Bukan Sembarang Power Bank, River Bank Terapkan Konsep Modular untuk Mengakomodasi Banyak Perangkat

Zaman sudah berubah. Produsen power bank tak lagi adu besar kapasitas saja, tapi juga mulai memprioritaskan soal fitur dan keunikan. Lihat saja perangkat bernama River Bank buatan EcoFlow berikut ini. Ia merupakan power bank unik yang mengedepankan konsep modular.

Modul utamanya mengemas kapasitas sebesar 25.600 mAh dalam bobot kurang dari 1 kg. Dimensinya pun tergolong ringkas, dan EcoFlow memastikan perangkat ini boleh dibawa ke dalam pesawat terbang – meski tentunya ini semua bergantung pada regulasi setempat.

EcoFlow River Bank

River Bank bisa mengisi lima perangkat sekaligus secara bersamaan. Dua via USB, dua lagi via USB-C, dan satu yang terakhir via wireless charging dengan diletakkan di permukaan atasnya. Namun ketika daya sebesar itu masih dirasa kurang, pengguna dapat menancapkan modul ekstra di bawah modul utamanya.

Modul tambahannya sejauh ini ada dua. Yang pertama adalah modul listrik AC, dengan kapasitas yang sama persis dan tentu saja yang menjadi unggulan, colokan listrik standar untuk laptop, drone dan masih banyak lagi (plus satu lagi port USB-C). Digabungkan, kedua modul ini menawarkan kapasitas sebesar 188 Wh jika dikonversi, selisih sedikit saja dari Anker PowerHouse 200.

EcoFlow River Bank

Modul yang kedua adalah yang khusus dirancang untuk menjadi jumper aki mobil yang ngadat. Kapasitasnya cuma 4.000 mAh, akan tetapi EcoFlow mengklaim modul ini bisa dijadikan jumper sampai 10 kali dalam satu kali pengisian. Sebagai catatan, tiap-tiap modulnya ini bisa digunakan secara mandiri, alias tidak harus tersambung ke modul utamanya.

Di Indiegogo, River Bank dihargai $199, khusus modul utamanya saja. Untuk bundel kompletnya, EcoFlow mematok harga $390. Sayangnya, sejauh ini EcoFlow baru menawarkannya di beberapa negara saja, dan Indonesia belum termasuk. Mereka berencana mengekspansi pasarnya lebih luas tahun depan, dan semoga saja negara kita merupakan salah satu targetnya.

Sumber: TechCrunch.

TicPods Free Coba Benahi Kekurangan EarPods dalam Hal Ergonomi dan Pengoperasian

Meniru karya seseorang itu memang terkesan buruk, tapi saya kira semua bisa memaklumi seandainya sang peniru bisa memperbaiki kekurangan garapan yang ditiru. Kira-kira demikian kesan yang muncul di benak saya saat mendengar mengenai true wireless earphone besutan Mobvoi yang bernama TicPods Free berikut ini.

Kalau Anda merasa tidak asing dengan nama Mobvoi, itu karena Anda pernah membaca mengenai smartwatch TicWatch. Sejak generasi pertamanya, TicWatch menawarkan pengoperasian berbasis gesture yang inovatif, dan filosofi ini masih terus dipertahankan dalam proses pengembangan TicPods.

TicPods Free

Desainnya memang banyak meniru Apple EarPods, akan tetapi saya bisa memakluminya karena Mobvoi telah membubuhkan fungsionalitas ekstra pada sejenis tangkainya yang memanjang itu. Tangkainya tersebut merupakan panel sentuh yang dapat membaca sejumlah gesture guna mengoperasikan perangkat.

Mulai dari yang sederhana seperti double tap untuk menerima dan mengakhiri panggilan telepon, sampai yang kompleks seperti mengusap ke atas atau bawah untuk menyesuaikan volume, tidak semua gesture ini bisa Anda dapatkan pada EarPods. Lebih lanjut, gesture sentuh dan tahan dapat dipakai untuk memanggil asisten virtual, baik Siri, Alexa maupun Google Assistant.

TicPods Free

Kekurangan lain EarPods yang coba dibenahi TicPods ada di bagian eartip. Di sini TicPods memakai eartip silikon yang bisa dilepas dan diganti dengan ukuran lain. Hasilnya, selain lebih tidak gampang terlepas, TicPods juga bisa mengisolasi suara dari luar dengan lebih baik.

TicPods mengandalkan konektivitas Bluetooth 4.2 dan telah mendukung fitur instant pairing, meski Mobvoi tidak menjelaskan prosedurnya seinstan apa. Fitur menarik lain, musik akan otomatis dihentikan ketika TicPods Anda lepas dari telinga, dan kembali diputar ketika Anda mengenakannya kembali.

TicPods Free

Secara keseluruhan, TicPods tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5. Baterainya bisa bertahan selama 4 jam pemakaian, lalu charging case-nya bisa memberikan hingga 14 jam daya tahan ekstra. Proses charging-nya pun diklaim cepat; pengisian selama 15 menit bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 85 menit.

Saat ini Mobvoi tengah menawarkan TicPods Free lewat Indiegogo seharga $79. Harga retail-nya diperkirakan berkisar $129 saat kampanye crowdfunding-nya sudah selesai nanti. Warna yang tersedia ada tiga: putih, biru dan merah.

Audeze Luncurkan Mobius, Gaming Headset dengan Teknologi 3D Audio Berbasis Head-Tracking

Populer di kalangan audiophile, produsen headphone asal AS, Audeze, kini mulai mencoba peruntungannya di dunia gaming. Mereka baru saja memperkenalkan sebuah gaming headset yang cukup menarik bernama Mobius.

Mobius bukan sembarang gaming headset. Pertama, ia mengusung teknologi planar magnetic yang sudah menjadi ciri khas Audeze selama ini. Meski mungkin kualitas suaranya tidak sebagus headphone lain Audeze yang berharga ribuan dolar, setidaknya ini pertama kali kita menjumpai teknologi ini di kategori gaming headset.

Audeze Mobius

Yang kedua dan yang lebih penting adalah teknologi yang Audeze sebut dengan istilah “3D sound localization“. Fitur ini bisa dibilang sebagai versi lebih canggih dari teknologi surround yang selama ini diterapkan pada gaming headset.

Menggunakan Mobius, suara bakal terkesan keluar dari speaker yang ditempatkan di beberapa titik, macam sedang berada di bioskop. Jadi meskipun posisi Anda berubah (menjauh dari titik asal suara), suaranya masih akan terdengar dari titik yang sama, hanya saja jadi kedengaran lebih jauh.

Rahasianya terletak pada kemampuan headset untuk membaca pergerakan kepala pengguna (head-tracking) sekaligus memetakan dimensi ruangan. Hasilnya, soundstage jadi terasa begitu luas, dan yang lebih penting, gamer bisa mendengar asal suara secara presisi – sangat berguna di gamegame kompetitif macam CS:GO atau Overwatch.

Audeze Mobius

Keistimewaan lain Mobius adalah perihal konektivitas. Pengguna tinggal memilih hendak menyambungkan headset via colokan 3,5 mm standar, USB-A atau USB-C. Lebih lanjut, Mobius juga bisa disambungkan via Bluetooth, dengan estimasi daya tahan baterai di atas 10 jam.

Bagi yang tertarik, Audeze Mobius saat ini tengah dipasarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo, dengan harga paling murah $259, belum termasuk biaya pengiriman internasional sebesar $40. Harga retail-nya diperkirakan berkisar $399.

Sumber: The Verge.

Loomo Adalah Segway Sekaligus Robot Pendamping Sejati

Nama Segway sudah bisa disinonimkan dengan skuter self-balancing. Selain dipoles kemampuan berkendaranya dan ditingkatkan efisiensi energinya, apa yang bisa dilakukan untuk semakin menyempurnakannya? Berhubung kita membicarakannya di tahun 2018, kita tak boleh terkejut kalau jawabannya tidak jauh-jauh dari topik artificial intelligence (AI).

Perkenalkan Loomo. Ia merupakan produk terbaru Segway Robotics yang, selain dirancang sebagai alat transportasi pribadi, juga merupakan sebuah robot pendamping sejati. Tidak kurang teknologi canggih yang Segway sematkan pada Loomo, tapi perkenankan saya membahas beberapa yang esensial.

Segway Loomo

Sebagai robot, Loomo bisa bergerak dengan sendirinya, mengikuti ke mana pun pemiliknya pergi selagi menghindari rintangan yang ada di rutenya. Untuk itu, Loomo perlu ‘indera penglihatan’ (computer vision), dan ini diwujudkan lewat teknologi kamera 3D Intel RealSense yang ditanamkan pada ‘wajah’ Loomo.

Kamera berkemampuan depth sensing itu dibantu oleh sepasang sensor infra-merah untuk mengukur jarak, plus sebuah sensor ultrasonik. Juga tidak ketinggalan adalah kamera full-HD dengan sudut pandang seluas 104 derajat, yang duduk di atas gimbal 3-axis dan bisa dimanfaatkan pengguna untuk memantau apa saja yang Loomo lihat dari aplikasi smartphone.

Segway Loomo

Interaksi dengan Loomo bisa dilakukan via gesture atau perintah suara berkat integrasi lima mikrofon berteknologi beam-forming. Loomo bahkan bisa merespon dengan suaranya sendiri. Segway memastikan bahwa Loomo memiliki karakter yang menyenangkan sekaligus ekspresif.

Loomo ditenagai oleh sistem operasi berbasis Android 5.1, tapi yang lebih menarik, pengguna bisa menambah fungsionalitasnya secara manual melalui interface drag-and-drop yang sederhana. Semua proses komputasinya dipercayakan pada prosesor quad-core Intel Atom Z8750.

Segway Loomo

Sebagai alat transportasi, Loomo murni ditenagai oleh energi listrik. Baterai berkapasitas 329 Wh-nya diyakini bisa membawa Loomo hingga menempuh jarak sekitar 35 km, sedangkan charging-nya cuma membutuhkan waktu 3 jam.

Kecepatan maksimumnya mencapai angka 18 km/jam, atau 8 km/jam dalam mode robot yang bergerak sendiri. Rangka dasarnya terbuat dari bahan magnesium yang kokoh, dengan bobot total 19 kg. Melintasi genangan air bukan masalah buat Loomo sebab bodinya tahan air dengan sertifikasi IPX4, dan sepasang roda besarnya (11 inci) siap dihadapkan dengan berbagai jenis permukaan.

Segway Loomo

Saat ini Loomo sedang dipasarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo, akan tetapi Segway sebenarnya sudah siap untuk memproduksinya secara massal. Harganya tidak murah: $1.299, dan sayangnya ia baru tersedia di beberapa negara di benua Amerika dan Eropa saja.

Rocketbook Everlast Mini Adalah Buku Catatan yang Tidak Pernah Habis

Di tahun 2015, sebuah startup bernama Rocketbook Labs buku catatan yang bisa dipakai berulang-ulang tanpa harus membeli selembar kertas baru. Asalkan Anda menulis atau menggambar menggunakan pulpen Pilot Frixion di atasnya, semua bisa dihapus dengan hanya memasukkan buku ke dalam microwave.

Namun tidak semua orang mempunyai microwave. Maka dari itu, penawaran terbaru Rocketbook ini bakal terdengar lebih menarik. Namanya Everlast Mini, dan ia juga merupakan sebuah buku catatan yang tidak akan pernah habis. Untuk menghapus isinya, yang Anda butuhkan hanyalah beberapa tetes air.

Rahasianya terletak pada penggunaan kertas sintetis berbahan polyester komposit. Itulah mengapa kertasnya tidak akan sobek ketika Anda gosok menggunakan tisu basah. Satu hal yang perlu dicatat, pulpen yang dipakai tidak boleh sembarangan, melainkan sekali lagi yang berasal dari lini Pilot Frixion.

Rocketbook Everlast Mini

Kombinasi Everlast Mini dan Pilot Frixion ini memberikan sensasi seperti menggunakan buku catatan dan pulpen biasa. Coretan-coretan Anda tidak akan hilang begitu saja ketika digosok menggunakan jari atau tisu kering, namun akan hilang tanpa bekas ketika dibasahi sedikit.

Sebagai pemanis, di setiap lembar kertas Everlast Mini terdapat QR code kecil di pojok. Simbol unik ini berfungsi untuk membantu aplikasi pendampingnya memindai hasil coretan-coretan Anda secara rapi, lalu mengunggahnya ke layanan favorit, macam Dropbox atau Evernote. Catat, pindai, lalu hapus, demikian skenario penggunaan praktis Everlast Mini.

Rocketbook Everlast Mini

Produk ini pada dasarnya merupakan versi kecil dari buku catatan bernama Everlast yang Rocketbook luncurkan tahun lalu. Everlast terbukti sukses dengan mendulang pendanaan lebih dari $2,7 juta, dan sekarang Everlast Mini juga kembali diperkenalkan melalui platform crowdfunding tersebut.

Bagi yang tertarik, Rocketbook Everlast Mini sudah bisa dipesan di Indiegogo seharga $16, sudah termasuk satu pulpen Pilot Frixion warna hitam.

Sumber: VentureBeat.

Berdesain Elegan, Sepeda Elektrik Kvaern Datang Bersama Charger Panel Surya

Selain untuk menghindari kemacetan dan menjaga kebugaran tubuh, sepeda sebagai moda transportasi juga merupakan solusi alternatif untuk ‘menghijaukan’ bumi. Sepeda elektrik pun sudah semestinya tetap mengutamakan ketiga aspek ini selagi memberikan kemudahan ekstra bagi penggunanya.

Kvaern adalah salah satunya. Sepeda elektrik buatan startup asal Denmark ini datang bersama sebuah battery pack dan panel surya opsional, sehingga suplai energinya bisa didapat murni dari matahari. Sayangnya sejauh ini belum ada informasi terkait seberapa cepat proses charging-nya jika menggunakan panel surya.

Baterai milik Kvaern sendiri tersembunyi dengan rapi di bagian kerangka sepeda yang terbuat dari aluminium, dan bisa dicabut kapan saja untuk ditancapkan langsung ke colokan listrik di saat darurat. Dalam satu kali charge, baterainya bisa bertahan sampai sepeda menempuh jarak sekitar 50 kilometer.

Kvaern

Baterai ini menyuplai energi ke motor berdaya 250 W yang terintegrasi. Perlu diingat, pengguna masih harus tetap mengayuh pedal, sebab motor elektrik tersebut hanya bertugas memberi dorongan ekstra. Kendati demikian, pengembangnya percaya bahwa kecepatan 25 km/jam bisa dicapai dalam waktu 4,5 detik saja.

Pada bagian setangnya, terdapat sebuah layar kecil untuk menampilkan indikator kecepatan, sisa baterai dan jarak tempuh. Rencananya, Kvaern bakal dipasarkan melalui platform crowdfunding Indiegogo dalam waktu dekat. Harganya dipatok 999 euro, sedangkan charger panel suryanya akan dijual terpisah seharga 449 euro.

Sumber: The Verge.

PowerUp Dart Adalah Pesawat Kertas R/C yang Bisa Bermanuver Layaknya Jet Tempur

Menjelang akhir tahun 2013, sebuah gadget unik bernama PowerUp 3.0 sempat mengguncangkan platform crowdfunding Kickstarter dengan membukukan total pendanaan lebih dari $1,2 juta. Dua tahun setelahnya, drone kertas yang sama di-upgrade dengan sebuah kamera dan kemampuan live streaming.

Untuk tahun ini, kreatornya sudah siap dengan produk yang tak kalah menarik. Dinamai PowerUp Dart, wujudnya sepintas tampak mirip seperti generasi sebelumnya, akan tetapi untuk pertama kalinya, pesawat kertas R/C (remote control) ini siap bermanuver secara akrobatik layaknya jet tempur.

PowerUp Dart

Premis dasarnya masih sama: buat pesawat mainan dari kertas, lalu pasangkan modul PowerUp, dan pesawat pun siap diterbangkan serta dikendalikan dengan smartphone. Yang berbeda adalah sederet trik yang bisa Dart eksekusi, macam barrel roll, loop dan masih banyak lagi.

Bukan cuma itu, Dart turut dilengkapi sepasang roda, sehingga ia bisa mendarat ataupun lepas landas layaknya pesawat asli. Untuk mengendalikannya, lagi-lagi pengguna hanya butuh smartphone, dan Dart bakal bergerak mengikuti pergerakan smartphone, kira-kira seperti ketika kita sedang bermain game balapan macam seri Asphalt.

PowerUp Dart

Modul Dart lebih ringkas ketimbang model-model sebelumnya, dengan bobot hanya 11,5 gram berkat penggunaan material macam serat karbon. Kendati demikian, pesawat kertas yang dipasanginya bisa melesat hingga secepat 40 km/jam. Waktu mengudaranya sekitar 10 menit, dan setelahnya modul bisa di-charge via micro USB selama 25 menit.

Untuk memasarkannya, kreatornya kembali mengandalkan metode crowdfunding, kali ini bersama Indiegogo dan kali ini dengan total pendanaan di atas $1,8 juta. Konsumen yang tertarik bisa memesannya seharga $37 + tarif pengiriman internasional $8. Harga retail-nya diestimasikan berkisar $59.

Crazybaby Air Nano Ramaikan Pasar Truly Wireless Earphone Tanpa Fitur yang Muluk-Muluk

Menjamurnya truly wireless earphone tidak akan bisa terelakkan, apalagi ketika satu per satu pabrikan smartphone mulai melupakan eksistensi headphone jack. Dari sekian banyak truly wireless earphone, kita setidaknya bisa memformulasikan empat faktor terpenting: desain ringkas dan ergonomis, kualitas suara apik, koneksi stabil dan baterai yang tahan lama.

Tentunya tidak banyak yang bisa memenuhi semuanya, dan memang hampir mustahil bagi kita untuk mendapatkan truly wireless earphone yang benar-benar sempurna. Kendati demikian, perangkat bernama Air Nano dari startup Crazybaby berikut ini bisa menyuguhkan keempat faktor tersebut dengan baik.

Sepintas desainnya terkesan seakan kurang inspirasi, hanya berwujud seperti kapsul yang dipotong menjadi dua, lalu ujungnya dipasangi silikon yang dimiringkan sedikit posisinya agar bisa menancap dengan mantap di telinga. Bahkan charging case-nya pun juga menyerupai kapsul.

Konstruksinya memang hanya mengandalkan material plastik, tapi setidaknya secara keseluruhan perangkat tahan terhadap cipratan air. Total ada empat pasang eartip dalam ukuran yang berbeda untuk mengakomodasi telinga banyak konsumen sekaligus, plus sebuah wingtip buat yang berencana memakainya selagi berolahraga.

Crazybaby Air Nano

Soal kualitas suara, Crazybaby memercayakan diafragma dari bahan carbon nanotube pada unit driver berdiameter 5,5 mm milik Air Nano demi menyajikan reproduksi suara yang jernih dan optimal. Sepasang mikrofon dengan teknologi isolasi suara turut disematkan agar yang jernih bukan hanya suara yang masuk saja, tapi juga yang keluar ketika pengguna melakukan panggilan telepon.

Beralih ke koneksi, Air Nano tergolong spesies yang cukup langka yang sudah menggunakan chip Bluetooth 5.0. Bluetooth 5.0 secara teori tidak hanya mampu meningkatkan kualitas suara berkat kapasitas transmisi datanya yang lebih besar, tapi juga lebih irit perihal konsumsi energi.

Pada kenyataannya, Crazybaby mengklaim daya tahan baterai Air Nano bisa mencapai angka 12 jam nonstop dengan dipadukan charging case-nya. Fitur fast charging turut didukung; letakkan Air Nano di dalam case-nya selama lima menit saja, maka pengguna diyakini bisa memakainya selama 1,5 jam ke depan. Case-nya sendiri bisa di-charge menggunakan kabel USB-C.

Crazybaby Air Nano

Di atas kertas, Crazybaby Air Nano terdengar cukup mengesankan dan mampu memenuhi keempat aspek esensial yang kita tetap di awal. Itulah mengapa tidak mengherankan kalau kampanye penggalangan dananya di Indiegogo berhasil menembus angka $1 juta.

Ke depannya, Crazybaby berniat memasarkan Air Nano paling cepat mulai bulan Januari seharga $129. Sebagai pemanis, konsumen bisa memilih satu dari sepuluh warna yang tersedia.

CamFi Pro Janjikan Kecepatan Transfer Foto Tiga Kali Lebih Cepat dari Wi-Fi Bawaan Kamera

Hampir semua kamera mirrorless maupun DSLR terkini mengemas konektivitas Wi-Fi untuk memudahkan pengguna memindah foto yang diambil tanpa perlu melepas memory card-nya sama sekali. Pada prakteknya, fitur ini terbukti amat praktis, akan tetapi masalahnya sejauh ini adalah kecepatan transfernya masih terbilang lambat.

Pabrikan asal Tiongkok, CamFi, percaya bahwa mereka punya solusi yang cukup efektif dalam wujud sebuah wireless adapter eksternal. Dijuluki CamFi Pro, perangkat ini menyambung ke kamera via sambungan USB, serta bisa didudukkan di atas hot shoe agar tidak mengganggu sesi pemotretan.

CamFi Pro

Keunggulan utama CamFi Pro terletak pada penggunaan Wi-Fi AC yang beroperasi di frekuensi 5,8 GHz. Hasilnya adalah peningkatan kecepatan transfer data dari kamera ke perangkat seperti smartphone atau laptop yang cukup pesat: mencapai angka 10 Mbps, atau sekitar dua sampai tiga kali lebih kencang dari Wi-Fi bawaan kamera pada umumnya.

Saking cepatnya, CamFi Pro juga bisa dimanfaatkan untuk melihat live stream video yang sedang direkam oleh kamera. Untuk memindahkan foto berformat RAW dengan ukuran sebesar 20 MB, CamFi Pro diklaim hanya butuh waktu dua sampai tiga detik saja. Ini jelas sangat menarik bagi fotografer profesional yang selama ini mengandalkan koneksi via kabel pada sesi pemotretan.

Tidak kalah menarik adalah opsi untuk mengirimkan foto dalam format RAW dan JPEG secara bersamaan. Kalau perlu, pengguna juga bisa memilih untuk mengirimkan foto RAW ke laptop, lalu menyimpan versi JPEG-nya di memory card milik kamera.

CamFi Pro

Fitur lain mencakup kontrol manual atas kamera, bracketing untuk menciptakan gambar HDR, focus stacking, video time lapse dan fitur untuk mengendalikan beberapa kamera sekaligus secara bersamaan. Lebih lanjut, CamFi Pro turut mengemas fitur Auto Print untuk mengirim gambar langsung ke printer yang mendukung konektivitas Wi-Fi.

Saat ini CamFi Pro sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $199, lebih murah $100 dari estimasi harga retail-nya. Perangkat ini kompatibel dengan banyak kamera dari Canon, Nikon maupun Sony.

Sumber: DPReview.

dbrand Grip Diklaim Sebagai Casing Smartphone yang Paling Kuat Mencengkeram Permukaan

Selain memberikan proteksi agar smartphone tidak langsung ‘terluka’ ketika terjatuh, casing yang baik juga harus memantapkan ponsel di dalam genggaman. Supaya apa? Supaya dari awal kejadian jatuh itu setidaknya bisa dicegah. Ini penting mengingat bertambah banyaknya smartphone yang memakai bahan kaca di depan dan belakangnya demi menyuguhkan wireless charging.

Salah satu produsen skin smartphone (sticker berbahan vinyl) terbesar asal Kanada, dbrand, paham betul akan hal ini. Usai menggeluti bisnisnya selama enam tahun terakhir, dbrand memutuskan untuk terjun ke bisnis casing melalui produk terbarunya, dbrand Grip.

Sumber gambar: Unbox Therapy (YouTube)
Sumber gambar: Unbox Therapy (YouTube)

Meski dbrand menyebutnya sebagai casing, Grip secara teknis lebih pantas masuk kategori bumper dikarenakan tidak ada sisi belakangnya. Namanya diambil dari kemampuannya ‘mencengkeram’ permukaan datar yang sangat kuat; begitu kuatnya sampai-sampai ponsel tidak akan terpeleset meski permukaannya Anda miringkan hampir 90 derajat.

Andaikata smartphone tetap jatuh, Anda tak perlu khawatir sebab Grip juga dirancang demikian tangguh. Rangka luarnya terbuat dari bahan serat karbon komposit, akan tetapi yang lebih penting justru tersembunyi di dalamnya, yakni material peredam benturan besutan D3O, sama seperti yang digunakan pada helm militer AS.

dbrand Grip

Material ini tersebar di hampir seluruh rangka dalam Grip, memastikan ponsel hanya akan berkontak fisik dengannya sekaligus meminimalkan risiko kerusakan secara signifikan. Material D30 yang sama ini juga merupakan rahasia di balik kemampuan mencengkeram Grip dan sensasi mantap ketika menggenggamnya.

Empat tonjolan di masing-masing ujung memastikan smartphone tetap aman dalam berbagai skenario jatuh. Anda juga tak perlu khawatir dengan sisi depan maupun belakang ponsel, termasuk lensa kameranya, sebab ada tonjolan tipis yang mengitarinya.

dbrand Grip

Tentu saja Grip juga bisa digunakan bersama skin buatan dbrand sendiri. Perangkat ini sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $34, sudah termasuk skin hitam matte. Total ada 21 ponsel yang kompatibel, mulai dari iPhone 6 sampai iPhone X, Galaxy S7 Edge sampai Note 8, Nexus 6P sampai Pixel 2 XL, dan OnePlus 3 sampai OnePlus 5.