Microsoft HoloLens 2 Resmi Diluncurkan, Unggulkan Penyempurnaan di Sektor Kenyamanan dan Immersion

Rumor mengenai Microsoft HoloLens 2 yang sempat berseliweran bulan lalu sama sekali tidak meleset. Di hadapan para pengunjung Mobile World Congress 2019, Microsoft resmi menyingkap generasi kedua dari mixed reality headset andalannya tersebut.

Sepintas wujud HoloLens 2 kelihatan mirip seperti pendahulunya, akan tetapi Microsoft sebenarnya sudah menerapkan sejumlah penyempurnaan di sektor desain. Secara keseluruhan, dimensi perangkat kini lebih kecil, dan bobotnya pun lebih ringan berkat penggunaan material serat karbon yang menyeluruh.

Juga berbeda adalah mayoritas komponen elektronik yang kini diposisikan di bagian belakang, sehingga perangkat tidak terasa berat sebelah saat digunakan. Bagian belakangnya ini dilengkapi sebuah kenop yang dapat diputar untuk mengencangkan atau merenggangkan strap yang mengikat kepala pengguna.

Masih seputar fisiknya, bagian depannya kini bisa dilipat ke atas saat sedang tidak digunakan, tidak perlu melepas perangkat sepenuhnya. Pengguna berkacamata pun kini juga bisa mengenakan HoloLens 2 dengan nyaman. Namun tentu saja ergonomi baru sebagian dari cerita utuhnya, sebab Microsoft juga telah menyempurnakan HoloLens 2 dari segi performa.

Microsoft HoloLens 2

Pada HoloLens orisinal, keluhan terbanyak yang disampaikan para reviewer adalah field of view yang begitu kecil (hanya sekitar 30 derajat secara horizontal). Dampaknya, hologram sering sirna dari pandangan meski pengguna hanya menoleh sedikit.

Problem tersebut sudah dibenahi. Field of view HoloLens 2 kini diklaim lebih dari dua kali lebih luas ketimbang pendahulunya, dan itu tanpa berkompromi soal resolusi – masih setara dengan resolusi 2K per mata. Bicara soal mata, Microsoft rupanya juga sudah menyematkan sistem eye tracking pada HoloLens 2, sehingga interaksi bisa berjalan secara lebih alami.

Kelebihan dalam hal interaksi ini turut didukung oleh pengenalan gesture yang lebih komplet. Pada HoloLens 2, memanipulasi objek hologram menggunakan tangan jauh lebih menyerupai di dunia nyata, dan itu menumbuhkan kesan bahwa versi pertamanya sangatlah terbatas dalam hal pengenalan gesture.

Microsoft HoloLens 2

Tidak seperti sebelumnya, Microsoft sudah mantap dengan posisi HoloLens 2 sebagai produk enterprise, sebab potensinya memang akan jauh lebih terasa di tangan para profesional ketimbang konsumen secara umum. Itulah mengapa Microsoft tak segan mematok harga $3.500 untuk HoloLens 2, lebih mahal $500 ketimbang pendahulunya.

Ini ternyata berlawanan dengan yang dirumorkan selama ini, di mana Microsoft disebut bakal menyiapkan solusi supaya harga jual HoloLens 2 tidak melambung. Terlepas dari itu, $3.500 untuk ukuran produk enterprise masih tergolong wajar. Untuk pengguna kasual, mungkin Magic Leap One bisa menjadi pilihan yang lebih bijak.

Sumber: VentureBeat dan Microsoft.

HP Sedang Siapkan VR Headset Baru dengan Resolusi di Atas Rata-Rata

HP meluncurkan VR headset pertamanya di tahun 2017 bersamaan dengan sejumlah produsen lain. Headset tersebut merupakan bagian dari platform Windows Mixed Reality, dan desain beserta spesifikasinya banyak mengacu pada standar yang ditetapkan Microsoft. Singkat cerita, tidak banyak perbedaan di antara deretan headset Windows Mixed Reality generasi pertama kecuali dari segi estetika.

Untuk VR headset keduanya, HP ingin menciptakan sesuatu yang berbeda. Setahun terakhir ini HP habiskan untuk mengumpulkan saran dan kritik dari para konsumennya guna mengembangkan headset Windows Mixed Reality pamungkas, yang sejauh ini baru dikenal dengan codename “Copper”.

Road to VR cukup beruntung menjadi satu-satunya media yang dipersilakan menjajal prototipenya. Jurnalisnya mengatakan bahwa sepintas Copper tampak sangat mirip dengan Oculus Rift, utamanya berkat strap pada bagian atas kepala, seperti yang bisa kita lihat pada gambar render-nya di atas.

Desain strap seperti ini diyakini lebih nyaman ketimbang rancangan sebelumnya yang hanya melingkari kepala. Menurut HP, peningkatan dalam hal ergonomi memang menjadi salah satu masukan terbanyak dari konsumen, akan tetapi di atasnya masih ada lagi masukan mengenai resolusi.

Itulah mengapa HP menyematkan display yang sangat berkualitas pada Copper, dengan resolusi 2160 x 2160 pixel per mata. Resolusinya ini bahkan jauh di atas Samsung HMD Odyssey+, yang sejauh ini merupakan headset Windows Mixed Reality dengan display paling tajam (resolusi 1440 x 1600 pixel per mata).

Seperti halnya Odyssey+, Copper turut mengunggulkan pengalaman penggunaan yang terbebas dari efek screen door. Bedanya, HP sama sekali tidak memanfaatkan semacam diffuser pada Copper untuk mencapai hal tersebut, sehingga pada akhirnya tidak ada kompromi sama sekali pada ketajaman gambar.

Sayangnya untuk urusan field of view, Copper masih berada di level yang sama seperti Oculus Rift maupun HTC Vive, meski itu sebenarnya bukanlah hal yang buruk apabila dibandingkan dengan Microsoft HoloLens yang lebih terbatas lagi perihal field of view. Terkait dimensinya, HP masih merahasiakannya, akan tetapi Road to VR mendapati Copper cukup ringan ketika sedang dikenakan.

Rencananya, Copper bakal dipasarkan sebagai produk profesional, akan tetapi di saat yang sama HP juga tidak akan membatasi kalangan konsumen yang tertarik. Harganya masih belum diketahui, demikian pula jadwal perilisannya. Semoga saja tahun ini.

Sumber: Road to VR.

Microsoft HoloLens 2 Kabarnya Bakal Diumumkan pada Event MWC 2019

Kalau ditanya apa kekurangan terbesar Microsoft HoloLens di samping viewing angle yang sempit, saya yakin banyak yang bakal menjawab harganya kelewat mahal. Dengan banderol paling murah $3.000, HoloLens jelas bukan produk untuk kalangan mainstream, dan Microsoft sendiri menyadari bahwa itu harus diwujudkan secara bertahap.

HoloLens tidak lain dari produk generasi pertama, jadi wajar kalau ia memiliki banyak kekurangan. Microsoft tentu sudah belajar banyak, dan untuk HoloLens 2, mereka kabarnya sudah menyiapkan solusi agar harga jualnya tidak melambung seperti pendahulunya, yakni dengan menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 850.

Andai benar, ini berarti HoloLens 2 punya performa yang setara dengan laptop yang berprinsip always-on. Namun tentu chipset saja baru secuil dari cerita utuhnya, dan sejauh ini hampir semua kabar yang beredar baru sebatas spekulasi.

Yang lebih menarik justru adalah rumor mengenai kapan Microsoft bakal menyingkap HoloLens 2. Laporan terbaru menunjuk tanggal 24 Februari, tepatnya pada event Mobile World Congress 2019 di kota Barcelona.

Keyakinan publik didasari oleh nama salah satu pembicara yang akan mengisi acara tersebut: Alex Kipman, sosok yang dikenal akan pengalamannya mengerjakan HoloLens generasi pertama. Sesi beliau sudah pasti akan mengangkat topik HoloLens, meski tidak ada yang berani memastikan apakah Microsoft bakal mengumumkan HoloLens 2 secara resmi ketika itu, atau sekadar memberikan teaser saja.

Sumber: VentureBeat dan Neowin.

Rumah Sakit di Inggris Bakal Gunakan HoloLens di Ruang Operasi

Sejak awal diperkenalkan, Microsoft HoloLens sudah dinilai sangat berpotensi untuk digunakan di ranah medis. Memang baru sebatas teori, namun itu tidak mencegah salah satu rumah sakit anak terbesar di Inggris, Alder Hey Children’s Hospital, untuk membuktikannya.

Baru-baru ini, Microsoft dengan bangga mengumumkan bahwa Alder Hey berencana untuk memanfaatkan mixed reality headset besutannya di ruang operasi. Para dokter bedah di rumah sakit tersebut berharap HoloLens dapat membantu memudahkan pekerjaan mereka, terutama selama operasi sedang berlangsung.

Menurut salah satu ahli bedah jantung di Alder Hey, Rafael Guerrero, HoloLens memungkinkannya untuk melihat hasil scan 3D organ pasien secara jelas. Tanpa HoloLens, dokter bedah perlu memvisualisasikannya sendiri, dan itu jelas bukan pekerjaan yang mudah dilakukan sembari berkonsentrasi di meja operasi.

Microsoft HoloLens for surgery in Alder Hey Children's Hospital

Sebelum sesi operasi jantung dimulai, tim di Alder Hey biasanya lebih dulu meninjau kembali hasil CT scan, ultrasound maupun angiogram pasien untuk menentukan prosedur yang tepat, dan ini krusial demi keberhasilan sesi operasi. Dengan HoloLens, informasi-informasi ini sejatinya bisa dipantau secara real-time selagi kedua tangan sang dokter disibukkan oleh bermacam peralatan.

Real-time” adalah kata kuncinya. Kalau informasi-informasi yang dibutuhkan dokter bedah dapat dipantau secara langsung, bahkan tanpa harus menengok ke arah lain sedikit pun, tingkat kesuksesan operasi jelas akan meningkat.

Untuk mewujudkannya, Alder Hey akan dibantu oleh tim developer dari Black Marble, yang dipercaya untuk mengembangkan aplikasi HoloLens yang diperlukan, serta mematangkan proses integrasinya ke sistem di rumah sakit secara aman.

Selain HoloLens, produk lain Microsoft yang juga akan dipakai Alder Hey adalah Surface Hub, yang sederhananya bisa memuluskan kolaborasi tim selama tahap pra-operasi itu tadi. Kalau sebelumnya berbagai hasil scan bisa tersebar di beberapa tempat, dengan Surface Hub semuanya bisa dijadikan satu di layar besar perangkat tersebut.

Sumber: VRFocus dan Microsoft.

AR Headset Magic Leap One Versi Developer Resmi Dipasarkan

Setelah bertahun-tahun lamanya, Magic Leap pada akhirnya menjawab keraguan banyak orang lewat AR headset-nya, One. Kini mereka sudah siap menyebarkannya ke kalangan developer lewat peluncuran resmi Magic Leap One Creator Edition.

Mengenai hardware, paket penjualannya mencakup semua yang disingkap menjelang akhir tahun lalu, mulai dari headset Lightwear, motion controller 6DoF, serta yang tidak kalah penting adalah unit komputer bernama Lightpack. Lightpack yang wujudnya mirip speaker Google Home Mini ini dimensinya kecil, tapi spesifikasinya termasuk luar biasa.

Utamanya, ada chipset Nvidia Parker yang mengemas prosesor 6-core dan GPU Nvidia Pascal dengan 256 CUDA core. RAM-nya berkapasitas 8 GB, sedangkan storage-nya 128 GB (yang bisa dipakai cuma 95 GB). Baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 3 jam penggunaan, dan charging-nya mengandalkan USB-C.

Magic Leap One Creator Edition

Magic Leap juga menyinggung lebih banyak soal LuminOS, sistem operasi yang dijalankan oleh One, beserta sejumlah konten hasil garapan mereka sendiri yang sudah tersedia. Berhubung Creator Edition ini ditujukan buat para developer, jumlah kontennya belum banyak dan hanya dimaksudkan sebagai preview atau inspirasi buat mereka.

Sejauh ini ada tiga konten preview yang bisa dijajal oleh para developer. Yang pertama adalah Tonandi, yang dideskripsikan sebagai pengalaman eksplorasi audio-visual yang interaktif. Tonandi ini merupakan hasil kolaborasi Magic Leap dengan band kondang asal Islandia, Sigur Ros.

Magic Leap One Creator Edition

Kedua, ada Create yang digambarkan sebagai pengalaman mixed reality tipe sandbox. Pada dasarnya kita bisa menciptakan apa saja di sini, betul-betul sesuai dengan namanya. Yang terakhir dan yang mungkin paling dinanti-nanti adalah game berjudul Dr. Grordbort’s Invaders, yang teaser versi demonya sudah ada sejak lama. Untuk proyek yang terakhir ini, Magic Leap menggandeng maestro CGI di industri perfilman, Weta Workshop.

Di Amerika Serikat, Magic Leap One Creator Edition saat ini sudah dipasarkan dalam jumlah terbatas seharga $2.295 – lebih terjangkau dari Microsoft HoloLens, tapi tetap saja masih sangat mahal. Semoga saja versi consumer-nya jauh lebih murah dari itu.

Sumber: Magic Leap.

AR Headset AntVR Mix Janjikan Sudut Pandang yang Luas dan Tracking Terintegrasi

Sebelum kita melihat HoloLens 2 terealisasi, sepertinya kita bakal lebih dulu berjumpa dengan alternatifnya yang tak kalah menarik. Datang dari Negeri Tirai Bambu, AR headset bernama Mix ini dibuat oleh pabrikan yang sudah cukup berpengalaman di bidang pengembangan VR headset, yaitu AntVR.

Faktor pembeda AntVR Mix dari HoloLens yang paling utama adalah harganya. Di saat Microsoft menawarkan headset-nya ke para developer seharga $3.000, AntVR berencana memasarkan Mix dengan banderol mulai $500 saja, dimulai pada bulan depan melalui platform crowdfunding Kickstarter.

AntVR Mix

Meski berkali lipat lebih murah, Mix rupanya masih lebih superior ketimbang HoloLens di sejumlah aspek. Utamanya perihal field of view alias sudut pandang; HoloLens cuma terbatas di angka 35 derajat saja, sedangkan Mix menawarkan sudut pandang seluas 96 derajat, dan ini sempat mereka demonstrasikan langsung di hadapan pengunjung event Game Developers Conference bulan Maret lalu.

Mix menyajikan konten AR melalui display beresolusi 1200 x 1200 pada masing-masing mata, dengan refresh rate 90 Hz. Ia turut menjanjikan head tracking dengan dukungan six degrees-of-freedom (6DoF) dan tanpa bantuan hardware ekstra, demikian pula untuk hand tracking.

Andai diperlukan aksesori pendukung, Mix punya dua port USB yang bisa dimanfaatkan. Terkait konten, AntVR menjanjikan kompatibilitas penuh dengan platform SteamVR. Sejauh ini Mix terdengar begitu menarik, sayang barangnya baru akan merambah tangan konsumen pada akhir tahun nanti.

Sumber: VentureBeat.

Resmi, Inilah Headset Windows Mixed Reality dari Samsung

Sempat beredar bocoran gambarnya belum lama ini, headset Windows Mixed Reality dari Samsung akhirnya diresmikan. Dijuluki Samsung HMD Odyssey, ia diklaim sebagai headset Windows Mixed Reality yang paling immersive.

Klaim tersebut didasari oleh display superior yang diusung Odyssey. Samsung membekalinya dengan sepasang layar AMOLED, masing-masing berukuran 3,5 inci dan beresolusi 1440 x 1600 pixel, dengan dukungan refresh rate 60 atau 90 Hz. Tidak hanya itu, display ini juga mampu menyuguhkan field of view seluas 110 derajat.

Seperti halnya headset Windows Mixed Reality lain, Odyssey turut menawarkan tracking luar-dalam berkat sensor 6DoF (six degrees of freedom) yang terintegrasi di dalam perangkat. Ini berarti pengguna bisa langsung menggunakannya bersama sepasang motion controller-nya tanpa perlu menambahkan sensor eksternal.

Samsung HMD Odyssey

Yang sedikit berbeda, selain display AMOLED itu tadi, adalah dimensinya yang terbilang cukup bongsor. Bobotnya jauh melebihi rival-rivalnya di angka 645 gram. Kendati demikian, Samsung percaya Odyssey bisa terasa sangat nyaman di kepala, plus ia dilengkapi sebuah kenop kecil untuk menyesuaikan posisi display-nya.

Melengkapi semua itu adalah headphone besutan AKG yang menawarkan distribusi audio 360 derajat, yang berarti suara akan terasa terdengar dari segala arah. Samsung tidak lupa membekali Odyssey dengan mikrofon supaya pengguna bisa langsung berinteraksi dengan asisten virtual Cortana.

Samsung berencana memasarkan Odyssey seharga $499. Banderolnya jauh di atas headset Windows Mixed Reality pesaing, tapi perlu diingat, ini sudah mencakup headphone AKG dan sepasang motion controller, plus display AMOLED yang superior. Pre-order sudah dimulai, tapi baru untuk pasar Amerika Serikat saja.

Sumber: Samsung.

Ford Gunakan HoloLens untuk Mempercepat Proses Desain Mobilnya

Meski teknologinya belum benar-benar matang, mixed reality headset macam Microsoft HoloLens menyimpan banyak potensi, terutama di tangan para kreator. Hal ini telah dibuktikan oleh Ford, yang ternyata sudah memanfaatkan HoloLens selama setahun terakhir dalam upaya mempercepat proses desain mobil-mobilnya.

Merancang mobil pastinya membutuhkan banyak tahap. Umumnya berawal dari sketsa 2D, kemudian dikembangkan menjadi model 3D, dan pada akhirnya dibuatlah mockup fisik dari tanah liat dengan skala sebenarnya. Selain membutuhkan biaya cukup besar, metode tradisional seperti ini sangatlah memakan waktu.

Efisiensi waktu sangatlah penting, apalagi kalau tim desainer hanya ditugaskan untuk merancang iterasi baru yang misalnya, memiliki bentuk grille yang berbeda. Ketimbang harus membuat mockup fisik berkali-kali untuk setiap iterasi, mereka dapat membuat satu mockup fisik lalu mengerjakan iterasinya secara digital dengan bantuan HoloLens.

Tim desainer Ford dan HoloLens

Dengan HoloLens, tim desainer dapat memproyeksikan berbagai macam iterasi desainnya langsung di atas mockup fisik yang dibuat. Berbagai macam eksperimen dapat dilakukan secara lebih leluasa, dan ini hanya memakan waktu dalam hitungan jam ketimbang hari seperti ketika masih mengandalkan mockup fisik saja.

Di samping itu, HoloLens juga memungkinkan kolaborasi antara tim desainer dan engineering secara lebih efektif dan tanpa risiko kebocoran informasi. Evaluasi berbagai elemen desain dan dampaknya terhadap fungsionalitas dapat langsung dilakukan secara real-time antara kedua tim tanpa harus memakan waktu berhari-hari.

Kesuksesan HoloLens dan tim desainer Ford ini menginspirasi sang pabrikan mobil asal AS untuk memperluas penggunaan mixed reality headset itu di lebih banyak divisinya. Ke depannya, generasi baru HoloLens yang dibekali integrasi kecerdasan buatan pasti akan semakin memaksimalkan potensinya di bidang profesional.

Sumber: Microsoft.

Microsoft HoloLens 2 Bakal Dibekali Prosesor Khusus untuk Artificial Intelligence

Sampai detik ini, HoloLens memang belum merambah konsumen secara umum, namun Microsoft rupanya sudah menyiapkan ide-ide jitu untuk menyempurnakan headset mixed reality tersebut lewat versi keduanya nanti. Microsoft baru-baru ini buka omongan mengenai pembaruan yang bakal diusung HoloLens 2, salah satunya adalah artificial intelligence (AI) terintegrasi.

Integrasi ini dimungkinkan berkat kehadiran AI coprocessor yang bakal mendampingi prosesor utama HoloLens. Tugasnya adalah menganalisa data secara lokal, tanpa perlu melibatkan komunikasi dengan jaringan cloud seperti yang ada pada versi pertama HoloLens sekarang.

Lalu apa manfaat yang bisa dirasakan konsumen dari integrasi AI ini? Yang paling utama adalah kinerja perangkat yang lebih cepat, sebab semua data akan diolah langsung di perangkat. Manfaat lain adalah peningkatan mobilitas karena perangkat jadi tidak harus online terus-menerus, plus privasi pengguna yang lebih terjaga sebab tidak ada data yang meninggalkan perangkat.

Untuk bisa mewujudkannya, Microsoft sendiri yang akan merancang AI coprocessor ini. Mereka rela menginvestasikan dana dan waktunya karena mereka percaya bahwa ini merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan potensi augmented reality dan mixed reality.

Tentu saja integrasi AI baru satu dari sederet pembaruan yang sudah disiapkan untuk HoloLens 2. Hal lain yang perlu dibenahi pastinya melibatkan display, dimana untuk sekarang banyak pihak yang menganggap ini sebagai kelemahan utama HoloLens, sebab sudut pandang konten yang ditampilkan tergolong sempit.

Sumber: TechCrunch dan Microsoft.

Asus, Dell dan Lenovo Pamerkan Headset Windows Mixed Reality Mereka

Dalam konferensi developer Microsoft Build beberapa pekan lalu, kita sudah melihat penampakan dari headset Windows Mixed Reality besutan Acer dan HP. Namun ternyata dua pabrikan itu tidak sendirian; Asus, Dell dan Lenovo juga sudah menyiapkan headset mixed reality-nya masing-masing yang sempat dipamerkan pada ajang Computex 2017.

Microsoft sepertinya telah menetapkan sejumlah standar terkait desain. Hal ini terbukti dari desain strap yang mirip pada semua headset yang telah diumumkan, yang mengitari bagian dahi sampai ke belakang kepala, dengan distribusi berat yang seimbang.

Dell Windows Mixed Reality Headset / Microsoft
Dell Windows Mixed Reality Headset / Microsoft

Headset buatan Asus menurut saya adalah yang paling keren penampilannya, dengan motif poligon pada panel depannya. Di saat yang sama, Dell justru mengambil pendekatan yang lebih minimalis, seperti terlihat pada headset-nya yang serba putih dan simpel.

Lenovo di sisi lain mengikuti jalur yang lebih generik. Desain headset-nya kelihatan paling mirip seperti milik Acer dan HP. Microsoft tidak merincikan spesifikasi ketiganya seperti apa, akan tetapi saya kira tidak jauh berbeda dari punya Acer dan HP.

Lenovo Windows Mixed Reality Headset / Microsoft
Lenovo Windows Mixed Reality Headset / Microsoft

Satu hal yang bisa dipastikan, kelima headset ini sama-sama menawarkan kapabilitas tracking luar-dalam yang terintegrasi. Jadi tanpa bantuan perangkat eksternal, headset sudah bisa melakukan tracking six degrees of freedom (6DOF), dan beberapa model bahkan datang bersama sepasang motion controller.

Sejauh ini belum ada keterangan mengenai harga dari ketiga headset mixed reality ini. Microsoft sebenarnya baru menarget kalangan developer sebelum melepasnya ke publik dengan ekosistem konten yang sudah cukup luas.

Sumber: Microsoft via Engadget.