Strategi LODI Tingkatkan Profitabilitas Lewat Layanan Manajemen Gudang dan Logistik Offline

Setelah menjalankan bisnis hampir 5 tahun, platform smart logistic yang menawarkan solusi terpadu LODI mengklaim telah mencapai titik profit sejak tahun 2021 lalu. Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO LODI Yan Hendry Jauwena mengungkapkan, tahun 2021 menjadi tahun terbaik bagi perusahaan ketika berhasil mencapai break even point — ditutup dengan laporan keuangan yang “hijau” dan berhasil mencapai profitabilitas.

Di tengah tech winter yang sempat mengacaukan sejumlah bisnis startup, LODI juga mengklaim tengah mendapati stabilitas bisnis. Mereka mengatakan, sampai saat ini tidak pernah melakukan layoff terhadap pegawai yang mereka miliki.

“Tahun 2023 ini kita juga sudah mulai memasuki pasar yang sebelumnya kita tidak masuki, yaitu pasar SaaS melalui Warehouse Experience System yang kita miliki dan tentunya bermanfaat untuk pengguna,” kata Yan.

Kembangkan WMS dan perluas layanan offline

Bukan hanya fokus kepada layanan logistik first-mile saja, saat ini LODI juga telah melayani mid-mile, last-mile, hingga manajemen gudang.

Teknologi yang tengah mereka kembangkan adalah WMS (Warehouse Management System), yaitu sebuah sistem yang dibuat dengan tujuan memudahkan kinerja manajemen pergudangan. WMS yang diterapkan oleh LODI adalah berupa fitur. Dengan ekosistem lengkap yang mereka miliki, memungkinkan LODI untuk melakukan integrasi dengan pihak terkait hingga menerapkan teknologi IoT.

Berdasarkan laporan DSInnovate yang membahas lanskap logistik digital di Indonesia terungkap, Internet of Things (IoT) berpotensi menyediakan data tentang objek, seperti barang yang akan diangkut dan didistribusikan. Data ini dapat tersedia secara real time dan dengan biaya rendah. Objek dapat mengumpulkan atau mengirimkan data sendiri melalui sensor.

“Kami memasuki pasar SaaS dengan label ‘Warehouse Experience System’. Pelanggan yang menggunakan produk kami tidak terbatas dengan warehouse operation saja, namun juga dagangan atau penjualan mereka. Apakah mereka menjalankan sendiri atau memanfaatkan teknologi LODI semua bisa dilakukan,” kata Yan.

Saat ini sudah ada tiga perusahaan yang memanfaatkan WMS dari LODI, salah satunya adalah perusahaan terkemuka asal Singapura. Secara khusus saat ini LODI sudah memiliki 8 warehouse atau gudang di Indonesia. Di antaranya terletak di Kelapa Gading, Tangerang, Bandung, Surabaya, Medan, Balikpapan, Denpasar, dan Makassar. Makassar ke depannya akan menjadi pintu masuk dari layanan logistik untuk wilayah Indonesia timur.

LODI juga berencana untuk memperluas layanan mereka secara offline. Menurut Yan, menjadi ideal saat ini bagi perusahaan untuk melayani bisnis secara offline. Besar peluang bagi perusahaan logistik seperti LODI untuk memberikan layanan, dalam hal ini adalah distribusi toko hingga outlet. Bukan hanya pengiriman memanfaatkan kurir saja, LODI juga sudah menyediakan moda transportasi untuk distribusi berupa mobil van hingga truk untuk pengguna mereka.

“Jika sebelumnya LODI dikenal sebagai platform logistik untuk mereka yang berjualan online, saat ini kita juga mulai membuka layanan untuk segmen offline. Misalnya distribusi untuk toko atau outlet. Kenapa kita melakukan itu, karena kue-nya ternyata jauh lebih besar dibandingkan online. Dan ketika pemain offline sudah mulai bangkit lagi kita akan membantu usaha mereka,” kata Yan.

Saat ini LODI sudah mulai melakukan pembicaraan dengan asosiasi hingga brand besar untuk peluang memberikan layanan tersebut. Sementara itu untuk existing user yang sebelumnya hanya memanfaatkan layanan secara online saja dan ingin melakukan distribusi toko secara offline, bisa juga dilayani oleh LODI.

“Kita melihat layanan ini akan menjadi signifikan karena akan berimbas kepada revenue LODI. Hal ini menjadikan LODI berbeda dengan platform logistik lainnya, karena kita bukan spesialisasi online atau offline saja tapi juga keduanya, teknologi kita juga lebih terdepan,” kata Yan.

Meskipun hampir serupa dengan layanan yang dihadirkan platform logistik lainnya seperti Shipper dan Crewdible, namun LODI mengklaim memiliki perbedaan yang sangat signifikan dan tentunya bermanfaat bagi kalangan UMKM, startup, hingga perusahaan skala besar.

Berencana galang dana seri A

Saat ini LODI sudah berada dalam putaran pendanaan tahapan pra-seri A. Selama ini perusahaan enggan untuk mengumumkan investasi yang sudah mereka peroleh dan siapa saja investor yang terlibat. Namun menurutnya  nominal dana segar yang sudah mereka miliki dari sudah cukup besar.

Tahun ini perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan yaitu seri A. Saat ini perusahaan sedang menjajaki pembicaraan dengan investor dari dua kategori yaitu strategic investor dan institusional  investor.

“Bagi LODI saat melakukan penggalangan dana bukan hanya untuk mendapatkan modal saja, namun kita juga melihat apakah LODI bisa melakukan sinergi. Dan dilihat dari kondisi perusahaan saat ini untuk menjadi profitable  company harapannya hal tersebut bisa menarik perhatian investor,” kata Yan.

Terkait kategori produk yang dimiliki oleh pengguna mereka saat ini yang paling banyak adalah kategori produk kecantikan dan skin care, disusul dengan fesyen, kemudian produk ibu dan anak. Untuk memperluas layanan mereka, LODI juga berencana untuk memberikan solusi kepada pelaku industri F&B di Indonesia.

Masih dalam tahap pengembangan, ke depannya melalui teknologi yang LODI berikan, bisa membantu pemilik bisnis kuliner di Indonesia melakukan pemesanan hingga pengiriman dalam satu platform yaitu melalui LODI.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Penetrasi Bisnis Logistik LODI Melalui Perluasan Mitra

LODI, startup fulfillment dan last mile delivery, masih fokus pada perluasan lokasi pada tahun ketiga operasinya, agar lebih banyak konsumen dan penjual di seluruh Indonesia yang terlayani dan merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi digital. Startup ini sudah beroperasi di lima kota dengan berbagai mitra pergudangan, yakni Flexofast (Tangerang, Medan, Surabaya), Janio (Jakarta), dan Kalla Logistics (Makassar).

Dalam keterangan resmi, CEO LODI Yan Hendry Jauwena menjelaskan bahwa perusahaan menggandeng banyak mitra pemilik gudang dan perusahaan logistik agar dapat melayani banyak target konsumennya, yakni pengusaha UKM online dari berbagai segmen bisnis. Ekspansi ke Makassar, sambungnya, adalah informasi terbaru dari perusahaan yang ingin memfokuskan diri dalam memenuhi kebutuhan logistik di Indonesia bagian timur, yaitu Maluku, Sulawesi, dan Papua.

Salah satu dukungan Kalla Group lewat kemitraan ini adalah mengakomodasi moda transportasi truk untuk kebutuhan lintas pulau dalam waktu singkat oleh angkatan laut yang dimiliki Kalla Group. Tak hanya itu, Kalla Logistic menyediakan warehouse untuk kebutuhan fulfillment e-commerce dengan area seluas 2250 meter persegi yang akan digunakan LODI secara bertahap.

Menurut Yan, dukungan dari Kalla Group sangat besar untuk perusahaan dalam upayanya meningkatkan kualitas pelayanan di masa mendatang dan membantu melayani pertumbuhan digital ekonomi di Indonesia bagian timur dan Sulawesi.

“Keterlibatan Kalla Group dalam kemitraan ini meliputi sokongan transportasi serta logistik bagi LODI. Keterlibatan kedua belah pihak untuk saling bahu membahu menyokong satu sama lain mampu meningkatkan efisiensi, baik secara optimal maupun optimalisasi bisnis bagi semua pihak yang terlibat,” kata Yan.

Perkembangan bisnis LODI

LODI adalah startup yang mengadopsi konsep Cainiao, logistik raksasa dari Tiongkok. Selama ini pemain logistik selalu mengandalkan pada heavy asset, seperti memiliki gudang di berbagai lokasi dan armada sendiri dalam menjalankan bisnisnya.

Padahal, belum tentu aset tersebut memiliki utilitas tinggi. Ketika gudang itu kosong, selalu ada overhead cost yang dibebankan. Sehingga para pemain fulfillment kurang mampu bersaing dengan era digital seperti sekarang ini. Konsep Cainiao dengan light asset dan mengusung semangat kolaboratif dengan ekosistem logistik pendukung dianggap tepat untuk diadopsi di Indonesia.

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Yan menyampaikan berkat kemitraan dengan mitra fulfillment, kini perusahaan dapat menjangkau lebih banyak pemilik bisnis UKM yang datang dari segmen fesyen, peralatan rumah tangga, skin care, alat kesehatan, suplemen kesehatan, kebutuhan bayi, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka berjualan melalui platform marketplace.

Seluruh produk UKM ini dititipkan ke gudang mitra LODI dan seluruh proses pengadaan hingga pengiriman ditangani langsung oleh LODI. Para UKM pun dapat memprioritaskan fokusnya ke pengembangan bisnis agar semakin berkembang. Tidak disebutkan lebih jauh pertumbuhan bisnis LODI selama pandemi.

Dia juga menuturkan kebutuhan akan solusi pengadaan dikala pandemi kini menjadi incaran para UKM online untuk membantu mengembangkan bisnis mereka secara lebih efektif, baik dari segi waktu and biaya. Sekaligus, untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi karena banyaknya pesanan yang masuk dari konsumen.

“Tentunya LODI mengimbangkan demand tersebut dengan man power preparation serta monitoring control yang menjadi SLA demi meningkatkan produktivitas.”

Yan tidak menjelaskan lebih jauh secara rinci bagaimana strategi perusahaan ke depannya. Ia hanya menyebut agar menjadi pemain dominan di Indonesia, perusahaan akan terus memperkuat inovasi produk dan operasional yang berfokus pada kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Dengan demikian, bisnis mereka dapat terus berkembang sehingga mereka dapat masuk ke era perdagangan yang akan datang (future commerce).

Terkait pendanaan, Yan hanya menyebut perusahaan terus membuka kesempatan untuk investor lain untuk bergabung dan mendukung perkembangan LODI. Terakhir, perusahaan memperoleh pendanaan tahap awal dengan identitas investor dan nominal yang dirahasiakan.

Sektor logistik mengalami kontraksi

Kendati sektor ini disorot menjanjikan di tengah laju pesat bisnis e-commerce di Indonesia, menurut data terbaru yang dirilis BPS terkait pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama 2021, sektor logistik (pergudangan dan jasa penunjang angkutan; pos dan kurir) mengalami kontraksi 13,71% yoy. Hal ini disebabkan adanya pembatasan mobilitas di tengah pandemi.

Laju pertumbuhan industri transportasi dan pergudangan 2021 / BPS

Halangan terkait pembatasan tersebut juga divalidasi oleh Parcelmonitor yang mencatat adanya peningkatan waktu transit rata-rata sebesar 26% selama periode pandemi. Operator logistik belum sepenuhnya mengatasi tantangan di tengah pandemi pada tahun 2020.

Rata-rata waktu transit logistik di awal pandemi / Parcelmonitor

Namun optimisme pasar menyambut era baru logistik tampaknya menjadi pendorong digitalisasi di sektor ini. Terbukti, sepanjang H1 2021, terdapat tiga startup logistik yang mendapatkan pendanaan. Meliputi SiCepat (seri B senilai $170 juta), Shipper (seri B senilai $63 juta), dan Andalin (seri A dengan nilai yang disembunyikan).

Lodi Adopts Cainiao’s Concept to Increase Warehouse Utility through Technology

Logistic startup industry is having a newcomer of fulfillment and last-mile delivery service named Lodi. Actually, Lodi has been established in late 2018 and began operating the next year.

Lodi offers a concept similar to Cainiao, Alibaba’s giant logistic in China, of course, with more localized services.

Lodi’s Managing Director, Zico Gosal explained, logistics players have been relied on heavy assets, having warehouses in several areas with its own fleet on running the business.

Meanwhile, not all their assets, warehouse, for example, possessed high utility. When it’s empty, there’s an overhead cost. This concept is not applicable in the digital technology era.

Therefore, the Cainiao concept with light asset and collaborative spirit with other logistics players in the fulfillment center, also the last-mile delivery, is more suitable for adoption.

“We’re currently focused on expanding our warehouse location by looking for partners due to our goal to reduce logistics costs,” he told DailySocial.

Lodi has been connected with fulfillment partners such as DB Schenker to provide a 10,500 square meters warehouse located in Marunda, North Jakarta using the shared user concept. Another warehouse is a 4 thousand square meters area located in Cawang.

DB Schenker is a global logistics player with more than 40 years of experience. Its entrance to the North Jakarta warehouse location brought high optimism for Lodi to attract more partners.

In that capacity, Zico claimed Lodi could accommodate 50 thousand orders every day. However, it’s still on progress in order to be achieved.

Lodi’s business model and user target

In addition to acquiring warehouse owners to rent their property to Lodi, the company also partners with logistics companies for last-mile delivery to consumers. The big names, such as JNE, SiCepat, Lion Parcel, and First Logistic.

Lodi is targeting users from brand owners, resellers, and sellers in the marketplace or social commerce platforms with over 100 daily order capacity. It’s different with capacity under 100 orders. It’s a condition where sellers still capable to handle using in-house.

Chief Commercial Officer, Dina Effendy added, from the current upper limit, they usually solve the problem by recruiting more people. Whereas, they should prioritize business development.

Lodi is here to offer a solution, for all their products to be entrusted and the entire shipping process will be handled directly by Lodi.

“Users can use the dashboard we provided to monitor the entire movement of incoming orders. All systems are integrated. When goods are stored in warehouses, they can immediately be restocked,” Effendy added.

They did not mention how many sellers have used Lodi as an option for fulfillment. When the user find interest in Lodi’s solution there is a contract system for a year.

Throughout this year, Lodi is to focus on adding the next warehouse location in Java. They targeting to have an additional 2 thousand square meter warehouse. Next year, they’re going to expand to Sumatra and Sulawesi.

They’re also to enhance warehouse functions, in order to store more complex products such as frozen food, chemicals, and medicines, for more users can use Lodi.

Lodi has secured seed funding from local investors with undisclosed value. These fresh funds were obtained in its initial stage. Zico admitted that the company is currently looking for series A funding worth of US$3 million to US$ 5 million (around Rp41 billion to Rp68 billion).

Lodi team now consists of 40 people, almost half of which were commercial teams.

“We have started a roadshow looking for investors, it is estimated for two to three more months to be announced,” he explained.

Logistics players from startups to conventional business / DailySocial
Logistics players from startups to conventional business / DailySocial


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Adopsi Konsep Cainiao, Lodi Tingkatkan Utilitas Gudang dengan Teknologi

Industri startup logistik kini kehadiran pemain baru yang bermain di ranah fulfillment dan pengiriman last mile bernama Lodi. Sejatinya, Lodi sudah mulai dirintis pada akhir 2018 dan operasional dimulai pada tahun berikutnya.

Konsep yang ditawarkan Lodi mirip dengan Cainiao, logistik raksasa milik Alibaba di Tiongkok, namun dengan penyesuaian lokal.

Managing Director Lodi Zico Gosal menjelaskan, selama ini pemain logistik selalu mengandalkan pada heavy asset, memiliki gudang di berbagai lokasi dan punya armada sendiri dalam menjalankan bisnisnya.

Padahal, belum tentu aset yang mereka miliki, misalnya gudang, punya utilisas yang tinggi. Ketika gudang itu kosong, ada overhead cost yang selalu dibebankan. Konsep ini kurang tepat apabila diterapkan di era teknologi digital.

Makanya konsep Cainiao dengan light asset dan mengusung semangat kolaboratif dengan pemain logistik lain di fulfillment center dan pengiriman last mile lebih tepat untuk diadopsi.

“Saat ini kita fokus perluas lokasi gudang dengan mencari banyak partner karena tujuan kami adalah menurunkan ongkos logistik,” katanya kepada DailySocial.

Lodi telah terhubung dengan mitra fulfillment seperti DB Schenker untuk menyediakan gudang berlokasi di Marunda, Jakarta Utara dengan konsep shared user seluas 10.500 meter persegi. Lokasi lainnya berada di Cawang sekitar 4 ribu meter persegi.

DB Schenker merupakan salah satu pemain logistik global dengan pengalaman lebih dari 40 tahun. Masuknya gudang DB Schenker untuk lokasi Jakarta Utara, membawa optimisme tinggi bagi Lodi untuk menggaet lebih banyak mitra.

Dengan kapasitas itu, Zico mengaku Lodi bisa mengakomodir 50 ribu pesanan setiap hari. Hanya saja, kondisi tersebut masih diupayakan agar tercapai.

Model bisnis dan target pengguna Lodi

Selain menghubungkan pemilik gudang untuk menyewakan ruangannya kepada Lodi, perusahaan telah menggaet perusahaan logistik last mile untuk pengiriman ke konsumen. Nama-namanya seperti JNE, SiCepat, Lion Parcel, dan First Logistic.

Target pengguna Lodi itu sendiri adalah pemilik brand, reseller dan penjual di platform marketplace atau social commerce dengan kapasitas pemesanan sudah di atas 100 per hari. Beda halnya ketika pesanan ada di bawah 100 per hari. Kondisi tersebut masih bisa ditangani secara in-house oleh penjual.

Chief Commercial Officer Dina Effendy menambahkan, dari batas atas tersebut solusi yang dulu biasa diambil adalah merekrut orang tambahan. Padahal seharusnya, mereka harus memprioritaskan pengembangan bisnis.

Kehadiran Lodi bisa menjadi solusi, seluruh barang mereka dapat dititipkan dan seluruh proses pengiriman akan ditangani langsung oleh Lodi.

“Pengguna dapat memantau dalam dashboard yang kami sediakan untuk memantau seluruh pergerakan pesanannya yang masuk. Semua sistemnya sudah terintegrasi. Ketika barang di gudang, bisa langsung di-restock,” tambah Dina.

Tidak disebutkan ada berapa banyak penjual yang telah memanfaatkan Lodi sebagai opsi pilihan untuk fulfillment-nya. Apabila pengguna tertarik dengan solusi Lodi ada sistem kontrak selama setahun.

Sepanjang tahun ini, Lodi akan fokus pada penambahan lokasi gudang berikutnya di dalam Pulau Jawa. Ditargetkan ada tambahan gudang seluas 2 ribu meter persegi. Selanjutnya pada tahun depan memperluas kehadiran di Sumatera dan Sulawesi.

Pihaknya juga mengembangkan fungsi gudang agar dapat menyimpan produk yang lebih kompleks seperti makanan beku, kimia, dan obat-obatan agar semakin banyak pengguna yang bisa memanfaatkan Lodi.

Lodi saat ini telah mengantongi pendanaan tahap awal dari investor lokal dengan nominal dirahasiakan. Dana segar ini didapat saat Lodi baru berdiri. Zico mengaku saat ini perusahaan sedang mencari pendanaan seri A dengan kebutuhan dari $3 juta sampai $5 juta (sekitar Rp41 miliar sampai Rp68 miliar).

Tim Lodi berjumlah 40 orang, hampir separuhnya adalah tim komersial.

“Kami sudah mulai roadshow mencari investor, perkiraannya dua sampai tiga bulan lagi sudah bisa diumumkan,” tutupnya.

Para pemain logistik baik dari startup maupun konvensional / DailySocial
Para pemain logistik baik dari startup maupun konvensional / DailySocial