Suunto Ungkap Jam Tangan Sport Pertamanya yang Mengemas Sensor Laju Jantung Terintegrasi

Pabrikan jam tangan sport asal Finlandia, Suunto, kembali memperkenalkan model terbaru untuk lini Spartan mereka. Didapuk Spartan Sport Wrist HR, jam tangan ini istimewa karena ia merupakan jam tangan pertama Suunto yang mengusung sensor laju jantung terintegrasi.

Secara fisik, desainnya tidak jauh berbeda dari model Spartan lainnya, tetap elegan sekaligus tahan banting, mengikuti tradisi yang dipertahankan Suunto selama ini. Fitur tracking-nya juga masih sangat lengkap, sanggup memonitor sekitar 80 tipe aktivitas yang berbeda.

Kehadiran sensor laju jantung merupakan pembaruan yang sangat signifikan, apalagi mengingat konsumen Suunto selama ini harus mengandalkan chest strap terpisah untuk memonitor kesehatan jantungnya. Di sini Suunto mengandalkan sensor optik yang sangat akurat garapan Valencell, sebuah perusahaan asal AS yang memang ahli di bidang sensor biometrik.

Penggemar smartwatch sejatinya juga bisa dibuat tertarik oleh Spartan Wrist HR, mengingat ia juga mengemas layar sentuh berwarna, panduan navigasi berbasis GPS maupun integrasi smartphone seperti biasanya.

Suunto Spartan Sport Wrist HR rencananya akan mulai dipasarkan pada musim semi mendatang seharga $649. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, biru dan sakura.

Sumber: Suunto dan Digital Trends.

Smartwatch Tag Heuer Connected Hadir dalam Varian Rose Gold Asli, Dibanderol $9.900

Hampir setahun berlalu sejak Tag Heuer mengungkap smartwatch perdananya. Popularitas dan penjualannya mungkin masih kalah jauh dibanding smartwatch Android Wear lain ataupun Apple Watch. Namun menjadi smartwatch terbaik memang bukan tujuan Tag Heuer Connected.

Lewat produk ini, Tag Heuer sebenarnya hanya ingin membuktikan kekuatan brand dan pandangan konsumen terhadap arloji buatan Swiss. Sederhananya, Tag Heuer Connected dirancang sebagai pancingan terhadap konsumen modern, sehingga akhirnya mereka bisa tertarik dengan jam tangan tradisional Tag Heuer dan segala kemewahan yang ditawarkannya.

Banderol harga $1.500 memang bukan untuk semua orang, tapi Tag Heuer rupanya menilai itu belum cukup bisa menggambarkan image premium yang selama ini ditonjolkan arloji Swiss. Untuk itu, mereka pun memperkenalkan varian baru Tag Heuer Connected yang terbuat dari emas asli, atau lebih tepatnya rose gold.

Harganya? $9.900, sebab Anda juga akan mendapati strap berbahan kulit asli. Spesifikasinya sendiri identik dengan varian standar, jadi biaya ekstra tersebut murni dialokasikan pada material super-premium yang diusungnya. Kasusnya sama seperti Apple Watch Edition, meski Apple tak lagi menawarkannya dalam bahan emas asli melainkan keramik.

Sama seperti varian standarnya, Tag Heuer Connected versi rose gold ini juga bisa ditukar dengan jam tangan mekanik yang berdesain sama persis setelah dua tahun digunakan. Inilah yang saya maksud dengan taktik memancing tadi: konsumen yang sebelumnya hanya tertarik dengan smartwatch akhirnya bisa tergoda dengan berbagai penawaran jam tangan mekanik Tag Heuer setelah dua tahun ditemani Connected.

Memang tidak ada yang bisa menjamin strategi Tag Heuer ini bakal berhasil. Saya pribadi berharap Tag Heuer bisa mengambil jalan lain, yakni melalui smartwatch hybrid macam yang ditawarkan Withings, Garmin maupun Misfit, yang sejatinya merupakan jam tangan analog dengan kemampuan tracking mendasar.

Dengan cara seperti ini, setidaknya Tag Heuer tidak perlu ‘berbohong’ bahwa maksud mereka sebenarnya adalah membuat konsumen tertarik dengan lini jam tangan analog atau mekaniknya, tapi di saat yang sama masih bisa memberikan fitur tracking yang makin hari makin dirasa esensial demi gaya hidup yang lebih sehat.

Sumber: Hodinkee.

Susul Fossil dan Michael Kors, Skagen Luncurkan Jam Tangan Analog Berkemampuan Activity Tracking

Setelah Fossil dan Michael Kors merilis smartwatch-nya masing-masing, kini ganti Skagen yang mencuri perhatian. Brand asal Denmark yang masih di bawah perusahaan induk Fossil Group tersebut memperkenalkan smartwatch perdananya, Hagen Connected.

Sedikit berbeda dari kepunyaan Fossil dan Michael Kors yang memakai sistem operasi Android Wear, Skagen Hagen Connected pada dasarnya merupakan jam tangan analog dengan sejumlah fungsi pintar. Konsepnya lebih mirip seperti yang ditawarkan Withings lewat lini Activite, dimana secara sepintas Anda tidak akan menyangka kalau ia dibekali fitur activity tracking.

Hagen Connected sendiri juga demikian; ia dapat memonitor langkah kaki pengguna, lalu menampilkan progress-nya lewat sebuah dial kecil yang tertanam di wajahnya. Selagi tersambung ke smartphone Android atau iPhone, ia bisa bergetar ketika ada notifikasi yang masuk – pengguna dapat mengatur tipe notifikasi yang hendak diteruskan lewat aplikasi pendampingnya.

Tidak cuma itu, Hagen Connected juga bisa dipakai untuk mengakses sejumlah fungsi smartphone, seperti mengambil foto atau mengontrol jalannya musik lewat tombol yang berada di bagian samping kanannya. Soal baterai, ia tak perlu Anda charge setiap malam sebab baterai yang digunakan adalah baterai kancing standar.

Selain Hagen Connected, Skagen turut memperkenalkan Connected Activty Tracker yang juga dibekali fitur sleep tracking. Perangkat ini mempunyai strap yang bisa dilepas-pasang dan juga menggunakan baterai kancing standar.

Skagen Hagen Connected rencananya akan dipasarkan mulai bulan September seharga $195 dengan empat pilihan strap: dua berbahan kulit, silikon dan stainless steel model jaring. Connected Activity Tracker di sisi lain akan menyusul pada bulan Oktober seharga $95.

Sumber: Wareable.

Arloji Dari Greubel Forsey Ini Usung Body Kristal Safir, Harganya $ 1,1 Juta

Serbuan perangkat wearable memang tidak dapat dibendung, tetapi bahkan Apple Watch bersepuh emas masih belum betul-betul menembus pasar kelas luxury sesungguhnya. Terlepas dari harganya, Apple Watch emas bukanlah tandingan kreasi Greubel Forsey. Perusahaan ini fokus pada upaya penyajian waktu secara presisi, dan produk mereka bukanlah ‘mainan’ konsumen biasa.

Di 2014, watchmaker asal Swiss ini memperkenalkan arloji Double Tourbillon 30°. Sistem kompleks di dalam sengaja disusun agar pergerakan jam tidak banyak terpengaruh gravitasi, memastikannya tetap akurat. Dan belum lama, Greubel Forsey menyingkap versi paling unik dari varian tersebut sebagai jawaban mereka atas kepopularitasan tema transparan di dunia jam mewah: Double Tourbillon 30° Technique bertubuh safir.

Double Tourbillon 30° Technique Sapphire 3
Bahan safir sudah termasuk case, horn dan bagian sisi.

Tidak ada satu material logam pun digunakan di case ataupun dial (kecuali winding pin). Di sana, Anda bisa melihat arsitektur dan elemen bergerak yang telah diciptakan begitu cermat. Material safir memang cukup sering digunakan dalam pembuatan arloji, namun mungkin baru Double Tourbillon 30° Technique Sapphire saja yang memanfaatkannya seperti ini.

Alasan mengapa arloji tersebut menuntut harga sangat tinggi adalah karena ia diciptakan dari satu bongkah kristal safir – bukan mineral terpisah – diproses oleh mesin khusus sehingga menghasilkan case berukuran 38,4-milimeter. Istilah safir sebetulnya mengacu pada varian berwarna biru dari mineral corundum, yaitu bahan ketiga terkeras di Bumi setelah berlian dan moissanite. Namun secara fisik, Double Tourbillon 30° Technique mempunyai tubuh seperti kaca.

Double Tourbillon 30° Technique Sapphire 2
Dengan tubuh transparan, Anda bisa melihat gerakan presisi di dalam arloji.

Double Tourbillon 30° Technique Sapphire merupakan rumah bagi dua ‘tourbillon escapements‘, yaitu device untuk mengurangi eror akibat gaya gravitasi, satu komponen ditaruh di dalam yang lain. Dua bagian tersebut bergerak di kecepatan berbeda: komponen luar berputar sekali selama empat menit, dan bagian dalam bergerak sekali semenit. Berkatnya, Greubel Forsey memperoleh skor pencetak rekor, 915 dari 1.000, di International Chronometry Competition lima tahun silam.

Double Tourbillon 30° Technique Sapphire mengusung sistem hand-wound (ditenagai gerakan tangan) dan menyajikan cadangan baterai selama 120 jam, memanfaatkan empat barrel co-axial.

Sayangnya ada sedikit kabar buruk bagi Anda yang buru-buru ingin memesannya. Greubel Forsey hanya menciptakan delapan buah Double Tourbillon 30° Technique Sapphire, dan cuma tersedia buat pasar Amerika. Harga satu unitnya? Hanya US$ 1,1 juta saja.

Via Forbes. Sumber: A Timely Perspective.

Garmin Luncurkan Vivomove, Arloji Analog Berkemampuan Activity Tracking

Seiring berjalannya waktu, pabrikan semakin mengerti bahwa tidak semua konsumen menginginkan smartwatch. Sebagian mungkin hanya membutuhkan gelang pintar, sebagian lain belum bisa lepas dari jam tangan tradisional, dan sisanya mungkin mendambakan sebuah arloji premium dengan fitur activity tracking.

Pabrikan asal Perancis, Withings, sebelumnya sudah memulai tren arloji analog berkemampuan activity tracking lewat lini Activité. Namun kini Garmin sudah siap dengan pesaingnya yang dijuluki Vivomove.

Fisik Vivomove sengaja dirancang seelegan mungkin, mengingat ia memang merupakan sebuah jam tangan analog dengan tiga jarum penunjuk waktu. Ia hadir dalam tiga varian: Vivomove Sport, Vivomove Classic dengan strap kulit, dan Vivomove Premium dengan bodi stainless steel dan strap kulit.

Jika dilihat sepintas, Anda mungkin tidak menyadari kalau jam tangan ini menyimpan fitur pintar ala activity tracker pada umumnya. Di antara angka 8 dan 10, terdapat sebuah garis indikator hitam yang akan terisi selagi pengguna menjalani aktivitas dan mendekati target hariannya.

Di sisi sebaliknya, hadir garis indikator merah yang akan terisi ketika pengguna sudah terlalu lama duduk diam. Warna merah yang mencolok akan menjadi pengingat yang efektif bagi pengguna untuk terus bergerak demi kebugaran tubuhnya sendiri.

Garmin Vivomove hadir dalam tiga varian: Sport, Classic dan Premium / Garmin
Garmin Vivomove hadir dalam tiga varian: Sport, Classic dan Premium / Garmin

Selain memonitor aktivitas, Vivomove juga siap memonitor pola dan kualitas tidur penggunanya. Semua data yang dikumpulkan akan disinkronisasikan secara otomatis dengan aplikasi Garmin Connect di smartphone untuk dievaluasi lebih lanjut.

Selebihnya, Vivomove menyimpan segala kebaikan yang kita kenal dari jam tangan tradisional, seperti misalnya ketahanan air hingga 50 meter dan daya tahan baterai sampai setahun nonstop, tidak lupa juga desain menawan ala arloji buatan Swiss.

Garmin Vivomove akan dipasarkan seharga $150 untuk varian Sport, $200 untuk varian Classic, dan $300 untuk varian Premium. Mengikuti tren terkini, varian Classic dan Premium-nya juga hadir dalam aksen warna emas dan rose gold. Ia pun juga kompatibel dengan strap arloji standar berukuran 20 mm.

Sumber: Garmin.

Tissot Perkenalkan Smartwatch Perdananya, Tissot Smart-Touch

Tidak butuh waktu lama bagi pabrikan jam tangan asal Swiss untuk ikut meramaikan pasar smartwatch. Setelah Tag Heuer, kini giliran Tissot yang memperkenalkan smartwatch perdananya, Tissot Smart-Touch.

Namun berbeda dari Tag Heuer Connected yang menjalankan sistem operasi Android Wear, Tissot Smart-Touch pada dasarnya merupakan arloji analog dengan display digital terintegrasi dan fungsi pintar berbasis koneksi dengan smartphone. Wujudnya hampir identik dengan lini Tissot T-Touch, dengan casing berdiameter 45 mm yang terbuat dari bahan titanium dan bezel berbahan keramik.

Fitur yang ditawarkan Smart-Touch tidak begitu banyak, namun esensial. Utamanya adalah fitur navigasi berbasis fungsi GPS pada smartphone. Jadi setelah disambungkan dengan smartphone, petunjuk arah akan ditampilkan lewat perpaduan dial analog, fungsi kompas, dan display digital milik Smart Touch.

Tissot Smart-Touch accessories

Di saat yang sama, ada dua fitur lain yang bisa dinikmati dari Smart-Touch dengan memanfaatkan dua aksesori terpisah. Yang pertama adalah sebuah weather station bertenaga surya yang akan meneruskan informasi kondisi cuaca ke layar Smart-Touch. Yang kedua adalah semacam Bluetooth tracker sehingga pengguna bisa mencari lokasi suatu objek miliknya menggunakan smartwatch ini.

Selebihnya, ia masih merupakan jam tangan Tissot yang akan menarik perhatian para pencinta arloji analog tradisional. Baterainya bisa bertahan hingga satu tahun tanpa perlu di-charge sama sekali, dan Tissot memastikan ia akan tetap bermanfaat meski sedang tidak dihubungkan dengan smartphone.

Terkait harga, Tissot menempatkan Smart-Touch di kelas Tag Heuer Connected dengan banderol $1.100 sampai $1.200. Sayang belum ada kepastian mengenai jadwal perilisannya.

Sumber: Engadget dan A Blog to Watch.

Apple Watch Masuk Indonesia Secara Resmi 4 Desember 2015

Judul di atas bukannya mengada-ada. Bukan rumor ataupun kabar burung yang berasal dari kicauan seseorang di media sosial. Kabar ini datang langsung dari situs resmi Apple Indonesia. Di situ terpampang jelas tulisan “Tersedia 4 Desember”. Memang tidak ada informasi tahunnya, tapi pasti 2015 – kebangetan kalau sampai maksudnya tahun depan.

Seperti yang kita tahu, Apple Watch sendiri sudah mulai dipasarkan di negara-negara lain sejak sekitar tujuh bulan yang lalu. Kedatangannya di sini memang sangat terlambat – bahkan didului oleh Samsung yang telah membuka pre-order Gear S2 – tapi toh masih ada banyak penggemarnya yang setia menunggu.

Apple Watch Indonesia

Soal harga, tidak ada yang tahu berapa pastinya. Di AS, harga Apple Watch bervariasi mulai $349 sampai $17.000, tergantung model yang dipilih. Belajar dari iPhone, iPad dan Mac, kemungkinan besar harganya bakal melebihi kurs rupiahnya.

Berhubung di Indonesia sampai sekarang belum ada Apple Store, konsumen bakal menjumpai Apple Watch di sejumlah reseller. Saya sendiri penasaran dengan model-model yang bakal disediakan oleh para reseller, terutama model Apple Watch Edition yang terbuat dari emas 18 karat.

Firasat pribadi saya mengatakan yang bakal tersedia adalah Apple Watch Sport dan Apple Watch yang terbuat dari stainless steel, sedangkan model Edition harus dipesan terlebih dulu dari jauh-jauh hari. Model lain yakni Apple Watch Hermes sepertinya bakal dipasarkan lewat butik resmi Hermes yang bisa kita temui di salah satu pusat perbelanjaan di ibukota.

Update: Salah satu reseller produk Apple di Indonesia, iBox, telah mengonfirmasi ketersediaan Apple Watch mulai 4 Desember 2015 ini. Harga jualnya mulai dari Rp 6 juta.

Sumber: MakeMac.

Withings Activite Steel Adalah Activity Tracker dalam Wujud Arloji Analog yang Menawan

Sebagus apapun desain sebuah smartwatch, semua orang pasti membandingkannya dengan jam tangan tradisional. Maka dari itu, sejumlah pabrikan pun mengambil pendekatan yang berbeda. Mereka memilih untuk merancang sebuah arloji yang dilengkapi sejumlah fitur pintar, bukan sebuah perangkat pintar yang punya wujud menyerupai arloji.

Salah satu perusahaan yang mengamini pendekatan tersebut adalah Withings. Pabrikan asal Perancis ini sempat memukau publik tahun lalu dengan Activité, sebuah arloji mewah buatan Swiss yang dibekali kemampuan activity tracking dan sleep tracking, yang dibanderol seharga $450. Kemudian di awal tahun ini, Withings kembali dengan Activité Pop yang berfungsi sama persis, tapi materialnya tidak begitu mewah dan dipatok seharga $150.

Kini, mereka kembali menawarkan alternatif lain dengan Withings Activité Steel. Perangkat ini duduk tepat di tengah-tengah Activité dan Activité Pop. Meski tidak dibuat di Swiss seperti kakak sulungnya, Activité Steel masih menawarkan aura mewah berkat penggunaan material stainless steel pada case-nya. Namun untuk memangkas harga, strap-nya terbuat dari silikon ketimbang kulit asli.

Withings Activité Steel

Fitur yang ditawarkan tidak berubah sedikit pun. Anda tetap mendapat sebuah arloji analog dengan fitur activity tracking dan sleep tracking otomatis. Otomatis maksudnya Anda tak perlu menekan tombol apa-apa untuk memulai fungsi tracking-nya. Dan di pagi hari, Activité Steel akan merangkap peran sebagai sebuah alarm pintar, menyesuaikan pola dan tingkat getaran dengan fase tidur Anda.

Selain menghitung jumlah langkah kaki dan kalori yang terbakar, Activité Steel juga akan memonitor kegiatan berenang Anda – juga akan aktif secara otomatis ketika Anda mencebur ke air. Anda pun tak perlu khawatir dengan keadaannya, karena Activité Steel dirancang supaya tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Withings Activité Steel

Selesai memonitor, Anda bisa meneruskan seluruh data yang dikumpulkannya ke perangkat Android atau iOS via Bluetooth 4.0. Pada bagian wajahnya, terdapat sebuah dial kecil yang menunjuk angka mulai dari 0 – 100. Dial ini berfungsi untuk menunjukkan sudah berapa persen target Anda tercapai pada hari itu.

Hal lain yang tak kalah menarik untuk diperhatikan adalah, Anda tak perlu mengisi ulang baterai Activité Steel setiap malam; ia ditenagai oleh baterai kancing standar, yang diklaim bisa bertahan selama 8 bulan sebelum akhirnya perlu diganti baru.

Activité Steel saat ini sudah tersedia secara eksklusif melalui situs resmi Withings. Harga yang ditetapkan adalah $170, dan cuma ada satu varian warna saja yang ditawarkan, yaitu hitam.

Sumber: SlashGear.

Smartwatch Perdana Tag Heuer Akhirnya Resmi Dirilis

Resmi sudah. Setelah sekitar satu tahun rumornya terendus, Tag Heuer akhirnya mengungkap smartwatch perdananya secara resmi. Bertempat di kota New York kemarin (9/10/2015) waktu setempat, smartwatch bernama Tag Heuer Connected itu lahir ke dunia.

Apa yang menjadikan smartwatch ini istimewa tentu saja adalah faktor kemewahan arloji buatan Swiss yang menyelimuti dirinya. Fisiknya sendiri dirancang mengikuti desain lini Tag Heuer Carrera. Seluruh proses desain dan manufaktur berlangsung di Swiss. Hanya saja ia secara teknis tidak bisa mengusung label “Made in Switzerland” karena komponen elektroniknya berasal dari Intel.

Tag Heuer Connected bukan untuk semua orang. Bukan karena banderol harganya yang mencapai angka $1.500, tetapi karena ukurannya yang begitu besar. Diameter case titanium-nya berkisar 46,2 mm, dengan ketebalan 12,8 mm. Case ini menyambung ke strap berbahan karet yang terdiri dari beragam warna, plus dilengkapi buckle berbahan titanium. Secara konstruksi, Tag Heuer Connected bisa disejajarkan dengan jam tangan mekanik buatan Swiss lainnya.

Tag Heuer Connected

Dikembangkan secara langsung bersama Intel dan Google, Tag Heuer pun mempercayakan Android Wear sebagai sistem operasi smartwatch-nya, yang berarti ia kompatibel baik dengan perangkat Android maupun iOS. Spesifikasinya mencakup Bluetooth LE, Wi-Fi, storage 4 GB dan sejumlah sensor untuk keperluan fitness tracking.

Yang cukup disayangkan adalah, ia tidak dibekali dengan sensor laju jantung, yang sejatinya sudah menjadi standar smartwatch generasi terkini. Ia juga tidak mengemas GPS dan speaker, yang berarti semua notifikasi akan diteruskan berupa getaran saja. Sama seperti mayoritas smartwatch lain, baterainya tidak bisa bertahan berlama-lama; hingga 30 jam saja dalam satu kali charge.

Tag Heuer Connected

Meski dari segi fitur Tag Heuer Connected terdengar biasa-biasa saja, untungnya masih ada dua fitur ekstra yang tidak dapat Anda jumpai di smartwatch Android Wear lain. Yang pertama tentu saja adalah watch face khusus rancangan Tag Heuer yang tampak begitu mirip seperti lini arloji mekaniknya.

Yang kedua, setiap konsumen yang membeli Tag Heuer Connected akan dapat menikmati layanan berjuluk “Connected to Eternity”. Jadi setelah dua tahun, pemilik Tag Heuer Connected bisa membawa smartwatch-nya menuju sebuah retailer Tag Heuer, lalu menukarnya dengan sebuah jam tangan mekanik – dengan biaya tambahan $1.500. Dengan demikian, semisal nanti spesifikasi milik Tag Heuer Connected sudah dirasa terlalu tua, Anda tidak perlu khawatir ia bakal membusuk di dalam laci lemari.

Seperti yang saya sebutkan di atas, Tag Heuer Connected akan dibanderol seharga $1.500, membuatnya selevel dengan Apple Watch Hermès. Ketersediaannya untuk pasar internasional baru akan dimulai bulan depan melalui butik-butik Tag Heuer dan sejumlah mitra retail-nya.

Sumber: Bloomberg.

Dengan Chronos, Arloji Biasa Dapat Disulap Jadi Smartwatch

Anda suka dengan fitur-fitur yang ditawarkan sebuah smartwatch, tapi Anda sudah terlanjur jatuh cinta dengan arloji analog pemberian pasangan pada saat ulang tahun Anda. Pertanyaannya, apakah Anda rela memensiunkan arloji kesayangan tersebut dan beralih ke smartwatch? Saya cukup yakin sebagian besar bakal menjawab tidak.

Kalau Anda termasuk salah satunya, Anda mungkin bakal tertarik dengan perangkat bernama Chronos ini. Chronos bukanlah sebuah smartwatch, melainkan sebuah aksesori kecil berwujud seperti baterai kancing. Fungsinya? Menyulap arloji biasa menjadi sepintar smartwatch.

Untuk menggunakannya, Anda cukup melekatkan Chronos pada sisi belakang arloji. Ia menempel menggunakan mekanisme micro suction yang terdiri dari lubang-lubang super-kecil. Tidak ada sedikit pun bahan perekat yang dilibatkan, sehingga Anda tak perlu khawatir arloji Anda kenapa-kenapa.

Setelah dilekatkan, Anda bisa memanfaatkan arloji Anda sebagai penerus notifikasi, pengontrol musik sekaligus untuk keperluan fitness tracking sederhana. Jangan bandingkan kelengkapan fiturnya dengan sebuah smartwatch, karena hal itu hampir tidak mungkin terealisasikan kecuali Anda benar-benar memensiunkan arloji tradisional kesayangan Anda tersebut.

Chronos akan meneruskan notifikasi berupa getaran dan pancaran lampu LED. Pola getaran dan warna cahayanya bisa diatur lewat aplikasi pendampingnya di smartphone. Anda juga tak perlu cemas Chronos akan bergetar setiap kali ada notifikasi yang masuk. Pilih saja aplikasi beserta kontak yang diinginkan, lalu tetapkan pola getaran dan cahaya yang berbeda pada masing-masing.

Chronos

Untuk yang merasa lampu LED tampak sangat tidak elegan pada sebuah arloji tradisional, Anda bisa mematikan fitur tersebut lewat aplikasi pendampingnya. Keleluasaan kustomisasi semacam ini sangat penting karena tampilan sebuah arloji sangat bergantung pada selera masing-masing pengguna.

Chronos juga sanggup mengontrol sejumlah fungsi milik smartphone, seperti aplikasi pemutar musik maupun menjadi shutter kamera. Untuk melakukannya, Anda terlebih dulu diminta menetapkan gesture pada aplikasi pendampingnya – bisa satu tap pada wajah arloji, atau double tap.

Dari segi fisik, Chronos terbungkus dalam case berbahan stainless steel setebal 3 mm. Diameternya berkisar 33 mm, sehingga diyakini kompatibel dengan 80 persen arloji tradisional yang dijual saat ini. Konstruksinya juga dirancang tahan air supaya bisa menemani ketahanan milik arloji Anda sendiri.

Chronos menyambung ke smartphone via Bluetooth 4.0. Baterainya diklaim mampu bertahan hingga 36 jam. Saat habis, Anda tinggal melepasnya dari arloji lalu menempatkannya di atas wireless charger standar milik mayoritas smartphone.

Saat ini Chronos sudah membuka pre-order melalui situs resminya. Satu unit Chronos dihargai $99, dan pengirimannya baru bisa dipenuhi sekitar musim semi tahun 2016.

Sumber: The Verge.