (Jl. BSD Grand Boulevard Raya No. 1 BSD City Tangerang) pada tanggal 27-29 April 2016. Pembelian tiket saat ini masih dibuka dengan penawaran paket sesuai jadwal workshop yang dapat diikuti. Tiket dapat dibeli melalui halaman resmi IESE 2016 dan beberapa promo juga dapat dinikmati untuk mendapatkan penawaran yang lebih kompetitif.


Disclosure: DailySocial adalah media partner IESE 2016

Menyorot Berbagai Regulasi Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Digital

Tak dipungkiri bahwa ketidaksigapan regulasi pemerintah akan kehadiran berbagai layanan baru (digital) menimbulkan gejolak yang cukup berimbas di industri digital. Beberapa contoh telah membuktikan, sebelumnya di pertengahan tahun lalu Kementerian Perdagangan sempat merilis RPP E-Commerce. Salah satu pasal yang dirumorkan di RPP tersebut adalah bagaimana siapapun yang ingin menjadi penjual ataupun pembeli online, harus melalui tahap verifikasi atau yang biasa disebut KYC (Know Your Customer). Sontak rumusan ini membuat industri resah, karena justru akan mempersulit dalam melebarkan pangsa pasar. Namun dewasa ini rumusan tersebut tak berlanjut, kini sudah ditindaklanjuti dengan lebih bijak dengan rancangan Roadmap E-Commerce yang tengah digulirkan oleh pemerintah.

Tak hanya di ranah e-commerce, sebelumnya keputusan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga menyulut kemarahan publik. Berlandaskan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan, pihaknya melarang layanan transportasi berbasis aplikasi ala Go-Jek, Grab Bike, Uber, dan lain-lain, untuk beroperasi. Kemarahan rakyat membuat presiden akhirnya turun tangan untuk meluruskan masalah yang ada. Dua hal ini setidaknya sudah dapat menjadi contoh bagaimana sikap pemerintah yang masih harus dibenahi dalam mengayomi industri digital yang sedang bertumbuh di tanah air.

Kendati masih sering terjadi keributan terkait regulasi dan layanan digital sampai saat ini, namun sejatinya pemerintah menginginkan tatanan yang baik dalam lanskap digital nasional. Sebagai salah satu wujud dari dukungan tersebut, pada pemerintahan sekarang ini secara khusus presiden membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang ditugaskan untuk mengakomodir industri kreatif dan digital, termasuk bertugas menjembatani komunikasi antara pemain industri dengan pemerintah sebagai penyusun regulasi. Hasilnya cukup efektif, beberapa terobosan mulai terlihat matang, salah satunya terkait dengan HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

Kepada DailySocial, secara khusus Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari pernah menyampaikan bahwa pihaknya ingin selalu mendorong startup dan industri kreatif lainnya untuk memperhatikan tentang HKI. Bahkan inisiatif tersebut kini menjadi salah satu program unggulan yang sedang digencarkan oleh Bekraf.

Dukungan pemerintah terhadap industri startup saat ini masih menjadi diskusi menarik. Penting bagi kita pelaku industri untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana pandangan pemerintah selaku penentu regulasi untuk mendukung industri yang sedang berkembang. Hal inilah salah satu yang ingin diangkat dalam diskusi workshop yang akan diselenggarakan idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) menghadirkan para regulator (Kemenkominfo dan Bekraf) serta industri digital (idEA dan DailySocial). Mengangkat tema besar “Investasi di E-Commerce Menyorot Berbagai Regulasi Pemerintah”, bersama para pakar akan diperbincangkan tentang nasib industri digital di tangan pemerintah.

Diawali dengan pengantar materi dari asosiasi industri dan media yang menyoroti industri digital (dalam hal ini menggunakan studi khasus e-commerce), workshop akan dibuka dengan menggali kondisi industri dan regulasi yang ada saat ini. Dilanjutkan dengan memahami poin-poin penting yang dapat dijadikan pembelajaran dari kegiatan industri dan penyusunan e-commerce yang telah berjalan. Dan akan dilengkapi dengan tanggapan pemerintah seputar pandangan dan dukungan yang akan diberikan untuk industri terkait, termasuk dalam kaitannya dengan perizinan, konten dan investasi.

Menjadi sebuah kesempatan baik bagi para pelaku, pecinta dan pemerhati industri digital untuk turut serta dalam diskusi ini, sembari memberikan masukan yang pas untuk pemerintah dari perspektif industri digital untuk dijadikan pertimbangan dalam rumusan regulasi yang digarapnya. Data dan fakta yang ada di industri juga akan menjadi sebuah insight menarik untuk meneropong sejauh mana industri digital nasional berkembang.

Workshop ini, yang merupakan bagian dari rangkaian acara IESE (Indonesia E-Commerce Summit and Expo 2016), akan diadakan pada hari Kamis, 10 Maret 2016 pada jam 16.00 – 18.00 bertempat di Kaffeine Cafe & Resto, The Foundry No. 8, Zone A – SCBD Lot 8, Jl. Jend. Sudirman Kav 52 Jakarta.

Informasi lebih lanjut seputar workshop dan pendaftaran dapat dilihat melalui tautan berikut ini: http://bit.ly/publikworkshopidea.

Pelaku Industri Bahas Permasalahan Sektor E-Commerce di Indonesia Tahun 2016

Banyak catatan menarik yang didapatkan dalam acara yang digelar oleh idEA, yaitu Diskusi “@5minutes for E-Commerce 2016”. Acara yang dibuka Ketua Umum idEA Daniel Tumiwa menyoroti kemajuan yang dialami di sektor e-commerce dalam 5 tahun terakhir. Dalam sambutannya Daniel juga memberikan apresiasi kepada pemerintah yang saat ini sudah merampungkan peta jalan e-commerce.

“Sejak awal saya bertemu dengan Chief Rudiantara (Menkominfo) beliau menanyakan apa yang bisa saya lakukan dalam hal ini pemerintah, kemudian setelah proses yang panjang lahir juga roadmap e-commerce ini,” kata Daniel.

Dalam acara yang digagas oleh idEA, masing-masing nara sumber yang berjumlah 15 orang diminta untuk memberikan presentasi terkait dengan kinerja serta kontribusi perusahaan mereka di sektor e-commerce di Indonesia.

Mulai dari isu utama yang merupakan tantangan terbesar bagi industri e-commerce di Indonesia pada masa awal yaitu kepercayaan pelanggan, hingga perlunya riset yang komprehensif serta akurat terkait dengan kemajuan industri UKM dan e-commerce di Indonesia, dan pembahasan mengenai pentingnya dibangun National Internet Backbone yang hingga saat ini masih minim dan kalah jauh dengan negara lainnya di Asia Tenggara.

Pembahasan tersebut diberikan secara lugas oleh nara sumber yang merupakan pelaku e-commerce, startup, peneliti, pengajar, hingga lembaga dan perusahaan.

Hal-hal terkait lainnya yang turut dibahas dalam forum diskusi tersebut adalah, masih mahalnya pengiriman logistik dari kota di luar Jabodetabek, masih maraknya “ads war” di kalangan e-commerce di Indonesia, hingga masih banyaknya pengaduan pelanggan terkait dengan perlindungan konsumen e-commerce di Indonesia.

Sementara itu turut dibahas pula mengenai liability atau perlindungan kepada marketplace yang sangat berisiko mengalami masalah, seperti penjual yang palsu hingga pengaduan pelanggan. Semua masalah tersebut dikupas tuntas oleh setiap narasumber selama 5 menit saja.

Acara yang turut dihadiri oleh pimpinan e-commerce terkemuka di Indonesia, seprti CEO Mataharimall Hadi Wenas dan Founder dan CTO Kaskus Andrew Darwis, merupakan acara pembuka menjelang pagelaran IESE (Indonesia E-Commerce Summit and Expo 2016) bertajuk “Transforming Towards Indonesia Digital Economy” yang akan diselenggarakan idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) 27 – 29 April 2016 mendatang di Indonesia Convention Exhibition (ICE).


Disclosure: DailySocial adalah media partner event @5minutes for E-Commerce 2016

idEA Gelar Diskusi “@5minutes for E-Commerce 2016”

Menjelang pagelaran IESE (Indonesia E-Commerce Summit and Expo 2016) bertajuk “Transforming Towards Indonesia Digital Economy” yang akan diselenggarakan idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) April mendatang, pada hari Jumat 22 Januari 2016 pukul 08.00 – 11.30 akan diadakan sebuah diskusi terbuka bertajuk “@5minutes for E-Commerce 2016”.

Diskusi terbuka ini difokuskan untuk merefleksikan lanskap industri e-commerce di Indonesia di tahun 2015, sembari menajamkan visi bersama untuk menentukan arah e-commerce Indonesia tahun 2016. Pada diskusi ini setiap pemateri akan mendapatkan jatah pemaparan presentasi 5 menit dalam 5 slide.

Turut diundang dalam diskusi ini Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Perdagangan, Kepala Badan Ekonomi kreatif, Dirjen Pajak dan juga mitra idEA. Para pemateri akan membawakan beberapa topik bahasan berikut untuk didiskusikan:

  1. Pertumbuhan industri e-commerce lokal tanpa investasi asing.
  2. Penciptaan fasilitas yang tepat untuk kalangan UKM.
  3. Pemotongan pajak di industri e-commerce.
  4. Mensinergikan terlahirnya technopreneur dari universitas.
  5. Perlindungan konsumen e-commerce dan perlindungan bagi pelaku e-commerce dalam negeri.
  6. Regulasi dan standardisasi produk yang dijual online.
  7. Kode etik pengiklanan digital.
  8. Melunturkan tradisi perang harga menuju perang layanan konsumen dan inovasi menuju sustainable profitability.
  9. Merumuskan langkah e-commerce untuk bisa membuka pasar ekspor untuk produsen lokal.

Selain tema di atas, akan didiskusikan berbagai topik lain yang berkaitan dengan jalannya diskusi membahas lanskap industri e-commerce dalam negeri. Seperti diketahui bahwa pangsa pasar internet terbesar di Indonesia salah satunya adalah di sektor e-commerce, startup yang berkembang di sektor tersebut juga cukup tinggi. Bahasan ini akan menjadi diskusi menarik untuk menemukan visi e-commerce terbaik di Indonesia di waktu mendatang.

Acara ini akan diselenggarakan di Le Meridien Hotel, Sasono Mulyo Room (Jl. Jend. Sudirman Kav. 18-20, Jakarta) dengan jumlah peserta terbatas. Informasi pendaftaran dapat dilakukan melalui tautan berikut: https://idea.or.id/ideadiskusi@5menit/


Disclosure: DailySocial adalah media partner diskusi @5minutes for E-Commerce 2016

idEA Minta Transparansi Nilai Transaksi Harbolnas 2015

Salah satu pertanyaan yang kerap dilontarkan oleh media terkait dengan Hari Belanja Online Nasional adalah, besaran nilai transaksi yang telah dihasilkan secara keseluruhan usai acara Harbolnas berlangsung. Selama ini panitia Harbolnas enggan menyebutkan secara spesifik dan merujuk kepada informasi yang dibagikan oleh masing-masing partisipan (situs e-commerce) setiap tahunnya. Tahun ini sebanyak 140 partisipan yang telah ikut meramaikan Harbolnas 2015 diminta idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) untuk merilis nilai total transaksi selama penyelenggaraannya.

idEA yang dibentuk pada tahun 2012, selama ini dikenal sebagai wadah bagi para pemain industri e-commerce di Indonesia. Terkait hal ini, Ketua Umum idEA Daniel Tumiwa menegaskan  perilisan nilai transaksi menjadi hal yang sangat penting dan merupakan bagian dari edukasi untuk menegaskan posisi serta potensi industri e-commerce Indonesia dari perspektif domestik dan mancanegara. Rilis data secara reguler tiap tahun juga dianggap bermanfaat untuk menunjukkan perkembangan industri dari waktu ke waktu.

“Dengan digelarnya Harbolnas 2015 saat ini seluruh dunia melihat Indonesia sebagai negara yang sangat potensial untuk menjadi kekuatan baru e-commerce, sudah saatnya kita semua mewujudkan potensi tersebut,” kata Daniel.

idEA memutuskan untuk tidak terang-terangan berpartisipasi secara aktif, hal tersebut dilakukan untuk menjaga independensi dan integritas, itulah mengapa idEA enggan untuk terlibat di Harbolnas setiap tahunnya.

Harbolnas yang telah digelar sejak tahun 2012 dikabarkan mengalami peningkatan bukan hanya dari jumlah partisipan, namun juga minat dari konsumen yang turut meramaikan ajang Harbolnas.

idEA berinisiatif menyusun kode etis promosi dan diskon e-commerce di Indonesia

Saat ini idEA tengah menyusun kode etis yang nantinya dapat digunakan oleh para pelaku e-commerce di Indonesia sebagai acuan pada saat memberikan promosi, diskon dan hal-hal terkait lainnya. Dengan dirilisnya aturan tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan tingkat kepercayaan konsumen di Indonesia dalam berbelanja online. Rencananya aturan yang diinisisasi oleh idEA akan diluncurkan pada acara Indonesia E-commerce Summit & Expo di paruh pertama tahun 2016 mendatang.

Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia dan Kehampaan Yang Ditawarkannya

Setelah ada idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia), kini terbentuk kembali satu badan asosiasi dengan nama Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia (ADEI). Sejauh ini hanya ada sedikit informasi mengenai maksud dan tujuan pembentukan asosiasi ini, serta diferensiasi buram yang membedakan ADEI dengan asosiasi lainnya yang menaungi industri perdagangan digital di Indonesia. Apakah kita membutuhkan asosasi lain dalam sektor ini?

ADEI dikabarkan bertanggung jawab dalam menaungi, memperjuangkan, membina, dan meroketkan bisnis satu juta digital entrepreneur di Indonesia dalam menghadapi perusahaan asing di industri e-commerce.

Menurut informasi yang kami terima, ADEI menuliskan:

Kami sudah bosan melihat dominasi Start Up Asing serta perusahaan raksasa e-commerce asing mendominasi perputaran uang di industri e-commerce yang menguasai 90% perputaran uang di industri e-commerce yang sudah mencapai Rp 184 triliun pada tahun 2014. Menkominfo memprediksi tahun 2020, perputaran uang di industri e-commerce akan meroket 10 kali lipat mendekati Rp 2 ribu triliun.

[…]

  1. Dewan Kehormatan:

Ketua: Dr. Marzuki Usman, Minister of Tourism, Arts and Culture 1998-1999
Anggota:
a. Edwin Soeryadjaya, Konglomerat Terkaya Nomor 12 di Indonesia
b. Kenny Wirya, CEO Golden Truly

  1. Dewan Penasehat

Ketua: Dr. Frans Budi Pranata, CFO Zalora Indonesia
Wakil: Chief Strategy Consultant, Arrbey Consulting
Sekretaris: Kiky Fatmawati, Former Account Manager Bloomberg TV

Ketua Bidang Pendidikan: Prof. Dr. Roy Sembel, Dekan IPMI International Business School
Ketua Bidang Financial Access: Haru Koesmahargyo, CFO BRI
Ketua Bidang Digital Transformation: Andreas Diantoro, CEO Microsoft Indonesia
Ketua Bidang Digital Technology: Gunawan Susanto, CEO IBM Indonesia
Ketua Bidang Digital Industry: Adi Rusli, CEO VM Ware Indonesia
Ketua Bidang Telco & Media: Hasnul Suhaimi, Former CEO XL Axiata
Ketua Bidang UKM & Retail: Agus Nurudin, CEO Nielsen Indonesia
Ketua Bidang Research & Development: Alfred Boediman, Vice President Samsung Research

  1. Dewan Pengurus Pusat

Ketua: Bari Arijono, CEO Digital Enterprise Indonesia
Sekjen: Dr. Bayu Prawira Hie
Bendahara: Wilson Partogi, CEO LADOVA Consulting
Legal Consultant: Feitty Eucharisti, Legal Consultant Lubis Ganie Surowidjojo
Ketua Bidang Digital Academy: Daniel Lie, Director Binus Consulting
Ketua Bidang Digital Transformation: Herwinto Chandra, Digital Business Innovation Advisor XL Axiata
Ketua Bidang Digital Technology: Joedi Wisoeda, CEO Ascend Group Indonesia (Charoen Pokphand Group)
Ketua Bidang Digital Business: Egidius Situmorang, Retail Marketing Director IM Business Samsung Indonesia
Ketua Bidang UKM Digital: Ahmad Zaky, CEO UKM Market (catatan editor: Ahmad Zaky di sini bukan CEO dari Bukalapak.com)
Ketua Bidang Government Access: Hadi Kuncoro, COO aCommerce Indonesia
Ketua Bidang Event, Media & PR: Aries Nugroho, Managing Director Edelman Indonesia
Ketua Bidang Industrial Lead: Herbet Ang, President Director Acer Indonesia
Ketua Bidang Cloud Hosting: Edy Budiman, CEO Dewaweb

Sangat menarik menilik susunan anggota yang kebanyakan tidak “murni” seorang pengusaha. Beberapa mungkin terlihat berada di posisi puncak perusahaan bonafit dan multinasional. Hal ini merefleksikan panjangnya pengalaman sebagai profesional, bukan sebagai pengusaha rintisan.

Ketua Dewan Kehormatan Marzuki Usman mungkin memiliki latar belakang sebagai ekonom dan juga Menteri, namun perannya di industri digital cukup dipertanyakan.

ADEI akan mendeklarasikan diri pada tanggal 12 Desember 2015 nanti, bertepatan dengan peresmian LADOVA Business School, sekolah bisnis e-commerce pertama di Asia Tenggara yang juga digawangi oleh Bendahara ADEI Wilson Partogi.

Pihaknya turut mengundang seluruh penggiat e-commerce untuk turut serta bergabung menjadi anggota asosiasi guna bahu membahu memenangkan kualifikasi pemain lokal dalam persaingan global. Lucunya, dewan penasehat justru diduduki orang-orang yang menduduki posisi penting di perusahaan asing, seperti Zalora, Microsoft, IBM, dan lain sebagainya.

Bisa jadi organisasi ini lahir dari ketidakpuasan terhadap kepengurusan idEA selama ini. Sah-sah saja sih membangun kelompok baru, toh kebebasan seperti ini merupakan hak asasi yang dijamin oleh UUD 1945. Meskipun demikian, menurut hemat kami, daripada sibuk membangun kelompok eksklusif di industri yang isinya “itu lagi itu lagi”, lebih baik mencurahkan energi yang lebih besar untuk bersatu memperkuat ekosistem dan mendorong terbentuknya regulasi yang lebih ramah ke dunia industri, yang tak hanya melulu berbicara soal pajak dan aturan yang membatasi.