Wujudkan IaaS, Tokopedia Segera Bangun Gudang Berbasis Teknologi untuk UKM

Tokopedia mengungkapkan akan segera membangun gudang berbasis teknologi di seluruh Indonesia pasca menerima pendanaan senilai $1,1 miliar (16 triliun Rupiah). Tokopedia mencari mitra yang berkompetensi di bidang logistik untuk mewujudkan ambisinya sebagai penyedia IaaS sampai 10 tahun mendatang.

“9 tahun pertama kami membantu orang [merchant UKM] jadi perusahaan e-commerce. 10 tahun mendatang kami akan mengubah mereka jadi perusahaan teknologi, tidak lagi jadi perusahaan e-commerce. Kami akan banyak investasi di infrastruktur yang berbentuk nyata,” terang Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwidjaja di Indonesia Economic Day 2019, Kamis (31/1).

Gudang tersebut nantinya akan disewakan kepada para merchant UKM untuk mengembangkan bisnis mereka sesuai kapasitas masing-masing tanpa harus membuka gudang sendiri. Lokasi yang bakal disasar adalah tidak terlayani dengan cukup baik oleh merchant besar berdasarkan big data yang dikumpulkan Tokopedia. William tidak merinci lebih lanjut kapan wacana tersebut dapat segera direalisasikan.

“Tadinya kalau mau beli keripik pisang di Aceh harus nunggu sampai beberapa hari, sekarang bisa lebih cepat. Penjual keripik pisang pun seakan-akan bisa punya cabang di seluruh Indonesia,” William mencontohkan.

Menurutnya, ambisi Tokopedia sedari awal adalah mewujudkan pemerataan ekonomi secara digital maka targetnya tidak selesai hanya dengan menggiring penjual memanfaatkan platform e-commerce, tetapi juga memikirkan solusi yang bisa dimanfaatkan lewat teknologi.

William kembali mencontohkan, di Indonesia hingga kini tidak semua orang mau hijrah ke ranah online. Ada yang sehari-harinya sudah nyaman dengan bisnis offline-nya. Salah satunya dialami langsung oleh Paman William, seorang pengusaha toko kelontong di Pematang Siantar.

Pamannya itu mengaku sangat nyaman dengan bisnisnya offline-nya tersebut karena dia bisa berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Dia tidak bisa serta merta mengalihkan bisnisnya ke Tokopedia.

Bila dikorelasikan dengan ambisi Tokopedia saat ini, mengalihkan toko kelontong milik pamannya tersebut menjadi perusahaan teknologi. Maka pengalaman konsumen tentu akan jauh lebih baik.

Pasalnya, isu toko kelontong saat ini adalah hanya bisa berjualan sesuai dengan stok yang mereka punya. Kalau stok suatu produk sedang kosong, mau tak mau harus menunggu agen tersebut untuk mendatangi toko mereka dan membelinya.

Masalah lainnya, jumlah stok produk yang bisa mereka beli itu tergantung cash flow kendati secara fakta bisnis mereka tetap tumbuh. Untuk itu, di era teknologi sebenarnya credit profiling sudah bisa dilakukan seperti halnya penjual online yang sudah bisa menerima fasilitas modal usaha lewat rekam jejaknya.

“Isu ini bisa disolusikan dengan stock now, pay later atau stock on demand. Toko kelontong bisa restock barang dalam waktu singkat dan bisa berjualan lagi. Solusi ini sudah menjadikan mereka sebagai perusahaan teknologi, meski bisnisnya offline.”

Gambaran Tokopedia 10 tahun mendatang

William juga berfilosofi tentang gambaran Tokopedia pada 10 tahun mendatang. Dari tahun pertama hingga tahun ke sembilan, Tokopedia sedang dalam perjalanan menuju dasar gunung. Di tahun ke-10 akan mulai mendaki gunung selama 10 tahun kemudian sampai akhirnya sampai ke puncak.

Selama perjalanan tersebut, dia berharap semua bisnis di Indonesia sudah berbasis teknologi. Tidak lagi membedakan antara e-commerce dengan commerce. Huruf e dalam e-commerce semata-mata adalah kanal dan core drive yang membantu commerce agar lebih efisien namun skala bisnisnya dapat tumbuh berkali-kali lipat lebih cepat.

Saat ini Tokopedia memiliki sekitar 5 juta merchant UKM, sekitar 70% diantaranya adalah pebisnis baru yang belum memiliki pengalaman sama sekali. Sebanyak 90 juta kunjungan tiap bulannya terjadi di dalam aplikasi dan situs Tokopedia.

Tahun lalu bisnis Tokopedia tumbuh hampir 4 kali lipat secara tahunan. Bahkan William mengklaim pertumbuhan tersebut lebih cepat dibandingkan tahun 2017. Percepatan ini menurutnya dikarenakan dorongan bisnis merchant yang sudah bergabung di awal tahun pertama sampai ke delapan mengalami pertumbuhan yang eksponensial.

“Di tahun tersebut [2017] ada 4 juta penjual, sekarang ada 5 juta penjual. Itu artinya kami tumbuh bersama dengan orang lain dan hasilnya luar biasa,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Biznet Gio Hadirkan Platform Cloud untuk Pengembang Aplikasi “NEO Cloud”

Biznet Gio Nusantara meresmikan peluncuran NEO Cloud, platform komputasi awan berbasis open source di Indonesia. Platform ini menyasar pengembang aplikasi yang bekerja di segmen UKM, startup, hingga korporasi sebagai pengguna.

Sasaran pengguna ini cukup berbeda dengan pengguna Biznet Cloud selama ini yang berasal dari kalangan enterprise.

CEO Biznet Gio Dondy Bappedyanto menuturkan perusahaan meluncurkan platform komputasi awan baru karena banyak persepsi di pasar yang menganggap pemain cloud lokal masih tradisional dan layanannya hanya sekadar server saja. Lalu mereka dianggap tidak fleksibel dan hanya menyediakan metode penagihan per bulan.

Masyarakat juga menganggap pemain cloud lokal tidak bisa diandalkan, terlihat dari pemrosesannya yang lama dan rentan terkena gangguan. Isu terakhir adalah tidak terbuka karena hanya bisa diakses dan diatur dalam satu portal.

“Kita mau buat era baru, NEO Cloud itu kita buat secure by default. Kita tidak berikan akses password untuk masuk ke mesin, melainkan username dan sertifikat kunci. Jadi mesin tidak bisa diakses oleh siapapun yang tidak punya kunci,” terangnya, Rabu (1/11).

NEO Cloud dibangun dengan mengadopsi teknologi open source dari OpenStack dan diklaim sebagai layanan pertama yang menawarkan Multiple Availability Zone dan Multiple Region.

Multiple Regions NEO Cloud dibangun di dua pusat data yang dimiliki Biznet Data Center yang berlokasi di Technovillage (Cimanggis) dan Midplaza (Jakarta). Masing-masing region terdapat tiga Availabilty Zone. Jika terjadi kerusakan dalam salah satu Availability Zone, maka file akan langsung dialihkan ke Availability Zone lainnya.

Fitur dan layanan yang dihadirkan NEO Cloud di antaranya Virtual Compute, Flex Storage, Networks, dan Domain. Virtual Compute adalah layanan utama NEO Cloud, yang merupakan Infrastructure-as-a-Service (IaaS) memberikan kemudahan untuk mengatur kebutuhan skala komputasinya, mulai dari 1-32 core vCPU dengan RAM hingga 64 GB.

Sementara, Flex Storage diperuntukkan untuk penyimpanan dana, mencakup layanan Block Storage dan Object Storage. Block Storage terdiri dari Standard Performance yang memberikan performa kecepatan hingga 10 ribu IOPS dan High Performance dengan kecepatan dari 30 ribu IOPS sampai 10 ribu IOPS.

Untuk Object Storage, NEO Cloud menjamin kompatibilitas dengan standar industri S3 dari Amazon Web Service.

Adapun desain UI/UX dari layanan dibuat ringkas dan nyaman, memudahkan pengguna merancang, menjelajah, dan membangun berbagai topologi infrastruktur dalam waktu singkat.

“Kami ingin membawa nuansa baru bagi industri komputasi awan di Indonesia. Selama ini penyedia layanan komputasi awan lokal kerap dipandang sebelah mata karena fitur yang ditawarkan dianggap masih kalah dengan pemain dari luar negeri.”

Selain diklaim sebagai layanan yang ramah untuk para pengembang aplikasi, NEO Cloud juga dianggap ramah untuk industri fintech. Pasalnya, data center Biznet telah mengantongi sertifikasi standar keamanan informasi Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS).

Industri keuangan di Indonesia cukup ketat. Untuk data center-nya tidak boleh sembarangan, karena harus berlokasi di dalam negeri dan mengantongi sertifikat tersebut.

“Dia [NEO Cloud] itu developer friendly dan fintech friendly. Sebagian besar pemain data center di Indonesia itu tidak developer friendly karena banyak aspek yang kosong. PCI DSS itu agak sulit untuk diperoleh pemain startup fintech, lantaran perlu waktu satu tahun untuk mengurus. Kalau sudah ada yang pegang PCI DSS akan sangat membantu developer fintech,” terang CEO JAS Kapital Indonesia Izak Jenie.

NEO Cloud telah meluncur dalam bentuk beta sejak 1 Oktober 2017 dan telah diuji coba ke lebih dari 1000 pengembang aplikasi. Rencananya, layanan ini akan resmi meluncur secara komersil pada 10 November 2017 mendatang.

Penyedia Cloud Computing Asal Australia Zettagrid Hadir di Indonesia, Sasar Startup Hingga Korporasi

Zettagrid, penyedia layanan cloud computing berbasis IaaS asal Australia, mengumumkan ekspansinya di Indonesia dengan menempatkan Jakarta sebagai lokasi layanan resmi dan data center. Ekspansi ini menjadi langkah awal perusahaan dalam menyediakan layanan publik cloud computing ke seluruh wilayah regional Asia Pasifik.

“Keputusan untuk melakukan ekspansi layanan IaaS ke Indonesia adalah bagian dari langkah strategis global Zettagrid. [..] Ekspansi ke Asia Tenggara merupakan milestone penting selanjutnya bagi kami,” ucap CEO Zetta Group Nathan Harman dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Dia melanjutkan, di antara penyedia layanan IaaS cloud computing Australia lainnya, Zettagrid diklaim memiliki fondasi bisnis yang kuat dari sisi aspek inovasi dan otomatisasi layanan. Berbagai sertifikasi yang diperoleh dari ISO9001 2008, PCI DSS, dan lainnya membuat Zettagrid dipercaya mengelola ribuan virtual machine dengan ratusan channel partner.

Alasan Zettagrid memilih Indonesia, diungkapkan secara terpisah kepada DailySocial oleh Country Manager Zettagrid Indonesia Reza Kertadjaja, lantaran pasar cloud computing masih sangat besar dan terbuka lebar. Hampir semua perusahaan baik startup, small medium business (SMB), maupun korporat sudah mengetahui keunggulan dari layanan cloud computing.

Tantangan yang masih muncul adalah bagaimana perusahaan dapat memberikan suatu solusi layanan cloud yang canggih, dapat diandalkan, simpel, mudah dikelola, dan aman sesuai kebutuhan pelanggan.

“Dengan menempatkan data center dan tim teknis dari Jakarta akan memberikan kemudahan bagi channel partner kami untuk memberikan solusi cloud computing yang terbaik kepada seluruh calon pelanggannya di Indonesia,” terang Reza.

Dalam rangka meningkatkan eksistensinya di Indonesia, Zettagrid akan bekerja sama dengan channel partner lokal untuk merancang, membangun, serta mengelola platform infrastruktur cloud computing yang kompleks jadi lebih sederhana untuk memenuhi berbagai kebutuhan IT. Reza mengaku pihaknya menyasar perusahaan dari startup, SMB, hingga korporat di seluruh Indonesia.

Program channel partner Zettagrid menyasar pada penyedia layanan Managed Service IT, System Integrator, Independent Software Vendor, dan Value Added Reseller. Adapun layanan IaaS yang dihadirkan perusahaan meliputi Virtual Server, Virtual Data Center (VDC), Backup, dan Disaster Recovery. Seluruh layanan tersebut dapat dinikmati tanpa harus melalui sistem berlangganan tanpa komitmen atau kontrak, berlaku untuk partner dan pelanggan.

Odin: Cloud Market for SMEs in Indonesia Reached Rp 15 Trillion This Year

Enterprise tech company Odin released its SMB Cloud Insights 2015 report for Indonesia. According to the report, the cloud market for SMEs in Indonesia is predicted to reach $1,2 billion (Rp 15 trillion) this year, with the Infrastructure-as-a-Service (IaaS) covers the most part. Continue reading Odin: Cloud Market for SMEs in Indonesia Reached Rp 15 Trillion This Year

Odin: Pasar Cloud UKM Indonesia Tahun Ini Capai 15 Triliun Rupiah

IaaS jadi primadona UKM di Indonesia / Shutterstock

Perusahaan teknologi enterprise Odin merilis laporan SMB Cloud Insights 2015 untuk Indonesia. Menurut laporan tersebut, pasar cloud untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) tahun ini diperkirakan mencapai $1,2 miliar (Rp 15 triliun) dengan persentase terbesar disumbangkan oleh Infrastructure-as-a-Service (IaaS).

Continue reading Odin: Pasar Cloud UKM Indonesia Tahun Ini Capai 15 Triliun Rupiah

Biznet and IIJ Established Biznet GioCloud

After the agreement between Biznet and Internet Initiative Japan (IIJ) on the soon-to-be established joint venture was signed last September 2014, both parties finally inaugurated PT Biznet Gio Nusantara, the initiated joint venture, couple of days ago. As being agreed upon, PT Biznet Nusantara or Biznet GioCloud will focus on promoting the use of IIJ’s cloud service, both private and public cloud, as well as establishing a new internet service infrastructure for corporates in Indonesia. Continue reading Biznet and IIJ Established Biznet GioCloud