Melihat Potensi Indonesia Jelang Esports SEA Games 2019

Tinggal menghitung hari menuju pertandingan cabang Esports SEA Games 2019. Dipertandingkan mulai tanggal 5 sampai 10 Desember 2019 di Filoil Flying V Centre, San Juan, Metro Manila, cabang ini memperebutkan 6 medali dari 6 cabang yang dipertandingkan, yaitu Dota 2, StarCraft II, Hearthstone, Tekken 7, Arena of Valor, dan Mobile Legends: Bang Bang.

Persiapan Indonesia menghadapi SEA Games terbilang sudah cukup maksimal. Dari sisi Tekken 7, kontingen Indonesia sempat diberangkatkan ke gelaran REV Major Filipina untuk bertanding dengan jago Tekken dunia, seperti LowHigh, Knee, dan Awais Honey. Dari sisi Dota 2, tim Garuda Muda sempat bootcamp di Singapura selama dua hari untuk berlatih dengan tim Evil Geniuses. Kontingen StarCraft II juga tak mau kalah, diberangkatkan ke Korea Selatan oleh AKG Games untuk berlatih dengan Jake “NoRegreT” Umpleby.

Jika Indonesia sudah melakukan persiapan semaksimal mungkin, bagaimana dengan negara lain yang akan jadi penantang Indonesia di cabang Esports SEA Games 2019? Hampir semua negara peserta lain sudah mengumpulkan kontingen mereka masing-masing. Dari total 11 negara peserta SEA Games, hanya 9 negara saja yang mengirimkan kontingen mereka untuk esports SEA Games 2019, yaitu: Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sementara itu, Brunei dan Timor Timur jadi dua negara yang tidak mengirimkan kontingen ke cabang esports SEA Games 2019.

Lebih lanjut, berikut daftar nama kontingen cabang esports dari 9 negara peserta SEA Games 2019:

 

Melihat daftar ini, Indonesia terbilang jadi salah satu negara dengan talenta esports paling lengkap bersama dengan Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Singapura. Sementara tiga negara lain yaitu Kamboja, Laos, dan Myanmar, menjadi negara yang hanya mengirimkan kontingen untuk beberapa cabang esports saja.

Terkait potensi medali, Eddy Lim Ketua IESPA, turut memberikan komentarnya. “Potensi medali kita besar di Mobile Legends dan Hearthstone.” ucapnya. “Lawan berat tetap Filipina sang tuan rumah, tapi kemenangan kita di gelaran M1 kemarin membuat kita jadi lebih percaya diri mendapatkan medali di esports SEA Games 2019 lewat cabang MLBB.” lanjut Eddy Lim.

Jeremy “Tibold” Yulianto selaku pelatih kontingen MLBB juga turut memberikan komentarnya. “Jujur saya pribadi juga percaya diri akan dapat medali untuk MLBB. Tapi saya dan kontingan berusaha untuk tetap fokus pada tujuan, yaitu membawa nama baik Indonesia dan tidak overconfident.” ucapnya.

Selain dari itu, potensi medali lain di esports SEA Games 2019 sebenarnya juga datang dari cabang Tekken 7. Pada gelaran Test Event Esports SEA Games 2019, Muhammad “MEAT” Andriansyah berhasil mendapatkan medali perak setelah kalah di babak final oleh wakil Filipina.

Terkait ini saya juga menanyakan pendapat Bram Arman sebagai wakil dari komunitas, soal kompetisi yang akan dihadapi oleh MEAT di cabang esports SEA Games 2019 . “Memang Filipina dan Thailand masih jadi dua negara penantang terberat sih. Filipina punya Doujin dan AK, sementara Thailand punya Book dan ShinAkuma.” ucapnya.

Sumber: Liquidpedia
Book, wakil Thailand untuk cabang Tekken 7 di SEA Games esports 2019, merupakan pemain yang sudah punya jam terbang cukup tinggi di dunia kompetitif Tekken 7. Sumber: Liquidpedia

Doujin memang bisa dibilang penantang berat MEAT dalam kompetisi ini. Ia sempat membuat MEAT turun ke lower-bracket dalam pertandingan REV Major 2019 di Filipina. Nopparut “Book” Hempamorn dari Thailand juga tak bisa diremehkan. Namanya mungkin tidak sebesar seperti Knee atau JDCR, namun Book kerap berhasil membuktikan dirinya di kancah lokal atau regional SEA. Tercatat ia pernah menjadi juara Thaiger Uppercut 2018, bahkan mengalahkan Knee di babak Final gelaran tersebut. Ia juga pernah mendapat posisi top 8 di EVO Championship Series 2018 di Las Vegas, Amerika Serikat.

Cabang esports SEA Games 2019 akan mulai bertanding pada tanggal 5 sampai 10 Desember 2019 mendatang. Terlepas dari semua hal tersebut, mari kita doakan agar semua kontingen Indonesia di bisa mendapatkan hasil terbaik di cabang esports SEA Games 2019.

Menilik Kiprah Universitas Dalam Ekosistem Esports

Seiring dengan berkembangnya ekosistem esports, hal ini ternyata tidak hanya menarik perhatian para pelaku bisnis saja, tetapi juga dari institusi pendidikan. Dengan proyeksi nilai industri mencapai US$3 miliar pada tahun 2022, tak heran jika berbagai pihak ingin mendapatkan bagian dari kue besar tersebut.

Maka dari itu baru-baru ini Kansas University mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan varsity team divisi League of Legends pada tahun 2020 nanti. Tim ini masih dengan nama Kansas Jayhawks, merupakan branding tim varsity sports milik Kansas University. Bagi Anda yang mungkin masih awam, Varsity merupakan istilah untuk menyebut klub (biasanya olahraga) intra kampus yang sudah didanai oleh kampus untuk bertanding mewakili nama universitas.

Mengutip ESPN, dalam pembentukan roster ini, KU akan mengandalkan organisasi mahasiswa internal, KU Gaming Community. Mereka akan melakukan uji coba mulai dari tanggal 17 November 2019 mendatang, dan nantinya tim mereka akan tergabung ke dalam National Association of Collegiate Esports (NACE).

Sumber: ESPN
Jayhawks, maskot tim varsity sports milik Kansas University. Tak hanya olahraga, mereka juga akan punya tim esports. Sumber: ESPN

“Ini adalah kesempatan untuk menambahkan esports ke dalam salah satu program milik Kansas University (KU) akan. Dengan ini maka KU nantinya akan memberikan para siswa program latihan resmi, yang tak hanya untuk mendukung minat bakat para siswa, tapi juga memperluas kesempatan bagi generasi mendatang.” Ucap Michelle Compton-Munoz, pelatih esports Kansas Jayhawks

Perkembangan varsity esports di Amerika Serikat terbilang cukup pesat. Beberapa tahun belakangan sudah ada beberapa kampus mencetuskan program esports internal, seperti Ohio State, Missouri, Utah, Boise State, Akron, dan University of California Irvine (UCI). Kalau Indonesia punya SMA 1 PSKD sebagai pionir program esports untuk siswaAmerika Serikat punya UCI yang menjadi pionir program esports untuk universitas.

Universitas di Ekosistem Esports Indonesia

Dari kancah esports Indonesia, Universitas sudah mulai dilirik karena bisa menjadi ladang pemain-pemain potensial. Sebagai fondasi dari ekosistem esports kampus, terakhir kali ada IEL University Series, sebuah liga esports Universitas besutan Indonesia Esports Association (IESPA).

Fondasi tersebut ternyata cukup berhasil menumbuhkan bibit-bibit komunitas esports di Universitas. Salah satunya ada Universitas Ciputra Surabaya, yang komunitasnya kini sudah naik tingkat jadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) resmi yang dinamai Universitas Ciputra Esports (UC Esports). Membahas soal ini, saya bicara dengan Angeline Vivian, General Manager Dranix Esports, yang menjadi founder dan kini jadi pembina UKM UC Esports.

Angeline "Toska" Vivian, General Manager Dranix Esports yang dahulu turut merintis UKM Esports di Universitas Ciputra Surabaya. Sumber: Foto Pribadi Angeline Vivian
Angeline “Toska” Vivian, General Manager Dranix Esports yang dahulu turut merintis UKM Esports di Universitas Ciputra Surabaya. Sumber: Foto Pribadi Angeline Vivian

Toska, sapaan akrab Angeline Vivian di antara komunitas gamers, bercerita suka dukanya demi membuat esports menjadi bagian dari salah satu program kampus. “Awal-awal pembentukan, jujur kita banyak mendapat penolakan. Wajar, mungkin karena banyak petinggi kampus yang belum terpapar oleh esports. Hal terberatnya adalah menghilangkan pandangan bahwa esports itu sekadar main game, karena instansi pendidikan harus bisa tanggung jawab kepada orang tua murid juga.” Toska memulai ceritanya.

“Tapi berhubung dengan jalannya waktu, atasan kampus mulai melihat dan menyaksikan esports, yang sedikit demi sedikit memudarkan pandangan ‘sekadar main game’ di esports. Salah satu petinggi kampus malah sempat mengatakan, bahwa esports punya banyak aspek yang bagus untuk dipelajari mahasiswa, seperti: teamwork, public speaking, commitment, communication, dan lain sebagainya.”

Berkat IEL University Series juga, UC Esports berhasil mendapatkan pengakuan dari kampus, setelah tim Dota 2 mereka mendapatkan peringkat 3 dari kompetisi tersebut. “Sekarang UC Esports sudah menjadi UKM Eksklusif. Maksudnya eksklusif adalah, mahasiswa harus melewati proses seleksi untuk bisa masuk UKM ini, agar UC Esports dianggap serius. Seleksi sendiri termasuk screening pertama dari sisi statistik di dalam game, lalu dilanjut dengan uji coba, baru setelahnya mahasiswa tersebut bisa masuk UC Esports.”

Selain dari itu, satu yang menarik adalah integrasi UC Esports terhadap sistem kurikulum di Universitas Ciputra Surabaya. Untuk dapat melakukan sidang kelulusan, Universitas Ciputra mewajibkan mahasiswa mengumpulkan 100 poin keaktifan mahasiswa, yang bisa didapatkan dari mengikuti kegiatan kampus; UC Esports salah satunya.

Dokumentasi Hybrid - Novarurozaq Nur
Agar ekosistem esports kampus dapat berkembang, perlu fondasi berupa kompetisi khusus universitas seperti IEL University Series. Dokumentasi Hybrid – Novarurozaq Nur

Jadi, jika mereka bertanding membawa nama kampus, maka sang mahasiswa mendapat benefit seperti: dispensasi kelas yang memungkinkan siswa ikut bertanding tanpa kehilangan absensi, dan mendapat poin keaktifan mahasiswa tadi. Ini tentunya menjadi satu keuntungan tersendiri bagi para mahasiswa yang ingin mencicipi berkarir di dunia esports mulai dari kegiatan UKM. Karena selain bisa mencurahkan minat dan bakatnya, sang mahasiswa juga mendapatkan keuntungan dari sisi akademis.

Toska juga bercerita, bahwa kini pihak kampus juga memberikan fasilitas berupa bootcamp. “Kampus sekarang memberikan kita fasilitas bootcamp yang hanya bisa diakses oleh manajemen dan pemain. Juga kalau semisal kita ikut kompetisi, kampus akan menanggung biaya registrasinya. Jadi sekarang ini kampus betul-betul mendorong kita untuk terus aktif berkegiatan.”

Ekosistem esports universitas menjadi satu hal yang menurut saya juga perlu dikembangkan di Indonesia. Selain bisa menjadi sarana mahasiswa menyalurkan minat dan bakatnya, ekosistem esports universitas juga bisa menjadi ladang bagi ekosistem esports profesional untuk menemukan bakat-bakat baru di dunia kompetitif esports.

Cari Bibit Atlet Esports, IESPA Gelar IEL University Series 2019

Menghadapi industri esports di Indonesia yang berkembang dengan pesatnya, pemerintah pun semakin giat memberikan dukungan. Setelah kemarin kita mendengar kehadiran Piala Presiden Esports 2019 dan Youth National Esports Championship (YNEC) dari KEMENPORA, kali ini ada IEL University Series 2019 yang digagas IESPA bekerjasama dengan MIX 360 yang tentunya kembali didukung oleh berbagai elemen pemerintahan.

Seperti namanya, IEL University Series 2019 ini akan mempertandingkan para mahasiswa yang diikuti oleh 12 kampus ternama di Indonesia. Kompetisi ini didukung oleh berbagai elemen pemerintahan, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), dan tentunya Indonesia Esports Association (IESPA).

Kehadiran kompetisi ini memang diniatkan menjadi wadah untuk mencari bibit-bibit anak muda di bidang esports. Harry Kartono selaku Chief Operational Officer dari MIX360 mengatakan bahwa misi penyelenggaraan IEL University Series 2019 adalah untuk mempersiapkan calon atlet esports.

Dokumentasi Hybrid - Novarurozaq Nur
Harry Kartono, COO MIX360 yang merupakan penyelenggara dari IEL University Series 2019. Dokumentasi: Hybrid – Novarurozaq Nur

“Untuk memajukan esports kita harus mengubah paradigma tradisional para orang tua dan institusi pendidikan. Maka dari itu kami mempersiapkan calon atlet esports di tingkat universitas agar bisa masuk ke PELATNAS Indonesia untuk persiapan SEA Games 2019 di Manila yang digelar tahun ini” tambah Harry.

Lalu bagaimana IEL University Series 2018 ini bisa terintegrasi dengan ekosistem esports secara keseluruhan? Bagaimana para atlet esports mahasiswa semi-pro ini nantinya bisa menuju ke jenjang yang lebih tinggi, jenjang profesional entah lokal atau internasional? Harry mengatakan bahwa ini alasan mereka menggandeng beberapa sponsor seperti meta.us dan juga Razer.

Meta.us sebagai platform untuk menunjukkan skill seoarang pemain ini nantinya berfungsi sebagai cara untuk menunjukkan kemampuan para pemain IEL University Series 2019 ke para pencari bakat dari organisasi esports yang berasal dari berbagai negara. Lalu bagaimana dengan jenjang yang lebih tinggi setelah IEL University Series yang merupakan kompetisi tingkat nasional?

Dokumentasi Hybrid - Novarurozaq Nur
Eddy Lim, Ketua Umum IESPA saat diwawancara oleh televisi nasional. Dokumentasi: Hybrid – Novarurozaq Nur

Eddy Lim selaku ketua umum IESPA pun menjawab hal ini. Ia mengatakan bahwa tujuan dari kerjasama IESPA dengan AESF selaku Federasi esports Asia adalah untuk dapat mencapai hal tersebut. “Jadi selain di Indonesia, beberapa negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand, Vietnam, dan lain sebagainya juga akan memulai liga universitas seperti ini. Nantinya setelah liga nasional selesai, kompetisi ini akan berlanjut ke tingkat yang lebih tinggi” Jawab Eddy.

Babak final dari IEL University Series 2019 direncanakan digelar pada 27-28 April 2019 mendatang. Namun sebelumnya tentu akan ada babak penyisihan terlebih dahulu yang diselenggarakan dari Januari hingga Maret 2019 mendatang. Kompetisi ini akan mempertandingkan dua game MOBA terpopuler di Indonesia; Mobile Legends sebagai cabang mobile games dan Dota 2 sebagai cabang PC games. Pada babak final yang akan diadakan di LigaGame Arena, atlet esports kampus tersebut akan memperebutkan total hadiah sebesar Rp1 milyar.

Dari G-Sync Sampai Sertifikasi, Hal-Hal yang Nvidia Siapkan Demi Mendukung eSport

Saat ini antisipasi terhadap kartu grafis baru Nvidia sedang berada di momen puncak. Dari laporan sejumlah narasumber, pengungkapan GPU berarsitektur Turing boleh jadi dilakukan tak lama lagi. Namun kita juga tahu, bukan cuma teknologi grafis yang menjadi fokus perusahaan asal Santa Clara itu. Sudah lama mereka punya agenda buat membantu perkembangan eSport di tanah air.

Dan akhirnya, impian semua pelaku industri agar eSport diakui sebagai cabang olahraga sekaligus menyingkirkan kesan buruk gaming dapat terwujud. eSport telah menjadi bagian dari Asian Games 2018 (walaupun baru ekshibisi). Asian Esports Federation sudah mengonfirmasi judul-judul yang akan dilombakan, meliputi League of Legends, Hearthstone, Starcraft II, Pro Evolution Soccer, lalu Clash Royale dan Arena of Valors menjadi perwakilan dari mobile game.

Di tanggal 24 Juli kemarin, Nvidia mencoba menegaskan lagi beragam potensi yang bersemayam dalam eSport dan juga mengungkapkan pencapaian esensial yang diperoleh para pelakunya. Untuk melakukannya, Nvidia mengundang sejumlah tokoh dari organisasi penting serta perwakilan ranah olahraga elektronik buat melakukan diskusi di High Grounds PIK, salah satu eSport center paling high-end di Jakarta.

Nvidia 2

 

eSport dan nilai-nilai olahraga

Acara ini dibuka oleh presentasi dari Helen Sarita selaku PLT Sekjen Komite Olimpiade Indonesia. Ia mengungkapkan bagaimana olahraga elektronik mempunyai nilai-nilai olimpisme yang kuat. Beberapa elemen di sana meliputi menjunjung tinggi kerja keras, pantang menyerah, terus berusaha untuk lebih baik, menghormati perbedaan, serta berempati dan bersimpati.

Nvidia 1

Menurut Helen, sudah saatnya eSport mendapatkan dukungan dari lebih banyak pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan, orang tua serta perusahaan-perusahaan teknologi dan penyedia hardware.

Nvidia 3

Di sesi diskusi, ketua umum IeSPA Eddy Lim kembali menjelaskan apa yang membedakan kegiatan gaming biasa dengan eSport. Umumnya, orang bermain game buat menghibur diri atau mungkin sekadar ‘naik ke level selanjutnya’. Tapi begitu seseorang berpikir untuk terjun ke kancah olahraga elektronik, ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan – misalnya seperti aspek olimpisme tadi.

Dan bukan cuma itu. Kita tahu para gamer profesional harus bisa menjaga konsentrasi dalam durasi yang lama. Itu alasannya mereka harus bugar secara fisik. Selanjutnya, game-game eSport juga menuntut logika serta kemampuan menyelesaikan masalah yang baik. Dengan begini, para atlet sangat dianjurkan untuk memahami sejumlah ilmu pengetahuan seperti fisika dan matematika.

Nvidia 4

Dengan naiknya kepopularitasan eSport, Eddy Lim melihat kemunculan fenomena baru: anak-anak meminta izin orang tuanya untuk berhenti sekolah demi jadi atlet olahraga elektronik. Ini adalah pandangan yang keliru. Sang ketua umum menyampaikan, bahkan jika ada ratusan ribu hingga jutaan orang mengikuti turnamen eSport, juara masing-masing game hanya ada tiga. Lalu bagaimana dengan sisanya?

Nvidia 6

Kemudian seperti olahraga lain, kemampuan fisik atlet eSport akan berkurang seiring waktu. Tingkat refleks, kecepatan, serta koordinasi tangan dan mata biasanya mulai menurun di usia 27 atau 28 tahun. Beberapa orang mungkin cukup beruntung jika bisa melanjutkan kegemarannya pada eSport sebagai pelatih, namun sisanya tentu saja harus meneruskan hidupnya. Setidaknya saat pro gamer ‘pensiun’, mereka sudah menjalani pendidikan dasar dan dapat melanjutkan edukasinya di jenjang yang lebih tinggi.

 

Dukungan Nvidia

Tentu saja eSport tidak akan berjalan optimal tanpa ada dukungan teknologi dan sarana latihan. Sejak beberapa tahun silam, Nvidia telah memulai prakarsa serfifikasi ‘GeForce’ dengan maksud untuk menghilangkan stigma soal buruknya kondisi warnet atau game center. Nvidia secara cuma-cuma mau memberikan titel GeForce Certified iCafe, asalkan pengelola bersedia memenuhi sejumlah syarat.

Nvidia 5

Beberapa kriteria GeForce Certified iCafe meliputi larangan merokok, mengakses konten porno, berkata kasar, serta memakai baju sekolah. Pengelola iCafe juga diminta untuk menciptakan lingkungan bermain yang sehat serta nyaman, dengan memikirkan kondisi cahaya dan sirkulasi udara. Selain gaming, iCafe-iCafe tersertifikasi GeForce diharapkan pula bisa menjadi pusat komunitas gamer serta sarana ‘one-stop-solution‘ – misalnya buat belajar atau mengerjakan tugas kuliah.

Nvidia 7

Dari penuturan Harry Kartono selaku consumer lead Nvidia Indonesia, High Grounds sendiri merupakan bagian dari jaringan waralaba TNC, tapi punya level yang lebih tinggi. Saat berkunjung ke sana, Anda akan disuguhkan mesin-mesin gaming canggih persembahan Acer Predator (termasuk monitor G-Sync HDR 144Hz), console PlayStation 4 buat mendukung couch gaming, ruang latihan eksklusif, hingga arena turnamen dan sarana ‘nobar’.

Nvidia 9

Menariknya lagi, High Grounds PIK tersebut baru memperoleh sertifikasi GeForce kelas gold. Masih ada level platinum di atasnya. Harry menyampaikan, syarat buat mendapatkan platinum ialah tersedianya zona virtual reality yang kabarnya sedang diusahakan oleh pemilik iCafe.

Nvidia 10

Nvidia juga tengah mempromosikan G-Sync di sejumlah produk monitor baru. Sederhananya, teknologi ini dikembangkan untuk memastikan pengalaman gaming yang mulus, bebas dari efek screen tearing, flickering maupun stuttering karena sinkronisasi sempurna antara output GPU dengan layar, berapapun frame rate per detik yang dihasilkan oleh sistem. G-Sync siap menunjang monitor dengan refresh rate sampai 240Hz.

Nvidia 11

Di Computex 2018 kemarin, Nvidia juga banyak mengomunikasikan teknologi HDR. HDR diracik agar display bisa mengeluarkan gambar mendekati kemampuan mata manusia melihat; misalnya dengan menghadirkan tingkat gelap dan terang yang kontras secara bersamaan tanpa menghilangkan detail. Nvidia turut mengungkapkan esensialnya tingkat kecerahan dalam menghidangkan warna. Kian terang, maka warna yang dapat ditangkap oleh mata manusia semakin banyak.

Dan melihat pengumuman BFGD di CES 2018, ranah serta teknologi display sepertinya akan menjadi fokus besar Nvidia selanjutnya…

Perjalanan NXL ke Grand Final Extremesland Terancam Gagal Karena Perubahan Aturan Mendadak

Keberhasilan NXL menjuarai kualifikasi Zowie Extremesland Asia CS:GO 2016 memberikan kesempatan bagi jawara eSport lokal ini untuk mewakili Indonesia dalam sesi grand final yang akan dilangsungkan di Shanghai bulan September besok. Sayang sekali, belum lama ini terdengar kabar kurang baik yang mengancam perjalanan NXL menuju laga internasional tersebut.

Lewat sosial media, minggu lalu NXL mengabarkan bahwa dua anggota mereka yakni Albert Gionvanni dan pemain cadangan Steven, kesulitan mendapatkan visa karena permohonan mereka di-cancel. Jika Albert dan Steven tak bisa berangkat, seluruh tim NXL kemungkinan akan gagal tanding di final. Perlu Anda tahu, pembatalan visa berbeda dari penolakan, sebab dengan begitu mereka baru diizinkan terbang di bulan Oktober, saat kompetisi sudah selesai.

Penyebabnya sangat sepele, dan melihat krusialnya event ini bagi NXL, sangat membuat mereka frustasi: visa tertahan karena peraturan baru terkait akan dilaksanakannya pertemuan G20 di Tiongkok bulan September 2016 serta alasan ‘masalah keamanan’. Regulasi tersebut berlaku secara sementara (mulai 10 Agustus sampai G20 rampung), penjabarannya ialah sebagai berikut:

  • Pemohon harus menyertakan paspor lama mereka.
  • Pemohon yang paspornya kosong tidak akan mendapatkan visa.
  • Paspor yang mempunyai visa Arab tidak akan diberi visa Tiongkok.
  • Pemohon yang tidak mempunyai paspor lama tidak akan memperoleh visa.

Peraturan tersebut menjadi kendala bagi dua anggota tim NXL. Albert tidak punya paspor lama karena paspor miliknya sekarang merupakan paspor pertama dan satu-satunya. Sedangkan Steven menggunakan paspor anak-anak dan sama sekali belum mendapatkan visa karena ia memang belum pernah pergi ke luar negeri. Petugas Kedutaan China ‘khawatir’, Steven menyimpan paspor lain.

NXL sudah mencoba memberikan penjelasan pada petugas consulate general, tapi tidak menghasilkan jalan keluar. Probabilitas selanjutnya adalah visa keempat anggota tim akan ditangguhkan dan baru bisa diperoleh di bulan Oktober. Kabar gembiranya, IeSPA mendukung penuh agenda NXL buat berangkat ke final di Shanghai dan telah mengeluarkan surat permohonan pengajuan rekomendasi pada Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga RI.

Tentu saja kita berharap semua masalah ini bisa segera teratasi, memberikan NXL kesempatan untuk bertanding di grand final Extremesland Asia CS:GO 2016.

Ada kabar bahwa perubahan regulasi mendadak karena konferensi G20 juga menyusahkan para pemohon visa beasiswa, dan juga menyebabkan ratusan pabrik di Tiongkok tutup.

Untuk Pertama Kalinya, Ajang Megaxus Olimpiade Didukung IeSPA

Sebelum adanya asosiasi resmi yang dikhususkan sebagai wadahnya, industri gaming di Indonesia belum memiliki target konkret jangka panjang. Meski begitu, publisher lokal seperti Megaxus tak kenal lelah untuk terus mengadakan event dan kejuaraan tiap tahun. Tujuannya sederhana: memperkuat komunitas serta memantapkan ekosistemnya. Continue reading Untuk Pertama Kalinya, Ajang Megaxus Olimpiade Didukung IeSPA

Wakili Indonesia di Asia Pasifik, NXL Menangkan Turnamen BenQ CS:GO League 2014

Pada akhir minggu lalu, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Herman Prayitno menyambut kedatangan tim eSport kebanggaan kita di Kuala Lumpur. Seperti biasa, kehadiran mereka di sana bukanlah sekedar berwisata. NXL berniat untuk melakukan keahlian terbaik mereka: ada turnamen eSport yang harus dimenangkan dan bendera Merah Putih yang ingin dikibarkan. Continue reading Wakili Indonesia di Asia Pasifik, NXL Menangkan Turnamen BenQ CS:GO League 2014

Gigabyte Setuju Berpartner Bersama NXL Untuk Majukan eSport Indonesia

Bagi mereka yang bermimpi ingin menyaksikan industri eSport di nusantara sebesar di negara maju, pengesahan IeSPA oleh FORMI bulan Juni lalu adalah momen bersejarah. Dari sana, terbuka harapan lebih lebar untuk perkembangannya ke depan. Dan baru-baru ini sebuah acara lagi menjadi batu loncatan penting dalam dunia eSport di Indonesia. Continue reading Gigabyte Setuju Berpartner Bersama NXL Untuk Majukan eSport Indonesia

IeSPA Kini Menjadi Bagian FORMI, Indonesia Mengakui eSport Sebagai Olahraga Resmi

IeSPa atau Indonesia eSport Assosiation sudah cukup lama bekerja keras agar eSport menjadi sebuah cabang olahraga resmi yang diakui pemerintah. Usaha mereka mulai mencapai titik puncaknya saat beredar foto sebuah surat yang berisi pemberitahuan proyek Pelatnas perdana khusus eSport – olahraga elektronik yang mempertandingkan berbagai judul video game. Continue reading IeSPA Kini Menjadi Bagian FORMI, Indonesia Mengakui eSport Sebagai Olahraga Resmi

Pemerintah Konfirmasi Dukungannya Pada Perkembangan eSport di Indonesia

Mungkin dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Korea, China dan Amerika, di Indonesia eSport masih menjadi sebuah konsep yang masih cukup sulit diterima oleh generasi tua dan kalangan birokrat. Berita baiknya, sebuah langkah awal telah diambil. Akhirnya cabang olahraga eSport – atau IeSPA – mendapat dukungan konkret dari pemerintah Indonesia. Continue reading Pemerintah Konfirmasi Dukungannya Pada Perkembangan eSport di Indonesia