Lighthouse Adalah Kamera Pengawas dengan Teknologi Sekelas Mobil Tanpa Sopir

Kamera pengawas yang dapat membedakan hewan peliharaan dari anak kecil maupun pencuri terdengar seperti properti dalam sebuah film sci-fi. Namun perkembangan teknologi computer vision yang begitu pesat sangat berpengaruh terhadap realisasi produk yang kita anggap fiktif itu tadi.

Buktinya adalah Lighthouse, sebuah kamera pengawas canggih dengan integrasi teknologi 3D sensing, deep learning sekaligus artificial intelligence (AI). Pengembangnya merupakan binaan Playground, sebuah inkubator teknologi yang didirikan oleh Andy Rubin setelah beliau meninggalkan Google. Siapa itu Andy Rubin? Anda pasti belum pernah membaca sejarah Android.

Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI
Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI

Kembali ke Lighthouse itu sendiri, perangkat ini bukan sembarang kamera pengawas berbekal konektivitas Wi-Fi. Ia sanggup mendeteksi objek yang sedang diawasinya secara akurat. Contoh yang paling gampang, ia tahu kalau yang sedang tidur-tiduran di depan pintu masuk rumah adalah anjing kesayangan Anda dan bukan putra bungsu Anda.

Kepintaran Lighthouse akan semakin terasa ketika Anda mencoba untuk memonitor hasil rekamannya. Di sini Anda bisa melontarkan pertanyaan sederhana seperti, “Siapa yang tadi pagi berdiri di pintu bersama anjing?”, atau yang lebih kompleks seperti, “Jam berapa anak-anak saya pulang hari Selasa lalu?”

Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI
Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI

Selanjutnya, Lighthouse akan memberikan jawaban dalam bentuk video dimana orang maupun hewan yang Anda tanyakan itu tadi telah di-highlight dalam warna yang berbeda. Semua ini disimpan dalam jaringan cloud dan dienkripsi, sehingga apapun yang terjadi Anda tetap punya arsip yang lengkap.

Anda bahkan bisa menginstruksikan Lighthouse untuk mengaktifkan fitur-fitur tertentu pada berbagai skenario. Contohnya, Anda bisa meminta Lighthouse untuk mengirim notifikasi ketika anak-anak Anda belum pulang lewat jam 4 sore.

Lighthouse menggunakan teknologi 'penglihatan' mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI
Lighthouse menggunakan teknologi ‘penglihatan’ mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI

Teknologi yang digunakan Lighthouse sejatinya mirip seperti teknologi yang digunakan pada mobil kemudi otomatis, dimana mobil dapat mengenali sekaligus membedakan objek di depan mereka dan bertindak menyesuaikan skenarionya. Pada kenyataannya, dua pendiri Lighthouse sebelumnya bisa dikatakan sebagai pionir pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Saat ini Lighthouse masih dalam tahap akhir pengembangan sebelum siap dipasarkan mulai bulan September mendatang. Pengembangnya sudah menerima pre-order seharga $399 dengan bonus biaya berlangganan selama dua tahun, $499 selama empat tahun, dan $599 selama enam tahun. Setelahnya, Anda harus membayar biaya berlangganan sebesar $10 per bulan.

Sumber: Fast Company.

Simak Detail Lebih Lanjut Mengenai Headset VR Baru Buatan LG

Langkah perdana LG memasuki ranah virtual reality boleh dikatakan kurang mulus. Dirancang sebagai kompetitor Gear VR, reviewer mengeluhkan banyak hal mengenai LG 360 VR: dari mulai masalah bocornya cahaya, buruknya desain, ketidaknyamanan, hingga minimnya konten. Tapi tak berarti LG menyerah. Awal minggu ini, terdengar berita soal rencana LG membuat device VR baru.

Dan sesuai agenda, LG memamerkan head-mounted display yang mereka racik untuk menyaingi HTC Vive dan Oculus Rift di Game Developers Conference 2017. Sejauh ini LG memang belum mengumumkannya secara resmi, namun beberapa media yang berkesempatan mencobanya turut membeberkan sejumlah detail terkait hardware dari headset versi developer-nya.

LG VR Headset 2

Struktur headset kabarnya lebih menyerupai PlayStation VR dibanding Vive; memiliki ring untuk dipasang di dahi dan bisa dipererat dengan menyesuaikan bagian belakangnya, ditambah satu head band lagi buat menyeimbangkannya. Uniknya, konstruksi MHD memungkinkan Anda tidak perlu melepasnya saat ingin ‘keluar’ dari alam virtual. Pengguna bisa mengangkat visor ke atas (hingga 90 derajat) – mirip kaca di helm motor. Bobotnya sendiri masih belum diketahui.

LG VR Headset 3

Head-mounted display tersebut memanfaatkan sebuah panel seluas 3,64-inci buatan LG sendiri dengan resolusi 2560×1440 – artinya tiap mata memperoleh 1280×1440-pixel. Menakar dari angka ini, headset mempunyai resolusi setara Samsung Gear VR dan sedikit lebih tinggi di atas Rift dan Vive. Device menyuguhkan field of view seluas 110-derajat dan refresh rate 90Hz, sama seperti perangkat kreasi HTC dan Oculus VR.

Di unit developer ini, headset belum didukung oleh komponen output audio terintegrasi. Artinya, Anda harus memenambahkan headphone.

Komponen lensanya sedikit berbeda dari kompetitor. LG menempatkan lensa 110 derajat di jarak 12-milimeter dari mata, lalu menaruh lensa 120 derajat di jarak 10mm. Namun bukannya menggunakan lensa Fresnel seperti di Vive dan Rift, headset LG memanfaatkan jenis refraktif. Selain itu, layaknya HMD SteamVR, metode tracking-nya mengusung solusi base station Lighthouse.

LG VR Headset 1

Untuk controller, LG tampaknya mengadopsi punya HTC Vive dengan thumb pad serupa. Tapi ketika sensor controller Vive diposisikan di struktur melingkar, unit kendali milik LG di taruh di konstruksi segi enam/heksagon.

Saat artikel ini ditulis, LG juga belum menginformasikan nama yang diusung oleh device, harga, dan kapan kira-kira headset tersebut akan tersedia.

Sumber: The Verge & PC Gamer. Sumber foto: Upload VR.

HTC Upgrade Headset VR Vive Edisi Developer, Perkenalkan Vive Pre

Tak salah jika kita menyebut 2016 sebagai tahun terealisasinya virtual reality. Oculus Rift sudah bisa dipesan, konten-konten semakin matang, dan kompetisi kian memanas. CES 2016 memberikan kita gambaran kecil mengenai potensi industri VR ke depan, dan tak mau kalah dari Oculus VR, salah satu pemain besar di sana mengeluarkan informasi penting terkait produk andalan mereka.

HTC dan Valve mengungkap fase kedua pengembangan head-mounted display Vive: Vive Pre. Meski masih merupakan edisi developer, ia selangkah mendekati versi konsumen. HTC memperbarui segala macam aspek, dari mulai desain, layar, kamera serta rancangan controller wireless. Oh, wujudnya memang sesuai dengan bocoran gambar yang diedarkan user Reddit beberapa minggu silam.

HTC Vive Pre 01

Komponen display dibuat lebih nyaman, stabil, dan ergonomis dibanding model sebelumnya; desain strap juga disempurnakan. Bantalan busa dapat diganti sehingga pas ke berbagai bentuk wajah, dan Vive Pre bisa dikenakan bersama kacamata tanpa masalah. HTC memperbaiki sistem visual serta mempercerah display-nya supaya output gambar lebih jelas, membantu meningkatkan kesan keberadaan kita di dunia virtual.

Kamera baru plus sistem SteamVR Chaperone adalah fitur paling menarik dari Vive Pre, dan bisa jadi merupakan terobosan besar yang HTC bangga-banggakan. Berkatnya, pengguna tidak sepenuhnya terisolasi, tetap dapat melihat kondisi ruang di sekitar kita. Chaperone menampilkan overlay, menandai objek di dunia nyata. Ia menjaga kita agar tidak menabrak tembok atau menendang meja secara tak sengaja ketika asik bermain.

HTC Vive Pre 02

Rancangan controller juga memperoleh perombakan: ujungnya lebih lembut, lebih seimbang, dan bertekstur. Secara keseluruhan lebih nyaman. Tombol trigger dilengkapi fitur dual stage supaya interaksi pada objek lebih mulus, kemudian HTC turut membubuhkan haptic feedback. Baterai controller dapat diisi dengan mencolokkan connector microUSB. Lewat sekali charge, ia aktif selama empat jam. Namun bahkan tanpa controller, base station Lighthouse memungkinkan kita bergerak di ruang virtual tanpa memerlukan joystick.

HTC Vive Pre 03

Sistem virtual realityroom-scale‘ menjadi kemampuan andalan HTC Vive, selama Anda mempunyai cukup ruang. Buat sekarang, kamera baru dimanfaatkan untuk mendukung mode Chaperone. Tapi teknologi di belakangnya menyimpan banyak potensi, memberi medium baru bagi developer third-party dalam berkreasi. Model retail Vive kabarnya akan menyuguhkan display beresolusi 2160×1200 dengan refresh rate 90Hz.

Rencananya, Vive akan diluncurkan secara komersial pada bulan April 2016. Tapi sebelum bulan itu tiba, HTC dan Valve mempunyai agenda untuk memproduksi dan mendistribusikan 7.000 unit versi development ke para developer.

Via PC Advisor. Sumber: HTC.

Valve Mulai Distribusikan HTC Vive Versi Developer

Dikerjakan bersama-sama oleh Valve Corporation dan HTC, perangkat head-mounted virtual reality Vive uniknya masih merupakan anggota keluarga RE – terdiri dari RE Camera dan RE Grip. Vive sangat menjanjikan karena bagian software serta hardware diramu oleh dua spesialis berbeda. Berita baiknya lagi, kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menjajal Vive. Continue reading Valve Mulai Distribusikan HTC Vive Versi Developer

Valve Serbu GDC 2015 Dengan Steam Link, SteamVR dan Source 2

Valve memang tak main-main ketika mereka bilang bahwa ‘Jagat Steam sedang diperluas’. Sesuai rencana, Valve menumpahkan beragam tool dan device mutakhir di panggung GDC 2015. Beberapa memang sudah bisa ditebak, sebagian ialah update yang ditunggu-tunggu, dan ada pula teknologi inovatif pendukung device hiburan virtual reality. Continue reading Valve Serbu GDC 2015 Dengan Steam Link, SteamVR dan Source 2