Antara TikTok dan Esports: Bagaimana Keduanya Berpeluk Mesra Merenda Tawa

Tim olahraga tradisional, seperti kesebelasan sepak bola, biasanya punya kota yang mereka sebut sebagai rumah. Misalnya, Jakarta adalah markas Persija sementara Persib di Bandung. Ini memudahkan tim-tim tersebut untuk mendapatkan penggemar di kota asalnya, seperti Persija dengan The Jakmania. Namun, tidak begitu dengan organisasi esports. Fans tim atau organisasi esports bisa datang dari mana saja, terlepas dari kota atau negara asal tim atau organisasi tersebut. Tentu saja, lain ceritanya ketika tim esports membawa nama negara, seperti dalam Asian Games atau SEA Games.

Hal lain yang membedakan esports dengan olahraga tradisional adalah pertandingan esports diadakan secara digital dan biasanya disiarkan di platform streaming seperti YouTube, Facebook, atau Twitch. Karena itu, bagi organisasi esports, media sosial adalah cara paling sesuai untuk mengumpulkan dan berinteraksi dengan fans. Pertanyaannya, media sosial yang mana? Kini, ada beberapa media sosial populer, seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan  TikTok. Masing-masing platform memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Dari semua media sosial itu, TikTok adalah yang paling baru. Lalu, bagaimana peran TikTok dalam industri gaming dan esports saat ini?

Apa Uniknya TikTok?

TikTok adalah platform media sosial buatan ByteDance, perusahaan asal Beijing, Tiongkok. TikTok mengkhususkan diri untuk menyajikan konten berupa video pendek dengan durasi 3 sampai 60 detik. Satu hal yang membedakan TikTok dari media sosial lainnya adalah cara mereka menggunakan artificial intelligence. Kebanyakan media sosial, seperti Facebook dan Instagram, menggunakan algoritma untuk menentukan konten yang tampil di lini masa pengguna.

TikTok kini menjadi semakin populer. | Sumber: 9to5mac
Cara TikTok menggunakan AI menjadi salah satu keunikannya. | Sumber: 9to5mac

Sementara itu, TikTok akan menganalisa ketertarikan dan preferensi pengguna berdasarkan interaksi mereka dengan konten. Jadi, video yang muncul di lini masa TikTok Anda ditentukan berdasarkan pada berapa lama Anda menonton sebuah video. Semakin lama Anda menonton, itu berarti ketertarikan Anda semakin tinggi. Ini bukan berarti TikTok adalah satu-satunya platform yang menggunakan AI. Jangan salah, media sosial atau platform streaming seperti YouTube dan Spotify juga tetap menggunakan AI. Hanya saja, biasanya pengguna tetap diminta untuk memilih genre atau tipe konten yang mereka sukai.

Oke, reputasi TikTokmemang tidak sepenuhnya cemerlang. Maaf saja, saya sendiri masih sering mengidentikkan TikTok dengan konten alay. Saya yakin saya bukan satu-satunya yang berpikir begitu. Namun, tak bisa dipungkiri TikTok digemari begitu banyak orang. Menurut data dari Sensor Tower per April 2020, TikTok telah diunduh sebanyak 2 miliar kali di Apple App Store dan Google Play Store. Pandemi virus corona menjadi salah satu pendorong pertumbuhan jumlah install TiKTok. Sepanjang Q1 2020, TikTok telah diunduh sebanyak 315 juta kali di App Store dan Google Play. Sementara menurut Datareportal, jumlah pengguna aktif bulanan TikTok mencapai 800 juta orang.

Jumlah pertumbuhan donwload TikTok. | Sumber: Sensor Tower
Jumlah pertumbuhan donwload TikTok. | Sumber: Sensor Tower

India menjadi negara dengan total install TikTok terbesar, mencapai 611 juta download atau sekitar 30,3 persen dari total unduhan. Sementara Tiongkok duduk di posisi nomor 2 dengan total install mencapai 196,6 juta (9,7 persen). Amerika Serikat ada di posisi ketiga dengan total unduhan 165 juta (8,2 persen). Sementara itu, untuk kawasan Asia Tenggara, Sensor Tower memperkirakan bahwa total install aplikasi TikTok mencapai 190 juta pada Mei 2019, menurut laporan Strait Times. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia menjadi negara dengan jumlah install TikTok terbanyak. Mengingat Indonesia adalah negara dengan populasi terbanyak ke-4 di dunia, hasil itu tidak aneh.

TikTok di Dunia Gaming dan Esports

Setelah sukses mendapatkan audiens dengan TikTok, ByteDance — perusahaan induk TikTok — mulai tertarik untuk masuk ke industri game. Beberapa tahun belakangan, ByteDance telah merilis game-game kasual yang menggunakan iklan sebagai sumber pemasukan. Biasanya, game-game tersebut dipopulerkan melalui TikTok. Namun, pada Januari 2020, ByteDance dikabarkan akan membuat divisi game. Pasalnya, mereka ingin menggarap game yang lebih serius. Lewat game ini, ByteDance hendak menyasar kalangan gamer hardcore yang rela mengeluarkan uang untuk membeli item dalam game.

Masih pada Januari 2020, TikTok juga bekerja sama dengan Fortnite untuk menyelenggarakan acara #EmoteRoyaleContest. Sementara pada April 2020, TikTok menggandeng Collegiate StarLeague (CSL) untuk mengadakan turnamen esports bertajuk TikTok Cup. Dalam turnamen tingkat universitas ini, ada 4 game yang dipertandingkan, yaitu Fortnite, League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, dan Rocket League.

Sementara itu, di Indonesia, TikTok menggandeng WHIM Indonesia, perusahaan manajemen yang mengelola organisasi esports EVOS Esports dan influencer mereka. Hartman Harris, Chief of Business Operation EVOS Esports mengatakan bahwa melalui kerja sama ini, EVOS ingin mengembangkan bisnis influencer mereka. “Kita yakin bahwa TikTok akan lebih menarik untuk fans kami, termasuk EVOS Esports, terutama mereka yang berasal dari Gen Z yang suka dengan lagu hits tapi dengan penyajian format konten yang berbeda,” kata Hartman.

Hartman menjelaskan, masing-masing platform media sosial memiliki market dan fungsi yang berbeda-beda. Meskipun begitu, dia mengaku pasti ada audiens yang overlap antara satu media sosial dengan yang lain. “Karena itu, kita harus bikin setiap konten menarik dan bikin penasaran,” ujarnya. “Fungsi setiap platform berbeda-beda, sehingga mood orang juga berbeda-beda saat pakai platform yang berbeda. Instagram kebanyakan untuk image, YouTube untuk video panjang, TikTok untuk video pendek dengan lagu yang hits dan lucu.”

Mengingat setiap platform media sosial memiliki fungsi yang berbeda, para kreator konten, termasuk influencer di WHIM, tidak bisa serta-merta membuat satu konten yang dibagikan ke seluruh media sosial. “Karena setiap platform itu berbeda-beda, kita harus customize setiap konten juga, untuk dicocokkan dengan audiensnya, tapi semua ada benang merahnya,” jelas Hartman.

Emperor jadi salah satu influencer di bawah EVOS. | Sumber: Esports.id
Emperor jadi salah satu influencer di bawah EVOS. | Sumber: Esports.id

WHIM Indonesia membawahi sejumlah influencer ternama di dunia gaming, seperti Jonathan “Emperor” Liandi, Dyland Maximus Zidane alias Dyland PROS, Anastasia “Angel” Angelica, dan Jeanice Ang aka Jeanice. Masing-masing influencer tentu memiliki daya tarik yang berbeda-beda. Hartman mengungkap, ciri khas masing-masing influencer di WHIM biasanya memang sesuai karakter mereka sendiri. “Setiap orang punya khas sendiri, kita hanya bantu memoles,” ungkapnya. Sementara soal pembuatan konten, semua melalui tim kreatif WHIM. “Diawalin dengan process planning, lalu production, lalu edit.”

Ketika ditanya soal tujuan kerja sama antara WHIM Indonesia dan TikTok, melalui pesan singkat, Hartman menjawab, “Untuk bisa menjalin hubungan yang lebih erat dan membangun industri kreator konten di Indonesia melalui TikTok, platform yang sangat besar.” Lebih lanjut dia berkata, “Kami ingin bisa menghubungkan lebih banyak konten kreator dengan para brand. Agar konten kreator mudah mendapat brand, dan para brand bisa mendapat kreator yang tepat.” Selain itu, melalui kerja sama ini, WHIM Indonesia juga akan mendapatkan berbagai insight dari TikTok, mulai dari cara membuat video yang lebih engaging sampai tren konten TikTok di luar negeri yang bisa diterapkan di pasar lokal.

Seperti Apa Konten di TikTok?

EVOS Esports memiliki akun resmi di TikTok, lengkap dengan centang biru. Mereka sudah mengunggah 141 video dan mengumpulkan 249,9 ribu pengikut. EVOS bukanlah satu-satunya tim esports Indonesia yang punya akun TikTok. Dua tim seports lain yang juga memiliki akun di TikTok adalah Bigetron Esports yang telah mengunggah 41 video dan mendapatkan 49,9 ribu pengikut, serta Onic Esports dengan 21 video dan 8 ribu pengikut.

EVOS, Bigetron, dan Onic juga memiliki akun Instagram, yang fokus pada gambar dan video. Lalu, konten seperti apa yang disajikan di TikTok? Hartman menyebutkan bahwa EVOS membedakan konten yang mereka unggah di akun media sosial yang berbeda-beda. Untuk memastikan kebenaran pernyataan itu, saya lalu mencari tahu tentang konten buatan EVOS di TikTok dan membandingkannya dengan konten di Instagram. Di akun Instagram resmi EVOS, Anda akan menemukan konten seperti ucapan selamat ulang tahun untuk anggota tim, video kilas balik pada momen-momen menarik, give away, atau pengumuman pengunduran diri pemain. Namun, di TikTok, konten buatan EVOS jauh lebih… nyeleneh santai.

Salah satu video dengan view terbanyak di akun TikTok EVOS adalah video dari Dyland PROS saat dia melakukan Lalala Challenge. Video pendek tersebut berhasil mendapatkan 159,5 ribu view dan lebih dari 4,5 ribu komentar. Bagi Anda yang tidak tahu (seperti saya sebelum menulis artikel ini), Lalala Challenge menantang Anda untuk membuat gerakan tangan sesuai dengan serangkaian emoji. Tentu saja, gerakan yang Anda buat harus sesuai dengan ritme lagu.

Contoh orang-orang yang melakukan Lalala Challenge. | Sumber: YouTube
Contoh orang-orang yang melakukan Lalala Challenge. | Sumber: YouTube

Contoh konten lainnya di akun TikTok resmi EVOS adalah Pass the Brush Challenge. Di sini, para ML Ladies menunjukkan tampilan mereka sebelum dan sesudah menggunakan makeup sebelum mereka “menyerahkan” kuas makeup ke rekan mereka. Jika Anda berpikir konten-konten tersebut nirfaedah, saya tidak akan menyalahkan Anda. Tapi, tak bisa dipungkiri itu menghibur banyak orang. Di tengah pandemi seperti sekarang, kita tahu betapa pentingnya hiburan.

Dan jangan salah, organisasi-organisasi esports yang membuat akun TikTok tak terbatas pada organisasi esports lokal. Organisasi esports global sekalipun juga punya akun di TikTok. Ini beberapa daftar organisasi esports global yang memiliki jumlah pengikut hingga puluhan atau bahkan ratusan ribu di TikTok.

  • Team SoloMid – 544,9 ribu pengikut
  • 100 Thieves – 286,5 ribu pengikut
  • G2 Esports – 286,1 ribu pengikut
  • Spacestation Gaming – 100,1 ribu pengikut
  • Cloud9 – 42,6 ribu pengikut
  • FaZe Clan 30,5 ribu pengikut
  • Fnatic R6 – 10 ribu pengikut

Tak hanya organisasi esports, beberapa streamer ternama juga memiliki akun TikTok, seperti Tyler “Ninja” Blevins yang memiliki 2,5 juta pengikut atau Imane “Pokimane” Anys dengan 2 juta pengikut. Para penyelenggara turnamen juga bekerja sama dengan TikTok untuk mempopulerkan turnamen mereka. Misalnya, dalam League of Legends World Championship 2019, Riot Games bekerja sama dengan TikTok untuk merilis lagu original berjudul “GIANTS”. Lagu tersebut bisa digunakan oleh pengguna TikTok sebagai latar belakang musik dari konten yang mereka buat.

“Sebagai tambahan, para influencer di TikTok juga menghadiri turnamen secara langsung, mendorong terciptanya konten yang otentik, sehingga jumlah view naik dengan cepat dan kini telah menembus 1 miliar view,” kata Alay Joglekar, Social Media Lead, Riot Games pada The Esports Observer. Dia merasa, Riot mendapatkan pelajaran berhraga dari kerja sama tersebut. “Setelah kerja sama pertama, kami berencana untuk menjalin kerja sama yang lebih erat lagi dengan TikTok agar kami bisa memberikan pengalaman yang lebih menarik bagi fans lama dan baru kami.”

Pada April 2020, ESL juga bekerja sama dengan TikTok. Perusahaan penyelenggara turnamen itu membuat dua channel. Satu channel untuk menunjukkan highlight dari pertandingan Counter-Strike: Global Offensive dan satu channel lain untuk konten esports umum. Selain itu, ESL dan TikTok juga membuat dua tagar khusus: #progamer dan #mygaminglife. ESL mengatakan, dua channel mereka mendapatkan total view 2,3 juta hanya dalam waktu 4 hari. Sementara dalam waktu 10 hari, mereka berhasil mendapatkan 2,5 miliar view. ESL mengaku, melalui kerja sama ini, mereka memang menargetkan generasi Z, yang terlahir pada sekitar pertengahan 1990-an sampai awal 2010-an.

Kesimpulan

Pada awalnya, TikTok mungkin memiliki reputasi sebagai media sosial untuk anak-anak alay. Sampai sekarang, reputasi itu mungkin belum sepenuhnya menghilang. Tapi, tak bisa dipungkiri bahwa TikTok kini menjadi media sosial yang sangat populer, khususnya di kalangan gen Z. Dan coba tebak industri apa yang penontonnya juga datang dari generasi milenial dan gen Z? Esports. Jadi, jangan heran jika para pelaku esports bekerja sama dengan TikTok, mengingat audiens keduanya memiliki kemiripan.

Besides, if you can’t beat them, join them!

Sumber header: CNET/Angela Lang

Facebook Rilis Fitur Messenger Rooms, Video Call dengan 50 Orang Secara Mudah

Satu demi satu platform video call mencoba mengejar ketertinggalannya dari Zoom. Momennya tentu sangat tepat, dan itu yang pada akhirnya memicu Skype untuk meluncurkan fitur Meet Now belum lama ini.

Setelah Skype, sekarang giliran Facebook yang mengambil langkah serupa setelah melihat lebih dari 700 juta orang mengakses fitur video call di Messenger maupun WhatsApp setiap harinya. Mereka memperkenalkan fitur Messenger Rooms, yang dirancang untuk menampung hingga 50 orang sekaligus dalam satu sesi panggilan video.

Keistimewaan Messenger Rooms adalah, yang perlu memiliki akun Facebook hanya satu orang saja, yaitu si pembuat ruangan virtual-nya (room). Room bisa dibuat melalui Facebook atau Messenger, dan setelahnya siapapun bisa diundang untuk masuk dengan membagikan sebuah tautan.

Facebook Messenger Rooms

Kalau perlu, room bahkan bisa dibuat terbuka untuk semua, sehingga seluruh teman Facebook Anda bisa bergabung kapan saja mereka mau. Si pembuat room alias host ini memegang otoritas penuh; ia bebas mengunci room kapan saja diperlukan, dan ia bisa menendang partisipan.

Bagi yang mengakses room melalui aplikasi Messenger, mereka dapat mengaktifkan beragam efek augmented reality (AR) selama panggilan video sedang berlangsung. Ke depannya, Facebook bilang room bakal bisa dibuat melalui aplikasi Instagram maupun WhatsApp.

Messenger Rooms kabarnya bakal tersedia di seluruh dunia dalam beberapa minggu mendatang. Dalam kesempatan yang sama, Facebook akhirnya juga meresmikan fitur video call 8 orang milik WhatsApp.

Sumber: Facebook.

[Panduan Pemula] Cara Main Game Tanpa Install di Facebook Menggunakan Smartphone Android

Bermain game, umumnya dimulai dengan membuka Play Store atau App Store kemudian mengunduh salah satu game pilihan lalu menjalankannya di smartphone. Tidak ada yang salah dengan cara ini, toh miliaran orang juga melakukannya.

Continue reading [Panduan Pemula] Cara Main Game Tanpa Install di Facebook Menggunakan Smartphone Android

Instagram Rombak Aplikasi IGTV

Diluncurkan pada pertengahan tahun 2018, IGTV masih belum sepopuler Instagram Stories. Saya pribadi menganggap IGTV sebagai fitur yang otomatis aktif ketika hendak mengunggah video dengan durasi melebihi satu menit, terlepas dari visi Instagram untuk menjadikannya sebagai platform pesaing YouTube.

Namun Instagram sepertinya masih belum mau menyerah. Mereka telah memperbarui aplikasi terpisah IGTV dengan sejumlah fitur. Salah satunya adalah tab Discover yang diposisikan di tengah, yang akan menyuguhkan lebih banyak variasi video dari beragam kreator.

Sebelumnya, tanpa adanya Discover, IGTV cuma menampilkan video dari orang-orang yang kita follow sekaligus deretan video yang populer di platform tersebut. Perubahan ini semestinya bisa memudahkan kita menemukan lebih banyak konten menarik dari kalangan kreator.

Masih seputar aspek discovery, konten IGTV yang diunggah sebagai Story kini tidak lagi menampilkan gambar statis, melainkan klip video berdurasi 15 detik. Harapannya adalah pengguna jadi lebih tertarik mengklik dan menonton video lengkapnya ketimbang hanya disuguhi thumbnail begitu saja.

Buat para kreator, pembaruan IGTV ini pada dasarnya dapat membantu mereka mendapat lebih banyak exposure. Instagram juga tidak lupa menambahkan mode perekaman hands-free demi semakin memudahkan kreator.

Timing dari update terhadap IGTV ini juga cukup pas, sebab ternyata kreator jadi lebih rajin mengunggah konten ke IGTV selama masa pandemi. Di kategori fashion dan kecantikan misalnya, Glossy melaporkan kenaikan aktivitas yang cukup signifikan dari berbagai brand dan influencer.

Mungkin ini waktunya untuk mengunduh aplikasi IGTV lagi?

Sumber: The Verge.

Di Twitter, Jumlah Percakapan tentang Game Naik 71 Persen

Di Twitter, jumlah percakapan tentang game naik 71 persen dan jumlah pengguna yang membuat tweet tentang game naik 38 persen. Sementara di Amerika Serikat, jumlah kicauan tentang game naik 89 persen dan jumlah pengguna yang membahas game naik 50 persen. Tidak heran jika semakin banyak orang yang membahas tentang game di media sosial. Di tengah pandemi virus corona, yang memaksa banyak negara untuk menetapkan status lockdown atau menghimbau masyarakatnya untuk tetap di rumah, banyak orang yang mengisi waktunya dengan bermain game. Dalam satu bulan belakangan, Steam terus memecahkan rekor jumlah pengguna concurrent. Jumlah pemain dari Counter-Strike: Global Offensive dan Dota 2 juga terus naik.

Selain pandemi virus corona, hal lain yang membuat jumlah kicauan tentang game naik adalah peluncuran Animal Crossing: New Horizons, menurut Forbes. Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah, jumlah tweet tentang game melonjak naik setelah New Horizons diluncurkan. Memang, baik di Amerika Serikat maupun di dunia, New Horizons merupakan game yang paling banyak dibicarakan. Kicauan tentang New Horizons tidak melulu berisi gameplay dari game tersebut, tapi juga tentang kode in-game untuk mengunduh desain buatan pemain lain.

twitter game
Setelah New Horizons diluncurkan, jumlah tweet yang membahas tentang game melonjak naik. | Sumber: Forbes

Secara global, game lain yang paling banyak dibicarakan di Twitter adalah Fate/Grand Order, diikuti oleh Final Fantasy, Ensemble Stars! dan Fortnite. Sementara di Amerika Serikat, game yang paling sering dibicarakan selain game terbaru Animal Crossing adalah Call of Duty, Final Fantasy, Fortnite, dan Fire Emblem. Sementara itu, organisasi esports yang paling banyak dibicarakan adalah FaZe Clan, diikuti oleh G2 Esports, MiBR, Fnatic, lalu Cloud9, lapor The Esports Observer. Negara yang memberikan kontribusi paling besar dalam lonjakan kicauan tentang game ini adalah Jepang, diikuti oleh Amerika Serikat, Korea Selatan, Prancis, dan Spanyol.

Di tengah pandemi virus corona, banyak turnamen olahraga yang dibatalkan dan digantikan dengan turnamen esports, seperti Formula 1 dan NASCAR. Selain itu, atlet basket dan sepak bola profesional juga ikut serta dalam turnamen esports. Biasanya, turnamen esports hanya disiarkan melalui platform streaming game dan media sosial. Namun, kali ini, pertandingan esports juga ditayangkan di channel televisi untuk mengisi kekosongan akibat batalnya berbagai kegiatan olahraga. Misalnya, FOX Sports memutuskan untuk menayangkan keseluruhan balapan eNASCAR iRacing Pro Invitational Series.

Cara Setting Fitur Terjemahan di Facebook

Fitur terjemahan sudah tertanam di Facebook sejak lama, tetapi fitur ini di kondisi tertentu fitur ini terkadang berjalan tapi terkadang tidak. Hal ini disebabkan oleh pengaturan default yang secara otomatis mengikuti preferensi masing-masing pengguna.

Continue reading Cara Setting Fitur Terjemahan di Facebook

Facebook Resmi Luncurkan Tampilan Baru Situs Desktop-nya

Dua tahun terakhir ini Facebook cukup gencar menyederhanakan sejumlah aplikasi buatannya. Puncaknya adalah ketika mereka memangkas fitur Discover dari Messenger dengan tujuan menyuguhkan aplikasi chatting yang lebih ringan sekaligus lebih kencang.

Namun upaya ini ternyata tidak hanya mencakup konteks mobile saja. Pada konferensi developer-nya tahun lalu, Facebook sempat memamerkan tampilan baru untuk situs versi desktop-nya, dan itu sudah bisa kita nikmati mulai sekarang.

Facebook.com redesign

Untuk mengaktifkannya sekarang juga, buka situs facebook.com di komputer, lalu klik tombol menu di paling kanan atas. Pilih opsi “Switch to new Facebook“, maka seketika itu juga Anda akan melihat tampilan barunya yang lebih bersih dan lebih rapi, dengan ukuran font yang lebih besar sehingga konten bisa lebih mudah terbaca.

Supaya lebih manis lagi di mata, Facebook tak lupa menyediakan fitur Dark Mode, yang dapat diaktifkan melalui tombol menu yang sama. Secara keseluruhan tampilan barunya jadi lebih mirip seperti aplikasi Facebook di smartphone.

Facebook.com redesign

Andai tidak suka dengan desain barunya, pengguna bisa kembali menggunakan tampilan lama dengan memilih opsi “Switch to classic Facebook” pada menu paling kanan atas kapan saja mereka mau. Entah sampai kapan opsi ini bakal bertahan, sebab ke depannya Facebook tentu akan memakai tampilan barunya sebagai default.

Saya pribadi jauh lebih suka dengan tampilan barunya. Bukan cuma lebih rapi, situs Facebook versi desktop juga terasa lebih responsif berkat tampilan barunya ini.

Sumber: TechCrunch.

Twitter Uji Fitur Stories, Namanya Fleets

Twitter belum lama ini diprediksi sedang menggodok fitur Stories, tepatnya ketika mereka mengakuisisi sebuah startup bernama Chroma Labs. Chroma Labs merupakan pengembang Chroma Stories, aplikasi iPhone untuk menciptakan konten Stories yang lebih menarik ketimbang memakai tool bawaan masing-masing platform sosial.

Prediksi itu tidak meleset. Twitter mengumumkan bahwa mereka akan segera menguji fitur baru bernama “Fleets”, tapi baru untuk konsumen di Brasil. Persis seperti Stories, Fleets akan hilang dengan sendirinya 24 jam setelah diunggah. Penempatannya pun sama, di paling atas Timeline.

Selain teks, Fleets bisa dijejali foto, video ataupun GIF. Sticker dan tool lainnya tidak ada (belum?), tapi Twitter berargumen bahwa ini disengaja demi merefleksikan karakter asli Twitter yang memang lebih banyak melibatkan teks ketimbang jenis konten lainnya.

Twitter Fleets

Satu hal yang sangat berbeda dari Fleets adalah cara menavigasikannya. Untuk melihat beberapa Fleets dari satu pengguna misalnya, kita harus mengusap layar ke bawah. Ini jelas berbeda dari Stories di tempat lain, di mana kita sudah terbiasa menyentuh sisi kanan layar untuk melihat Stories selanjutnya dari orang yang sama.

Barulah untuk beralih ke Fleet dari pengguna yang lain, kita bisa mengusap layar ke kiri, persis seperti di Instagram Stories. Kabar baiknya, gesturegesture ini bisa saja berubah tergantung masukan dari pengguna selama masa pengujian.

Twitter Fleets
Untuk melihat beberapa Fleets dari satu orang yang sama, pengguna harus swipe ke bawah, bukan tap di sisi kanan seperti biasanya / Twitter

Kita boleh menuduh Twitter latah, akan tetapi mereka punya alasan sendiri di balik kehadiran Fleets. Mereka berpendapat bahwa sebagian pengguna Twitter cenderung pasif karena mereka merasa tidak nyaman dengan sifat Tweet yang publik dan permanen. Dengan kata lain, banyak pengguna Twitter yang takut salah bicara hingga akhirnya dihujat khalayak.

Fleets dilihat sebagai solusi yang tepat. Twitter berharap pengguna bisa merasa lebih nyaman berdiskusi atau mengungkapkan uneg-unegnya dengan adanya Fleets. Seperti yang saya bilang, Fleets akan dihapus secara otomatis setelah 24 jam, dan ini setidaknya bisa membuat pengguna merasa lebih tidak tertekan.

Fleets saat ini sedang diuji di Twitter versi Android maupun iOS, tapi baru untuk pengguna di Brasil saja. Pengujiannya bakal berlangsung selama beberapa bulan sebelum Twitter memutuskan untuk merilisnya secara global.

Sumber: TechCrunch dan The Verge.

Beginilah Cara Orang Indonesia Menggunakan Smartphone

Lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan ponsel! Mungkin frasa ini yang sering didengar oleh para pengguna smartphone di Indonesia. Perangkat yang satu ini memang sudah menjadi sebuah kebutuhan utama selain sandang, pangan, dan papan. Hal tersebut dikarenakan oleh hausnya para pemilik smartphone akan informasi.

Unik? Tentu saja! Perangkat yang satu ini memang sudah mengubah kebiasaan orang dalam menjalankan kehidupannya setiap hari. Kita pun sering melihat orang memfoto makanannya sebelum menyantapnya, memposting ke sosial media walau ada teman didekatnya, dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana sih sebenarnya perilaku orang Indonesia dalam menggunakan perangkat komunikasinya tersebut? Jakpat saat ini sudah melakukan riset mengenai perilaku pengguna perangkat smartphone di Indonesia.

Ternyata, dalam kesehariannya, pemakaian smartphone cukup berbeda antara mereka yang berjenis kelamin pria mau pun wanita. Ternyata, laki-laki cenderung menggunakan smartphone untuk bermain game. Sedangkan perempuan menggunakan perangkatnya untuk mengakses sosial media.

Survey Kebiasaan Smartphone 1

Aktivitas harian dalam menggunakan smartphone juga berbeda pada saat hari kerja dan akhir pekan. Yang sama adalah aplikasi-aplikasi yang selalu digunakan sehari-hari seperti instant messenger, media sosial, e-commerce, dan streaming video. Aplikasi perbankan yang biasanya digunakan pada setiap hari kerja. Namun pada akhir pekan, game, aplikasi editor foto dan video, serta streaming banyak digunakan.

Survey Kebiasaan Smartphone 2

Kebutuhan akan kecepatan internet juga cukup berbeda-beda. Dari semua responden yang ditanyakan, kebanyakan masih menggunakan mobile data untuk mengakses internet. Akses internet berbasis kartu SIM ini memang digunakan untuk semua kegiatan seperti bermain game, melakukan panggilan video dan suara, serta streaming musik dan video.

Survey Kebiasaan Smartphone 3

Seperti yang sudah dikatakan, para responden memang lebih baik ketinggalan dompetnya daripada smartphone mereka. Sebanyak lebih dari 50% mengatakan hal tersebut, baik yang berjenis kelamin pria mau pun wanita. Hal ini juga disetujui oleh semua responden di segala rentang umur.

Survey Kebiasaan Smartphone 4

Terakhir, apa yang dilakukan oleh orang-orang pada saat pertama kali bangun tidur? Lagu “Bangun tidur ku terus mandi” mungkin saat ini sudah tidak lagi relevan. Hal tersebut harus diubah menjadi “Bangun tidur ku terus lihat smartphone“. Hal tersebut dilakukan oleh 39% responden.

Survey Kebiasaan Smartphone 5

Nah, dengan mengetahui perilaku penggunaan smartphone, apakah Anda sama seperti para responden di atas? Jika iya, tenang saja, Anda tidak sendirian.

Sumber: Jakpat Blog

Panduan Singkat untuk Meningkatkan Jumlah Followers di Media Sosial

Anda sebagai pembuat karya atau konten, tentu saja followers Anda adalah audiens Anda dan calon pelanggan Anda yang paling pertama dan utama. Bagaimana caranya agar jumlah followers di media sosial bisa bertambah banyak?

Continue reading Panduan Singkat untuk Meningkatkan Jumlah Followers di Media Sosial