Investree Konfirmasi Dana Investasi Seri D dari JTA Holdings Segera Cair

Investree mengumumkan kabar terbaru terkait upayanya dalam memperbaiki internal perusahaan agar memperoleh kepercayaan lagi dari masyarakat. Manajemen mengakui tantangan bisnis di internal karena kendala pembayaran oleh sejumlah borrower, berdampak pada keterlambatan pengembalian pinjaman untuk lender.

Dalam keterangan resmi, Co-founder dan Director Investree Singapore Pte. Ltd. Kok Chuan Lim merinci lebih jauh kabar Investree sejauh ini. Berikut detailnya:

  1. Membuka komunikasi dengan borrower yang masih memiliki itikad baik untuk melunasi pinjaman kepada lender, salah satunya dengan menambah kerja sama dengan pihak ketiga untuk mempercepat proses loan repayment collection. Sebagian besar borrower yang macet menurut data internal Investree adalah UMKM dari multi-industri yang mengalami kendala operasional akibat berbagai faktor, seperti penurunan omzet, penutupan bisnis, dan lainnya.
  2. Dana investasi dari JTA Holdings akan segera cair setelah Investree Group mendapat Commitment Letter yang dikirim pada 21 Februari 2024. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan dokumen-dokumen teknis untuk proses pencairan dana.
  3. Kembali membuka kantor Investree Indonesia per 19 Februari 2024 dan beroperasi secara normal setelah sebelumnya sempat tutup.

Selain mengandalkan dana investasi dari JTA Holdings untuk meneruskan operasional yang tersendat, sebelumnya diinformasikan bahwa salah satu investor Investree, yakni SBI Holdings telah menyuntikkan dana $7 juta atau senilai 109,5 miliar Rupiah.

Sebanyak $4,5 juta digunakan untuk membayar tanggungan perusahaan, termasuk gaji, pajak, utang, dan biaya lainnya. Sisanya dimanfaatkan untuk kebutuhan legal, asuransi, dan sewa.

“Saat ini kami memprioritaskan agar setiap stakeholders internal dan eksternal Investree mendapatkan hak mereka secara proporsional dan diharapkan setiap borrower untuk tetap melanjutkan kewajiban pelunasan fasilitas pinjamannya. Kami juga ingin menegaskan bahwa kami sedang menangani situasi ini dengan serius dan bertanggung jawab penuh untuk mencari solusi terbaik,” tutur Lim, Rabu (28/2).

Ia juga menyampaikan, “Kami tengah mengusahakan seluruh proses penyelamatan operasional Investree Indonesia berjalan dengan kecepatan penuh, demi para stakeholders.”

Lim merupakan CEO dari Investree Philippines. Ia sudah bergabung di Investree sejak 2019. Investree Philippines adalah ekspansi Investree kedua, setelah Thailand yang sudah dimulai sejak awal 2019. Di Thailand, Investree menggunakan brand eLoan dan menggandeng mitra lokal.

Untuk memperoleh kepercayaan masyarakat, Lim menyampaikan Investree tetap membuka jalur komunikasi buat para lender melalui email resmi. Bagi stakeholder lain, termasuk pihak luar yang mengaku terafiliasi dengan Investree juga dapat mengajukan pengadukan melalui laman khusus yang disiapkan perusahaan untuk pendataan.

“Bagi para lender maupun stakeholders yang merasa terlibat dengan perusahaan/perorangan lainnya yang mengklaim sebagai terafiliasi, anak perusahaan, subsider/anak perusahaan, dengan Investree, kami menghimbau untuk melapor dan melakukan pendataan. Tautan pendaftaran pengaduan ini dapat diakses di https://bit.ly/PelaporanInvestree,” tutup Lim.

Kanal pengaduan Investree lainnya, mulai dari saluran telepon 1500886, Whatsapp CS, Whatsapp khusus Lender VIP, dan Direct Message Instagram sejauh ini masih ditutup untuk sementara waktu.

Sebagai informasi, TKB90 Investree pada 28 Februari 2024 sebesar 83,56%, belum berubah sejak Januari 2024. Artinya, persentase kredit bermasalah atau tingkat wanprestasi atau TWP kini mencapai 16,44%.

Terus dipantau regulator

Secara terpisah mengutip Infobank, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman menjelaskan, kalau saat ini pihaknya masih melakukan dan pemantauan kepada Investree. Ada dua pendekatan yang OJK lakukan dalam menangani kasus ini.

Pertama, berupa pengawasan yang bersifat offsite yang mengandalkan analisis atas laporan yang disampaikan penyelenggara kepada OJK. Pendekatan kedua berupa pengawasan onsite atau langsung ke perusahaan.

Pengawasan ini, menurut Agusman, antara lain untuk memastikan kebenaran laporan maupun melakukan investigasi jika ada dugaan pelanggaran yang mereka lakukan. Ia memastikan, bahwa OJK akan memastikan investigasi dilakukan secara menyeluruh dan melihat dari berbagai sudut pandang.

Kalau investigasi terhadap kasus ini akan membutuhkan waktu sampai selesai, karena OJK masih mengumpulkan bukti. Salah satunya adalah pengaduan masyarakat.

“Kami sedang mengumpulkan bukti-bukti seperti dokumen dan lainnya. Pengaduan dari masyarakat juga banyak sekali. Kita akan melihat dengan baik, apakah ini ada faktor-faktor nonteknis seperti fraud atau lainnya, dan memastikan tindak lanjutnya seperti apa,” ujarnya.

Application Information Will Show Up Here

Investree Galang Pendanaan Seri D Rp3,6 Triliun Dipimpin JTA Holdings

Startup fintech lending Investree, melalui perusahaan induk Investree Singapore Pte Ltd (Investree Group) akan meraih pendanaan seri D senilai 220 juta Euro atau setara 3,6 triliun Rupiah yang dipimpin oleh JTA International Holdings, diikuti oleh investor lama SBI Holding, yang sebelumnya mendanai Investree pada putaran seri B dan C.

Disebutkan, pendanaan seri D ini masih dalam proses yang akan difinalisasi di kemudian hari.

Pada akhir tahun lalu, Investree sudah mengumumkan rencana penggalangan seri D ini. JTA Holdings menunjukkan komitmennya untuk memimpin putaran tersebut. Target penutupan dana ini molor dari rencana awal, yakni Januari 2023.

Sebagai bagian dari kesepakatan, JTA International Holding dan Investree telah menyelesaikan pendirian perusahaan patungan bernama “JTA Investree Doha Consultancy”, yang berfungsi sebagai pusat Investree di Timur Tengah untuk menawarkan solusi teknologi pinjaman digital UMKM, salah satunya adalah layanan penilaian kredit berbasis AI.

Usaha patungan ini memungkinkan JTA International Holding dan Investree menghadirkan teknologi inovatif yang dibangun di Indonesia untuk memberdayakan UMKM di Qatar, Timur Tengah, dan Asia Tengah.

Investree terakhir kali mengumpulkan dana sebesar $23,5 juta dalam putaran pendanaan seri C pada Maret 2020 yang dipimpin oleh MUFG Innovation Partners dan BRI Ventures.

President Director & Co-Founder/CEO Investree Adrian Gunadi menyampaikan dana segar tersebut akan digunakan untuk memperluas produk dan layanannya, serta meningkatkan kolaborasi dengan berbagai mitra untuk memberikan solusi digital yang lebih inovatif bagi para pelaku UMKM.

Ia juga menegaskan, berdirinya JTA Investree Doha menandai visi bersama mereka untuk semakin memperluas teknologi pinjaman UMKM digital, dengan JTA Investment Holding sebagai mitra strategis Investree.

“Kami dapat menyampaikan bahwa hingga saat ini, usaha patungan antara Investree dan JTA International Holding telah didirikan secara lengkap dan diakui secara resmi oleh pemerintah Qatar. Prosesnya memakan waktu karena terdapat berbagai langkah yang harus kami patuhi. dengan peraturan perundang-undangan di Qatar,” kata Adrian.

Didirikan pada 20105, Investree menyediakan empat produk pinjaman untuk UMKM, yaitu Invoice Financing untuk UMKM yang memberikan layanan/produk kepada perusahaan besar dengan sumber pembayaran dari invoice; Working Capital Term Loan (WCTL) untuk UMKM dengan model bisnis yang unik; Buyer Financing untuk UMKM sebagai pembeli ritel di pengecer besar/grosir; dan Pinjaman Produktif Mikro untuk pengusaha ultra mikro dari ekosistem mitra Investree.

Per Oktober 2023, Investree Indonesia telah mencatatkan total pencairan pinjaman sebesar Rp13,97 triliun dalam bentuk pinjaman produktif sejak didirikan di 2015. Investree Indonesia merupakan anak perusahaan Investree Group, perusahaan induk yang berbasis di Singapura, bersama Investree Thailand dan Investree Filipina.

Tersandung isu gagal bayar

Di Indonesia, pada Mei 2023, Investree masuk dalam radar OJK karena dikaitkan dengan isu gagal bayar. Lender (pemberi pinjaman) di Investree belum dibayar hingga ratusan hari. Perusahaan telah diminta oleh regulator untuk membuat rencana aksi, seperti meningkatkan upaya tagih pada portofolio yang jatuh tempo.

“Ini kita tindaklanjuti lagi kalau tidak sesuai,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PMVL) OJK Agusman seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Kondisi tersebut menjadi perhatian penting, lantaran TKB90 yang dicatatkan di situs perusahaan adalah 95,37% per hari ini (5/10). Angka tersebut sedikit lebih rendah dari rata-rata di industri sebesar 96,53% per Juli 2023.

Aplikasi Investree di Google Play dihujani dengan keluhan-keluhan lender yang mengaku tidak menerima pengembalian lebih dari ratusan hari.

Application Information Will Show Up Here

Investree Galang Pendanaan Seri D Dipimpin JTA Holdings, Segera Ekspansi ke Qatar

Startup fintech lending Investree mengumumkan pendanaan Seri D yang dipimpin oleh JTA International Holdings, perusahaan investasi berbasis di Qatar. Putaran ini masih berlangsung dan ditargetkan dapat rampung pada Januari 2023 mendatang.

Pengumuman ini sekaligus menandai debut perdana JTA International Holdings untuk startup fintech di Indonesia. Tidak disebutkan target dana yang diincar Investree dalam penggalangan ini. Perusahaan terakhir kali mengumumkan pendanaan seri C sebesar $24 juta dari BRI Ventures, MUFG Innovation Partners pada April 2020.

Dalam acara yang digelar Investree pada hari ini (14/12), Co-founder dan CEO Investree Adrian A Gunadi mengungkapkan ada banyak rencana strategis yang bakal dilakukan perusahaan bersama dengan lead investornya kali ini. Salah satunya, ekspansi ke Qatar dengan membentuk perusahaan patungan. Produk lending tersebut nantinya difokuskan pada pembiayaan supply chain untuk UMKM.

Menurut dia, UMKM di Qatar punya masalah yang sama seperti di Asia Tenggara, yakni sulit mendapat akses kredit dari lembaga keuangan resmi. “Pendanaan ini sangat signifikan mempertebal modal Investree untuk merealisasikan ekspansi bisnis ke depannya. Potensi bisnis financing ini tidak hanya besar di ASEAN, tapi juga Middle East Asia karena UMKM di sana juga punya tantangan yang sama,” ucap dia.

Selama ini dari sisi hubungan bilateral antar negara, diskusi yang berada di level antar pemerintah (G2G) sudah banyak dilakukan, namun kesepakatan investasi untuk Investree menandai pertama kalinya perusahaan investasi Qatar mendanai startup digital lokal.

“Diskusi sebenarnya sudah berjalan sekitar tujuh bulan lalu. Kami juga sudah bertemu langsung dengan JTA di Qatar. Mereka menunjukkan komitmen yang serius dalam mendukung potensi industri finance dan banking di Indonesia.”

Sebelumnya, Investree sudah hadir di dua negara di Asia Tenggara, yakni Filipina dan Thailand sejak 2021. Di kedua negara tersebut, perusahaan membentuk perusahaan patungan dengan mitra lokal dan memproses lisensi dari otoritas terkait sebelum beroperasi penuh.

Di Thailand, Investree menghadirkan dua produk, yaitu Bullet Payment Security dan Installment Payment Security. Keduanya punya kesamaan dengan Invoice Financing dan Working Capital Term Loan yang ditawarkan di Indonesia dan Filipina. Perusahaan menawarkan nilai tambah bagi UMKM untuk produk tersebut, di antaranya model credit scoring yang modern, pendanaan cepat, dan ketentuan dan biaya yang transparan.

Lebih dari sekadar fintech lending

Memasuki tahun ke-7, Investree kini tidak hanya sekadar menjadi perusahaan fintech lending, telah menjadi sebuah grup usaha. Baru-baru ini perusahaan memperkenalkan Sahabat Bisnis dan AIForesee untuk perkuat penilaian kredit (credit scoring) dalam mendukung penyaluran pinjaman bagi UMKM.

AIForesee dan Sahabat Bisnis berada di bawah naungan Investree Singapore Pte Ltd yang memiliki fokus berbeda dengan induk usaha.

AIForesee menyediakan platform penilaian kredit alternatif untuk mendukung penyaluran pinjaman produktif ke UMKM. Platform hadir untuk mendorong pelaku UMKM memahami skor kredit mereka sebelum mengajukan pinjaman ke lembaga jasa keuangan, termasuk platform pembiayaan. Layanan ini sudah tercatat di OJK sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Figital (IKD).

Platform ini menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan data alternatif yang dimiliki oleh ekosistem. Beberapa variabel yang dinilai, antara lain kesehatan finansial yang dapat diproyeksikan dari rata-rata pendapatan dan keseluruhan omzet, perilaku pembayaran yang diindikasikan dan perilaku ketepatan pembayaran tagihan, serta hubungan bisnis dengan pelanggan, jumlah supplier, dan tren media sosial.

Sementara, Sahabat Bisnis (SABI) merupakan platform lending-as-a-service (LaaS) yang menyediakan akses pinjaman terintegrasi ke Usaha Mikro dan Kecil (UMK). SABI ingin menjembatani ekosistem UMK yang membutuhkan dukungan modal dengan lembaga pembiayaan.

SABI juga memfasilitasi business health check untuk memeriksa ‘kesehatan’ bisnis pelaku UMK dan penilaian kredit. Kolaborasinya dengan AIForesee dalam ekosistem Investree Grup menjadi bentuk penguatan inisiatif dalam memberikan solusi bisnis terpadu bagi UMKM.

Adapun dari bisnis utamanya sebagai fintech lending, dipaparkan hingga Oktober 2022, Investree berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman Rp15,6 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp12,14 triliun dengan rata-rata tingkat imbal hasil rata-rata 16.3% per tahun.

Adapun portofolio pinjaman ini ada yang datang dari sektor kreatif dengan persentase Rp1,29 triliun. Pertumbuhan di sektor ini disebutkan cukup menjanjikan, bila diakumulasi dari 2015, total angka pinjaman tersalurkan mencapai Rp1,63 triliun untuk 327 peminjam. Bidang usahanya bermacam-macam, mulai dari agensi periklanan dan digital, rumah produksi, konsultan kreatif, mode, hingga makanan dan minuman.

Application Information Will Show Up Here