Mobil Konsep Baru Mercedes-Benz Terinsprasi dari Produk Otomotif Pertama Mereka

Secara legal, Mercedes-Benz berdiri di tahun 1926, namun salah satu pencetus brand ini – Karl Benz – sudah berkarya sejak 1886 dengan kendaraan berbahan bakar bensin pertama di dunia. Akhirnya, mobil Mercedes mulai dipasarkan pada tahun 1901 oleh Daimler Motors Corporation. Kata Mercedes sendiri diambil dari nama putri wirasusahawan otomotif Emil Jellinek yang mematenkan merek tersebut di 1902.

Kini hampir 120 tahun berlalu, perusahaan otomotif spesialis kendaraan mewah asal Jerman itu mencoba menghidupkan lagi produk pertamanya, ‘Mercedes 35 PS’ tapi tentu dengan sentuhan futuristis. Di acara Frankfurt Motor Show 2019, Mercedes-Benz memperkenalkan mobil konsep Vision Mercedes Simplex baru yang wujudnya terinspirasi dari 35 PS. Bedanya, ia mengusung berbagai macam elemen kendaraan masa depan.

Vision Mercedes Complex 5

Seperti pendahulunya itu, Vision Mercedes Simplex 35 PS ialah mobil dua penumpang dengan roda berukuran besar di bagian luar yang mengelilingi tubuh utama. Mesin dan segala macam komponen penggerak berada di depan, dimasukkan dalam chassis berwujud boks berdesain aerodinamis. Mercedes-Benz memilihkan kombinasi warna unik buat Simplex, yaitu putih di area depan dan peleknya, biru di zona pengemudi, serta hitam di belakang.

Vision Mercedes Complex 3

Selanjutnya, Mercedes-Benz membubuhkan warna emas di bagian depan Simplex, mengelilingi radiator. Uniknya lagi, grille di sisi depan yang dahulu ada di Mercedes 35 PS kini digantikan oleh layar lebar. Panel tersebut disiapkan untuk menampilkan animasi-animasi yang memperlihatkan status kendaraan. Menurut perusahaan, pemakaian layar ini mewakilkan transformasi brand Mercedes dari ranah otomotif tradisional ke era digital.

Vision Mercedes Complex 4

Area kokpit Simplex 35 PS boleh dibilang merupakan impian bagi mereka yang gemar mengemudi. Mercedes-Benz sengaja menerapkan display informasi secara minimal, difokuskan pada elemen-elemen krusial pendukung pengalaman berkendara. Sistem akan menampilkan info secara spesifik di waktu yang tepat – misalnya kecepatan, instruksi navigasi atau notifikasi penting terkait mesin. Tim desainer menyebut konsep ini sebagai ‘hyper analogue‘.

Vision Mercedes Complex 1

Vision Mercedes Simplex 35 PS punya wujud lebih mungil padat dibanding mobil modern, dan menilai dari wujudnya, ia juga memiliki tingkat center of gravity lebih rendah dari kendaraan di era lampau. Itu artinya, Simplex 35 PS akan sangat nyaman buat dikendarai. Produsen memang belum mengonfirmasi jenis mesin yang digunakan oleh kendaraan konsep ini, tapi saya menduga ia dibekali motor elektrik.

Karena statusnya sebagai mobil konsep, tentu saja belum dapat dipastikan apakah Vision Mercedes Simplex 35 PS akan diangkat menjadi produk komersial atau tidak. Bagi saya, langkah yang diambil Mercedes-Benz ini sangat unik, karena untuk membuat terobosan, kadang kita harus kembali ke awal.

Via The Verge.

Sama Seperti Pembalap F1, Mercedes Juga Olah Data Pembalap F1 Esports

Tahun lalu, Lewis Hamilton memenangkan balapan F1 untuk Mercedes-AMG Petronas Motorsport. Dengan kemenangan tersebut, Mercedes telah memenangkan F1 selama lima tahun berturut-turut. Tim IT yang mumpuni adalah salah satu alasan di balik kesuksesan tim Mercedes, cerita Head of IT for Mercedes-AMG Petronas Motorsport, Matt Harris.

“Kami mencoba menembus batas teknologi dan mendapatkan hasil terbaik dari IT. Inilah kunci yang membedakan kami dari tim lain,” katanya pada ZDNet dalam acara Big Data LDN di London pada akhir tahun 2018. “IT adalah bagian penting dari semua yang kami lakukan, baik terkait mobil balapan utama, tim pembalap, atau fungsi support. Kami harus memastikan bahwa kami memberikan performa terbaik sepanjang waktu. Jika IT bermasalah, ini bisa menyebabkan mobil berhenti.” Dia juga menjelaskan, efek tim IT pada para pembalap memang tidak langsung dirasakan, tapi kerja tim IT memungkinkan para pembalap untuk membuat keputusan yang akurat dalam waktu singkat.

Sepanjang musim balapan, sebuah tim hanya bisa menggunakan dua mobil balap. Performa mobil tersebut harus disesuaikan dengan keadaan sirkuit Grand Prix yang berbeda-beda. Sebuah tim biasanya memodifikasi sebuah mobil balap berulang kali dan data memegang peran penting dalam keputusan mereka terkait modifikasi yang akan dilakukan. “Data sangat penting. Tanpa data, kita tidak bisa membuat banyak keputusan,” kata Harris.

Pengolahan data yang tepat sukses membuat Mercedes memenangkan F1 selama lima tahun berturut-turut. Kini, perusahaan asal Jerman tersebut juga akan menggunakan teknisi F1 untuk mengolah data dari pembalap Formula 1 Esports. Ialah Brendon Leigh, pemenang dari F1 Esports pada 2017 dan berhasil mempertahankan gelarnya pada tahun lalu. Dia percaya, kemenangannya tahun lalu sepenuhnya berkat tim Mercedes. Dia bercerita, teknisi F1 Mercedes juga mengolah data hasil balapannya, sama seperti yang mereka lakukan pada Lewis Hamilton.

“Kami memiliki kerja sama yang sangat baik di belakang layar. Kami juga bekerja keras di luar sirkuit balapan,” kata Leigh, seperti dikutip dari Autosport. “Misalnya, kami meminta teknisi Mercedes dari Formula 1 untuk melihat data balapan saya agar saya bisa memperbaiki performa saya. Semua orang sangat cepat di F1 Esports. Anda tidak akan terpilih jika Anda tidak cepat, tapi orang-orang yang memenangkan balapan — para pembalap yang sering menang adalah pembalap yang sangat tenang dan bisa berpikir matang. Inilah yang tengah saya dan Mercedes lakukan tahun lalu dan tahun ini. Mencoba untuk berpikir secara ekonomis.”

Mercedes mulai masuk ke kancah esports pada 2017 dengan bekerja sama dengan ESL, penyelenggara turnamen esports. Ketika itu, salah satu bentuk kerja sama antara keduanya adalah sponsorship. Mercedes akan menjadi sponsor turnamen esports di berbagai negara. Turnamen pertama yang mereka dukung adalah turnamen Major Dota 2, ESL One Hamburg 2017. Tahun lalu, Mercedes memperpanjang kerja samanya dengan ESL. Kerja sama ini akan berlaku hingga 2020. Selain menjadi sponsor, Mercedes juga akan menyiapkan hadiah mobil untuk pemain yang mendapatkan gelar Most Valuable Player. Ini semua menunjukkan betapa seriusnya Mercedes dalam menggarap bagian esports mereka.

Mercedes-Benz Sambut Era Baru Berkendara Lewat Pematangan Konsep Mobil Elektrik dan AI

Fenomena menarik yang terjadi di segmen otomotif adalah, satu terobosan besar malah dicetus oleh sejumlah raksasa teknologi dan bukan pemain tradisional di ranah itu. Anda mungkin ingat, konsep mobil tanpa pengemudi telah dieksplorasi Google sejak tahun 2010 dan terdengar lebih lantang di tahun 2013 sesudah kabar soal partisipasi IBM di sana. Tak lama berselang, Google memamerkan penampakan kendaraan tersebut.

Tentu saja para perusahaan otomotif tidak tinggal diam melihat cepatnya gagasan driverless car melesat. Di tahun 2015, Mercedes-Benz mengeksekusi sejumlah langkah strategis buat menghadapi persaingan yang tak terduga itu. Mereka mengakusisi layanan peta digital HERE Maps, memerintahkan divisi R&D untuk menyeriusi pengembangan kecerdasan buatan, bahkan meluncurkan layanan car-sharing Car2go lewat perusahaan induk Daimler AG.

MB 1

Sebagai implementasi ekspansi teknologi di produk konsumen, Mercedes sudah lama mengintegrasikan sistem perintah suara buat mengakses fitur serta fungsi kendaraan. Lalu dalam merespons naik daunnya mobil hybrid dan listrik, sang produsen membuka enam pabrik baterai di tiga benua lalu meluncurkan brand EQ yang dispesialisasikan pada penyediaan mobil elektrik tulen. EQC SUV jadi model pertama seri itu dan kabarnya mulai diproduksi tahun ini.

 

Bukan sekadar elektrik

Terinspirasi dari gagasan ‘kecerdasan dan emosi’, EQ punya arti ‘electric intelligence‘ dan merupakan brand teknologi sekaligus lini mobil listrik Mercedes-Benz. Konsep EQ mencakup seluruh aspek elektrik/kelistrikan, melampaui produk otomotif dan nantinya akan diintegrasikan ke semua sub-brand Mercedes, dari mulai Benz, AMG sampai Maybach. EQ juga diusung sebagai ujung tombak transisi varian-varian hybrid yang sudah produsen miliki selama ini.

MB 14

Setelah diperkenalkan, Mercedes-Benz membagi EQ ke dalam empat tier. Tipe paling ‘dasar’ ialah EQ Boost, yaitu mobil-mobil yang menyimpan unit power supply on-board 48V dan Integrated Starter-Generator. Naik satu level ada mobil-mobil hybrid plug-in (PHEV) EQ Power, lalu di atasnya adalah EQ Power+, yaitu model-model Mercedes-AMG dan kelas sport. Satu kategori lagi ialah EQ, yakni jenis kendaraan bertenaga baterai sejati.

MB 12

Namun pengembangan ke arah elektrik hanyalah satu dari empat visi yang ingin direalisasikan oleh Mercedes. Mereka punya harapan agar kendaraan-kendaraan itu nanti dapat saling terkoneksi, didukung sistem otomatis, serta bisa dipakai beramai-ramai dan menjadi dasar dari layanan transportasi publik. Mercedes menyebutnya sebagai CASE, kependekatan dari connected, autonomous, shared & services dan electric.

MB 8

 

Kendaraan terkoneksi

Butuh beberapa tahun (atau dekade) lagi hingga mobil tanpa pengemudi bisa hadir di tengah-tengah kita. Dan untuk sampai di sana, produsen terlebih dulu perlu memikirkan aspek koneksi dari kendaraan tersebut. Alat transportasi perlu diorientasikan pada konsumen, dapat diakses langsung, kemudian mampu berkomunikasi dengan perangkat bergerak, sesama kendaraan serta infrastruktur internet of things pendukung. Dan kita tidak boleh melupakan faktor keselamatan.

MB 17

Buat menuju ke sana, Mercedes menggodok Me Connect, yaitu layanan online yang dirancang untuk menyambungkan kendaraan ke perangkat bergerak sehingga mobil bisa menjadi ekstensi fitur-fitur pintar yang selama ini kita nikmati via smartphone. Dengannya, Anda dipersilakan membuka berita dan memanfaatkan deretan layanan, serta mengakses fitur-fitur khusus kendaraan: mengirim navigasi ke layar mobil, mengecek bahan bakar, mengunci pintu, memudahkan kita mencarinya di parkiran, serta memerintahkannya parkir secara otomatis.

MB 7

Perlu diketahui bahwa Mercedes Me Connect saat ini masih belum tersedia di Indonesia. Namun jantung dari kapabilitas tersebut telah ditanamkan dalam sejumlah varian Mercedes-Benz anyar yang diedarkan di tanah air, misalnya A-Class, B-Class, CLS dan GLE (jika saya tidak salah dengar). Perusahaan menamainya MBUX, atau Mercedes Benz User Experience.

MB 16

 

MBUX

Ada beberapa faktor yang dihidangkan oleh MBUX. Pertama-tama, sistem ini menyimpan kecerdasan buatan sebagai basis kapabilitas untuk mempelajari kebiasaan pengendara. Lalu jika mobil dipakai oleh lebih dari satu individu, masing-masing orang dipersilakan menyimpan profil beserta personalisasi yang ia lakukan – seperti mode berkendara (eco, comfort, sport), ambient light, jenis lagu atau stasiun radio favorit, sampai posisi kursi dan tema dashboard.

MB 9

MBUX juga menyederhanakan proses diagnosis mobil: suhu oli, voltase aki, tekanan ban, output tenaga sampai torsi mesin. Dan tak kalah penting, Mercedes-Benz User Experience menyuguhkan UI intuitif melalui layar lebar seluas 10,25-inci 1920x720p yang menyimpan chip grafis Nvidia Reilly Parker 128. Untuk berinteraksi dengan fitur dan konten, Anda bisa langsung menyentuhkan jari di panel, lewat trackpad ala BlackBerry di setir, atau via touchpad haptic yang berada di antara dua jok depan.

MB 6

Pengendara diperkenankan untuk mengutak-atik sejumlah aspek pada panel sentuh Nvidia di Mercedes-Benz, mesti kustomisasinya tidak selengkap smartphone. Satu contohnya adalah mengubah tampilan speedometer dari standar jadi sporty atau mode ‘understated‘ jika Anda sedang menginginkan pengalaman berkendara yang bebas gangguan.

MB 10

Alternatifnya, sejumlah fungsi di mobil bisa diatur lewat perintah suara. Cukup dengan mengucapkan “Hi Mercedes!“, Anda dapat meminta mobil untuk menunjukkan arah ke lokasi tertentu atau menaik-turunkan suhu AC. Berbekal Mercedes Me Connect, sebetulnya pengguna dipersilakan menggunakan bahasa percakapan/kasual, misalnya “It’s too cold in here.” Kemudian sistem segera menaikkan suhu AC. Namun karena MMC belum hadir di Indonesia, permintaan kita harus lebih spesifik, seperti “Set temperature to 20 degree Celcius.” atau sejenisnya.

MB 5

 

MBUX dan perannya membangun masa depan berkendara

Mercedes-Benz User Experience juga membuka jalan bagi teknologi-teknologi yang dahulu cuma ada di kisah-kisah sci-fi. Salah satunya adalah integrasi antara augmented reality dan solusi navigasi. Dengan memanfaatkan rangkaian kamera dan mapping, MBUX dapat menampilkan panduan arah di tampilan live via layar, mirip seperti ketika Anda bermain Need for Speed. Sistem akan memperlihatkan pedoman berupa anak panah, nama jalan sampai nomor rumah. Lalu saat mengantre lampu merah, kamera secara otomatis diarahkan ke lampu dan zoom-in agar kita bisa jelas melihatnya.

MB 15

Pada akhirnya, Mercedes memang punya ambisi untuk mematangkan ide alat transportasi otonom. Menurut perusahaan, sistem mobil tanpa pengemudi terbagi menjadi beberapa tahapan. Saat ini kita telah melewati tingkatan adaptive cruise control dan steering assist, dan sedang memasuki level ‘automasi bersyarat’. Contohnya saat menghadapi kemacetan, beberapa model kendaraan anyar dapat pindah sendiri ke jalur yang lebih lancar.

MB 11

Namun seberapa pun canggihnya teknologi yang membuat pengalaman berkendara jadi lebih simpel dan menyenangkan, satu hal tetap menjadi prioritas Mercedes – ditegaskan oleh PR manager Dennis Kadaruskan pada saya di sela-sela acara BIOS 2019 di kampus Universitas Multimedia Nusantara: perusahaan tidak akan berkompromi dan mengambil jalan pintas jika sudah berkaitan dengan keselamatan.

MB 18

Implementasi kendaraan otonom secara umum sudah terlihat di cakrawala, namun untuk dapat sampai di sana, dibutuhkan kolaborasi menyeluruh antara para pemain besar di ranah otomotif, penyedia teknologi dan infrastruktur, serta pembuat kebijakan.

MB 19

Mobil ‘Travelling’ Garapan Senzati Harganya Rp 4 Miliar

Istilah luxury car memiliki pengertian cukup luas. Secara garis besar, ia menyajikan desain, fitur, peralatan serta performa di atas level kendaraan biasa. Tidak ada standar pasti soal jenisnya, ia bisa hadir berupa sedan, SUV hingga minivan. Dan baru-baru ini, sebuah perusahaan otomotif asal Inggris, Senzati, sukses menyulap mobil ‘biasa’ menjadi alat transportasi ‘bintang lima’. Continue reading Mobil ‘Travelling’ Garapan Senzati Harganya Rp 4 Miliar

Mobil Super Mewah atau Lounge Berjalan? Atau Malah Keduanya?

Mobil mewah, apa saja kriterianya? Interior berbalut kulit? Sistem hiburan dalam kabin yang canggih? Masing-masing orang jelas memiliki kriteria yang berbeda-beda, akan tetapi satu hal yang pasti adalah, mobil mewah haruslah membuat penumpangnya betah berlama-lama di dalamnya. Continue reading Mobil Super Mewah atau Lounge Berjalan? Atau Malah Keduanya?