Nativ Vita Ialah Pemutar Audio Hi-Res dengan Layar Sentuh Masif dan Desain Premium

Kalau sudah hobi, berapa pun biaya yang dibutuhkan pasti akan dipenuhi. Mungkin seperti itu jawaban yang dilontarkan komunitas audiophile ketika ditanya mengapa mereka rela mengucurkan dana yang besar hanya demi memanjakan kedua telinganya.

Kalau kita menikmati musik menggunakan headphone yang tersambung ke smartphone, komunitas audiophile lebih percaya dengan pemutar audio Hi-Res portable besutan Astell & Kern, Onkyo, Fiio yang harganya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan dolar.

Kalau di ranah portable pilihan pemutar audio Hi-Res cukup banyak, tidak demikian untuk kebutuhan rumahan. Celah inilah yang ingin diisi oleh startup asal Hong Kong bernama Nativ Sound. Lewat Indiegogo, mereka memperkenalkan sistem pemutar audio Hi-Res perdananya.

Nativ Vita
Nativ Vita juga akan menampilkan informasi merinci seputar dunia musik / Nativ Sound

Inovasi Nativ ini terpisah menjadi dua bagian. Yang pertama dan paling utama adalah Nativ Vita. Sebuah pemutar audio Hi-Res yang menyerupai sebuah tablet. Ia bahkan dilengkapi layar sentuh berukuran 11,6 inci yang bertindak sebagai pusat kontrol dari konten audio yang tengah dijalankan.

Vita dirancang secara spesifik untuk audio Hi-Res, dengan dukungan resolusi hingga 32-bit/384 kHz. Untuk itu, kapasitas penyimpanannya pun tidak tanggung-tanggung. Nativ menawarkan varian dengan kapasitas hingga 4 TB.

Namun kalau Anda lebih suka streaming, Nativ Vita pun siap meneruskan audio dari berbagai layanan macam Apple Music, Spotify dan masih banyak lagi. Buat penggemar video musik, Vita pun siap meneruskannya ke televisi via sambungan HDMI atau secara nirkabel.

Nativ Vita juga dapat digunakan untuk memutar video musik / Nativ Sound
Nativ Vita juga dapat digunakan untuk memutar video musik / Nativ Sound

Semua ini dikemas dalam wujud yang amat elegan. Strukturnya tersusun dari perpaduan material aluminium, kayu dan kaca, tidak kalah premium dari speakerspeaker kelas atas besutan Bang & Olufsen maupun Bowers & Wilkins. Vita sendiri siap meneruskan audio ke hampir semua jenis speaker dan headphone, baik melalui sambungan kabel atau nirkabel.

Yang tak kalah menarik adalah bagaimana Nativ merancang Vita dengan platform yang terbuka. Artinya, developer bebas menciptakan aplikasi untuknya. Hal ini berarti nantinya Vita juga bisa berperan sebagai pusat kontrol perangkat smart home selagi meneruskan audio Hi-Res ke sound system kepercayaan di kediaman Anda.

Nativ Wave
Nativ Wave ditenagai oleh sepasang DAC kelas high-end / Nativ Sound

Menemani Vita adalah Nativ Wave. Ia pada dasarnya merupakan perpaduan DAC (digital-to-analog converter) dan amplifier untuk digunakan bersama Vita maupun pemutar musik lainnya, seperti PC misalnya. Vita sendiri sebenarnya sudah mendukung audio Hi-Res, akan tetapi Wave akan membawanya ke tingkat yang lebih tinggi lagi buat mereka yang bertelinga istimewa.

Wave didesain dengan gaya yang senada seperti Vita, dan ia memang dimaksudkan sebagai pelengkap untuk Vita. Di dalamnya bernaung sepasang DAC 24-bit/192 kHz besutan Burr-Brown. Agar semuanya bisa berjalan maksimal, daya listrik akan disuplai oleh komponen opsional bernama Native Pulse.

Tentu saja Nativ Vita saja sudah lebih dari cukup untuk memanjakan telinga konsumen secara umum, tapi untuk audiophile kelas berat, Wave dan Pulse sepertinya juga akan masuk dalam pertimbangan.

Ketiganya saat ini sedang ditawarkan di Indiegogo. Selama masa early bird, Vita dibanderol $999, lalu Wave dan Pulse seharga $1.199.

Botol Minum Fontus Ciptakan Air dari Udara dan Cahaya

Sekitar 60 persen dari tubuh manusia dewasa merupakan air. Hidrasi adalah faktor penting yang membuat kita bisa beraktivitas dengan lancar sehari-harinya. Contoh ekstremnya, Anda bisa saja bermain game seharian tanpa makan, tapi jangan sekali-sekali mencobanya tanpa minum.

Beralih ke konteks lain, yaitu hiking, apa yang Anda lakukan ketika suplai air minum yang Anda bawa habis? Salah satu solusi yang paling umum adalah mencari sungai atau mata air. Namun sekarang ada solusi unik dalam wujud botol minum penghasil air bernama Fontus.

Menurut klaim pengembangnya, Fontus sanggup menciptakan air minum dari cahaya dan udara. Saya sendiri tidak berani menjamin keabsahannya, akan tetapi pengembangnya yang berbasis di Amerika Serikat berusaha menjelaskan cara kerjanya yang tidak melenceng dari ilmu sains yang kita kenal.

Fontus Airo

Bagian atas Fontus merupakan sebuah bilik kondensasi dimana udara akan masuk dan disaring, lalu dipekatkan hingga menjadi embun. Tetesan embun inilah yang nantinya akan mengisi tangki air di bawahnya secara perlahan, hingga akhirnya pengguna bisa menikmati air minum bersih sebanyak 800 ml.

Sebersih apa? Proses kondensasi itu sebenarnya sudah cukup untuk menghasilkan air yang layak minum, akan tetapi Fontus turut dilengkapi bilik lain di bagian bawah yang berisi kapsul-kapsul kecil. Kapsul ini nantinya akan larut di dalam air, memulai proses mineralisasi untuk membuat air yang lebih layak minum dari sebelumnya.

Pihak pengembang Fontus tidak lupa menegaskan bahwa produknya hanya bisa bekerja di kondisi alam yang memang bersih dari polusi, bukan untuk digunakan di tengah-tengah kota yang padat penduduk. Semakin lembab kondisi udara di sekitar hilir pegunungan atau hutan yang Anda jelajahi, semakin cepat pula proses pengisian air minumnya.

Fontus Ryde

Fontus mendapatkan suplai energi dari sebuah panel surya yang bisa dibentangkan di atas permukaan. Di saat darurat, energi listrik yang ditampung juga bisa dipakai untuk mengisi ulang baterai smartphone melalui sambungan USB.

Saat ini Fontus masih perlu menjalani tahap pengembangan dan pengujian lebih lanjut selagi kampanye penggalangan dananya berlangsung di Indiegogo. Ada dua varian yang ditawarkan: Fontus Airo sebagai standar, dan Fontus Ryde yang dirancang secara spesifik untuk digantungkan di rangka sepeda. Satu unitnya ditawarkan seharga $200 selama masa crowdfunding berlangsung.

Nex Band Ialah Activity Tracker Sekaligus Pusat Kontrol Berbagai Perangkat dan Layanan

Beberapa tahun yang lalu, perangkat wearable yang bisa memonitor jumlah langkah kaki sekaligus kalori yang terbakar mungkin terlihat sebagai inovasi yang begitu revolusioner. Namun di tahun 2016 ini, semua itu sudah menjadi mainstream. Maka dari itu, seandainya ada pabrikan baru yang ingin terjun ke bidang ini, mereka harus bisa muncul dengan ide baru untuk memikat perhatian konsumen.

Itulah yang coba dilakukan oleh perusahaan asal Kanada, Mighty Cast. Mereka baru saja memperkenalkan produk perdananya, yakni Nex Band, sebuah activity tracker berdesain modular yang dilengkapi kemampuan mengontrol berbagai perangkat atau layanan.

Secara default, Nex bertindak sebagai teman beraktivitas Anda. Namun kelebihan utama Nex terletak pada aspek kustomisasi yang begitu luas, memungkinkan pengguna untuk memprogramnya dengan mudah, dengan tujuan akhir menjadikannya sebagai pusat kontrol dari berbagai perangkat maupun layanan di era Internet of Things (IoT) ini.

Nex Band

Nex datang bersama lima blok modular yang disebut dengan istilah Mod. Masing-masing Mod ini punya fungsi yang berbeda-beda, tergantung bagaimana pengguna memprogramnya menggunakan aplikasi pendamping di smartphone, atau dengan memanfaatkan platform If This Then That (IFTTT) yang menyimpan banyak ‘resep’ fungsi perangkat pintar.

Jadi misalnya, satu blok bisa diprogram untuk mengontrol musik di Spotify. Kemudian blok kedua untuk menyala-matikan bohlam Philips Hue, blok ketiga untuk membuka pintu garasi, blok keempat untuk mengaktifkan shutter kamera ponsel dan seterusnya. Potensinya sangat luas, apalagi didukung oleh database yang dimiliki IFTTT.

Contoh lain dari penggunaan Nex adalah sebagai gaming controller untuk smartphone atau tablet. Kelima bloknya bisa diprogram sehingga pengguna dapat memakainya seperti sebuah gamepad yang dilengkapi lima tombol berbeda.

Nex Band

Masing-masing Mod ini disertai LED yang dapat bersinar dalam berbagai warna. Dipadukan semuanya, Nex dapat berpenjar dalam pola warna tertentu untuk mengindikasikan notifikasi yang berbeda, mulai dari pesan teks, panggilan telepon, email sampai reminder.

Mighty Cast juga melihat konsep modular Nex ini sebagai jaminan masa depan perangkat besutannya. Mereka sudah punya banyak rencana untuk memaksimalkan fungsionalitas Nex. Satu yang paling menarik adalah konsep Mod sebagai sensor, bisa berupa sensor laju jantung, sensor kualitas udara, thermometer, atau bahkan chip NFC untuk keperluan pembayaran elektronik.

Semua ini diserahkan ke komunitas kreatif sekaligus developer untuk menguliknya secara bebas, hingga akhirnya muncul dengan ide-ide jenius yang bisa diterapkan pada Nex Band. Kita sebagai konsumen hanya perlu menunggu kehadirannya, dan mengingat sistemnya modular, kita pun tak perlu membeli perangkat baru untuk mendapat fungsionalitas ekstra.

Nex Band

Fisik Nex Band sendiri jauh dari kata cantik, apalagi jika dibandingkan dengan tracker besutan Jawbone dan sejenisnya. Strap-nya terbuat dari bahan polycarbonate. Ia tahan air dan keringat, sedangkan baterainya bisa bertahan hingga tiga hari untuk satu kali charge.

Nex Band saat ini sudah menjalani tahap produksi, dan pemasaran akan segera dimulai setelah kampanyenya di Indiegogo berakhir. Konsumen yang tertarik bisa melakukan pre-order seharga $89. Ia ditawarkan dalam dua pilihan warna: hitam atau putih.

Via: Wareable.

Yecup 365 Siap Hangatkan atau Dinginkan Minuman Anda Kapan Saja dan di Mana Saja

Beberapa bulan yang lalu, kita sudah mendengar mengenai Ember Mug, sebuah tumbler unik yang dapat menghangatkan cairan di dalamnya pada suhu yang ditetapkan pengguna. Sayang Ember hanya dikhususkan untuk minuman panas seperti kopi atau teh saja, lalu bagaimana dengan minuman dingin yang menyegarkan?

Di sinilah penawaran sebuah startup bernama Yecup Technologies mengambil alih. Mereka memperkenalkan tumbler istimewa yang dapat menghangatkan atau mendinginkan minuman sesuai suhu yang ditentukan pengguna, Yecup 365 namanya.

Prinsip kerja Yecup tidak jauh berbeda ketimbang Ember, hanya saja ia juga bisa mendinginkan minuman hingga suhu 10 derajat Celsius, atau kira-kira sedingin minuman yang disimpan di dalam kulkas. Di saat yang sama, ia pun bisa menghangatkan kopi atau teh hingga suhu 70 derajat Celsius.

Yecup 365

Yecup mempunyai wujud silinder yang minimalis. Dimensinya terbilang ringkas, namun dapat menampung cairan hingga volume 354 ml atau 414 ml, tergantung varian yang dipilih (Basic atau Pro).

Struktur kerangkanya terbentuk dari bahan stainless steel berlapisan ganda. Di satu sisinya, tertanam indikator LED yang akan menyala biru atau merah untuk menandakan bahwa minuman sudah dingin atau panas sesuai permintaan dan siap ditenggak.

Pengoperasiannya mengandalkan tombol untuk berganti mode antara pendingin dan penghangat. Selain itu, pengguna juga bisa menyambungkan smartphone via Bluetooth, dan mengakses pengaturan suhu Yecup secara lebih presisi pada aplikasi pendampingnya. Saat suhu yang ditetapkan sudah tercapai, Anda akan menerima notifikasi.

Yecup 365

Yecup mengandalkan baterai berkapasitas 10.000 mAh, cukup untuk menghangatkan atau mendinginkan selama tiga sampai delapan jam. Uniknya, ia juga bisa berfungsi sebagai power bank dadakan untuk smartphone atau tablet. Yecup turut mengemas fitur wireless charging, namun kinerja pengisian ulangnya tentu tidak secepat menggunakan kabel.

Saat ini Yecup masih menjalani kampanye pengumpulan dana di Indiegogo. Di situ konsumen yang tertarik bisa memesan varian Premium seharga $150, sudah termasuk komponen wireless charger, atau $109 untuk varian Basic tanpa wireless charger.

Rompi Sepeda RoadwareZ Dilengkapi Lampu Sein Otomatis

Rompi sepeda yang kita kenal selama ini selalu dilengkapi warna-warna yang mencolok yang bisa menyala di kondisi gelap. Hal ini dimaksudkan untuk aspek keselamatan, dimana para pengguna jalan lainnya bisa mengetahui keberadaan sang pesepeda, dan kecelakaan pun bisa terhindari.

Namun sebuah startup bernama RoadwareZ sepertinya punya ide yang lebih menarik akan sebuah rompi sepeda, yakni dengan memadukannya bersama sebuah aplikasi smartphone dan fitur unik seperti lampu sein otomatis.

Yup, rompi sepeda rancangan RoadwareZ ini dibekali deretan LED di bagian dada dan punggung yang akan menyala layaknya lampu sein kendaraan bermotor. Hebatnya, LED ini bekerja secara otomatis, mengikuti rute navigasi yang telah ditetapkan di smartphone. Jadi saat pengguna hendak menikung, LED-nya akan menyala dengan sendirinya. Demikian pula saat pengguna memelan, dimana LED akan menyala merah sebagai indikatornya.

RoadwareZ

Lampu sein ini juga bisa diaktifkan secara manual menggunakan perintah suara. RoadwareZ telah melengkapi rompi buatannya dengan sebuah mikrofon, memungkinkan pengguna untuk memberi instruksi singkat seperti “left turn” atau “right turn“, dan lampu sein akan menyala sesuai dengan permintaan.

RoadwareZ akan ditawarkan dalam dua varian: Basic dan Pro. Versi Pro-nya mengemas fitur yang lebih lengkap seperti misalnya sepasang kamera pada bagian depan dan belakang rompi, bertujuan untuk mengabadikan perjalanan Anda tanpa harus menancapkan action cam di setang sepeda. Kedua varian sama-sama ditenagai baterai rechargeable.

RoadwareZ

Di saat yang sama, pihak RoadwareZ juga bakal menawarkan layanan darurat yang bisa ditebus dengan biaya berlangganan. Premisnya simpel: saat rompi mendeteksi pengguna terjatuh, aplikasi pendampingnya akan mengirim pesan secara otomatis ke orang pertama yang tercatat dalam daftar kontak darurat, lalu berlanjut ke orang kedua dan seterusnya jikalau belum ada yang merespon.

Rompi gowes pintar ini rencananya akan dipasarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo. Sayang belum ada informasi perkiraan banderol harganya.

Sumber: Digital Trends.

Thino Ialah Kabel Fast Charging Sekaligus Power Bank Mini

Mayoritas smartphone terkini sudah mendukung fitur fast charging, dimana proses pengisian ulang baterai bisa berlangsung lebih cepat daripada normalnya. Kendati demikian, di saat darurat dimana ponsel Anda harus di-charge menggunakan laptop, charging pun akan berlangsung secara normal, atau malah bisa lebih lambat dari biasanya.

Sebuah startup asal Jerman rupanya punya solusi atas problem semacam ini. Melalui Indiegogo, mereka memperkenalkan sebuah kabel fast charging yang bisa diandalkan setiap saat, sekaligus yang merangkap peran sebagai power bank mini di masa-masa kritis.

Thino

Bernama Thino, wujudnya sepintas menyerupai sebuah modem USB, dengan kabel di ujung belakang yang bisa disambungkan ke handset. Ujung depannya merupakan sebuah colokan USB bersifat reversible, yang artinya ia bisa ditancapkan dalam posisi apa saja.

Di bagian sisinya, terdapat sebuah tuas yang akan mengaktifkan ‘sihir’ milik Thino, yakni meningkatkan kecepatan charging hingga tiga kali lipat kecepatan normal. Semuanya dikemas dalam casing aluminium yang elegan sekaligus kokoh.

Penjelasan teknis dari cara kerja Thino sebenarnya sederhana. Di dalamnya terdapat sebuah micro-processing unit (MPU) yang bertugas untuk mendeteksi seberapa besar arus listrik yang bisa diterima oleh handset. Berbeda dengan kabel charger biasa dimana arus listriknya sudah fixed untuk semua perangkat, Thino akan menyesuaikan perangkat satu dan lainnya sehingga arus yang dihantarkan bisa maksimal.

Thino

Saat benar-benar tidak ada sumber listrik, baterai mini berkapasitas 480 mAh milik Thino bisa menjadi penyelamat dengan menambahkan daya sekitar 2 jam ekstra. Mekanisme penguncian kabelnya memungkinkan pengguna untuk menyimpan Thino layaknya sebuah gantungan kunci.

Saat ini Thino bisa dipesan melalui Indiegogo seharga $39, plus biaya pengiriman internasional sebesar $11. Ia hadir dalam dua varian: Lightning untuk perangkat iOS, dan micro USB untuk Android.

Tak Cuma Melindungi dan Memberi Daya Ekstra, Casing Ini Juga Hadirkan Layar Kedua untuk iPhone

Tahun lalu, sebuah startup asal California berhasil merealisasikan ide uniknya akan sebuah casing iPhone bernama popSLATE yang dilengkapi layar kedua, setelah sebelumnya menjalani kampanye di Indiegogo pada tahun 2013. Sekarang, startup yang sama sudah siap dengan suksesornya, yaitu popSLATE 2.

popSLATE 2 pada dasarnya masih mengemas layar kedua di bagian belakangnya. Jadi idenya adalah, pasangkan casing ini ke iPhone 6, 6S, 6 Plus dan 6S Plus, maka ia akan menyulapnya menjadi seperti smartphone unik YotaPhone. Layar milik popSLATE 2 ini memakai teknologi e-ink, sehingga tidak akan memboroskan baterai perangkat.

Berbeda dari pendahulunya, layar popSLATE 2 kini bisa menampilkan berbagai macam informasi, mulai dari kalender, boarding pass, ramalan cuaca, to-do dan shopping list, skor pertandingan olahraga, notifikasi media sosial, dan masih banyak lagi. Sederhananya, ia ingin menjadi pelengkap dari beragam aplikasi yang ter-install pada iPhone.

popSLATE 2

Bagi yang gemar membaca ebook, popSLATE 2 adalah teman yang pas untuk iPhone Anda. Pasalnya, layar e-ink miliknya sangat ideal dipakai untuk membaca tanpa membuat mata lelah. Dan lagi teknologi e-ink juga memungkinkannya untuk tetap terlihat terang meski berada di bawah terik matahari.

Untuk menavigasikan konten di layar popSLATE 2, pengguna bisa menggunakan tiga tombol kapasitif yang ada di bagian bawahnya. Tim pengembangnya telah menyiapkan aplikasi pendamping dimana pengguna dapat mengatur konten maupun informasi apa saja yang bakal ditampilkan di layar popSLATE 2.

popSLATE 2

Menarik juga untuk diperhatikan bahwa popSLATE 2 ini sebenarnya adalah sebuah battery case. Saat terpasang, ia bisa memberikan daya ekstra sebesar 9 jam waktu bicara atau 4 jam waktu browsing. Cukup lumayan, mengingat ia hanya menambah tebal iPhone sebesar 4 mm saja. Lebih lanjut, kalau Anda lebih sering mengakses informasi lewat layar popSLATE, tentunya baterai iPhone akan jadi lebih awet lagi.

Hal lain yang tak kalah menarik adalah, popSLATE 2 mengemas port Lightning, bukan micro USB seperti battery case lain pada umumnya. Hal ini berarti pengguna hanya memerlukan satu macam kabel saja untuk mengisi ulang baterai iPhone dan popSLATE secara bersamaan.

Sama seperti sebelumnya, popSLATE 2 kembali ditawarkan melalui Indiegogo. Harga yang ditawarkan selama masa kampanye adalah $69 per unit, belum termasuk biaya pengiriman internasional sebesar $20. Kalau Anda mendambakan YotaPhone tapi belum bisa move on dari iPhone, mungkin popSLATE 2 bisa jadi alternatif yang pas.

Sensor-1 Ibarat Satpam Pribadi untuk Segala Barang Kesayangan Anda

Dewasa ini, cukup mudah mencari perangkat Bluetooth tracker yang berfungsi membantu kita menemukan barang yang hilang. Namun bagaimana kalau misalnya dari awal kita tidak mau barang tersebut hilang? Kalau itu yang Anda cari, perangkat bernama Sensor-1 ini bisa menjadi solusi.

Sensor-1 ibarat satpam pribadi untuk semua barang yang miliki. Bentuknya segi enam pipih, dengan dimensi lebih kecil dari biskuit Oreo. Perangkat ini bisa Anda lekatkan ke berbagai objek, mulai dari tablet, laptop, sepeda sampai pintu garasi rumah sekalipun.

Tidak seperti Bluetooth tracker, Sensor-1 dapat mendeteksi pergerakan secara real-time, lalu memberikan peringatan setiap kali barang Anda berubah posisi. Bahkan pergerakan sekecil membuka layar laptop saja bisa ia deteksi, sehingga Anda tak perlu khawatir dengan rekan Anda yang jahil yang berusaha mengintip isi laptop tanpa sepengetahuan Anda.

Sensor-1

Di setiap Sensor-1 tertanam tiga macam sensor yang berbeda: accelerometer, gyroscope dan magnetometer, masing-masing sanggup membaca tiga poros yang berbeda. Bentuk peringatan yang bisa diberikan ada tiga: lampu LED yang dapat berpijar terang, sirene dengan volume yang keras, atau kombinasi keduanya.

Potensi penggunaan Sensor-1 pada dasarnya hampir tak terbatas. Di dalam rumah misalnya, Anda bisa menempelkannya pada pintu depan atau pintu garasi, lalu mengaktifkannya setiap malam. Kalau ada yang iseng membuka, sirenenya akan berbunyi dan Anda bisa segera mengambil tindakan.

Tentunya Anda bisa mengatur sensitivitas Sensor-1 melalui aplikasi pendampingnya. Dari aplikasi ini Anda juga bisa mengaktifkan opsi “Left-Behind Notification”, dimana sensor akan memberi peringatan setiap kali Anda lupa dan meninggalkan barang tanpa sengaja, misalnya di kafe atau tempat umum lainnya.

Ketika Anda sedang tidak di tempat saat Sensor-1 memberikan peringatan, ia akan menyimpan data tersebut supaya bisa Anda pantau kembali nantinya, baik lewat aplikasi di smartphone, smartwatch, atau melalui sebuah web app di browser komputer. Dengan demikian, Anda mungkin bisa lebih berhati-hati menyimpan barang tersebut supaya kejadian tersebut tak terulang lagi.

Sensor-1

Yang tak kalah menarik adalah, pihak pengembang Sensor-1 telah merancang produknya menggunakan API bersifat terbuka. Hal ini berarti Sensor-1 dapat berkomunikasi dengan berbagai perangkat IoT lainnya. Misalnya, saat ada yang berusaha membuka pintu garasi tadi, Sensor-1 dapat menginstruksikan kamera pengawas di dekatnya untuk mulai merekam, lalu memastikan agar perangkat smart lock yang ada di pintu rumah untuk mengunci diri seketika itu juga.

Tentunya hal ini masih memerlukan pengembangan lebih lanjut bersama developer dari hardware terkait. Namun kemampuan Sensor-1 mendeteksi pergerakan barang secara real-time saja sudah sangat pantas mendapat acungan jempol.

Untuk sekarang, Sensor-1 masih perlu menjalani sederet ujicoba sebelum akhirnya siap dipasarkan. Tim pengembangnya tengah membuka kampanye crowdfunding di Indiegogo, dimana ia bisa dipesan seharga $79 per unit, atau $199 per tiga unit.

Kamera Ini Hanya Sebesar Bola Biliar, Tapi Bisa Merekam Video 360 Derajat

Kamera 360 derajat tidak selamanya ditujukan buat kaum profesional. Perangkat semacam ini memang bertanggung jawab atas ekosistem konten virtual reality (VR), akan tetapi konsumen umum seperti kita pun juga berhak memberikan kontribusi.

Maka dari itulah produk seperti Ricoh Theta dan Kodak PixPro SP360 lahir ke dunia. Keduanya merupakan kamera 360 derajat yang diciptakan buat publik, memiliki wujud yang ringkas dan cara pengoperasian yang begitu mudah. Dua aspek ini adalah kunci saat kita berbicara soal produk kelas konsumen.

Sebuah startup asal Taiwan bernama Memora tampaknya juga tak ingin ketinggalan kesempatan dalam memulai tren kamera 360 derajat ini. Lewat situs crowdfunding Indiegogo, mereka memperkenalkan Luna 360 Camera. Apa istimewanya? Well, ia diklaim sebagai kamera 360 derajat terkecil sejagat.

luna-360-camera-02

Luna benar-benar memenuhi aspek yang pertama yaitu portabilitas. Ia berwujud bola dengan diameter 6 cm dan bobot 170 gram, tidak lebih besar dari bola biliar. Melihat bentuknya, saya teringat dengan Polaroid Cube. Hanya saja kalau Cube merupakan action cam berwujud kubus, Luna merupakan kamera 360 derajat berwujud bola.

Meski berfisik kecil, Luna sepertinya punya daya tahan yang cukup baik. Case-nya terbuat dari aluminium, dan ia siap Anda cemplungkan ke dalam air karena ia telah mengemas sertifikasi IP68. Sisi bawahnya merupakan magnet, sehingga ia bisa Anda tancapkan ke permukaan apapun yang berbahan logam – sekaligus pada dock-nya untuk keperluan charging dan transfer data.

Anda pun juga bisa memindah foto dan video melalui Wi-Fi. Pengguna juga dapat memanfaatkan smartphone atau tablet-nya (Android dan iOS) sebagai viewfinder dari Luna.

Jeroan Luna terdiri dari sepasang sensor 5 megapixel identik yang ditemani oleh lensa f/1.8, masing-masing dengan sudut pandang 190 derajat. Video yang ditangkap memiliki resolusi 1920 x 960 pixel, dan akan disimpan ke dalam storage berkapasitas 32 GB miliknya. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 40 menit penggunaan.

luna-360-camera-03

Terkait aspek kunci yang kedua, yaitu kemudahan pengoperasian, di sini Luna pun turut bersinar. Ia hanya memiliki satu tombol pada sisi atasnya. Tekan dan tahan tombol itu selama tiga detik untuk menyalakan kamera, tekan satu kali untuk mengambil foto 360 derajat, dan tekan dua kali untuk memulai perekaman video 360 derajat. Selama perekaman berlangsung, gyroscope milik Luna akan berusaha menstabilkan video semaksimal mungkin.

Untuk sekarang, Luna 360 Camera bisa dipesan lewat Indiegogo seharga $299. Pihak pengembangnya juga menawarkan paket aksesori yang bisa dibeli secara terpisah, yang mencakup monopod, gantungan kunci dan power dock.

NuDock Mini: Charger iPhone, iPad, MacBook dan Apple Watch Jadi Satu

Mempunyai banyak gadget itu menyenangkan. Akan tetapi yang menyebalkan adalah saat diminta untuk mengisi ulang baterainya menggunakan charger masing-masing. Kalau Anda merupakan salah satu penggemar produk Apple yang punya iPhone, iPad, MacBook dan Apple Watch, itu berarti Anda membutuhkan empat charger sekaligus untuk mengisi semuanya.

Untungnya, sebuah startup bernama MiTagg punya solusi yang cukup menarik. Mereka mengembangkan sebuah docking charger yang bisa mengisi baterai keempat perangkat tersebut sekaligus dan secara bersamaan.

Sepintas perangkat bernama NuDock Mini ini tampak seperti docking charger biasa. Di depan Anda akan menemukan konektor Lightning untuk ditancapi iPhone dalam posisi berdiri. Tapi di belakang, Anda juga bakal disambut oleh dua port ekstra untuk perangkat lain.

NuDock Mini

Kedua port ini adalah port USB standar bearus 2,4 A dan port USB-C. Jadi selain mengisi baterai iPhone, Anda juga bisa mengisi baterai iPad dan MacBook sekaligus – atau perangkat lain yang disertai kabel dengan konektor tersebut.

Lebih lanjut, sandaran iPhone yang berada di tengah NuDock Mini juga bisa ditancapi adaptor untuk Apple Watch. Adaptor ini bersifat magnetik, menggunakan standar yang sama seperti yang digunakan oleh Apple.

NuDock Mini

Namun rupanya trik yang diusung NuDock Mini belum berhenti sampai di situ. Bagian dasarnya yang membulat merupakan lampu LED yang bisa menyala dalam berbagai warna. Melalui aplikasi pendampingnya, pengguna bisa mengatur warna sekaligus tingkat kecerahannya.

Dari segi fisik sebenarnya NuDock Mini sudah cukup istimewa, memadukan material polycarbonate dan stainless steel dengan finish yang menawan. Lalu apakah perangkat ini hanya benar-benar ditujukan buat pengguna iPhone? Tidak. Pasalnya ia juga bakal hadir dalam varian Qi wireless charging untuk para pengguna smartphone Android.

Jadi seperti itulah, satu charger untuk empat perangkat sekaligus, dengan wujud dan layout yang elegan untuk ditempatkan di atas meja kerja. NuDock Mini saat ini bisa dipesan melalui Indiegogo seharga $99, sudah termasuk adaptor Apple Watch.