Cerita-Cerita Bisnis Line Indonesia Tahun Ini

Line merupakan satu di antara segelintir platform asing, buatan Jepang-Korea, yang mampu bertahan dan memiliki basis lokal yang besar. Tak hanya satu atau dua aplikasi, jajaran aplikasi Line memberikan warna tersendiri bagi perkembangan industri teknologi di Indonesia, termasuk industri kreatif.

Tercatat saat ini Monthly Active User (MAU) Line secara global berjumlah 185 juta, dengan 166 juta di antaranya berada di empat pasar terbesar Line, yaitu Jepang, Taiwan, Thailand, dan Indonesia.

DailySocial mencoba menggali bisnis Line di Indonesia saat ini, apakah kondisi pandemi memberikan dampak bagi performa bisnis, dan bagaimana potensi pengembangan bisnis selanjutnya.

Pertumbuhan bisnis selama pandemi

Dari sisi traffic selama pandemi, Line mengklaim mengalami pertumbuhan yang baik di penggunaan Group Video Call dan game Face Playdi mana pengguna dapat bermain game interaktif bersama teman mereka di Line sambil video call.

Line Indonesia juga mencatat pengguna cenderung lebih aktif dalam bersosialisasi dan lebih banyak terlibat dalam komunitas, seperti diskusi-diskusi online yang ada di dalam fitur OpenChat.

“Selama pandemi ini kami tidak menemukan isu di dalam aplikasi Line. Sebagai perusahaan yang membawa misi Closing the Distance, kami akan terus berupaya menyediakan berbagai layanan dan konten yang dapat medekatkan jarak pegguna dengan ragam layanan komunikasi,” kata Strategy & New Business Director Line Indonesia Fanny Verona.

Tentang revenue perusahaan, Fannny mengatakan sumber pendapatan Line Indonesia berasal konsumen bisnis (B2B) dan retail (B2C). Pendapatan dari segmen bisnis didapatkan dari layanan Messenger, Official Account, Line Today, Line Timeline, dan Line Points. Sementara pendapatan dari segmen retail berasal dari Stiker, Tema, dan Emoji.

Namun, di 4 bulan pertama pandemi, pendapatan dari sektor bisnis mengalami dampak. sebagian besar klien memotong anggaran untuk membatalkan kampanye mereka (terutama event), karena mereka perlu menyesuaikan diri dengan kondisi dan mencari cara yang lebih baik untuk melakukan kampanye selama pandemi.

“Kami biasanya memperoleh 200% pendapatan di bulan Ramadhan, tetapi tahun ini secara tidak terduga turun di bawah 100% dari target kami,” kata Sales Director Line Indonesia Anchali Kardia.

Di sisi lain, produk stiker justru mengalami kenaikan jumlah transaksi selama pandemi. Diklaim semakin pengguna yang memanfaatkan Line sebagai kegiatan untuk menjalin komunikasi secara online, khususnya kaum muda. Line mencatat terdapat peningkatan hingga 30% di bulan Maret-Juli.

“Kami melihat tren kembali normal dan pendapatan kami mulai mengikuti tren ([agi] sama seperti tahun lalu. Melihat ketidakpastian kondisi ini, kami belum bisa benar-benar memproyeksikan pendapatan akhir tahun. Biasanya, Q4 akan menjadi penyumbang pendapatan terbesar kedua, setelah Ramadhan,” kata Anchali.

Layanan finansial

Pada Oktober 2018, Line Corporation mengumumkan bahwa anak usahanya Line Financial Asia mengakuisisi 20% PT Bank KEB Hana Indonesia (PT Bank KEB Hana). Langkah ini dirancang untuk mendukung langkah perluasan layanan perbankan digital Line di Indonesia.

“Seperti yang sudah direncanakan, bahwa Line akan meluncurkan layanan finansial sebagai fokus new business di tahun 2020 dan 2021. Sejauh ini kami sudah merilis fitur Split Bill sebagai upaya untuk menciptakan layanan yang terasosiasi dengan transaksi,” kata Fanny.

Melalui kolaborasi dengan Bank KEB Hana, Line ingin menciptakan produk deposit/microcredit, remittance & payment services, menerapkan dan meningkatkan model peringkat kredit melalui proyek dengan lembaga pemeringkat kredit lokal dan internasional, menciptakan proses verifikasi identitas (e-KYC) yang dioptimalkan untuk peraturan lokal, dan langkah-langkah lainnya.

Line juga telah memperbarui tampilan More Tab agar menjadi lebih transaction-centric dengan memfokuskan tampilan ke layanan-layanan yang bersifat finansial ataupun transaksi, seperti menampilkan produk-produk e-commerce melalui kerja sama dengan Blibli.

“Hal-hal ini dilakukan sebagai upaya agar pengguna menjadi terbiasa terlebih dulu dengan experience ini sebelum kami fully launch tahun depan. Rencananya pada kuartal pertama tahun 2021 nanti kami akan merilis beberapa fitur dan layanan finansial baru untuk melengkapi Split Bill dan Wallet Tab,” kata Fanny.

Informasi produk lain

Opsi pembayaran melalui Go-Pay untuk Line Stickers
Opsi pembayaran melalui Go-Pay untuk Line Stickers

Pihak Line juga memberikan informasi terbaru tentang perkembangan beberapa produk lainnya. Untuk Line Stickers, saat ini mereka telah membuka kemitraan dengan GoPay dan OVO untuk pembelian stiker. Line Stickers, melalui Line Creators Market, telah memiliki lebih dari 200 ribu kreator terdaftar dan lebih dari 75 ribu stiker di Indonesia hingga awal bulan Oktober 2020.

“Kami juga telah meluncurkan Line Siaga yang merupakan inisiatif baru untuk memberikan informasi terkini kepada penggunanya mengenai pandemi COVID-19. LINE Siaga dapat diakses melalui akun resmi dan website,” kata Fanny.

Untuk meningkatkan pengalaman pengguna, Line juga telah merilis beberapa produk baru. Yang pertama adalah Line Meeting, panggilan video grup hingga 500 orang, yang memungkinkan pengguna untuk mengakses layanan melalui URL, baik di smartphone maupun desktop.

Terdapat juga Line Avatar yang memungkinkan pengguna mengatur dan membuat sebagai foto profil atau membagikannya di ruang obrolan.

Tentang persaingan antar platform yang serupa saat ini, Fanny mengungkapkan, setiap perusahaan teknologi di setiap negara memiliki pasar dan target mereka sendiri. Line memiliki tujuan untuk menyediakan layanan yang bervariasi bagi penggunanya di negara tempat beroperasi, termasuk di Indonesia.

Perkembangan Line Webtoon

Sebagai salah satu sister company Line, Webtoon mengklaim mengalami pertumbuhan positif sejak kehadiran mereka tahun 2015 lalu. Kepada DailySocial, Line Webtoon Indonesia Lead Ghina Fianny mengungkapkan, sebagai penyedia layanan konten, Webtoon memiliki komitmen menjadi platform yang diminati secara umum.

“Meskipun penting untuk membuat konten yang populer dan umumnya disukai, kami juga memiliki sejumlah konten yang memiliki tema unik dan kaya akan elemen dan ide yang sangat relatable. Untuk genre paling popular tercatat, genre romance menjadi pilihan kebanyakan pengguna.” kata Ghina.

Salah satu upaya yang dilakukan Webtoon untuk menjangkau lebih banyak pengguna adalah melalui kegiatan dan promosi secara langsung. Mereka melihat pengguna di Indonesia menyukai interaksi langsung, terlibat, dan berbagi cerita mereka.

“Pada bulan Mei lalu, kami meminta pembaca kami untuk mengirimkan kisah cinta mereka [yang] menghasilkan lebih dari 52 ribu cerita. Bersama dengan kreator, kami memilih 30 cerita paling menarik dan mengubahnya menjadi seri komik yang berisi 30 episode,” kata Ghina.

Webtoon saat ini telah memiliki 67 juta MAU secara global. Di Indonesia sendiri terdapat 7,5 juta MAU atau peringkat kedua setelah Amerika Serikat.

“Kami melihat bahwa masih ada ruang untuk tumbuh di Indonesia. Tidak hanya dilihat dari jumlah populasi, tetapi juga dengan melihat bahwa anak muda Indonesia sangat aktif dalam menikmati hiburan digital dan juga bereaksi positif terhadap hal-hal baru yang menarik,” kata Ghina.

Secara keseluruhan saat ini Line Webtoon telah merilis sekitar 364 judul, dengan 130 judul di antaranya yang merupakan judul lokal. Saat ini ada 23 ribu kreator yang terdaftar di Indonesia dan telah mempublikasikan karya mereka melalui platform user generated content Webtoon Kanvas.

“Untuk penulis yang kami kontrak dan saat ini menerbitkan cerita mereka di bawah Webtoon Original, kami memiliki lebih dari 130 penulis dan 65 judul Indonesia yang masih ongoing statusnya hingga saat ini,” kata Ghina.

Ghina mengungkapkan, Webtoon melihat kebangkitan kreator lokal sebagai hal yang baik untuk menumbuhkan ekosistem kreatif Indonesia.

“Menemukan dan melancarkan inkubasi kepada konten lokal membutuhkan waktu dan effort yang lebih dibandingkan dengan mempublikasikan webtoon yang sudah diterjemahkan. Namun belajar dari pengalaman, menjadi platform yang disukai oleh pembaca di Indonesia untuk long term, menjadi penting memproduksi konten lokal yang bisa diterima oleh pembaca di Indonesia. Ke depannya kami akan fokus kepada Webtoon Kanvas, membina kreator pemula melalui kompetisi dan program yang akan kami luncurkan,” kata Ghina.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Hi App Is Eager to Grab Business Pie in the Instant Messaging App Industry

The local instant messaging application Hi App officially opened its doors to the public on Tuesday (20/10) yesterday. As newcomers, they are quite optimistic that they can reap the cake in the “one-sided” instant messaging business because it is controlled by outside players.

Previously, in DailySocial coverage, one of the sources said that a reason for local messaging application has yet to dominate in the country is that it has failed to create a network effect, and this is the fundamental part of a messaging application.

The network effect is an effect that makes users and the people around them use the same application to communicate with each other.

Hi App suggests that in order to create this, it depends on the features offered. Hi App’s Managing Director, Michelle Kusuma said, this feature is very important, and its development will surely not happen overnight.

“What elements are missing in our society that could revolutionize the way we communicate with each other? There is no one-size-fits-all answer to this question and it will always develop,” Michelle told DailySocial.

The current and future development of the Hi App relies heavily on comprehensive data analysis and market research to determine which features will be particularly useful for the Indonesian market. The company will conduct surveys and interviews with various groups of people to get a better understanding of the communication problems faced by many people in Indonesia.

Also, collaborate with communities according to their segmentation, therefore users can try and recommend Hi App to the people around them.

In Indonesia, there are currently several messaging applications made by local developers. Aside from the Hi App, there are ChatAja, liteBIG, Catfiz, and others. There are some platforms introduced in the market and ended up losing.

Hi App feature and target

Currently, the features included in Hi App are translator, chat organizer, file sharing, light, and dark mode.

Hi App’s Product Specialist, Fanny Febriani Susilo explained, the translator feature was introduced for Indonesians who often interact with other people who do not speak Bahasa resulting in an obstacle when communicating. The available language is currently Indonesian to English and vice versa.

Next, the chat organizer feature separates personal and group chat rooms, therefore, they don’t get mixed up like similar existing applications. This is adjusted to the characteristics of Indonesians who tend to be communal, such as eager to talk and share information in groups.

In order to support user flexibility in sharing files, Hi App provides a maximum shareable file capacity of 100 Mb. Users can share documents, photos, and videos in their chat rooms.

Another aspect is, Hi App uses end-to-end encryption by default for every message it sends and it never saved user messages on the server in their regular format. This is to ensure data protection and user privacy.

Also, it implements a secure end-to-end identity system using phone number authentication via OTP verification. Fanny said that the Hi App application was designed to be very light to be used smoothly on various types of cellphones, both low-end and high-end.

“This application can be installed on mobile phones with a minimum operating system Android 5.1 Lollipop and iOS 11.”

Michelle continued, currently, Hi App is only operating in the B2C segment, then starting to enter the B2B. “The Hi App development team is currently working on a next feature which we hope will help businesses adapt.”

She cannot disclose this feature, but she ensures that the feature will be designed by considering the synergy between the formal and informal business sectors, especially in terms of support for the micro, small and medium enterprises sector.

As this launching, she expects that Hi App will be able to attract at least more than 700 thousand downloads by next year. “The ETA will probably change as we release more features and analyze more market data going forward,” she concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Hi App dan Optimismenya Merebut “Kue Bisnis” di Aplikasi Pesan Instan

Aplikasi pesan instan lokal Hi App meresmikan kehadirannya ke publik pada Selasa (20/10) kemarin. Sebagai pendatang baru, mereka cukup optimis dapat meraup kue di bisnis aplikasi pesan instan yang “berat sebelah” karena dikuasai oleh pemain dari luar.

Dalam tulisan DailySocial sebelumnya, salah seorang narasumber mengatakan bahwa salah satu pangkal isu mengapa belum ada aplikasi messaging lokal yang mendominasi di negaranya sendiri adalah tidak berhasil menciptakan efek jaringan (network effect), bagian terpenting karena ini adalah fundamental dari aplikasi messaging.

Network effect merupakan efek yang menciptakan pengguna dan orang-orang di sekitar mereka menggunakan aplikasi yang sama untuk berkomunikasi satu sama lain.

Hi App punya pandangan bahwa untuk menciptakan hal tersebut, berkorelasi dengan fitur-fitur yang ditawarkan. Managing Director Hi App Michelle Kusuma menuturkan, fitur ini sangat penting dan dalam menciptakannya tidak akan terjadi dalam semalam saja.

“Elemen apa yang hilang dalam masyarakat kita yang dapat merevolusi cara kita berkomunikasi satu sama lain? Tidak ada satu jawaban mutlak untuk pertanyaan ini dan itu akan selalu berkembang,” ucap Michelle kepada DailySocial.

Pengembangan Hi App saat ini dan ke depannya sangat bergantung pada analisis data komprehensif dan riset pasar untuk menentukan fitur mana yang secara khusus akan berguna untuk pasar Indonesia. Perusahaan akan melakukan survei dan wawancara dengan berbagai kelompok orang untuk mendapatkan pemahaman lebih baik tentang masalah komunikasi yang dihadapi banyak orang di Indonesia.

Juga, berkolaborasi dengan komunitas-komunitas sesuai dengan segmentasinya, sehingga para pengguna dapat mencoba dan merekomendasikan Hi App ke orang-orang di sekitarnya.

Di Indonesia sendiri, saat ini ada beberapa aplikasi pesan yang dibuat pengembang lokal. Selain Hi App, ada ChatAja, liteBIG, Catfiz, dan lainnya. Bahkan beberapa yang pernah hadir di pasar akhirnya berguguran.

Fitur dan target Hi App

Sejauh ini fitur-fitur yang terdapat di Hi App adalah penerjemah, chat organizer, berbagi file, mode terang dan gelap.

Product Specialist Hi App Fanny Febriani Susilo menjelaskan, fitur penerjemah dihadirkan untuk orang Indonesia yang saat ini juga berinteraksi dengan orang lain yang tidak bisa berbahasa Indonesia, sehingga menjadi kendala saat berkomunikasi. Bahasa yang dapat diterjemahkan saat ini adalah Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris dan sebaliknya.

Lalu, fitur chat organizer yang memisahkan ruang obrolan personal dan grup, sehingga tidak tercampur seperti aplikasi sejenis yang sudah ada. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik orang Indonesia yang sifatnya cenderung komunal, gemar berbincang-bincang, serta berbagi informasi di grup.

Untuk mendukung keleluasaan pengguna dalam berbagi file, Hi App menyediakan kapasitas file yang bisa dibagikan maksimal 100 Mb. Pengguna dapat berbagi dokumen, foto, dan video di ruang obrolan mereka.

Aspek lainnya yang diperhatikan Hi App adalah memanfaatkan end-to-end encryption secara default untuk setiap pesan yang dikirimkan dan tidak pernah menyimpan pesan pengguna di server dalam format biasa. Hal ini untuk menjamin perlindungan data dan privasi pengguna.

Ditambah, menerapkan sistem identitas end-to-end yang aman dengan menggunakan autentikasi nomor telepon melalui verifikasi OTP. Fanny menuturkan, aplikasi Hi App dirancang sangat ringan, sehingga bisa digunakan dengan lancar dalam berbagai jenis ponsel, baik low-end hingga high-end.

“Aplikasi ini sudah bisa dipasang pada ponsel dengan sistem operasi minimum Android 5.1 Lollipop dan iOS 11.”

Michelle melanjutkan, saat ini Hi App baru bermain di segmen B2C terlebih dulu, baru melanjutkan ke B2B. “Tim pengembang Hi App saat ini sedang mengerjakan fitur berikutnya yang kami harap dapat membantu bisnis-bisnis beradaptasi.”

Fitur tersebut belum dapat ia beberkan, tapi ia yakin bahwa fitur akan dirancang dengan mempertimbangkan sinergitas antara sektor bisnis formal dan informal, terutama menyangkut dukungan terhadap sektor usaha mikro, kecil, dan menengah.

Dari peluncuran ini, ia berharap Hi App mampu menarik setidaknya lebih dari 700 ribu unduhan hingga tahun depan. “Perkiraan seperti ini mungkin akan berubah seiring kami merilis lebih banyak fitur dan menganalisis lebih banyak data pasar ke depannya,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Facebook Hadirkan Dukungan Lintas Platform untuk Instagram dan Messenger

Setelah lama ditunggu-tunggu, Facebook akhirnya mulai mengintegrasikan sejumlah aplikasi messaging-nya secara perlahan, diawali dengan Instagram dan Facebook Messenger. Melalui sebuah pengumuman resmi, Facebook bilang bahwa Instagram dan Messenger bakal segera mendukung percakapan lintas platform dalam waktu dekat.

Yang dimaksud dengan istilah lintas platform sebenarnya sederhana saja: saya bisa mengirim pesan ke Anda melalui Instagram, lalu Anda dapat membukanya di Messenger, demikian pula sebaliknya. Namun integrasinya ternyata lebih dari sekadar percakapan teks, sebab fitur video call rupanya turut didukung oleh mekanisme cross-platform ini.

Bersamaan dengan itu, tidak heran apabila Facebook akhirnya juga menghadirkan fitur-fitur terbaru Messenger ke Instagram; mulai dari kustomisasi tampilan percakapan, fitur forward dan reply, sampai fitur Watch Together yang memungkinkan pengguna untuk menonton video dari Facebook Watch, IGTV maupun Instagram Reels bersama-sama selagi masih berada dalam sesi video call.

Facebook bahkan juga sudah menyiapkan sejumlah fitur baru yang akan hadir lebih dulu di Instagram, sebelum akhirnya menyusul ke Messenger tidak lama kemudian. Salah satu yang paling menarik adalah Selfie Sticker; kombinasi selfie, emoji dan Boomerang yang dapat digunakan sebagai reaksi dalam percakapan.

Instagram nantinya juga akan kedatangan Vanish Mode, mode percakapan baru yang dapat dipilih seandainya pengguna ingin pesannya otomatis terhapus setelah dibaca oleh lawan bicaranya, atau sesaat setelah percakapannya ditutup. Jadi seumpama tidak ada dukungan lintas platform pun, Instagram pada dasarnya sudah mendapat upgrade yang signifikan berkat penambahan fitur-fitur ini.

Namun kenyataannya tidak begitu. Dukungan lintas platform dan sederet fitur baru Instagram sekaligus Messenger ini disebut akan segera hadir di beberapa negara, sebelum akhirnya merambah skala global.

Buat yang khawatir inbox DM-nya bakal penuh dengan pesan dari orang-orang tak dikenal yang menggunakan Messenger, Facebook sudah menyiapkan solusi seputar topik privasi ini. Anda bebas mengontrol ke mana pesan baru bakal masuk; apakah langsung ke inbox, ke Message Requests, atau malah tidak ada yang masuk sama sekali.

Pertanyaan selanjutnya mungkin adalah, mana integrasi dengan WhatsApp? Sepertinya itu masih jauh dari kenyataan, sebab PR terbesar yang masih harus dikerjakan oleh Facebook adalah menyediakan enkripsi end-to-end pada Instagram sekaligus Messenger. Dari semua aplikasi messaging yang dipunyai Facebook, memang baru WhatsApp yang dilengkapi enkripsi end-to-end.

Sumber: Facebook.

Mati Satu Tumbuh Seribu, Dinamika Aplikasi “Chat” Lokal

Aplikasi chat messaging lokal didera persaingan “berat sebelah” bila ingin menyaingi keperkasaan dari WhatsApp, Line, dan Telegram. Sudah banyak yang mencoba peruntungan di sektor ini. Nama-nama seperti Catfiz, LiteBIG, Pesan Kita, OTU Chat, Yogrt, BuzzBudies, Callind, SalaamAps, Me Chat, IMEStalk, dan masih banyak nama lainnya kini sudah tenggelam, meski sebagian aplikasinya masih bisa diakses.

Timbul pertanyaan yang sedikit mengusik, apakah peta persaingan di aplikasi chat messaging ini sudah tertutup rapat-rapat dikuasai oleh aplikasi global?

Co-Founder dan CEO ChatAja Reza Akhmad Gandara mengungkapkan, salah satu faktor yang membuat pemain chat messaging lokal kurang bersaing adalah terlalu fokus menciptakan layanan messaging yang sama seperti kompetitor. Padahal para kompetitor (global) tersebut sudah kuat dari sisi teknologi dan masyarakat sudah sangat nyaman menggunakannya.

Dia mengutip ucapan Jack Ma yang mengatakan:

“Anda sebaiknya belajar dari pesaing Anda, tapi jangan pernah meniru. Jika Anda meniru, Anda mati.”

Co-Founder dan CEO Qiscus Delta Purna Widyangga berpendapat, aplikasi lokal kurang bersaing karena sektor ini terlanjur mendapat ekspektasi yang tinggi dari pasar. Kehadiran aplikasi chat messaging yang sudah mature akan membuat standar pasar yang sudah bagus menjadi sangat tinggi.

Ekspektasi ini mencakup fitur, performa, hingga hal-hal yang mungkin tidak terlihat secara kasat mata yang berpengaruh di user experience. Pemenuhan ` ekspektasi ini membutuhkan tim produk dan teknologi dengan kapasitas yang mumpuni.

“Mulai dari membangun fundamental teknologi chat-nya itu sendiri yang sangat challenging, hingga membangun produk yang delightful untuk user. Ini butuh iterasi cepat dan terus menerus,” ujar Delta.

Karena fundamental aplikasi messaging adalah komunikasi, yang berikutnya adalah perlunya network effect. Sementara itu, membangun network effect harus didesain dan diakuisisi secara strategis dan agresif.

“Banyak sekali orang meninggalkan aplikasi messaging karena tidak menemukan network-nya menggunakan aplikasi yang sama.”

Sumber : Pixabay
Sumber : Pixabay

Untuk menciptakan network effect dibutuhkan tim growth yang kuat dengan menggunakan strategi top down, community acquisition, value based acquisition, atau apapun. “Proses ini juga sangat iteratif sifatnya dan harus terus menerus.”

Delta mengatakan, sebuah perusahaan yang ingin bergerak di bidang peer-to-peer messaging perlu bisa menyelesaikan dua masalah di atas. Harus mencapai titik teratas pengguna aktif harian dan terus berkembang dari sana sebelum kehabisan energi dan dana. “Dan ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, paling tidak 3-5 tahun.”

“Meskipun tantangan ini berat, Qiscus melihat ini sebagai sebuah kebutuhan. Kami melihat Indonesia membutuhkan mainstream messaging apps yang menjadi alternatif dari WhatsApp maupun lainnya. Ini yang membuat Qiscus sangat terbuka untuk berkolaborasi dan mensupport inisiasi ke arah hadirnya aplikasi seperti ini.”

Meski Qiscus hanya fokus pada pasar B2B, tantangan yang dihadapi tetap relevan dengan sedikit perbedaan. Bagi Qiscus, untuk memenuhi ekspektasi pasar, perusahaan sangat mengedepankan chat platform yang kuat, scalable, dan kaya fitur.

“Sementara untuk memenuhi kebutuhan growth, Qiscus punya tim yang kuat, juga ber-partner dengan banyak partner strategis seperti WhatsApp, LINE, channel partners, ecosystem players (chatbot, CRM), dan banyak lainnya.”

Hi App

Salah satu aplikasi lokal yang bakal meluncur adalah Hi App. Ia memadukan fokusnya ke pasar B2B dan B2C. Hi App bisa diunduh pada 20 Oktober mendatang.

Kepada DailySocial, Managing Director Hi App Michelle Kusuma menjelaskan, untuk memberikan daya saing, sekaligus belajar dari pemain terdahulu, pihaknya melakukan berbagai survei dan wawancara ke semua kalangan dengan metode random sampling. Tujuannya mempelajari dan memahami lebih dalam selera, serta kebutuhan fitur yang ada di Indonesia.

“Produk Hi App juga terus dalam proses pengembangan dan kami akan mengeluarkan pembaruan secara berkala untuk aplikasi yang akan dirilis, sehingga kualitas dari fitur-fitur yang ditawarkan terus menjadi lebih baik,” ujarnya.

Optimisme ini didukung laporan Data Reportal per Januari 2020. Disebutkan pengguna media sosial di Indonesia mencapai 160 juta orang, naik 8,1% atau sekitar 12 juta orang sepanjang April 2019-Januari 2020. Mereka menghabiskan waktu sebanyak 3 jam 26 menit per harinya di media sosial. 96% pengguna menggunakan aplikasi messenger dan social networking.

Laporan tersebut juga mengungkapkan sebanyak 59% pengguna internet sangat memperhatikan bagaimana perusahaan memanfaatkan data mereka. Hal ini jadi salah satu alasan untuk merilis Hi App dan meminta tim pengembang memperkuat enkripsinya dibandingkan aplikasi lain yang sudah ada.

Secara fitur, Hi App dilengkapi dengan panggilan suara, video, penerjemah pesan, dan dapat memisahkan personal chat dan group chat di tab yang berbeda. Untuk kapasitas memorinya, aplikasi ini didesain ringan sehingga dapat dipakai untuk smartphone low-end.

Michelle melanjutkan, pada peresmian nanti aplikasi akan difokuskan ke pasar konsumen ritel terlebih dahulu. Menurut dia, masing-masing pasar ini memiliki fungsi fitur yang berbeda sehingga tim akan merancang fitur yang bisa memenuhi kebutuhan semua pihak.

“Fitur baru yang akan kami tonjolkan saat peluncuran nanti adalah translation dan chat organizer. Selain fitur chat yang ringan, aman, dan praktis, kami juga menawarkan fitur lain yang bisa dibilang sangat inovatif dan ditujukan untuk memudahkan komunikasi sehari-hari penggunanya nanti.”

Karena menjadi anak baru, akan menarik melihat strategi mereka dalam mengakuisisi pengguna. Michelle menerangkan pihak prerusahaan akan memperkenalkan fitur-fitur yang ditawarkan di media sosial dan berbagai komunitas. “Dari sana, pengguna dapat mencoba dan merekomendasikan Hi App kepada teman-teman dan keluarga.”

ChatAja

Awalnya ChatAja menyasar pasar B2B, tapi sejak Februari kemarin pasarnya diperluas ke pasar konsumen ritel. Sejak berdiri pada September tahun lalu, ChatAja digunakan oleh pegawai BUMN dan ASN. Perusahaan didukung Telkom sebagai inovasi internal untuk membangun infrastruktur komunikasi digital. Tak heran bila konsep logonya mengingatkan pada LinkAja.

Sebagaimana tercantum di laman blog resminya, perusahaan tidak sungkan menyebut dirinya sebagai aplikasi alternatif WhatsApp. Mereka mengklaim mengklaim apliaksi didesain untuk masyarakat Indonesia dengan menawarkan beberapa kelebihan dibanding pemain utama yang sudah ada.

ChatAja mencoba mengingatkan kembali tentang kedaulatan data dan informasi, mengingat mayoritas pengguna internet di Indonesia masih memiliki tingkat kesadaran yang rendah tentang sensitivitas data. Perusahaan memakai server lokal.

Tim ChatAja / ChatAja
Tim ChatAja / ChatAja

Filosofi ChatAja banyak berkaca pada Telegram. Aplikasi dilengkapi dengan konsep cloud native untuk mengurangi beban penyimpanan di ponsel dan mengurangi kebutuhan untuk backup data. Terdapat juga fitur Berkas Rahasia, sebuah layanan pesan terenkripsi untuk mengamankan pesan penting.

ChatAja disebut bisa berfungsi secara multifplatfor tanpa harus terkoneksi dari aplikasi utama yang ada di smartphone. Sinkronisasinya cukup dengan memasukkan nomor ponsel yang terdaftar di aplikasi. Pengguna dapat menggunakan layanan melalui web, meski smartphone tidak terkoneksi internet. Aplikasi juga tidak memberikan batasan jumlah anggota dalam satu grup.

Reza menerangkan, pihaknya tidak hanya memperkuat dari sisi messaging tapi juga membuka platform-nya kepada pihak ketiga untuk membangun beragam konten di dalamnya. “Layanan yang dapat dinikmati oleh third party antara lain omnichannel, bot builder dan bot API, dan in-app chat. Hingga saat ini, sudah banyak partner yang bekerja sama dengan kita,” ujarnya.

Untuk omnichannel, ChatAja dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan pesan apliksi seperti notifikasi dan OTP. Sementara bot builder dan bot API dapat digunakan untuk memanjakan pengguna tingkat lanjut yang ingin menciptakan chatbot versi mereka sendiri. Terakhir fitur text messaging ChatAja dapat dimanfaatkan untuk membangun fungsi in-app chat.

Dalam menjaring pengguna, awalnya ChatAja menyasar klien B2B. Pada Februari 2020, setahun setelah beroperasi, ChatAja dibuka untuk masyarakat umum karena diklaim mendapat antusiasme dari publik.

Bila digabung antara pengguna B2B dan individu, diklaim angkanya sudah mencapai lebih dari 500 ribu orang. Profil penggunanya adalah centennial (generasi Z) dan late milennial, didominasi kalangan laki-laki. Selain di Jakarta, pengguna datang dari kota Surabaya, Depok, Bandung, Makassar, Medan, dan Batam.

Reza menuturkan, pihaknya bekerja sama dengan lintas industri, mulai dari kesehatan (dokter & psikolog), hiburan, marketplace, portal lowongan pekerjaan, media online, crowdfunding, hingga perusahaan legal dalam mengembangkan beragam fitur di platform-nya.

Tersedia beberapa fitur lain, seperti Jelajah (sajian berita dari Kompas, Opini.id, Hipwee, dan Uzone) dan layanan konseling gratis Simply. Ada juga Tab Figur Publik yang memungkinkan pengguna berbicara dengan figur publik yang ditenagai chatbot AI.

Fitur ChatAja

Ada pula fitur ChatAja Jobs (menggaet Heikaku, Kalibrr, dan Urbanhire) dan fitur Sticker yang bekerja sama dengan Mojitok (Korea Selatan) dan Zookiz (Vietnam) untuk memperkaya koleksi stiker statis dan dinamis.

Pertanyaan DailySocial mengenai cara perusahaan memonetisasi tidak dijawab Reza. Fokus perusahaan saat ini adalah peningkatan jumlah pengguna. Dia optimis pada akhir tahun ini platform bisa melipatempatkan jumlah penggunanya menjadi 2 juta orang.

Soon to be announce fitur [untuk mendukung usaha ini] apa. Kemudian dalam waktu dekat akan ada versi terbaru untuk Android, iOS, dan web. Tapi paling dekat ini Android, kemungkinan akhir bulan ini [September],” ungkapnya.

Qiscus tetap fokus di pasar B2B

Dibanding Hi App dan ChatAja, Qiscus dari awal fokus bermain di pasar B2B, meski sempat melakukan pivot. Kini perusahaan melabeli dirinya sebagai chat platform untuk bisnis, baik itu integrasi semua aplikasi messaging ke dalam satu dasbor dan in-app chat SDK.

Sebelum sampai ke model bisnisnya sekarang, Delta bercerita bahwa Qiscus sempat pivot dari awalnya penyedia layanan messaging untuk karyawan. Semangat perusahaan pada saat itu adalah selalu ingin memfasilitasi semua percakapan agar manusia dapat berkomunikasi, berkolaborasi, terlibat, bertukar ide, dan sebagainya dengan lebih mudah dan lebih baik.

“Kami berpikir bahwa memaksa pasar untuk menggunakan pasar adalah cara yang baik untuk mencapai impian ini, membuat messenger yang lebih fleksibel dan dapat diandalkan daripada WhatsApp saat ini. Seperti Slack versi Indonesia.”

Co-Founder dan CEO Qiscus Delta Purna Widyangga / Qiscus
Co-Founder dan CEO Qiscus Delta Purna Widyangga / Qiscus

Pandangannya berubah total ketika melihat implementasi in-app chat di dalam aplikasi healthtech. Pada dasarnya percakapan itu dapat berperan penting dalam aspek hidup manusia. Di situlah mereka sadar bahwa untuk memberikan dampak yang lebih besar, [..] [mereka harus] mengaktifkan percakapan di dalam aplikasi apapun.

“Percakapan yang akan mengubah cara bisnis menyediakan layanan atau menjual produk mereka dan cara konsumen mengonsumsi atau mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Di sinilah kami beralih dari enterprise messenger ke platform percakapan yang memperkuat percakapan dalam aplikasi apa pun.”

Keputusan pivot ini terbilang tepat karena Delta mengaku dengan model bisnis sekarang, perusahaan telah memperkuat percakapan untuk lebih dari 30 juta pengguna dengan hampir 1.000 perusahaan klien. Qiscus sudah digunakan untuk 15 use cases di 18 negara. Perusahaan mengklaim sudah mencetak laba sejak tahun lalu dan masih terus tumbuh cepat, meskipun dalam kondisi pandemi.

OpenChat Mudahkan Pengguna Line Bergabung dalam Grup Tematik

Setelah sebelumnya diumumkan saat acara Line Conference 2019, fitur yang sebelumnya dikenal dengan nama Line Square kini resmi berubah menjadi OpenChat. Pertama kali diluncurkan pada tahun 2017, Line Square merupakan fitur yang menyediakan ruang obrolan bagi pengguna dengan minat dan kesukaan yang sama untuk berinteraksi, meskipun tidak saling memiliki kontak.

Pengguna pun dapat dengan bebas memperluas cakupan komunikasi mereka tanpa perlu memberikan identitas asli dan tetap menjaga privasi dari akun personal mereka. Keunikan lain yang dimiliki Line Square adalah besarnya kapasitas ruang obrolan, setiap ruang obrolan dapat menampung hingga 5000 anggota.

Sementara itu, pada setiap Square, admin dapat menambah ruang obrolan sebanyak yang dibutuhkan. Dalam Line Square terdapat lebih dari seribu ruang obrolan yang dapat dipilih oleh pengguna sesuai dengan preferensi mereka.

OpenChat mengedepankan kemudahan

Konsep baru OpenChat sengaja diadopsi oleh Line menyesuaikan tren dan penggunaan aplikasi chat messenger serupa lainnya. Line juga menghadirkan beberapa teknologi baru di antaranya adalah memudahkan pengguna untuk mengelola perbincangan di lebih dari satu grup. Pengguna juga dengan bebas bisa memilih profil mereka di masing-masing grup tersebut..

Kepada DailySocial perwakilan dari Line Indonesia menyebutkan, perubahaan nama dari Square menjadi OpenChat diharapkan dapat lebih mengedepankan nilai ‘kemudahan’ dan ‘keterbukaan’ dalam berinteraksi antara pengguna yang memiliki minat yang sama. Mengklaim memiliki model bisnis yang berbeda, Line Indonesia mengungkapkan akan mengumumkan hal tersebut dalam waktu dekat.

“Melalui perubahan nama ini, kami tidak hanya ingin memberikan layanan bagi komunitas-komunitas yang sudah ada tetapi juga menyediakan format baru untuk komunitas-komunitas online. Selain itu, fitur privat OpenChat juga tersedia (kode PIN dan Q&A) sehingga bisa menjadi fitur yang unggulan.”

Saat ini di Indonesia OpenChat telah memiliki 21 Kategori dengan lebih dari 450 ribu OpenChat. Selain itu, terdapat juga sejumlah tipe OpenChat yang berbeda untuk setiap topik yang tersedia. Untuk topik yang populer digunakan oleh pengguna OpenChat di Indonesia di antaranya adalah Sekolah, Gim, dan Sosial. OpenChat telah memiliki 21 Kategori dengan lebih dari 450,000 OpenChat. Selain itu, terdapat juga sejumlah tipe OpenChat yang berbeda untuk setiap topik yang tersedia.

Application Information Will Show Up Here

Google Resmi Matikan Allo, Salin Histori Chat Anda

Allo mungkin merupakan produk Google yang memiliki umur yang pendek. Pasalnya, aplikasi tukar pesan yang baru dirilis pada tahun 2019 lalu sepi pengguna. Alhasil, mereka pun mengumumkan dari tahun lalu bahwa Allo bakal ditutup pada bulan Maret ini.

01

Setelah tanggal 12 Maret 2019, tentu saja Allo tidak dapat digunakan kembali. Oleh karena itu, pengguna yang memiliki pesan penting harus melakukan backup agar pesan tersebut dapat diakses di kemudian hari.

Allo ditutup oleh Google dikarenakan mereka ingin memfokuskan sumber daya yang ada ke aplikasi Messages. Messages sendiri merupakan aplikasi tukar pesan dan SMS dari Google. Pengguna pun juga dapat melakukan pertukaran pesan Messages melalui web agar dapat lebih mudah diakses.

02

Cara melakukan backup pun cukup mudah. Pertama kali, buka aplikasi Allo. Setelah itu, buka menu dengan menekan tiga garis yang ada di sisi kiri atas atau melakukan pergeseran dari ujung layar sebelah kiri ke tengah. Di sana, Anda dapat menemukan pilihan settings.

03

Klik saja pada pilihan Settings tersebut. Nantinya jendela akan terbuka dan Anda dapat menemukan pilihan Chat. Di dalam pilihan tersebut, Anda dapat memilih apakah ingin melakukan ekspor teks sebagai file .CSV atau mengunduh file media yang dibalut dengan format kompresi .zip.

Setelah itu, Anda dapat mengucapkan selamat tinggal kepada Allo.

BBM Closes Down Headquarters in Singapore and Canada

Creative Media Works (CMW), BBM’s parent company, confirmed the closing of Singapore and Canada’s headquarters as an effort to improve efficiency. Although, the company make sure that the business will run as per usual.

Hermawan Sutanto, BBM’s COO said to DailySocial, the step taken is to affect all employees in Singapore and Canada as layoff. There are 120 employees affected by this.

There’s no plan to cut employees in Jakarta branch. However, based on a trusted source, there will be outsourcing employees to help other platform development in Emtek Group.

BBM is reportedly underachieved the expected growth throughout 2018. The restructuring should reduce the costs for operations, while exploring the right business model for the messaging platform managed by Emtek Group since 2016.

Emtek Group partnership with Blackberry for BBM is worth of $207.5 million (more than 2.7 trillion rupiah at the current rate) within six years – to 2022.

BBM is now positioned as super app with integration of payment (Dana), shopping (Bukalapak), and entertainment platform (Vidio, game, komik).

According to App Annie, BBM is not included in five best app, based on the average of monthly active users, in Social and Communication category throughout 2018.

We didn’t get the latest data of BBM’s active users, both global and in Indonesia. In 2016, when CMW took over BBM, it is said to have 60 million active users in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

BBM Tutup Kantor di Singapura dan Kanada

Creative Media Works (CMW), perusahaan pengelola BBM, mengonfirmasi penutupan kantor di Singapura dan Kanada sebagai usaha meningkatkan efisiensi. Meskipun demikian, perusahaan mengklaim operasional BBM tetap akan berjalan seperti biasa.

Kepada DailySocial, COO BBM Hermawan Sutanto menyebutkan, langkah restrukturisasi ini akan mempengaruhi seluruh karyawannya di Singapura dan Kanada dalam bentuk layoff. Ada sekitar 120 karyawan yang terdampak atas proses ini.

Tidak ada rencana pengurangan pegawai di kantor Jakarta. Meskipun demikian, menurut sumber DailySocial, disebutkan bakal ada karyawan yang dialihdayakan untuk membantu pengembangan platform lain di dalam Emtek Group.

BBM sendiri dikabarkan tidak mencapai pertumbuhan yang diharapkan sepanjang tahun 2018. Restrukturisasi tersebut diharapkan bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional, sambil mencari model bisnis yang tepat untuk platform messaging yang dikelola Emtek Group sejak tahun 2016 ini.

Kemitraan Emtek Group dan BlackBerry untuk BBM bernilai $207, 5 juta (lebih dari 2,7 triliun Rupiah dengan kurs saat itu) dalam jangka waktu enam tahun — hingga tahun 2022.

BBM saat ini diposisikan sebagai sebuah super app dengan integrasi terhadap platform pembayaran (Dana), platform belanja (Bukalapak), dan platform hiburan (Vidio, game, komik).

Menurut data App Annie, BBM tidak termasuk dalam lima aplikasi terbaik, berdasarkan rata-rata pengguna aktif bulanan, di kategori Sosial dan Komunikasi sepanjang tahun 2018.

Kami tidak mendapatkan data terbaru tentang pengguna aktif BBM, baik secara global maupun di Indonesia. Di tahun 2016, ketika pengelolaan BBM diambil alih CMW, disebutkan ada sekitar 60 juta pengguna aktif BBM di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here