Jojonomic Peroleh Pendanaan Lanjutan

Jojonomic mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan senilai $1,5 juta (atau hampir Rp 20 miliar) dari sejumlah investor yang dipimpin Maloekoe Ventures. Golden Gate Ventures, Fenox VC, dan East Ventures adalah investor yang turut berpartisipasi untuk pendanaan kali ini. Jojonomic telah berkembang dari layanan perencanaan keuangan individu ke platform reimburse karyawan dan pendanaan ini akan membantu perusahaan meluncurkan fitur-fitur baru dan mengincar target pasar yang baru pula.

Kini fokus ke klien startup dan UKM, Jojonomic yang merupakan peserta Google Launchpad Accelerator tahap pertama, mencoba membantu perusahaan yang ingin mendigitalisasi sistem reimbursement menggunakan teknologi berbasis cloud dan OCR.

Di dalam rilisnya, Founder dan CEO Jojonomic Indrasto Budisantoso mengatakan, “Pelaku usaha di region ini tidak mempunyai solusi digital yang sesuai dan mudah digunakan untuk memproses expense claim. Reimbursement manual dapat sangat menyulitkan, tetapi Jojonomic membantu untuk mendigitalisasi proses tersebut sehingga pelaku bisnis dapat dengan cepat dan mudah menyetujui dan melakukan kontrol biaya yang dikeluarkan karyawan mereka.”

Terhadap pendanaan kali ini, Adrien Gheur, Co-founder dan Managing Partner dari Maloekoe Ventures menambahkan, “Teknologi yang dikembangkan oleh Jojonomic menjadi solusi bagi masalah yang nyata, yaitu proses reimbursement. Kami percaya kepada masa depan untuk sistem SaaS B2B di negara dan region ini. Dalam hal ini, kami juga terkesan dengan tim Jojonomic dan apa yang dicapainya.”

Soal keinginan merambah pasar yang lain, dalam wawancaranya dengan DailySocial, COO Jojonomic Samiaji Adisasmito mengatakan mimpi mereka untuk berekspansi ke Asia Tenggara.

Indrasto terhadap realisasi mimpi ini mengatakan, “Banyak hal-hal menarik terjadi di Jojonomic. Kami mempunyai fitur-fitur baru yang akan diluncurkan dalam waktu dekat, kami juga secara perlahan mulai menarik perhatian target pasar kami dan telah mengincar pasar lainnya.”

Application Information Will Show Up Here

Hadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, 57 Juta UKM di Indonesia Memperkuat Dirinya dengan SaaS

Lima puluh tujuh juta UKM Indonesia belum pernah mendapatkan kesempatan yang begitu besar dan juga belum pernah menghadapi persaingan seperti sekarang ini. Karena adanya persatuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), hampir 600 juta masyarakat Asia Tenggara sudah dapat dijangkau oleh perusahaan-perusahan Indonesia. Para ekonom dan investor percaya bahwa teknologi akan menjadi kunci dalam membuka berbagai potensi lokal.

MEA juga menjadi suatu tanda kemudahan bagi perusahaan asing untuk memasuki Indonesia. Founder Moka Haryanto Tanjo, startup mobile point-of-sale yang berbasiskan di Jakarta, menjelaskan, “Untuk tetap dapat bersaing, pebisnis UKM dituntut untuk menjalankan bisnis mereka secara lebih efisien dan juga dapat mengakses informasi secara real-time.”

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menjelaskan bahwa di dalam era transparansi, di mana informasi menjadi sangat mudah di akses, akan ada banyak persaingan antar UKM yang memiliki kesamaan dalam model bisnis, pelanggan dan cara berbisnis. Menurutnya, kelebihan kompetitif yang dimiliki setiap bisnis yang ada terletak pada kemampuan dalam menjalankan bisnis tersebut.

Cuaca mengatakan, “Perusahaan kami terus mencari kunci pertumbuhan di Indonesia yang juga meningkatkan perkembangan teknologi. Inilah saat di mana software dapat membantu mereka dalam menjalankan bisnis secara lebih efisien dan kami percaya bahwa UKM yang dilengkapi dengan software akan muncul sebagai pemenang. Kami mengelompokkan grup pemenang ini sebagai ‘UKM pintar’.”

Senjata Pertahanan Regional

“Saya percaya bahwa hanya perusahaan besar dan multinasional yang dapat memiliki kemampuan dan sumber daya dalam menggunakan software seperti SAP dan Oracle, “ jelas Joshua Kevin, co-founder Talenta, startup SaaS yang bergerak di bidang human resources di Indonesia.

Dalam triwulan pertama di tahun 2016, Talenta melaporkan ada lebih dari 75 perusahaan pengguna dan 10.000 karyawan yang aktif dalam software-nya. Startup ini memproyeksikan di akhir tahun akan ada peningkatan 50.000 karyawan aktif.

Selain Talenta, juga ada startup tenaga kerja lokal lainnya yang dibantu dengan adanya pendanaan dari kapitalis ventura. Ketika Talenta membantu perusahaan dalam mengurus karyawan yang sudah ada, Rekruta membantu usaha bisnis dalam melacak pelamar kerja baru.

“Lokalisasi adalah kuncinya,” jelas Silvia Pratama, founder Rekruta, yang startupnya menawarkan suatu sistem yang dapat membantu proses perekrutan kerja bagi perusahaan menengah ke atas secara otomatis. Ia berkata, “Salah satu contoh lokalisasi di Indonesia dan Asia Tenggara adalah fitur resume parsing.”

Walaupun Rekruta masih tergolong baru, perusahaan ini menargetkan 100 pengguna aktif pada tahun 2017 yang Pratama harap adalah perusahaan e-commerce lokal.

Di bagian akunting, perusahaan seperti Jurnal dan Jojonomic telah menjadi salah satu pemainnya di Indonesia. Jurnal membuat suatu software bookkeeping yang interaktif sedangkan Jojonomic adalah suatu software manajemen keuangan pribadi gratis. Dalam versi premiumnya, Jojonomic Pro, adalah suatu solusi SaaS untuk mengatasi reimbursement yang ditargetkan kepada bisnis-bisnis. Produk ini menggunakan kamera smartphone untuk dengan mudah memindai dan menyimpan kuitansi. Founder Jojonomic Indrasto Budisantoso mengatakan
bahwa penggunaan mobile phone adalah tenaga penggerak di balik kemajuan SaaS dalam UKM di Asia Tenggara.

“Sekarang, semua smartphone memliki kamera dan hampir seluruh jajaran karyawan pasti memiliki smartphone. Hal ini belum terjadi untuk tiga sampai empat tahun yang lalu,” jelasnya.

Jojonomic Pro melaporkan adanya lebih dari 40 perusahaan berlangganan dan pertumbuhan 100 persen setiap bulannya sejak Desember 2015.

CEO dan co-founder SIRCLO Brian Marshal mengatakan bahwa platform pembuatan website toko online-nya yang berbasiskan cloud ini telah memiliki lebih dari 10.000 user aktif. Marshal menyatakan bahwa SIRCLO akan segera melewati pendapatan tahunan US$200.000. Ia percaya bahwa perusahaannya adalah salah satu dari banyak SaaS startup di Indonesia yang telah berhasil mencapai angka tersebut. SIRCLO sampai saat ini telah memfasilitasi lebih dari US$4.000.000 dalam GMV (gross merchandise volume).

“Kami telah melihat berbagai kisah sukses belakangan ini,” jelas Marshal. “Hari ini, bukanlah suatu kasus yang jarang untuk melihat bisnis perseorangan dalam platform kami yang mendapatkan revenue bulanan dari US$0 hingga US$5000.”

Waktu Keemasan SaaS (Software as a Service)

Tercatat ada lebih dari 140 startup SaaS yang tersebar di seluruh Asia Tenggara. Karena banyaknya bisnis yang mulai berpindah kepada solusi cloud-based untuk distribusi produk, software tradisional akan semakin tertinggal di belakang. Riset menjelaskan bahwa sekitar 60 persen dari startup SaaS yang ada di Asia Tenggara telah mendapatkan funding senilai sekitar US$90 juta per Mei tahun lalu.

Golongan menengah Indonesia diperkirakan akan terus meningkat dan bertumbuh sekitar 70 juta penduduk dan mencapai 141 juta pada tahun 2020. Hal ini terus mengindikasikan bahwa akan ada lebih banyak UKM yang akan bergabung ke dalam ekonomi digital ini. Ini juga menjadi faktor bahwa SaaS akan memiliki peran yang sangat signifikan dalam pertumbuhan di Asia Tenggara dalam beberapa tahun ke depan.


Disclosure: artikel tamu ini ditulis oleh East Ventures setelah melalui proses penyuntingan

JojonomicPro Bantu Mengontrol Pengeluaran Reimburse Karyawan

Sejak diluncurkan Oktober 2015 silam, aplikasi JojonomicPro yang diciptakan untuk mempermudah perusahaan mengontrol pengeluaran reimburse karyawan telah mengalami peningkatan yang signifikan. Cukup mengunggah foto bukti reimburse melalui aplikasi kemudian mengisi formulir yang tersedia, karyawan bisa melaporkan pengeluaran reimbursement kepada perusahaan. Aplikasi JojonomicPro saat ini sudah tersedia di aplikasi mobile platform Android dan iOS.

JojonomicPro dikembangkan Jojonomic yang memang fokus di sektor fintech. Sebelumnya Jojonomic juga telah meluncurkan layanan pengaturan keuangan pribadi. JojonomicPro sendiri membidik perusahaan yang memiliki tim dan divisi yang secara aktif melakukan kegiatan di luar kantor. Jika sebelumnya pelaporan reimbursement dilakukan dengan cara konvensional, JojonomicPro mencoba untuk memberikan solusi reimbursement pengeluaran kantor menggunakan aplikasi.

“JojonomicPro bertujuan untuk menghemat pengeluaran perusahaan dengan menjadikan pegawai menjadi bertanggung jawab dengan dapat memantau langsung status dan jumlah pengeluaran reimburse-nya beserta budget yang tersedia dari perusahaan,” kata COO Jojonomic Samiaji Adisasmito kepada DailySocial.

Fitur andalan dan pilihan harga berlangganan

Sebagai platform mobile reimbursement yang terbilang cost saving dan juga time saving untuk karyawan, JojonomicPro memiliki fitur-fitur unggulan, yaitu Monthly Budget yaitu memantau budget bulanan setiap karyawan beserta penggunaannya, OCR sistem yang memungkinkan untuk bisa membaca jumlah rupiah pada bon secara otomatis, Custom Approval Policy yaitu penetapan layer approval transaksi sesuai kebijakan masing-masing perusahaan dan Cash Advance berupa permintaan uang diawal untuk perjalanan dinas, dan laporan pengeluaran pada akhir perjalanan.

“Saat ini untuk perusahaan yang memiliki jumlah pengguna lebih dari 30 orang JojonomicPro memiliki penawaran harga berupa Annual Package dengan potongan harga hingga 50%. Sementara untuk biaya bulanan yang dikenakan untuk langganan JojonomicPro yaitu Rp 50 ribu,” kata Samiaji.

Selain memudahkan tentunya kehadiran JojonomicPro untuk perusahaan bisa menghemat waktu, menghemat biaya serta dengan cepat menerima laporan yang ada dari karyawan. Penggunaan aplikasi juga bisa mengurangi penggunaan kertas untuk pelaporan karyawan kepada perusahaan.

Jojonomic sendiri menargetkan untuk bisa memperluas layanannya di seluruh Indonesia dan berniat menjadi layanan fintech yang bisa digunakan oleh kalangan individual hingga korporasi.

Ke depannya, JojonomicPro juga bercita-cita memperluas layanannya di Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here

Pengalaman Mereka Mengikuti Google Launchpad Accelerator Bootcamp

Delapan startup Indonesia baru saja mengikuti bootcamp Google Launchpad Accelerator selama dua minggu di kantor pusat Google di Mountain View, California. Tak sekedar perolehan dana “gratis” $50 ribu dan kesempatan melihat langsung kantor Google yang menjadi role model berbagai perusahaan teknologi dunia, mereka berkesempatan langsung menimba ilmu dengan sejumlah orang-orang brilian di belakang produk-produk Google yang digunakan miliaran orang.

Google Launchpad Accelerator mengundang 6 sampai 8 startup dari Indonesia, Brazil, dan India (masing-masing beranggotakan 2-3 orang) mengikuti bootcamp dengan menimba ilmu langsung ke Silicon Valley.

Kami berkesempatan berdiskusi dengan CEO Kurio David Wayne Ika dan COO Jojonomic Samiaji Adisasmito tentang kesan dan pengalamannya mengikuti program bootcamp ini. Patut diingat bahwa bootcamp baru menjadi fase awal program Accelerator ini. Masih ada kegiatan mentoring dan monitoring selama 6 bulan ke depan.

Bagaimana bisa terlibat dengan program Google Launchpad Accelerator

David dan Samiaji menegaskan keterlibatan mereka berdasarkan informasi dari mulut ke mulut. Tidak ada pembukaan dan kriteria khusus yang diumumkan oleh Google. Mereka menyiapkan video tentang cerita startup-nya dan Google akhirnya memilih Kurio dan Jojonomic, bersama 6 startup yang lain, untuk mengikuti batch pertama ini.

Samiaji mengatakan,  “Kalau ditanya kriteria dari Google-nya apa, kita juga gak tau for sure, tetapi yang saya lihat dari semua startup yang ada di sana, kita semua sudah punya market, kita semua bener-bener punya extensive knowledge akan industri yang kita jalani dan juga produk yang kita buat. All of us have an Android app atau sedang dalam proses develop Android app, walaupun kalau dilihat dari profile startup-nya benar-benar beraneka ragam. Ada yang sudah berjalan 8 tahun lebih dari Brazil, ataupun seperti Jojonomic yang baru berjalan 6 bulan.”

DSC03191

David menambahkan, “Google waktu meminta video mengatakan don’t bother to send the product, kita maunya mendengar story-nya kalian, the background, vision, mission Kurio itu mau apa di Indonesia.”

“Yang kita lebih tertarik adalah enam bulan setelahnya [bootcamp] dan mendapatkan first dip on many Google products and services yang bahkan belum launched,” lanjut David.

Hal-hal yang diperoleh dari program ini

Selain pendanaan non-modal senilai $50 ribu, ada begitu banyak hal yang ditemui oleh para penggiat startup lokal selama mengikuti bootcamp ini.

Samiaji berujar, “Saat ini kami mengarahkan semua perhatian tim Jojonomic kepada perkembangan paperless reimbursement system dan berada di lingkungan Google kemarin benar-benar membantu kami mengakselerasi dari berbagai macam aspek. Salah satu yang sangat membantu process development on the spot kami selama di sana adalah setiap peserta diberikan Nexus 5X, di mana kami bisa langsung bereksperimen dengan environment OS Marshmallow.”

“Selain itu juga, kami ditemukan berbagai mentor expert dari Brazil, India, dan Indonesia dengan background keilmuan yang berbeda-beda. Dari segi teknikal kami banyak diberikan mentoring mengenai memory management, penggunaan teknologi data FlatBuffers, ataupun implementasi Material Design pada versi terbaru JojonomicPro, dan masih banyak lainnya. Beberapa mentor teknikal pun ada yang pegawai Google seperti Ran Nachmany, Dan Feld yang mengajarkan teknik sales B2B, ataupun dari luar Google seperti Jacob Greenshpan dan Borris Hassian, yang keduanya merupakan UX expert. Kami juga banyak mendapatkan masukan dari Google Play Team untuk melakukan A/B Testing, Beta Testing, maupun user research,” lanjut Samiaji.

Ia menambahkan, “Bantuan pendanaan dari Google tentunya ada, dan sangat membantu perkembangan kami ke depannya. Namun yang dirasa sangat berguna bagi kami adalah follow up dari pihak Google setelah acara berlangsung. Seperti contohnya adalah kami diberikan akses pada teknologi Google seperti Google Cloud Platform dengan certain amount of free credits dari Google. Another great example on the business side is kami juga di-set up meeting dengan beberapa pengambil keputusan di Indonesia. Selama 6 bulan ke depan, kami akan tetap close contact dengan pihak Google untuk menjaga kecepatan akselerasi perkembangan paperless reimbursement system kami.

DSC03335

David sendiri terkesan bagaimana Google menyiapkan program ini. Ia mengatakan, “What’s really good about it adalah mentor yang disiapkan Google is Google employee, tapi sengaja dipilih yang berasal dari acquihire mereka, jadi bukan tipikal employee yang never built a startup karena ini startup program. Jadi masih ada spirit startup entrepreneur-nya.”

Simple thing, seperti A/B testing [di Google] Play Store, dalam tiga hari conversion rate naik 23%. Small thing like that is huge.” tambahnya.

Kesan-kesan lain selama di Silicon Valley

David mengatakan, “How to brightest talents are so smart, yet they still learn all the time. We can really feel the vibe. Every time I go to toilet or pick up lunch, not once saya tidak melihat mereka tidak kerja.”

Samiaji, dengan pengalaman sedikit berbeda, mengamini, “Karena background saya sebagai seorang programmer, sewaktu di Google Developer Centre saya banyak lihat programmer yang coding sambil berdiri dan bahkan ada satu programmer yang coding sambil berjalan di atas treadmill! Artinya even the craziest idea can be adopted as long as it works!

Saran untuk startup Indonesia yang ingin mengikuti batch selanjutnya

Batch pertama adalah pembuka jalan bagi startup Indonesia lainnya yang ingin mengikuti program Launchpad Accelerator ini. Samiaji menyarankan kepada startup lain yang ingin berpartisipasi untuk melakukan riset, membangun aplikasi mobile, memberikan pengalaman terbaik untuk penggunanya dan memaksimalkan kehadiran startup yang dimiliki di dunia digital.

Sedangkan David dengan setengah berkelakar mengatakan, “Kita kayak kelinci percobaan, proudly. Do not send non-technical people. Gak ada waktu untuk jalan-jalan [meskipun di Silicon Valley dan San Francisco]. Tidak banyak yang mereka share sebenarnya yang tidak open to public. You can be prepared by watching videos from Google Developer Channel dan Android Developer Channel di YouTube.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Jojonomic Secures Seed Funding from East Ventures

Fintech vendor Jojonomic announced an undisclosed seed funding from East Ventures. The company now serves more than personal financial services, as it also enters B2B segment by the name of Jojonomic Pro to help companies doing their reimbursement. Ever since being launched last August, Jojonomic claims that its app has been used by thousands of users who utilize the services via their mobile phones, both iOS and Android-based. Continue reading Jojonomic Secures Seed Funding from East Ventures

Layanan Fintech Jojonomic Raih Pendanaan Awal dari East Ventures

Tim pengelola layanan fintech Jojonomic / Jojonomic

Layanan fintech Jojonomic mengumumkan perolehan pendanaan awal, dengan jumlah tak disebutkan, dari East Ventures. Selain layanan keuangan pribadi, Jojonomic kini juga memiliki lini B2B, dengan nama Jojonomic Pro, untuk membantu perusahaan mengurusi reimbursement. Sejak diluncurkan bulan Agustus lalu, Jojonomic mengklaim telah memiliki ribuan pengguna yang menggunakan layanan keuangan pribadinya di aplikasi mobile, baik untuk Android maupun iOS.

Continue reading Layanan Fintech Jojonomic Raih Pendanaan Awal dari East Ventures

Aplikasi Fintech Jojonomic Bertekad Rangkul Pasar Asia Tenggara

Pencapaiannya di awal peluncuran menjadi modal optimis Jojonomic go-global / Jojonomic

Sebuah startup financial technology (fintech) lokal baru siap meluncur meramaikan pangsa pasar aplikasi mobile sebagai sistem manajemen keuangan pribadi (personal finance). Jojonomic, nama aplikasi tersebut, saat ini sudah tersedia untuk platform Android dan iOS. Dengan mantap pihak Jojonomic bertekad merangkul pasar regional Asia Tenggara. Continue reading Aplikasi Fintech Jojonomic Bertekad Rangkul Pasar Asia Tenggara