Kata.ai Updated to a New Version, Introduces “Bot Template” Feature

Chatbot service provider startup Kata.ai launches the latest platform, Kata Platform 2.5. In the latest version, Kata.ai has some new updates, including better UI/UX, bot template, a more complete documentation and easier tracking error.

“Overall, the improvement we’ve done in this version has made the platform easier to use than the previous one. The current UI (User Interface) is more user-friendly, and reduce the learning curve for developers when first using the platform. Obviously, it can fasten the chatbot making process. Particularly with the templates to use by the developer in creating chatbot, and a more complete documentation as references,” Irzan Raditya, Kata.ai‘s CEO, explained.

One of the highlights in this updates is the bot templates. A feature providing chatbot samples in Kata Platform which changeable and ready to use by developers. Therefore, the chatbot development process doesn’t start from zero.

Kata.ai currently has 3 chatbot templates, Bot API (chatbot which can connect to the 3rd party API), Button Bot (chatbot that comes with buttons as the UI elements in conversation), and Shopping Bot (chatbot which can be used to facilitate transactions or purchases). The number of chatbots IS promised to be increased due to various needs.

Raditya mentioned, Kata.ai is quite confident about the latest platform. It can’t be separated from many users’ input accommodated in the latest update.

“We want the chatbot development process in this platform to be faster, for many developers creating chatbot. Since the 2.5 platform launched a few weeks ago, thousands of active bots are created by the developers using our platform,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kata.ai Luncurkan Versi Baru, Munculkan Fitur “Bot Template”

Kata.ai startup penyedia layanan chatbot meluncurkan platform terbaru mereka, Kata Platform 2.5. Di versi terbarunya ini Kata.ai menyuguhkan beberapa pembaruan, di antaranya UI/UX yang lebih baik, bot template, dokumentasi yang lebih lengkap dan tracking error yang lebih mudah.

“Secara keseluruhan, peningkatan yang kami lakukan di versi ini membuat platform lebih mudah digunakan dibandingkan versi sebelumnya. UI (User Interface) yang sekarang ditampilkan lebih user-friendly, dan mengurangi learning curve yang harus dihadapi developer saat pertama kali menggunakan platform. Tentunya dengan hal ini proses pembuatan chatbot bisa menjadi jauh lebih cepat. Apalagi sekarang ada template-template yang bisa digunakan oleh developer saat membangun chatbot, dan dokumentasi yang lebih lengkap sebagai sumber referensi,” jelas CEO Kata.ai Irzan Raditya.

Salah satu yang menarik dari pembaruan kali ini adalah tersedianya bot template. Fitur yang menyediakan contoh-contoh chatbot siap pakai dalam Kata Platform yang bisa diubah dan digunakan langsung oleh developer. Sehingga proses pengembangan chatbot tidak dimulai dari nol.

Saat ini Kata.ai memiliki 3 buah template chatbot, API Bot (chatbot yang bisa terhubung dengan API 3rd Party), Button Bot (chatbot yang dilengkapi dengan tombol-tombol sebagai elemen UI dalam percakapan), dan Shopping Bot (chatbot yang bisa digunakan untuk memfasilitasi proses transaksi atau pembelian barang). Jumlah chatbot ini dijanjikan akan terus ditambahkan untuk memenuhi beragam kebutuhan untuk chatbot.

Irzan mengungkapkan, Kata.ai cukup optimis dengan platform terbarunya. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya masukan pengguna yang diakomodasi di update terbaru ini.

“Kami ingin proses pembuatan chatbot di dalam platform ini semakin cepat dan semakin banyak developer yang membuat chatbot. Sejak diluncurkan platform 2.5 beberapa minggu lalu, sudah ribuat bot aktif yang dibuat oleh developer pengguna platform kami,” imbuh Irzan.

Asisten Virtual BRI Sabrina Kini Bisa Disapa di WhatsApp

BRI mengumumkan inovasi selanjutnya dari layanan chatbot Sabrina (Smart BRI New Assistant) . Setelah sebelumnya hadir di FB Messenger dan Telegram, kini Sabrina bisa disapa melalui platform WhatsApp. Kehadiran Sabrina di WhatsApp masih dalam tahap piloting atau uji coba layanan, namun Sabrina sudah bisa menjawab pertanyaan.

Sabrina merupakan sebuah layanan chatbot dengan teknologi kecerdasan buatan, atau yang sering dikenal dengan Artificial Intelligence (AI), yang berfungsi layanan customer service. Selain bisa menginformasikan promo dan produk simpanan dan pinjaman BRI, Sabrina bisa memberikan peta lokasi Kantor Cabang BRI, ATM, hingga lokasi top up Brizzi. Sabrina juga disiapkan untuk berfungsi sebagai layanan aduan.

Disampaikan Corporate Secretary BRI Bambang Tribaroto, dengan kehadiran Sabrina di platform WhatsApp pihaknya bisa lebih memudahkan nasabah BRI untuk mendapatkan layanan perbankan, mengingat WhatsApp merupakan salah satu aplikasi pesan instan paling populer di Indonesia.

“Dengan hadirnya Sabrina di aplikasi WhatsApp, BRI berharap untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah melalui layanan perbankan yang mudah, cepat, akurat, aman, dan nyaman,” ujar Bambang.

Untuk terhubung dengan Sabrina melalui WhatsApp, nasabah bisa mengakses laman http://bit.ly/WhatsappSabrinaBRI, atau menyimpan nomor 08121214017 sebagai kontak.

“Untuk keamanan, kami menghimbau nasabah agar memastikan keaslian profil bisnis Bank BRI yang memiliki tanda ccentang hijau dan terdapat kata ‘Verified as Bank BRI’. Selain itu, Bank BRI tidak pernah meminta User ID, password, dan token dengan alasan apa pun,” imbuh Bambang.

Sabrina dikembangkan oleh BRI dan Kata.ai. Keduanya berusaha mewujudkan sebuah chatbot yang responsif dan akurat dan diharapkan mampu memberikan pelayanan prima bagi nasabah.

Sejauh ini Sabrina sudah mendapat beberapa inovasi, salah satunya adalah kemampuan memproses perintah berdasarkan suara yang diumumkan April silam. Saat ini belum ada keterangan resmi apakah Sabrina juga mampu memproses perintah melalui suara.

Ramai-Ramai Mengembangkan Chatbot

Industri perbankan menjadi sasaran berikutnya yang ‘terganggu’ dengan kehadiran teknologi. Perkembangan teknologi yang tidak terbendung, mau tak mau tidak bisa dilawan, tapi harus jadi kawan.

Inilah yang terjadi ketika bank dihadapi dengan salah satu perkembangan teknologi terkini, chatbot. Sebuah robot yang diprogram untuk membalas pesan dibantu dengan kecerdasan buatan agar percakapan terasal lebih natural. Dari sana, lahirlah Vira (BCA), Cinta (BNI), Mita (Bank Mandiri), dan Sabrina (BRI).

Dalam mengembangkan chatbot, bank tidak harus bekerja keras sendiri, bisa gandeng startup yang spesialis di bidangnya. Ada Kata.ai, Bang Joni, Sprint Asia, Botika, Eva, dan lainnya. Persis seperti yang dilakukan oleh BRI dengan gandeng Kata.ai, Bank Mandiri dengan InMotion, BNI dengan Bang Joni.

Pertimbangannya, tren yang terjadi saat ini melakukan kegiatan perbankan sekarang tidak harus lagi harus datang ke cabang tapi bisa lewat ponsel saja tanpa harus unduh aplikasi tambahan apapun. Cukup pakai aplikasi chat messaging atau sosial media yang dipakai untuk bisa akses layanan bank.

Perlu diketahui, pada dasarnya fungsi chatbot digolongkan ke dalam dua kategori, yakni otomasi percakapan dan kebutuhan fungsional. Untuk otomasi percakapan umumnya sering diimplementasikan oleh pedagang online demi meningkatkan interaksi secara kontinu dengan konsumennya.

Sedangkan kebutuhan fungsional, umumnya dirancang secara spesifk dengan melibatkan fitur lain yang kompleks seperti API khusus, otomatisasi pembayaran dan lainnya.

Untuk tahap awal fungsi chatbot yang dihadirkan keempat perbankan tersebut masih menjalankan fungsi customer service yang ada di lapisan pertama. Bertugas membantu jawab pertanyaan yang sifatnya umum dan repetitif.

Dari fungsinya tersebut, chatbot jadi manuver bank bagaimana menjadikan selayaknya saat nasabah menghubungi CS, yang mana bisa dihubungi kapan saja, tutur bahasa yang ramah, dan dapat diandalkan.

Tidak menutup kemungkinan bank lainnya akan menyusul hal serupa seperti yang dilakukan keempat bank besar ini. Mengapa belakangan bank ramai-ramai lirik peluang dari chatbot?

CEO Sprint Asia Technology Setyo Harsoyo punya jawabannya. Menurutnya, pada dasarnya semua perusahaan termasuk bank ingin meningkatkan engagement dengan para customer-nya. Banyak cara yang sudah dilakukan, seperti lewat situs, call center, email, SMS, dan lainnya.

Kemudian lahirnya teknologi chatbot yang berbeda dari semua channel di atas. Dengan chatbot, nasabah dari suatu bank dapat dengan mudah berhubungan dengan bank karena chatbot bisa melayani secara interaktif ribuan nasabah pada saat bersamaan dengan biaya jauh lebih murah dibandingkan call center.

“Misalnya untuk dapat melayani 1.000 nasabah pada saat bersamaan cukup dengan satu bot, sementara call center memerlukan 1.000 agen,” terang Setyo.

Menambahkan pernyataan Setyo, CEO Kata.ai Irzan Raditya menuturkan chatbot adalah salah satu pilihan strategis karena mereka menyadari tren yang terjadi di masyarakat Indonesia.

Aplikasi messaging sudah jadi bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, hal tersebut jadi peluang untuk lebih mudah jangkau nasabah melalui akun chatbot di aplikasi messaging favorit mereka.

“Hal inilah yang menurut kami menjadi kelebihan chatbot di bandingkan aplikasi. Friksi dan upaya yang diperlukan dari nasabah untuk mengakses chatbot jauh lebih kecil dibandingkan meng-install aplikasi, buka situs, atau menelepon CS,” terangnya.

“Terlebih lagi, banyak dari bank tersebut telah berinvestasi di kanal media sosial mereka sebagai sarana marketing untuk menggaet ratusan ribu bahkan jutaan audiens. Maka dari itu chatbot hadir sebagai layanan yang memberikan nilai tambah bagi nasabah mereka dengan berbagai macam kegunaan,” sambung Irzan.

Chatbot adalah suatu keniscayaan

DailySocial pun mencoba menghubungi perwakilan keempat bank tersebut untuk mengutarakan pendapatnya. Semuanya sepakat bahwa chatbot adalah suatu keniscayaan yang sudah saatnya untuk diadaptasi lantaran harus mengikuti tren yang terjadi.

“Teknologi yang dipilih dan dikembangkan tentunya didasarkan atas kebutuhan nasabah dari bank. Kami menerapkan pola customer centric dan research yang memadai sebelum launching suatu produk. Kami pilih chatbot untuk jawab kebutuhan masyarakat yang semakin dinamik lewat digital channel,” ujar Direktur BRI Indra Utoyo.

General Manager E-Banking Division BNI Anang Fauzie menambahkan, “Orang spending waktu lebih banyak di aplikasi chat dan mereka lebih menyukai menerima info dan promo lewat media sosial atau aplikasi.”

Pun demikian bagi BCA, Direktur BCA Santoso bilang, “Adopsi terhadap suatu teknologi harus seirama dengan fokus kami yaitu memberikan pengalaman terbaik bagi nasabah.”

Oleh karenanya, BCA melihat chatbot mampu menyampaikan dengan baik tujuan tersebut. Menurutnya informasi yang disampai Vira tidak hanya terbatas untuk nasabah saja, masyarakat umumpun dapat menikmati informasi-informasi yang diberikan Vira.

Bagi Bank Mandiri, chatbot mampu menciptakan komunikasi dua arah seperti selayaknya menghubungi customer service. Sebelumnya perseroan sudah menggunakan social messaging seperti Line untuk promosi dan edukasi, namun sifatnya hanya satu arah, dan masyarakat tidak bisa berinteraksi lebih lanjut.

“Pada perkembangannya, layanan contact center digital Bank Mandiri melalui email dan media sosial telah mencapai 10% dari total interaksi nasabah ke CS,” ujar Senior VP Customer Care Group Bank Mandiri Lila Noya.

Lila melanjutkan, “Pada tahap awal, nasabah dapat berinteraksi melalui chatbot untuk memperoleh informasi tentang produk, layanan, program promosi, dan informasi finansial. Sebab sekitar 70% nasabah yang berinteraksi dengan CS permintaannya terkait hal tersebut.”

Investasi yang worth it

Sekalinya sudah terjun, tentunya bank tidak bisa mundur begitu saja dari chatbot ini. Apalagi implementasinya ini masih tahap awal. Begitupun bagi BNI, Anang bilang keputusan bank untuk terjun ke chatbot ini worth it dengan manfaat chatbot bagi pengembangan bisnis.

Pihaknya mengaku investasi IT akan terus berlanjut menyesuaikan dengan tren industri. Sayangnya Anang tidak menerangkan lebih detil soal nominalnya.

Santoso pun menddukung pernyataan Anang. “Pastinya dengan shifting dunia yang semakin digital, teknologi jadi komponen yang tidak bisa dilepaskan dalam semua aspek kehidupan maupun dalam organisasi. Tentunya ini akan seiring dengan jumlah investasi IT yang akan dikeluarkan.”

“Kami melihatnya dari sisi efektifitas dan efisiensi layanan. Melalui chatbot, nasabah dapat lebih mudah berinteraksi dengan Bank Mandiri, sehingga bisa memperkuat loyalitas mereka yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan bisnis bank,” tutur Lila Noya.

Dari kacamata para pengembang, menurut Irzan, biaya pengembangan dan operasional chatbot sangat bervariasi, tergantung pada fitur yang ingin dihadirkan seiring ambisi bank ingin seberapa jauh teknologi AI dan machine learning yang ingin diimplementasikan. Termasuk pula pengaruh berapa banyak pengguna yang ingin disasar.

“Kami sendiri menagih biaya operasional chatbot berdasarkan penggunaan (berapa banyak pesan yang masuk, berapa pengguna yang mengajak ngobrol, berpaa lama sesi percakapan antara chatbot dengan pengguna).”

Berdasarkan pengalamannya, meski tidak tidak disebutkan nominalnya, jumlah investasi di chatbot tidak lebih mahal dari jumlah investasi IT yang biasa dihabiskan oleh perusahaan besar.

Sementara bagi CEO Bang Joni Diatche Harahap, biaya untuk pembuatan chatbot sekarang sudah relatif turun tapi tergantung sistem dan kegunaan apa yang akan dilakukan. Bahkan, di dalam platformnya, biaya pembuatannya sangat terjangkau, relatif tanpa harus lewati proses coding, kecuali untuk fitur yang dikostumisasi untuk spesifik perbankan.

Setyo Harsoyo turut berpendapat, “Biaya sangat relatif, tergantung dibandingkan dengan apa? Jika dibandingkan dengan biaya pengadaan dan pengelolaan call center jelas lebih murah.”

Kendati dianggap sebagai investasi yang worth it, masih ada kekurangan yang dirasa oleh para pemain. Lila Noya berpendapat, meski perekaman data melalui Mita sangat mudah dan dapat jadi bahan evaluasi untuk meningkatkan layanan kepada nasabah dan internal kontrol.

Akan tetapi, pengembangan sistem bot untuk dapat merespons permintaan nasabah yang kompleks masih membutuhkan waktu yang relatif lama.

Senada, Anang Fauzie melihat pengkayaan kosa kata sangat menantang karena akan sangat variatif cara orang bertanya dan berbahasa. Namun hal tersebut bisa diakali dengan mengoptimalkan kecerdasan buatan untuk pelajari bahasa, agar ia semakin pintar deteksi bahasa.

 

Teknologi baru, tantangan baru

Irzan Raditya memahami karena masih implementasi tahap awal, kemampuan chatbot yang diterapkan bank di Indonesia tergolong cukup terbatas. Banyak sekali pengembangan yang perlu dilakukan untuk memastikan chatbot memiliki fungsionalitas sekaya aplikasi atau situs.

Saat ini, sambungnya, tantangan utama untuk chatbot yang diimplementasi di kanal media sosial adalah keamanan data. Ketika chatbot merambah fitur transaksi (core banking), opsi terbaik untuk melakukannya adalah lewat aplikasi atau situs milik bank tersebut.

“Maka dari itu mayoritas chatbot yang ada saat ini masih terfokus di fungsi-fungsi komplementer, seperti CS, cari promo kartu kredit/debit, cari ATM terdekat, cari tahu soal produk, daftar kartu kredit, dan gimmick marketing lainnya. Namun kami yakin di masa yang akan datang, chatbot akan bisa mencapai fungsionalitas lebih baik dari sisi teknologinya.”

Ditambah pula, dari sisi teknis mengenai keamanan data, bank tidak diperkenankan untuk menyimpan data nasabah di server eksternal atau cloud. Semua data dan sistem teknologi harus tersimpan di server milik mereka sendiri (on premise).

Dampaknya, terletak pada biaya investasi yang perlu mereka keluarkan saat mencoba mengimplementasikan teknologi baru karena harus bangun infrastruktur teknologi mereka sendiri. Namun di sisi lain, bank hanya akan berinvestasi pada teknologi yang sudah terjamin mengingat kerumitan yang harus mereka hadapi saat implementasi teknologi baru.

“Dengan berlomba-lombanya bank di Indonesia eksplorasi chatbot, ini menunjukkan chatbot bukan lagi sekadar eksperimen teknologi. Tapi sudah jadi sebuah pilihan teknologi yang strategis untuk proses bisnis mereka.”

Di samping itu, tantangan lainnya yang masih harus dihadapi bank saat implementasi teknologi baru adalah soal regulasinya. Menurut Diatche Harahap, regulasi bank terkesan sangat terlambat untuk mengikuti perkembangan teknologi chatbot dengan AI.

Dia mencontohkan, untuk regulasi pembukaan rekening dan transaksi. Saat ini setelah hampir setahun, tak kunjung ada restu dari regulator padahal kebutuhan utama dari chatbot adalah regulasi yang mendukung.

“Regulasi adalah tantangan terbesar, bukan hanya data,” kata Ache, panggilan akrab Diatche.

Selalu membutuhkan sentuhan manusia

Kendati chatbot adalah robot yang menyerupai manusia, namun perbankan memastikan bahwa mereka akan selalu membutuhkan sentuhan manusia yang nyata dalam memberikan pelayanan kepada nasabah.

“Sampai saat ini, kami belum melihat bahwa robot akan menggantikan manusia 100%. Akan selalu dibutuhkan sentuhan manusia dalam setiap teknologi. Apalagi untuk jenis usaha finansial seperti bank,” kata Santoso.

Bagi bank, berhubungan dengan nasabah secara langsung merupakan sesuatu yang sangat penting. Teknologi atau robot dalam hal ini akan membuat beberapa hal lebih efisiens dan lebih cepat (responsif), baik dari sisi perusahaan maupun nasabah.

Diungkapkan bahwa manusia memiliki unsur relationship yang tidak dapat tergantikan oleh robot. Anang Fauzie menambahkan, chatbot jadi alat untuk bantu dan melengkapi layanan, bukan untuk menggantikan penuh tenaga manusia.

Chatbot, menurutnya, akan membantu tim melayani hal-hal yang simpel namun banyak sekali dibutuhkan atau ditanyakan. Dengan demikian SDM bisa lebih fokus untuk pekerjaan yang lebih kompleks, sehingga tidak menyita waktu mereka.

“Sebagian layanan yang tidak bisa direspon via chatbot misalnya, yang sifatnya konsultatif maka tetap membutuhkan kehadiran layanan manusia,” ucap Indra Utoyo.

Masa depan Vira, Mita, Cinta, dan Sabrina

Tak hanya berguna untuk meringankan beban pekerjaan tim CS, chatbot juga dapat dimaksimalkan untuk keperluan lainnya. Lila Noya mengatakan Mita juga dimanfaatkan perseroan untuk keperluan marketing, menggali kebutuhan nasabah lewat survei dan representasi Bank Mandiri secara korporat.

Selain itu, Anang menambahkan, chatbot dipakai sebagai alat peningkat transaksi dan akuisisi nasabah baru. Serta, data mining untuk mengetahui preferensi nasabah.

“Kelak nasabah bebas memilih sarana atau channel apa yang sesuai dengan keinginan atau preferensi dan pola laku (behavior) yang cocok bagi nasabah,” tandas Santoso.

Sejauh ini bisa dikatakan BCA sebagai bank pelopor yang menghadirkan Vira ke publik pada pertengahan tahun lalu. Santoso menuturkan dampaknya bagi perusahaan adalah peningkatan pengguna dan interaksi dengan nasabah setiap bulannya. Sayangnya, dia tidak disebutkan berapa angka detailnya.

Bagi BCA, hal tersebut menjadi pencapaian yang positif karena semakin sering Vira diajak ngobrol, dia akan semakin “pintar”.

Sedangkan bagi Cinta, dampak bagi BNI adalah perseroan dapat menyebarkan informasi dengan biaya yang rendah karena lewat aplikasi messaging.

“Dengan demikian setiap blast promo yang kami kirimkan dapat dilihat langsung oleh user lewat gadget mereka,” terang Anang.

Perjalanan Vira, Mita, Cinta, dan Sabrina masih sangat panjang. Masih banyak sekali fitur-fitur yang bisa dikembangkan dan akan terus bertambah. Inisiasi empat bank beraset terbesar di Indonesia ini dengan memulainya lebih dahulu bisa menjadi faktor pemicu untuk bank lainnya melakukan hal serupa.

Perkenalkan “Jumienten”, Sprint Asia Rambah Layanan Chatbot

Perusahaan teknologi Sprint Asia resmikan layanan pengembangan chatbot sebagai unit bisnis baru yang ditandai dengan perkenalan Jumienten ke hadapan publik. Layanan baru ini dinilai memiliki peluang yang besar karena implementasinya yang tergolong masih baru di Indonesia.

Dalam menyediakan layanan tersebut, Sprint Asia menggandeng Kata.ai sebagai mitra teknologi penyedia sistem NLP.

“Kami menyasar seluruh perusahaan dari berbagai industri sebagai klien. Ini akan dimulai dari klien existing kami, sekarang ada beberapa yang sudah mulai deploy seperti dari asuransi, bank, dan e-commerce,” terang CEO Sprint Asia Setyo Harsoyo, Kamis (5/4).

Menurutnya, kehadiran chatbot merupakan jawaban atas kebutuhan layanan pelanggan yang kian kompleks. Mengutip dari data eMarketer, komunikasi melalui telepon adalah kanal layanan pelanggan yang paling membuat frustrasi, sementara riset Flurry Analytics menyebutkan aplikasi messaging adalah platform yang paling banyak digunakan pengguna saat ini.

Ia melanjutkan, dengan mengimplementasi teknologi chatbot sebuah perusahaan akan mampu lebih terhubung dengan para konsumennya. Tak hanya itu, chatbot dapat digunakan perusahaan sebagai customer service yang online selama 24 jam tanpa henti. Hal tersebut diklaim dapat mengurangi biaya CS sampai 39%.

Ambil contoh, sebuah chatbot dapat menangani lebih dari 500 konsumen dalam satu waktu, sedangkan di kehidupan nyata seorang agen hanya bisa menangani satu konsumen saja di waktu yang sama.

“Alasan kami menggandeng Kata.ai karena perusahaan ini adalah spesialis di bidang NLP yang canggih, mampu memahami apa yang pelanggan katakan dengan menganalisis konteks dan arti setiap kata dalam Bahasa Indonesia.”

Setyo mengklaim yang membedakan antara chatbot dari Sprint Asia dengan lainnya terletak di sisi pelayanannya. Pihaknya berkomitmen penuh untuk memberikan pelayanan sebagaimana yang selama ini kerap dilakukan sejak Sprint Asia pertama kali berdiri di 18 tahun yang lalu.

Perusahaan, sambungnya, tidak sekadar mendesain chatbot sebagai media tanya jawab, tetapi telah diintegrasikan dengan dasbor analisis yang terus memantau bagaimana performa dan adaptasi layanan terhadap perilaku pengguna. Chatbot ini juga mudah diintegrasikan dengan sistem yang sudah ada, sehingga tidak perlu waktu lama untuk mengimplementasikannya.

Chatbot buatan Sprint Asia nantinya bakal hadir di berbagai platform messaging dengan Open API seperti LINE, Messenger, Telegram, BBM, dan lainnya.

Lengkapi kemampuan Jumienten

Kendati sasaran klien Sprint Asia dari chatbot ini adalah business to business, namun perusahaan tetap berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan Jumienten. Secara bertahap, kemampuan Jumienten akan terus ditambah agar nantinya semakin pintar dan bisa menjelaskan semua produk dari Sprint Asia.

Jumienten akan dilengkapi dengan produk payment gateway, mobile payment, hingga e-wallet untuk permudah konsumen saat bertransaksi menggunakan Sprint Asia. Jumienten bisa diakses melalui LINE, Messenger, dan Telegram.

“Jumienten itu jadi bukti kami bahwa kami juga bisa buat chatbot, ini prosesnya cukup sebentar hanya sebulan. Akan kami tambahkan produk perusahaan dalam Jumienten secara bertahap.”

Sprint Asia merupakan perusahaan yang sudah berdiri sejak 2000 memberikan inovasi dan pelayanan untuk klien B2B melalui varian layanan seperti transaksi mobile, digital advertising, dan juga payment gateway (Bayarind) untuk integrasi pembayaran online kepada lebih dari ratusan merchant e-commerce dengan layanan seperti kartu kredit, kartu debit, dan akun virtual.

Pembaruan Kemampuan, Chatbot Bank BRI “Sabrina” Bisa Diakses dengan Perintah Suara

Bank Rakyat Indonesia mengumumkan peningkatan kemampuan chatbot Sabrina yang kini bisa diakses dengan perintah suara dari sebelumnya hanya berbasis teks. Peningkatan teknologi ini diharapkan dapat mempercepat nasabah dalam mencari informasi seputar produk atau layanan BRI serta melakukan transaksi seperti memesan tiket bioskop.

“Yang ingin kami sampaikan hari ini adalah tentang bagaimana Sabrina akan ada juga via voice, jadi sangat mempercepat layanan pencarian informasi tentang BRI, info promonya, bantuan, dan lainnya,” ucap EVP Digital Center of Excellence BRI Kaspar Situmorang seperti dikutip dari DetikInet.

Sabrina bisa diakses lewat Facebook Messenger dan aplikasi Telegram. Cukup klik tombol “like” dan “follow” akun Bank BRI atau input @BANKBRI_ID_BOT. Ke depannya, BRI akan menghadirkan Sabrina di aplikasi WhatsApp yang rencananya direalisasikan pada akhir April 2018.

“Sekitar tanggal 20 Januari lalu kita sudah launching Sabrina di Messenger. Nanti April ini akan tersedia juga di platform lain yakni WhatsApp.”

Sabrina juga telah ditanamkan dalam situs korporat Bank BRI versi terbaru. Selain itu, melakukan sejumlah perubahan lainnya meliputi tampilan antar muka, aksesibilitas terhadap berbagai fitur, dan kontekstualitas konten. Dari pembaruan ini, diharapkan akan semakin memudahkan nasabah dalam mendapatkan layanan perseroan.

“Dengan adanya integrasi dengan Sabrina di situs korporat, nasabah dapat langsung berinteraksi secara aktif dan mendapatkan pelayanan secara langsung layaknya datang ke kantor Bank BRI,” ucap Corporate Secretary Bank BRI Bambang Tribaroto secara terpisah dalam keterangan resminya.

Dalam menghadirkan Sabrina, Bank BRI menggandeng perusahaan pengembang AI Kata.ai sebagai mitra teknologinya.

Rilis Indonesia Mall

Tampilan muka Indonesia Mall di Blanja / Bank BRI
Tampilan muka Indonesia Mall di Blanja / Bank BRI

Selain merilis pembaruan kemampuan Sabrina, Bank BRI juga menghadirkan platform e-commerce Indonesia Mall hasil kerja sama antara perusahaan dengan perusahaan e-commerce, seperti Blanja, Bukalapak, dan Lazada. Platform ini menjadi senjata Bank BRI dalam mendorong UKM untuk go online, sekaligus meningkatkan jangkauan penjualan produk UKM binaan perseroan.

Lewat Indonesia Mall, mitra binaan cukup mengunggah produk mereka sekali dan produk akan terpajang secara otomatis di situs e-commerce. Tercatat saat ini sudah ada 150 mitra UKM terpilih yang menampilkan produknya di sana.

“Kami akan terus menjalin lebih banyak kerja sama dengan para pemain e-commerce besar agar semakin meningkatkan exposure produk UKM lokal binaan BRI,” pungkas Bambang.

Kata.ai Perkenalkan Kehadiran Chatbot untuk BRI dan Alfamart

Kata.ai hari ini mengumumkan kehadiran dua platform chatbot yang bakal membantu BRI dan Alfamart berkomunikasi dengan konsumennya. Sabrina adalah nama yang disematkan untuk chatbot layanan pelanggan BRI, sementara Shalma akan berinteraksi untuk meningkatkan pelanggan berbelanja konsumen Alfamart.

Kehadiran Sabrina dan Shalma adalah milestone baru Kata.ai dalam menggaet klien-klien korporasi. Sebelumnya Veronika sudah hadir untuk konsumen Telkomsel dan Jemma untuk Unilever. Kata.ai memiliki spesialisasi membangun chatbot yang secara natural dapat berinteraksi dalam bahasa Indonesia.

Co-Founder dan CEO Kata.ai Irzan Raditya dalam rilisnya mengatakan, “Kami yakin apa yang bisa kami capai melalui kemitraan dengan BRI dan Alfamart adalah langkah menuju demokratisasi AI sebagai suatu perangkat yang dapat meningkatkan produktivitas masyarakat Indonesia.”

Kata.ai adalah salah satu startup yang bakal mengikuti SXSW 2018 di Texas, Amerika Serikat, sebagai bagian dari program Bekraf.

Sabrina tersedia di platform Facebook Messenger dan Telegram, sementara Shalma di LINE. Meskipun demikian tidak menutup ke depannya baik Sabrina maupun Shalma bakal tersedia di platform yang lain.

Menggunakan Sabrina, konsumen dapat menanyakan lokasi BRI terdekat dan menyampaikan keluhannya. Shalma sendiri diterapkan dengan tujuan yang berbeda, yaitu memberikan sarana komunikasi dan interaksi yang memberikan personalisasi kebutuhan konsumen Alfamart.

Kaspar Situmorang, EVP Digital Centre of Excellence BRI, dalam rilisnya tentang peluncuran Sabrina menyebutkan, “Menjawab tantangan digital di dalam dunia finansial, salah satu yang menjadi faktor penting adalah membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Sabrina memberikan kesempatan kepada kami untuk melayani dengan lebih baik dan juga sekaligus menjadi tempat untuk mendengarkan suara dari nasabah.”

Sabrina adalah chatbot ketiga yang diterapkan perbankan di Indonesia. Sebelumnya BCA sudah mengimplementasikan VIRA, sementara BNI mengeluarkan Cinta.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial, Kaspar mengatakan, kehadiran chatbot dapat menjadi strategi perseroan dalam meningkatkan engagement dengan nasabah, sekaligus upaya menjaring nasabah baru. Saat ini BRI memiliki 52 juta nasabah tersebar di seluruh Indonesia, sementara pengguna internet banking dan SMS banking mencapai 16 juta nasabah.

Sementara Linda Valentin, General Manager Marketing Alfamart, tentang kehadiran Shalma, berkomentar, “Alfamart mencoba melihat dari kacamata konsumen, di mana informasi promo yang sesuai dengan kebutuhan konsumen akan lebih bermanfaat dan memiliki redemption rate yang lebih tinggi. Saat ini Alfamart melakukan [penerapan] big data analytics atas data member untuk memberikan pendekatan yang lebih customized bagi seluruh member-nya. Dan dengan inovasi terbaru ini, Shalma diharapkan mampu menjadi channel komunikasi dan pelayanan terbaru Alfamart.”

Bekraf Umumkan Lima Startup Lokal yang Diberangkatkan ke SXSW 2018

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) hari ini mengumumkan lima startup lokal yang ditunjuk untuk mengikuti ajang South By Southwest (SXSW) 2018. Kelima startup tersebut adalah Kata.ai, Mycotech, Saft7robotics, Seruniaudio, dan Squline. SXSW 2018 sendiri akan berlangsung 9-10 Maret 2018 di Texas, Amerika Serikat.

Lima startup yang dipilih memang menjangkau lanskap yang berbeda. Kata.ai dikenal sebagai salah satu startup pionir pengembang layanan berbasis Artificial Intelligence. Beberapa produk berbasis chatbot telah berhasil diaplikasikan bersama beberapa perusahaan besar untuk menangani otomasi layanan pelanggan. Kemudian ada Mycotech, yakni pengembang bahan material ramah lingkungan dari limbah pertanian.

Saft7robotics adalah pengembang produk robot edukasi. Ada juga Seruniaudio, yakni pengembang perangkat clip-on khusus untuk alat musik akustik. Dan terakhir ada Squline, yakni platform online untuk membantu belajar bahasa asing dengan tutor dari seluruh dunia. Tahun ini Vestifarm dari TheNextDev Academy juga akan turut mengikuti acara tersebut, didukung oleh Telkomsel.

“Squline sangat bangga dapat terpilih untuk mewakili industri kreatif Indonesia tampil di SXSW 2018. Squline akan mempromosikan layanan kami yang sudah ada dan juga program terbaru kami yaitu bahasa Indonesia. Sehingga nantinya orang-orang Amerika dapat belajar bahasa Indonesia langsung dengan pengajar native dari Indonesia,” sambut CEO Squline Tomy Yunus.

Dalam sambutannya Wakil Kepala Bekraf Ricky Pesik menyampaikan bahwa keberangkatan perwakilan Indonesia ke SXSW 2018 didedikasikan untuk mendukung insan industri kreatif mencapai tujuan mereka. Ini menjadi momentum yang juga dapat dimanfaatkan oleh startup Indonesia guna memperkenalkan produk mereka di kancah internasional.

“Mengikuti kesuksesan partisipasi Indonesia dan sambutan hangat dunia terhadap perusahaan teknologi dan rintisan dari Pavilion Archipelageek tahun lalu, dalam kesempatan ini BEKRAF kembali membawa sederet talenta terbaik tanah air untuk unjuk gigi memperkenalkan karya kreatifnya ke ajang bergengsi dunia,” ujar Ricky.

Menurut pemaparan Bekraf, tahun ini sekurangnya ada 75 startup yang mendaftar untuk diikutsertakan ke dalam SXSW 2018. Tahun lalu Bekraf memberangkatkan beberapa startup termasuk Qlue, PicMix, GO-JEK, Blibli, Kaskus, Slingshot dan beberapa lainnya.

IDEC Akan Selenggarakan Seminar Bertajuk Big Data dan Artificial Intelligence

Setelah pada Januari lalu mengadakan acara bertajuk “Expert Dating” dan seminar bertema “Blockchain”, bulan ini Indonesia Entrepreneur Center (IDEC) akan kembali mengadakan acara untuk meningkatkan pemahaman para pengusaha tentang tren teknologi terkini. Kali ini tema yang ingin diangkat adalah seputar big data dan artificial intelligence.

Acara pertama akan mengundang Christian Angkasa (Head of Advanced Analytic KUDO) dan Heryanto Lee (Lead Data Engineer KUDO). Keduanya akan membagikan materi seputar bagaimana cara menggunakan big data dalam berbisnis di sesi seminar “How to Use Big Data for Your Business”. Materi yang akan disampaikan mulai dari pemaparan apa itu big data dan bagaimana cara menggunakannya dalam berbisnis serta manfaatnya. Seminar ini akan digelar pada Selasa, 13 Februari 2018, 14.00 WIB, Metropolitan Tower, Lt.13, Cilandak, Jakarta Selatan.

Acara kedua bertajuk artificial intelligence akan menghadirkan Reynir Fauzan (Co-Founder dan CMO Kata.ai) dan Yugie Nugraha (Project Lead Rinna-Microsoft AI & Research). Tema seminar yang diangkat adalah “Welcoming the Future: AI in Your Business”.  Kedua pakar akan membicarakan tentang bagaimana AI dapat bekerja untuk sebuah perusahaan. Seminar akan dilaksanakan pada Selasa, 20 Februari 2018, 14.00 WIB, di Centennial Tower, Lt.29, Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Dengan acara ini, IDEC mengharapkan pengusaha di Indonesia dapat memperdalam pengetahuan dalam bidang teknologi dan peran teknologi dalam dunia bisnis. Pada akhirnya, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kewirausahaan Indonesia dan juga kualitas wirausahawan di Indonesia.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran untuk seminar sesi pertama dapat menggunakan tautan berikut ini: klik di sini. Dan untuk seminar sesi kedua dapat menggunakan tautan berikut ini: klik di sini.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Indonesia Entrepreneur Center

BRI Soon to Introduce Chatbot For Customer

Bank Rakyat Indonesia (BRI) will launch chatbot platform as a company’s solution to be in-sync with technology development. To implement the technology, BRI partnered up with Kata.ai as the developer.

The chatbot presence is expected to serve BRI customer in accessing banking services at all cost by smartphone.

“We will launch BRI chatbot in the 122th anniversary, on December 16th, 2017,” said Kaspar Situmorang, BRI’s Vice Precident in panel discussion held by Kata.ai on Tuesday (12/12).

To DailySocial, Situmorang explained the new chatbot is temporarily serve only standard features such as transaction check, info and promos, and so on. It can also be accessed only through Facebook Messenger platform. Company will probably take the chatbot into WhatsApp by next year.

For Situmorang, chatbot is one of company’s strategy to increase engagement with customers, also a move to attract new customers. Currently, BRI has 52 million customers across Indonesia, meanwhile the internet banking and SMS banking users reach up to 16 millions.

Chatbot application in banking

BRI will be the third bank to apply chatbot technology in Indonesia, after BCA’s Vira and BNI’s Cinta (the latter is partnering with Bang Joni).

BCA applies chatbot to provide the latest information and promotion, as well as banking transaction of balance check, account mutation, info credit card and administration. Vira comes in three platform, Facebook Messenger, Line and Kaskus chat.

For Cinta, BNI customers will be able to conduct banking activities through chat on Facebook Messenger and Twitter’s Direct Message. Cinta also comes in BNI’s mobile banking feature as Chat Now option.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian