Berharap Banyak Pada Inovasi Digital Pemerintah Indonesia

Tak pernah ada kata terlambat untuk berbenah. Setidaknya kalimat tersebut masih berlaku bagi pemerintah Indonesia yang sedikit demi sedikit mulai mengeluarkan layanan atau aplikasi digital untuk pelayanan masyarakat. Mulai dari situs e-commerce untuk jual beli produk BUMN hingga aplikasi panduan pariwisata mulai bermunculan dari beberapa instansi pemerintahan.

Dua aplikasi atau layanan “berbau” pemerintah yang diluncurkan seminggu terakhir adalah Xplorindonesia dan Indonesia Airports. Layanan pertama berupa portal web yang menampilkan informasi mengenai pariwisata di seantero tanah air dan yang kedua merupakan aplikasi untuk mengetahui informasi mendetail mengenai bandara, mulai dari jadwal penerbangan hingga fasilitas di dalamnya.

Xplorindonesia sendiri merupakan sebuah portal yang digagas bersama oleh beberapa BUMN di sektor pariwisata seperti Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Patra Jasa da PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWC), Prambanan dan Ratu Boko. Disampaikan Menteri BUMN Rini Soemarno inovasi digital yang dilakukan sektor pariwisata ini merupakan bagian dari upaya pemerintah mendorong target wisatawan yang mencapai 20 juta. Termasuk juga target kontribusi pariwisata sebesar 8 persen dari Produk Domestik Bruto nasional dan menyumbang devisa negara sebanyak Rp240 Triliun.

Semetara itu aplikasi Indonesia Airports yang dirilis PT Angkasa Pura II ini merupakan aplikasi Android yang disiapkan sebagai panduan masyarakat untuk mengetahui informasi mengenai bandara secara lengkap. Ada tiga bandara yang disebutkan sudah terdapat pada aplikasi Indoensia Airports ini, yakni bandara Soekarno-Hatta, Kualanamu, dan Halim Perdanakusuma. Informasi yang disediakan pun beragam, mulai dari informasi penerbangan, lokasi toko dan cafe, Airport Care hingga informasi kedatangan bus. Semua diringkas menjadi sebuah aplikasi.

Inovasi yang sedikit terlambat

Riuh rendah aplikasi digital sebenarnya sudah dimulai beberapa tahun ke belakang. Hanya saja penetrasi pengguna dalam hal ini termasuk mereka yang menggunakan smartphone baru melonjak dalam tiga sampai empat tahun terakhir. Apa yang dilakukan pemerintah sebenarnya bagus dari segi inovasi, tetapi masih ada beberapa yang harusnya bisa dioptimalkan. Salah satunya dengan memperdayakan potensi startup-startup yang muncul dari ajang pencarian bakat seperti INAICTA atau pun Bekup.

Terlepas dari berbagai hal yang dipertimbangkan pemerintah berkecenderungan mengembangkan sendiri layanan digital mereka. Hal seperti ini harusnya bisa dioptimalkan dari ajang pencarian bakat startup yang sudah banyak disponsori oleh pemerintah. Sebuah potensi yang mungkin bisa sangat membantu.

Kolaborasi, kerja sama atau apa pun itu bentuk kesepakatan antara startup terpilih dengan pemerintah bukan hanya soal pendanaan, tetapi juga dalam hal mengembangkan produk lokal dan efisiensi kerja. Pemerintah punya data,  startup punya ide, harusnya ini bisa jadi kolaborasi yang saling menguntungkan. Alih-alih pemerintah mengerjakan proyek sendiri untuk membangun aplikasi yang sebenarnya idenya sudah banyak dieksekusi.

Untuk hal ini sebenarnya banyak sekali kemungkinan dan pertimbangan yang diambil pemerintah. Tentu kita berharap bahwa pemerintah bersungguh-sungguh dalam mengerjakan inovasi tidak hanya turut meramaikan setelah itu tidak terurus sama sekali. Setidaknya terus memberikan update pada layanan atau aplikasi yang telah dikembangkan. Jangan sampai ajang inovasi digital hanya sekedar euforia belaka.

Pemerintah Indonesia sebenarnya punya potensi cukup besar dalam pemanfaatan layanan digital ini. Selain memudahkan birokrasi dan memperkenalkan produk-produk lokal layanan digital bisa semakin mendekatkan masyarakat dengan pemerintah, termasuk juga dalam hal transparansi. Modal yang baik untuk pemerintah yang bersih.

Application Information Will Show Up Here

Diferensiasi Bisnis Penting Agar Tidak Tenggelam dan Dilupakan

Menjalankan sebuah bisnis tentu akan akrab dengan yang namanya persaingan. Para pesaing bisa datang dengan berbagai macam konsep, termasuk dengan konsep yang serupa, mirip, bahkan sama persis dengan bisnis yang dikelola. Cara untuk terus berada di permukaan dan mencuri perhatian pengguna adalah dengan menjadi berbeda. Diferensiasi adalah kunci. Tentu diferensiasi dalam konteks yang positif. Apa pun bentuknya diferensiasi harus diupayakan.

Jika inovasi adalah harga mati, diferensiasi adalah bagian dari inovasi. Pembeda ini tidak sebatas menjadi terbaik tetapi menjadi sebuah bisnis yang menawarkan sesuatu berbeda. Menjadi beda ini merupakan salah satu poin penting yang harus dilakukan jika bisnis tidak ingin kalah bersaing dengan kompetitor. Untuk itu penting sekali terus menjaga pandangan atau mengamati perkembangan kompetitor.

Dengan pengamatan yang berkelanjutan terhadap kompetitor, kita bisa membandingkan produk, fitur, atau layanan apa yang kompetitor berikan dan seperti apa respon dari pasar. Kita bisa belajar faktor apa yang membuat produk kompetitor disukai, cari tahu pelajari dan kembangkan untuk produk kita. Kemudian hindari kesalahan-kesalahan apa yang kompetitor perbuat. Sekali lagi proses ini bukan untuk duplikasi, tetapi sebagai bahan pertimbangan untuk mewujudkan sebuah inovasi yang berbeda.

Setelah menemukan titik diferensiasi bisnis, jangan terburu-buru untuk meluncurkan produk baru. Pertimbangkan nilai lebih apa yang didapatkan pengguna. Hal penting yang tidak boleh ketinggalan dari proses diferensiasi adalah validasi pasar. Apa yang pengguna inginkan. Cari tahu apa yang pengguna dapatkan dari perbedaan itu. Jadi tidak asal berbeda, tetapi juga memiliki nilai lebih di mata pengguna.

Memahami diferensiasi produk kita dibanding kompetitor merupakan separuh jalan dari kompetisi untuk menjadi pembeda. Separuh jalan lainnya adalah dengan memberikan pemahaman kepada pengguna mengenai poin utama perbedaan yang dimiliki.

Proses membuat diferensiasi ini bukan proses sekali dua kali, ini merupakan sebuah proses yang panjang. Sebuah perjuangan dalam upaya memenangkan persaingan dengan kompetitor lain. Meskipun posisi bisnis sudah menguasai pasar. Selalu ingat, inovasi atau mati.

Empat Hal yang Mempengaruhi Keseimbangan Inovasi Produk dan Pemasaran

Inovasi dan pemasaran memiliki relasi yang saling berkaitan satu dan lainnya. Tanpa inovasi tidak akan ada produk yang dipasarkan, tanpa adanya kegiatan pemasaran produk yang terbukti bekerja dengan baik tidak akan bisa tersebar dan dikenal dengan baik ke publik tanpa adanya kegiatan pemasaran yang agresif. Untuk itu diperlukan keseimbangan yang tepat antara inovasi dan kegiatan pemasaran saat menjalankan bisnis, dalam hal ini adalah startup.

Divisi lainnya seperti customer service, human resources, finance hingga operational menjadi divisi pendukung yang sangat membantu namun pada akhirnya tanpa adanya inovasi produk dan pemasaran, perusahaan tidak akan bisa berjalan dan berkembang dengan baik.

Seperti apa penerapan inovasi dan kegiatan pemasaran yang selaras? Artikel berikut ini akan membahas 4 poin penting yang perlu dicermati.

Sisihkan dana lebih untuk inovasi dan pemasaran

Cara terbaik untuk bisa meningkatkan pendapatan adalah dengan menambah jumlah pengeluaran untuk keperluan inovasi produk dan kegiatan pemasaran. Biaya lain boleh saja ditekan pengeluarannya seperti gaji pegawai hingga pengeluaran untuk penjualan barang, namun agar terciptanya keseimbangan, prioritaskan pengeluaran inovasi dan pemasaran.

Saling melengkapi

Idealnya inovasi produk dan kegiatan bisa saling melengkapi satu dan lainnya, dengan demikian akan tercipta stabilitas yang datang dari adaptasi tersebut. Jangan biarkan inovasi produk Anda lebih dominan dari kegiatan pemasaran, sebaliknya pastikan produk Anda dapat bekerja dengan baik sebelum kegiatan pemasaran secara masif dilancarkan.

Lakukan kegiatan pemasaran sendiri didukung data dan riset

Teknologi bukan hanya membantu untuk mempermudah kehidupan namun juga mampu untuk melancarkan kegiatan yang dulunya dilakukan secara konvensional. Salah satunya adalah menyerahkan kegiatan pemasaran kepada agensi kehumasan (PR).

Kini berkat kehadiran teknologi Anda sebagai pemilik usaha dapat menentukan sendiri kegiatan pemasaran apa yang ingin dilancarkan berdasarkan survei, riset, pemanfaatan data yang dimiliki. Dan platform pemasaran yang dipilih. Pemilik usaha juga harus mampu mengetahu dengan jelas kegiatan pemasaran seperti apa yang tepat untuk dilakukan kepada target pasar.

Terapkan kegiatan pemasaran yang tepat dan hindari ‘hard selling

Ketika perusahaan secara agresif melakukan kegiatan ‘hard selling‘ yang terlalu berlebihan hal ini bisa diartikan kegiatan pemasaran tidak berjalan dengan baik. Idealnya adalah ketika riset, survei dan target pasar telah ditentukan, kegiatan pemasaran bisa berjalan dengan lancar dengan memanfaatkan channel-channel yang ada (berbayar atau gratis). Intinya adalah ciptakan produk yang berfungsi dengan baik dan disukai oleh orang banyak, dengan demikian kegiatan pemasaran akan berjalan dengan seimbang tanpa adanya kegiatan ‘hard selling’ yang berlebihan.

Ekosistem Startup Indonesia Harus Tetap Tanamkan Semangat “Starting Up”

Keberadaan startup digital di lanskap industri Indonesia saat ini sudah semakin diperhitungkan, baik dari sisi kompetisi bisnis ataupun kehadirannya dalam akuisisi konsumen. Jika kita menilik lima sampai delapan tahun lalu, saat masih sangat sedikit yang mengetahui tentang apa itu startup, istilah entrepreneur masih lebih mendominasi, karena produk yang dikembangkan sangat sedikit yang melibatkan unsur digital.

Perkembangan yang terjadi hingga saat ini telah menciptakan kompetisi yang sangat dahsyat. Inovasi startup yang sering “mengganggu” tatanan industri yang sudah ada harus dihadapkan apple-to-apple dengan pemain bisnis yang sudah matang sebelumnya. “Kekisruhan” ini turut menghadirkan persaingan yang sangat sengit, baik persaingan langsung dengan kompetitor ataupun persaingan tak langsung di kategori lain.

Tak hanya dalam kompetisi industri, regulasi pun ikut bergejolak, karena semakin banyak kepentingan yang menyenggol di dalamnya. Di sisi lain pemerintah terus mendorong generasi muda untuk terus berinovasi, sehingga pro kontra untuk merevisi dan menambahkan kebijakan terus menjadi perbincangan hingga saat ini.

Terlepas dari kekisruhan yang ada, spirit startup tetap harus terus berkembang di Indonesia, seperti beberapa tahun lalu, saat setiap peluang dijadikan kesempatan untuk starting up ke dalam sebuah solusi digital.

Penggiat startup harus terus memulai atau menciptakan sesuatu hal yang baru. Ekosistem ini masih harus terus digalakkan. Ke depannya, semakin banyak layanan digital baru, dari on-demand sampai fintech, yang akan menimbulkan polemik persaingan bisnis dan regulasi baru. Tapi bukahkah semua itu akan kembali kepada penerimaan konsumen akan sebuah layanan?

Startup Indonesia tetap harus memfokuskan pada inovasi. Bukankah masih ada banyak yang belum “digantikan” dan menjadi kesempatan startup lain untuk masuk di dalamnya? Atau bahkan menciptakan peluang baru yang lebih baik dari startup yang telah menggantikan sistem tradisional yang ada sebelumnya dengan inovasi yang lebih atraktif.

Lupakan kerisauan akan regulasi. Startup tetap harus menempatkan diri pada kodratnya, yakni berinovasi dan memulai hal baru. Mengutip kata-kata Menkominfo Rudiantara saat mencoba mengakomodasi Uber dan GrabCar:

Aplikasi berbasis online adalah suatu keniscayaan dalam era digital seperti saat ini.

Telkomsel Launches CWEETA, a USSD-based Messaging Solution

Telkomsel, Indonesia’s largest mobile carrier has launched a local messaging service called CWEETA. Unlike other data-based messaging apps, CWEETA requires no Internet connection nor does it use an app. The service uses USSD technology which is commonly used by carriers, to allow Telkomsel customers to exchange messages with each other.
Continue reading Telkomsel Launches CWEETA, a USSD-based Messaging Solution

The 7th Indosat Wireless Innovation Contest

Sebagai bentuk dedikasinya terhadap potensi anak-anak bangsa yang berbakat, Indosat kembali mengadakan kompetisi pengembangan aplikasi mobile Indosat Wireless Innovation Application Contest (IWIC). Gelaran ini merupakan gelaran yang ke-7 kalinya semenjak tahun 2006 silam. Seperti apa event IWIC 7 yang juga mengajak komunitas startup untuk mengikuti kompetisi ini?

(null)

Asian Can also be the Pioneer for Innovation

The title above is the statement underlined by Serkan Toto, a Japan-based Techcrunch contributors, on his keynote presentation at SparxUp Awards Conference 2011. We all know that most of Asian startups tend to clone US startups. However, cloning is not bad since there are some successful clone acquired or funded for millions of dollars. Moreover, cloning is not monopolized by Asian startups only. European startups, or even the US startups also do the same thing.

In fact, Asian startups can also be innovative, especially in the technology industry. Serkan has identified seven things that made Asia a pioneer for innovation. Here is the list:

Continue reading Asian Can also be the Pioneer for Innovation

Asia Juga Bisa Jadi Pionir Inovasi

Judul di atas merupakan salah satu hal yang ditegaskan oleh Serkan Toto, seorang Jerman yang bermukim di Jepang dan merupakan kontributor untuk Techcrunch, dalam keynote di ajang SparxUp Conference 2011. Memang seperti yang kita tahu kebanyakan startup di Asia cenderung merupakan clone dari apa yang yang sudah dihasilkan di Amerika Serikat, bukan berarti clone itu jelek karena banyak juga clone yang sukses diakuisisi ataupun mendapatkan pendanaan puluhan hingga ratusan juta dollar. Pun clone bukanlah monopoli startup di Asia. Di Eropa atau bahkan di Amerika Serikat sekalipun praktek clone lazim terjadi.

Ternyata, negara-negara di Asia tidak hanya mampu membuat clone ataupun imitasi. Serkan mengidentifikasi ada tujuh hal di mana negara-negara di Asia menjadi pionir. Berikut adalah daftarnya:

Continue reading Asia Juga Bisa Jadi Pionir Inovasi

Apa Ide Besar Anda?

Saya akan mengatakannya tanpa basa-basi. Secara garis besar, prospek tentang startup di bidang teknologi di Indonesia cukup suram. Saya mengatakannya karena kebanyakan startup Indonesia belum dapat mengidentifikasi solusi atas masalah nyata yang ada. Banyak di antara para wirausahawan yang berpikir mereka bisa dengan mudah memberi valuasi jutaan dolar pada perusahaan mereka ketika sebagian dari mereka bahkan tidak memiliki ukuran basis pengguna atau jenis produk yang menjamin tingkat valuasi yang tinggi tersebut. Tapi masih ada harapan. Beberapa pendiri startup memiliki ide yang benar-benar praktis dan berguna, dan yang mereka butuhkan adalah pelatihan bisnis yang kuat untuk melengkapi pengetahuan teknis mereka.

Sejumlah investor yang berbincang dengan saya mengungkapkan kekecewaan yang sama. Mereka mengatakan bahwa banyak yang telah datang kepada mereka meminta angka yang seolah-olah menunjukkan kalau uang itu tumbuh di pohon. Well, bahan baku uang mungkin memang berasal dari pohon, tetapi uang tidak tumbuh di sana. Investor yang saya temui bukanlah investor baru. Beberapa dari mereka telah terlibat lebih dari satu dekada dalam industri ini dan telah melihat berbagai perusahaan bangkrut karena tidak memiliki produk yang bisa bertahan lama.

Continue reading Apa Ide Besar Anda?

Hey Entrepreneurs, What’s Your Big Idea?

Let me just say it outright. The general outlook on Indonesian technology startups is grim. I say it’s grim because most local startups fail to identify solutions for real problems and these startups think they are easily valued at millions of dollars when most of them don’t even have the size of user base or the kind of product that warrants that level of valuation. But there’s hope. A small number of founders have ideas that are actually practical and useful and all they need is some strong business coaching to pair up with their technical knowledge.

Continue reading Hey Entrepreneurs, What’s Your Big Idea?