Lebih dari Sepertiga Pelanggan Layanan Streaming Musik Adalah Pelanggan Spotify

Tahun demi tahun, industri streaming musik terus bertumbuh secara pesat. Jumlah penggunanya terus bertambah, tapi yang lebih penting adalah jumlah pengguna berbayarnya (subscriber) yang juga naik cukup signifikan.

Hasil riset Counterpoint menunjukkan bahwa di tahun 2019, jumlah pelanggan layanan streaming musik secara global naik 32% menjadi 358 juta orang. Ini penting mengingat paket berlangganan alias subscription merupakan sumber pendapatan terbesar platform streaming musik – lebih dari 80% total pendapatan kalau kata Counterpoint.

Lebih dari sepertiga total subscriber itu berasal dari Spotify (35%), disusul oleh Apple Music di peringkat kedua (19%). Di bawahnya lagi, ada Amazon Music (15%), Tencent Music (11%) dan YouTube Music (6%).

Menariknya, 14% sisanya berasal dari layanan yang skala beroperasinya masih dalam tahap regional. Menurut Counterpoint, fokus pada konten lokal menjadikan Gaana (India), Yandex Music (Rusia), dan Anghami (Timur Tengah) sebagai layanan streaming musik paling top di negaranya masing-masing.

Music streaming subscriptions market share

Namun seperti yang kita tahu, konten di Spotify sekarang bukan cuma sebatas musik, melainkan juga podcast. Sebagian dari katalog podcast-nya juga bersifat eksklusif, dan konten eksklusif inilah yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan jumlah subscription. Bukan cuma untuk Spotify, tren yang sama juga berlaku untuk platform yang bersifat regional kalau kata Counterpoint.

Kehadiran podcast juga penting di tengah masa pandemi COVID-19 ini. Pasalnya, berhubung konsumen berada di rumah terus, mereka akan lebih sering menonton TV atau mendengarkan radio untuk mengikuti berita-berita terbaru. Ketimbang musik, podcast jelas lebih cocok menjadi alternatif dari konten berita.

Terlepas dari itu, Counterpoint masih memprediksi pertumbuhan subscription layanan streaming musik secara global bakal melebihi 25% di akhir 2020 nanti, dengan jumlah pelanggan melebihi angka 450 juta.

Sumber: Counterpoint via Engadget. Gambar header: Fixelgraphy via Unsplash.

YouTube Music Luncurkan Tiga Personalized Playlist Guna Menghadirkan Sajian Segar Setiap Minggunya

Katalog musik yang masif merupakan salah satu alasan mengapa Spotify begitu populer. Namun semua itu kurang berarti apabila yang konsumen putar hanyalah deretan lagu yang sedang hit, dan itulah mengapa Spotify turut menyediakan playlist macam Discover Weekly, Daily Mix, atau Release Radar.

Sebagai pemain baru, wajar apabila YouTube Music akhirnya belajar dari keberhasilan Spotify. Mereka baru saja merilis tiga personalized playlist untuk semua pengguna di seluruh dunia: Discover Mix, New Release Mix, dan Your Mix. Sama seperti di Spotify, ketiganya akan diperbarui secara rutin.

Lewat Discover Mix, YouTube Music bermaksud memperkenalkan kita dengan deretan musisi yang belum pernah kita dengar namanya sekali pun. Playlist ini juga akan menyajikan sejumlah lagu yang kurang begitu dikenal dari musisi-musisi yang cocok dengan selera kita masing-masing. Total ada 50 lagu pada Discover Mix, dan update-nya akan dirilis setiap hari Rabu.

Untuk New Release Mix, yang dijadikan suguhan adalah kumpulan lagu terbaru dari musisi-musisi favorit kita masing-masing, ditambah beberapa dari yang YouTube yakini bakal kita suka juga. Playlist ini juga akan diperbarui setiap minggu, tepatnya pada hari Jumat.

Terakhir, Your Mix dirancang untuk di saat kita hanya sekadar ingin memutar lagu-lagu kesukaan. Mayoritas isinya adalah lagu-lagu favorit masing-masing konsumen, akan tetapi lagi-lagi YouTube juga menyelipkan beberapa yang belum kita kenal, tapi yang dirasa sesuai dengan selera.

Seperti halnya di Spotify, racikan algoritma YouTube Music di ketiga playlist ini akan bertambah bagus seiring penggunaan. Semakin sering kita streaming, semakin pandai pula algoritmanya dalam mengenali selera kita.

Sumber: YouTube.

Setelah Sonos, Spotify Free Kini Juga Dapat Diakses Langsung Melalui Speaker Bikinan Amazon dan Bose

Baru seminggu yang lalu, konsumen Sonos menerima hadiah dalam bentuk akses langsung ke layanan Spotify Free. Jadi tanpa harus berlangganan Spotify Premium, pemilik speaker Sonos sudah bisa mengakses layanan streaming musik terpopuler tersebut, tapi tentu saja dengan sejumlah batasan yang memang Spotify terapkan untuk paket gratisannya.

Kabar baiknya, dukungan terhadap Spotify Free ini sekarang ikut meluas hingga merambah sejumlah speaker bikinan Bose maupun Amazon. Semuanya cukup dengan mengunduh dan meng-install firmware update terbaru untuk masing-masing speaker.

Di lineup Amazon, yang kebagian jatah bukan cuma keluarga smart speaker Echo saja, melainkan juga perangkat Fire TV. Untuk Bose, opsinya mencakup seri smart speaker beserta soundbar, tidak ketinggalan juga Bose Portable Home Speaker yang dirilis beberapa bulan lalu.

Bose smart speakers and soundbars

Semua perangkat di atas ini mengemas integrasi asisten virtual Alexa, dan kebetulan Spotify juga sudah kompatibel dengan Alexa sejak tahun lalu. Jadi selain menggunakan aplikasi Spotify di ponsel sebagai remote, konsumen juga dapat meminta bantuan Alexa guna mengakses pilihan playlist macam Discover Weekly atau Today’s Top Hits.

Timing peluncurannya boleh dibilang cukup pas. Menjelang musim liburan, konsumen umumnya banyak membeli gadget baru, termasuk halnya smart speaker, dan mereka yang selama ini enggan membeli karena tidak berlangganan Spotify Premium jadi punya pertimbangan baru berkat kehadiran dukungan Spotify Free.

Sumber: Spotify.

Spotify Siap Racikkan Playlist untuk Menemani Perjalanan Masing-Masing Konsumennya

Personalized playlist hasil racikan algoritma merupakan salah satu kekuatan utama Spotify dibandingkan layanan streaming musik lain. Spotify sadar betul akan hal ini, dan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Yang terbaru, mereka meluncurkan playlist berjudul “Soundtrack your Ride” untuk menemani perjalanan konsumennya.

Playlist ini akan diracik berdasarkan sejumlah faktor di samping riwayat lagu-lagu yang pernah kita dengarkan di Spotify. Pertama-tama, konsumen diminta untuk mencantumkan titik berangkat dan titik tujuan di atas interface Google Maps guna mengalkulasikan durasi perjalanan.

Spotify Soundtrack your Ride

Setelahnya, konsumen dipersilakan menjawab lima pertanyaan: dengan siapa mereka berkendara, jenis mobil yang digunakan, seperti apa “drive vibe“-nya, dan dua pertanyaan terakhir seputar musik (genre musik favorit saat berkendara, dan lagu pilihan dari enam opsi yang disediakan).

Dari situ Spotify akan meracikkan playlist dengan durasi yang sesuai seperti lama perjalanan konsumen. Variasi lagunya tentu didasari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, meski saya cukup yakin Spotify telah membatasi katalognya sesuai dengan tema road trip untuk konteks ini.

Spotify Soundtrack your Ride

Meski terdengar menarik, Soundtrack your Ride punya dua kelemahan. Yang pertama, fitur ini sepertinya baru tersedia di Amerika Serikat saja, sebab saat saya mencoba mencantumkan lokasi di tanah air, tidak ada satu pun rekomendasi lokasi yang muncul.

Yang kedua, Soundtrack your Ride harus dibuat via browser, baik melalui perangkat desktop ataupun mobile. Sejauh ini belum ada opsi untuk membuatnya melalui aplikasi Spotify. Semoga saja saat fiturnya sudah merambah negara kita nanti, proses pembuatannya bisa langsung menggunakan aplikasi Spotify.

Sumber: The Verge.

Apple Bakal Hapuskan Fitur Connect dari Apple Music

Saat diumumkan pertama kali tiga tahun silam, Apple Music dideskripsikan sebagai aplikasi dengan tiga ‘nyawa’: layanan streaming musik, siaran radio live, dan wadah komunikasi antara musisi dan para penggemarnya. Sayangnya, nyawa ketiganya yang dinamai Apple Music Connect ini tidak akan bertahan lama.

Berdasarkan informasi yang diterima 9to5Mac, Apple baru saja mengirim pemberitahuan kepada para musisi bahwa mereka bakal menghapuskan fitur Connect dari layanannya. Efektif per tanggal 13 Desember 2018, musisi tak lagi bisa mengunggah konten ke Apple Music Connect.

Konten yang sebelumnya sudah diunggah masih bisa diakses oleh para pelanggan Apple Music, tapi hanya melalui hasil pencarian, dan cuma sampai 24 Mei 2019. Sebagai gantinya, Apple menghadirkan tampilan baru untuk Artist Page, beserta fitur Artist Radio yang terpersonalisasi.

Apple Music Connect memang bukanlah fitur yang populer, bahkan di kalangan pelanggan layanan itu sendiri. Buktinya, ketika iOS 10 diluncurkan, Apple Music mendapat tampilan baru, dan di saat yang sama Connect tak lagi mendapat porsi tab tersendiri seperti sebelumnya.

Ini bukan pertama kalinya Apple gagal mengintegrasikan fitur sosial pada layanan musik digitalnya. Nasib Apple Music Connect sejatinya tidak jauh berbeda dari iTunes Ping yang hanya berusia dua tahun saja, sebelum akhirnya digantikan oleh integrasi Facebook dan Twitter.

Namun itu bukan berarti Apple Music jadi benar-benar miskin fitur sosial. Connect, sesuai namanya, hanya dirancang untuk menjembatani musisi dan para penggemarnya. Di luar itu, para pengguna Apple Music masih bisa saling mengikuti satu sama lain dan saling bertukar rekomendasi.

Sumber: 9to5Mac.

Spotify Uji Fitur untuk Menambahkan Lagu yang Tersimpan di Perangkat Android

Selengkap apapun katalog musik Spotify, tentu masih ada banyak lagu-lagu yang terlewatkan. Untuk menikmati lagu-lagu tersebut, otomatis Anda harus beralih ke tempat lain. Semisal Anda memang pernah membeli versi digitalnya, ya Anda harus menggunakan pemutar musik bawaan ponsel untuk mendengarkannya.

Alangkah baiknya seumpama lagu tersebut bisa dimasukkan ke dalam playlist Spotify bikinan sendiri, sehingga kita tidak perlu berganti-ganti aplikasi demi mendengarkan lagu tertentu. Kabar baiknya, Spotify tengah menguji fitur yang memungkinkan kita untuk meng-import koleksi lagu yang tersimpan di perangkat.

Kabar ini didapat dari temuan seorang developer muda, Jane Manchun Wong, yang belum lama ini juga sempat mengungkap fitur baru yang tengah diuji Facebook. Dari screenshot yang dibagikannya ke Twitter, fitur import ini bisa diakses dari menu pengaturan aplikasi Spotify.

Jane juga secara eksplisit menyebut “Android”, menandakan bahwa fitur ini sepertinya tidak akan tersedia di iOS, apalagi mengingat iOS dari dulu memang lebih tertutup terkait integrasi-integrasi semacam ini.

Spotify saved for later podcast

Temuan lain Jane juga menunjukkan Spotify sedang menguji fitur penyimpanan untuk podcast, sehingga pengguna bisa dengan mudah mendengarkan episode yang sempat terlewatkannya. Belum lama ini Spotify sempat meluncurkan program khusus untuk kreator podcast, jadi wajar apabila mereka terus membenahi aplikasinya agar lebih bisa memenuhi kebutuhan konsumen podcast.

Selebihnya, masih ada sejumlah fitur lain yang tengah diuji, tapi mayoritas adalah penyempurnaan tampilan. Berhubung tidak ada konfirmasi sama sekali dari Spotify, belum ada yang tahu kapan fitur-fitur baru ini bakal dirilis ke publik.

Sumber: Android and Me.

Aplikasi Spotify untuk Apple Watch Resmi Meluncur

Setelah dinantikan sejak lama, Spotify akhirnya secara resmi merilis aplikasinya untuk Apple Watch. Aplikasi ini kabarnya sudah digodok sejak tahun lalu, tepatnya sejak Spotify memutuskan untuk merekrut Andrew Chang, developer di balik aplikasi non-resmi bernama Spotty.

Nyaris semua fitur yang tersedia di aplikasi Spotify untuk iOS juga tersedia di sini, termasuk halnya akses ke Spotify Connect, sehingga pengguna bisa menjadikan Apple Watch-nya sebagai remote control atas musik yang tengah diputar di sebuah speaker yang tersambung ke jaringan Wi-Fi yang sama.

Kontrol playback bisa langsung diakses dari watch face. Yang absen untuk sementara ini adalah dukungan pemutaran musik maupun podcast secara offline bagi para pelanggan Spotify Premium. Jangan khawatir, Spotify sudah berjanji untuk menghadirkannya, tapi tidak sekarang.

Ketika dukungan tersebut sudah tiba nanti, Apple Watch dan Spotify tentunya bakal menjadi kombinasi yang sangat ideal buat mereka yang rutin berolahraga. Untuk mendapatkan aplikasinya, pengguna wajib mengunduh versi terbaru Spotify di iPhone terlebih dulu, yakni versi 8.4.79 yang tengah diluncurkan secara bertahap dalam minggu ini.

Sumber: Spotify.

Spotify Connect Kini Juga Tersedia untuk Pelanggan Gratisan

Apple punya AirPlay, Spotify punya Spotify Connect. Selama Anda memiliki speaker yang dapat tersambung ke jaringan Wi-Fi, Anda bisa menikmati sesi streaming musik yang lebih superior ketimbang mengandalkan sambungan Bluetooth biasa.

Selain kualitas suaranya lebih bagus, panggilan telepon tidak akan mengganggu jalannya musik, dan yang terpenting, baterai ponsel jadi tidak cepat bocor. Masalahnya, tidak semua orang bisa menikmati kepraktisan yang ditawarkan Spotify Connect.

Syarat yang paling utama, pengguna diharuskan berlangganan Spotify Premium. Beruntung Spotify berbaik hati dan memutuskan untuk mengubah kebijakan tersebut. Mulai sekarang, pengguna Spotify Free pun juga bisa mengakses Connect, dengan catatan produsen hardware yang bersangkutan sudah meng-update perangkatnya menyesuaikan dengan SDK terbaru Spotify.

Satu hal yang perlu dicatat, iklan masih akan menginterupsi meski streaming sedang berjalan langsung di speaker via Spotify Connect. Perubahan ini pada dasarnya tidak menghapuskan batasan terbesar versi gratisan Spotify, yakni adanya iklan dan batasan dalam kemampuan skip ad.

Terlepas dari itu, pengguna Spotify Free sekarang setidaknya tidak harus upgrade ke Premium hanya karena sering dibuat frustasi oleh konektivitas Bluetooth. Ini penting mengingat belakangan jumlah smart speaker maupun connected speaker semakin banyak, dan semua sekarang bisa mengakses Connect tanpa mewajibkan pengguna membayar terlebih dulu.

Sumber: SlashGear.

Spotify Luncurkan Program Khusus untuk Kreator Podcast

Belum lama ini, Spotify mempersilakan para musisi indie untuk merilis karyanya langsung ke Spotify tanpa perantara. Spotify rupanya juga ingin memberikan perlakuan serupa kepada para podcaster lewat program Spotify for Podcasters, yang saat ini masih berstatus beta.

Dari kacamata sederhana, program ini bertujuan untuk memperbanyak isi katalog podcast Spotify. Caranya dengan mengajak semua kreator podcast tanpa terkecuali untuk memublikasikan karyanya di Spotify. Namun bukan dengan mengunggahnya secara langsung, melainkan via sindikasi RSS feed-nya saja.

Artinya, kreator podcast bebas memilih platform hosting andalannya sendiri, seperti Anchor misalnya. Kemudian berkat sindikasi RSS feed, podcast-nya pun akan muncul di Spotify, dan dapat didengarkan langsung oleh para pelanggan layanan tersebut. Apa yang Spotify lakukan sejatinya tidak berbeda dari Apple maupun Google.

Spotify Podcasts

Lalu apa keuntungannya buat kreator podcast? Well, yang paling utama tentu saja adalah eksposur ke lebih dari 180 juta konsumen Spotify. Kedua, Spotify juga menjanjikan data analytics harian yang cukup lengkap; yang mencakup performa setiap episode, demografi pendengar, engagement dan metrik lainnya.

Industri podcast memang cukup booming belakangan ini. Google merilis aplikasi podcast resminya di Android pada bulan Juni lalu, dan mereka juga baru saja meluncurkan program khusus buat para kreator. Maka dari itu, wajar apabila Spotify akhirnya juga ingin ikut berpartisipasi.

Bagi kreator podcast yang tertarik dengan kesempatan menjaring lebih banyak pendengar dari platform Spotify, silakan langsung kunjungi situs Spotify for Podcasters.

Sumber: Variety dan Spotify.

Musisi Indie Sekarang Dapat Merilis Karyanya Langsung ke Spotify Tanpa Perantara

Spotify boleh mengusung status sebagai layanan streaming musik terpopuler, akan tetapi bagi para penikmat musik indie, tujuan pertama mereka masih SoundCloud. Alasannya sederhana: SoundCloud memperbolehkan siapapun tanpa terkecuali untuk mengunggah karyanya, yang kemudian dapat dinikmati publik secara instan.

Spotify tampaknya ingin mengubah situasinya. Mereka baru saja mengumumkan fitur anyar yang memungkinkan para musisi indie – yang tergabung dalam program Spotify for Artists – untuk mengunggah karyanya langsung ke Spotify, tanpa harus melibatkan label rekaman sebagai perantaranya.

Spotify Direct Upload

Langkah-langkahnya memang tidak sesimpel di SoundCloud, di mana publikasi lagu benar-benar terjadi secara instan. Di Spotify, musisi dianjurkan untuk merilis lagunya paling cepat dalam lima hari ke depan. Waktu tersebut dibutuhkan tim internal Spotify untuk mengecek berbagai hal; apakah lagunya sudah pernah dipublikasikan via label tertentu, atau apakah lagunya berpotensi melanggar hak cipta.

Terlepas dari itu, cara kerja fitur ini masih tergolong cukup mudah. Usai mengunggah karyanya ke Spotify, musisi dipersilakan mengisi informasi-informasi yang diperlukan (metadata), lengkap beserta tanggal rilisnya. Kontrol atas metadata ini bahkan masih berlaku ketika lagu sudah dipublikasikan.

Spotify Direct Upload

Perkara duit, Spotify memastikan semua musisi bakal mendapat jatah royaltinya, yang dihitung berdasarkan berapa kali lagu diputar oleh konsumen Spotify. Bayarannya pun akan ditransfer secara otomatis setiap bulan, dan Spotify tidak menarik biaya apa-apa untuk program ini.

Perlu dicatat, fitur ini untuk sementara masih berstatus beta, dan cuma tersedia untuk ratusan musisi indie yang beruntung di dataran Amerika Serikat. Semoga saja musisi tanah air bisa cepat kebagian ‘jatah panggung’ yang sama, terutama bagi mereka yang kesulitan mendapat akses ke label rekaman.

Sumber: Spotify dan The Verge.