Supercar Elektrik Pininfarina Battista Resmi Diperkenalkan

Setahun yang lalu, beredar kabar bahwa Pininfarina bakal ‘naik kelas’ dari sebatas rumah desain menjadi produsen mobil. Kemudian pada bulan Desember kemarin, Pininfarina mengungkap bahwa mobil pertamanya akan dinamai Battista, lengkap beserta secuil detailnya, tanpa menyingkap seperti apa wujud supercar bertenaga listrik itu.

Sesuai janji, Geneva Motor Show tahun ini menjadi tempat peluncuran resmi Pininfarina Battista. Penampilannya begitu garang, dan apabila ia kelihatan seperti sebuah Ferrari, itu dikarenakan sang pabrikan berlambang kuda jingkrak itu sudah sejak lama mempercayakan Pininfarina sebagai desainer mobil-mobilnya.

Pininfarina Battista

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Battista benar-benar superior soal performa. Kolaborasinya bersama Rimac menghasilkan empat motor elektrik – satu untuk setiap roda – dengan output daya total sebesar 1.400 kW, atau setara 1.900 daya kuda. Torsi yang dihasilkan mampu menembus angka 2.300 Nm, sehingga tidak heran apabila 0 – 100 km/jam dapat ditempuhnya dalam waktu kurang dari dua detik.

Untuk top speed, Battista mencatatkan angka 350 km/jam. Saya curiga Pininfarina membatasi kecepatan maksimum Battista secara elektronis, apalagi jika mempertimbangkan niat mereka untuk memasarkan mobil ini sebagai mobil yang legal dikendarai di jalanan umum.

Pininfarina Battista

Keempat motor elektrik ini menerima suplai daya dari baterai berkapasitas 120 kWh. Dalam satu kali pengisian, baterai ini sanggup membawa Battista menempuh jarak 450 km, tapi tentunya dalam kondisi mobil dibawa santai, bukan digeber secara brutal.

Pininfarina Battista

Beralih ke dalam, interior Battista tampak begitu mewah, apalagi jika dibandingkan dengan mayoritas mobil lain di kelas ini, yang sering kali mengorbankan begitu banyak komponen pendukung di kabin demi mencapai performa semaksimal mungkin. Sentuhan modernnya juga sangat kental, terutama berkat tiga buah layar di balik lingkar kemudinya.

Pininfarina Battista

Juga seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, Pininfarina berencana memproduksi hanya 150 unit Battista, dan setiap unitnya akan dihargai sebesar $2,6 juta. Meski status Pininfarina sekarang adalah anak perusahaan Mahindra, mereka menegaskan bahwa Battista akan dibuat sepenuhnya di Itali.

Sumber: The Verge.

Mobil Konsep Piëch Mark Zero Hanya Perlu 5 Menit untuk Mengisi 80 Persen Baterainya

Kalau ditanya apa kelemahan terbesar mobil elektrik, mayoritas mungkin bakal menjawab waktu charging. Benar saja, bahkan teknologi fast charging yang dikembangkan Porsche sejauh ini hanya mampu mencatatkan waktu 15 – 20 menit untuk mengisi 80% dari total kapasitas baterai mobil.

Itu jelas jauh lebih lama ketimbang mengisi bensin. Namun itu tidak selamanya harus menjadi momok segmen mobil elektrik. Sebuah perusahaan baru bernama Piëch Automotive ingin membuktikan bahwa mobil elektrik juga bisa diisi ulang baterainya secepat mengisi tangki bensin mobil konvensional.

Piëch Mark Zero

Mobil debutan mereka, sebuah konsep bernama Piëch Mark Zero, diklaim hanya memerlukan waktu 4 menit 40 detik untuk mengisi 80% dari total kapasitasnya berkat penggunaan tipe sel baterai baru yang sanggup mengatasi arus listrik tinggi tanpa risiko overheating. Di bawah lima menit sejatinya sudah pantas disetarakan dengan waktu yang diperlukan untuk mengisi bensin.

Bukan cuma cepat waktu pengisian baterainya, efisiensinya pun tak kalah mengesankan, dengan klaim jarak tempuh 500 km dalam satu kali charging. Sektor performa juga tidak luput dari perhatian Piëch: Mark Zero mengemas tiga motor elektrik (satu di depan, dua di belakang) berdaya total 450 kW, mampu membawanya melesat dari 0 – 100 km/jam dalam 3,2 detik saja, dengan top speed di kisaran 250 km/jam.

Piëch Mark Zero

Juga menarik adalah prinsip modular yang diterapkan Piëch pada rancangannya. Ini berarti yang bisa di-update bukan sebatas software-nya saja, tapi juga hardware-nya, semisal unit-unit baterai yang sudah mulai berumur dan berkurang drastis kapasitasnya.

Arsitektur modular ini juga berarti Piëch dapat menawarkan rancangannya ke pabrikan mobil lain yang tertarik. Bisnis dengan konsumen mereka layani, bisnis dengan sesama pebisnis lain pun juga mereka lakoni.

Beralih ke fisik Mark Zero, di mata saya ia terlihat seperti hasil perkawinan Aston Martin dan Porsche. Namun Piëch tidak mau berfokus pada segmen mobil sport saja, mereka juga sudah punya rencana untuk mewujudkan sejumlah model lain, termasuk halnya sebuah SUV.

Piëch Mark Zero

Sejauh ini Anda mungkin bertanya-tanya, siapa sosok di balik Piëch Automotive, dan mengapa namanya terdengar begitu familier? Ini dikarenakan pendirinya, Toni Piëch, masih satu garis keturunan dengan Ferdinand Piëch, mantan bos Volkswagen Group yang juga merupakan salah satu cucu dari Ferdinand Porsche.

Rencananya, Piëch Mark Zero bakal diperkenalkan secara resmi pada ajang Geneva Motor Show sebentar lagi. Meski kedengarannya begitu potensial, visi ambisius Piëch Automotive ini akan sangat bergantung terhadap ketersediaan infrastruktur, dan infrastruktur inilah yang sejatinya berhasil menjadikan Tesla sebagai pemimpin di segmen mobil elektrik.

Sumber: Engadget dan PR Newswire.

Tesla Model Y Bakal Diungkap Secara Resmi pada 14 Maret 2019

Rumor mengenai Tesla Model Y sudah lama berhembus. Namun Tesla pada akhirnya mengonfirmasi bahwa mobil tersebut eksis, dan mereka siap menyingkapnya secara resmi pada tanggal 14 Maret mendatang. Seperti biasa, informasi ini datang dari Tweet sang CEO sendiri, Elon Musk.

Model Y pada dasarnya merupakan Model 3 versi SUV atau crossover. Menurut penjelasan Elon, Model Y mempunyai dimensi sekitar 10% lebih besar ketimbang Model 3, yang berarti harganya juga akan dipatok sekitar 10% lebih mahal.

Spesifikasinya semestinya juga sama seperti Model 3, termasuk kapasitas baterainya. Namun berhubung ukuran Model Y lebih besar, jarak tempuhnya dalam sekali pengisian tidak akan sejauh Model 3.

Meski belum ada konfirmasi resmi dari Tesla, pernyataan Elon terkait kemiripan kedua mobil ini bisa diartikan Tesla menggunakan Model 3 sebagai basis dari Model Y. Skenario ini sejatinya lebih masuk akal ketimbang menggunakan platform baru, apalagi mengingat Tesla baru saja meresmikan varian terendah dari Model 3 yang dibanderol seharga $35.000 saja.

Anggap saja Model Y ini sebagai versi terjangkau dari Model X, sama seperti peran Model 3 sebagai versi murah dari Model S. Di luar kategori premium, bisa dipastikan Model Y tak akan mengusung pintu Falcon Wing yang selama ini sudah menjadi ciri khas Model X.

Detail lebih lengkap, termasuk banderol harga Model Y, baru akan diungkap pada ajang peluncurannya nanti. Tesla juga bakal menghadirkan prototipenya agar bisa langsung dijajal oleh para jurnalis yang diundang.

Sumber: Electrek.

Tesla Mulai Pasarkan Varian Termurah Model 3 Seharga $35.000

Volvo, melalui anak perusahannya, baru saja meluncurkan mobil elektrik perdananya, Polestar 2. Mobil tersebut secara langsung dirancang untuk menjadi rival sepadan Tesla Model 3. Entah kebetulan atau tidak, Tesla juga baru saja memberikan pengumuman menarik seputar Model 3.

Pengumuman ini sejatinya sudah ditunggu-tunggu sejak Model 3 pertama kali disingkap tiga tahun lalu, yakni ketersediaan varian terbawahnya yang dihargai mulai $35.000. Selama ini Tesla terkesan seperti mengumbar janji dikarenakan yang mereka jual adalah varian Model 3 dengan harga cukup mahal.

Tentunya ada banyak yang dipangkas agar bisa menembus banderol $35.000, utamanya pada bagian interior. Namun untuk urusan performa, varian terendah Model 3 ini masih cukup impresif: jarak tempuh ± 350 km dalam sekali pengisian, kecepatan maksimum 210 km/jam, dan akselerasi 0 – 100 km/jam dalam waktu 5,6 detik.

Duduk satu tingkat di atasnya adalah varian Model 3 Standard Range Plus, dengan jarak tempuh ± 380 km, top speed 225 km/jam, dan akselerasi 5,3 detik. Harganya dipatok mulai $37.000, tapi keuntungan lain memilih varian ini adalah adanya opsi untuk menambahkan fitur-fitur ekstra seperti spion berpemanas dan atap kaca tinted.

Interior varian termurahnya jelas tak akan semewah ini / Tesla
Interior varian termurahnya jelas tak akan semewah ini / Tesla

Pengumuman lain yang tak kalah menarik adalah keputusan Tesla untuk mengubah metode pemasaran mobil-mobilnya menjadi murni secara online. Dalam beberapa bulan ke depan, Tesla berniat menutup banyak shoowroom-nya, dan menyisakan beberapa saja di lokasi-lokasi yang ramai sebagai galeri sekaligus pusat informasi.

Menurut Tesla, langkah berani ini memungkinkan mereka untuk menurunkan harga jual mobil-mobilnya hingga sekitar 6% jika dirata-rata, sekaligus pada akhirnya mewujudkan varian termurah Model 3 itu tadi. Tapi lalu yang menjadi pertanyaan, kalau tidak ada showroom, bagaimana calon konsumen bisa melakukan test drive?

Lagi-lagi Tesla berani mendisrupsi dunia otomotif. Ketimbang menjalani test drive terlebih dulu, konsumen Tesla bisa langsung membeli mobil elektrik yang diinginkan, menggunakannya selama 7 hari atau sampai 1.600 km, lalu mengembalikannya jika memang tidak sreg. Uang yang sudah dibayarkan akan di-refund secara penuh tanpa dipungut biaya tambahan.

Ya, ini bisa kita anggap sebagai serangan balik Tesla terhadap lawan sekaligus bakal lawannya yang selama ini mencoba mengusik dominasi Tesla di ranah mobil elektrik. Polestar tadi adalah salah satunya, dan debut mereka sepertinya tidak akan semulus yang diharapkan dengan hadirnya varian termurah Model 3 ini, apalagi mengingat varian termurah Polestar 2 juga baru akan tersedia paling cepat tahun 2021.

Sumber: Tesla via VentureBeat.

Bakal Pesaing Tesla Model 3 dari Swedia, Polestar 2, Resmi Diperkenalkan

Tahun demi tahun, musuh Tesla terus bertambah. Kendati demikian, sejauh ini masih sulit mencari mobil elektrik lain yang pantas disetarakan dengan Tesla Model 3. Sedan tersebut canggih, performanya mumpuni, jarak tempuhnya jauh, dan harganya terjangkau (meski mungkin masih belum terlalu merakyat).

Niat untuk menciptakan rival yang sepadan dengan Tesla Model 3 mungkin bakal dinilai terlalu ambisius oleh publik, akan tetapi hal itu tak mencegah Polestar untuk membuktikannya. Sekadar mengingatkan, Polestar bukanlah pemain baru di dunia otomotif. Sejak tahun 2017, Polestar sudah ditunjuk oleh Volvo selaku perusahaan induknya sebagai sub-brand yang secara khusus mengembangkan mobil elektrik.

Sayangnya, mobil pertama mereka, Polestar 1, hanya sebatas mobil sport bermesin hybrid. Untuk mobil keduanya, sejak jauh-jauh hari Polestar sudah mengumumkan bahwa mobil tersebut siap menantang Tesla Model 3 secara langsung, dan mereka rupanya bukan sekadar membual.

Polestar 2

Tepat tanggal 27 Februari kemarin, mereka memperkenalkan Polestar 2 secara resmi. Tampang luarnya langsung kelihatan sangat Volvo sekali, dan itu dikarenakan Polestar menggunakan Volvo Concept 40.2 sebagai basisnya. Yang cukup unik, ia kelihatan seperti sebuah crossover jika dilihat dari samping.

Sebagai lawan Tesla Model 3, Polestar 2 tentunya tidak boleh mengecewakan soal angka-angka. Benar saja, perpaduan sepasang motor elektrik dan penggerak empat rodanya mampu menghasilkan daya total sebesar 300 kW (408 hp), serta torsi 660 Nm. Akselerasi 0 – 100 km/jam ditempuhnya dengan mudah dalam waktu 5 detik saja.

Namun yang paling mengesankan adalah efisiensi energinya. Dalam satu kali pengisian, baterai berkapasitas 78 kWh-nya sanggup membawa mobil ini melaju hingga sejauh 500 kilometer. Tentunya ini baru sebatas estimasi dan masih harus dibuktikan lagi. Andai benar, ini bisa menjadi pukulan telak terhadap Tesla.

Polestar 2

Performa dan efisiensinya sudah layak menandingi Tesla Model 3, namun Polestar 2 rupanya juga tidak mau setengah-setengah dalam hal kecanggihan teknologi. Ini tersirat dari interiornya yang minimalis, dengan layar sentuh 11 inci yang mendominasi bagian tengah dashboard. Dilihat sepintas, saya pribadi lebih suka kabin Polestar 2 ketimbang Model 3 hanya karena masih ada panel instrumen di balik lingkar kemudinya.

Tidak kalah menarik adalah sistem infotainment berbasis Android hasil kolaborasi langsung antara Volvo dan Google. Integrasi Google Assistant sudah pasti tersedia, demikian pula akses ke aplikasi-aplikasi pihak ketiga via Google Play Store.

Selanjutnya, fitur canggih seperti smartphone sebagai kunci mobil juga merupakan fitur standar untuk Polestar 2. Masalah kepraktisan maupun keamanan seputar fitur ini memang masih menjadi perdebatan, akan tetapi Volvo sudah punya visi besar terkait layanan car sharing ke depannya, dan di titik itu smartphone sebagai kunci mobil bakal menjadi komponen penunjang yang esensial.

Polestar 2

Canggih, performanya mumpuni, jarak tempuhnya jauh, Polestar 2 benar-benar sangat berpotensi menjadi rival sepadan Tesla Model 3. Lalu bagaimana dengan harganya? Nantinya, varian terendahnya bakal dipasarkan dengan banderol mulai 39.900 euro. Namun yang selalu menjadi pertanyaan adalah, kapan varian tersebut bakal tersedia?

Jawabannya masih belum ada yang berani memastikan, tapi publik pasti berharap nasibnya tidak seperti Tesla Model 3, yang hingga detik ini pun belum tersedia varian termurah seharga $35.000 seperti yang dijanjikan pada acara peluncurannya. Semoga saja Volvo bisa mewariskan pengalaman panjangnya di bidang produksi kepada tim Polestar demi mencegah problem seperti ini terjadi.

Yang akan dipasarkan terlebih dulu mulai awal tahun 2020 adalah Polestar 2 Launch Edition, dengan banderol mulai $63.000. Varian tersebut kabarnya akan diproduksi selama setahun pertama, yang berarti konsumen baru akan berjumpa dengan varian termurahnya paling cepat tahun 2021.

Sumber: SlashGear.

Tesla Luncurkan Fitur Dog Mode, Pastikan Anjing Kesayangan Tetap Aman Selagi Ditinggal di dalam Mobil

Tesla itu bukan produsen mobil, melainkan ahli software yang kebetulan juga pandai merancang mobil. Anggapan itu cukup sering mampir ke benak saya, dan Tesla sendiri terus membuktikannya dari waktu ke waktu.

Terakhir adalah sebulan yang lalu, tepatnya ketika mereka mengumumkan fitur bernama Sentry Mode, yang memungkinkan kamera-kamera Autopilot pada mobil untuk berfungsi sebagai dash cam 360 derajat. Hardware-nya sudah ada, tinggal diakali saja menggunakan software, kira-kira begitulah jalan pikir Tesla kalau menurut saya.

Belum lama berselang, Tesla sudah meluncurkan fitur baru lain lagi yang dinamai Dog Mode. Tesla merancang fitur ini untuk mencegah insiden-insiden konyol nan menyedihkan di mana pemilik mobil tanpa sengaja meninggalkan anjingnya di dalam mobilnya di siang bolong, dan sang anjing naas pun tewas kepanasan.

Dog Mode sejatinya bermula dari request seorang konsumen Tesla. Fitur ini juga merupakan kelanjutan dari fitur Cabin Overheat Protect yang dirilis di tahun 2016, di mana mobil dapat mempertahankan suhu kabin selama berjam-jam meski dalam keadaan mesin tidak menyala.

Untuk mengaktifkan Dog Mode, pemilik mobil hanya perlu menyentuh icon kipas di bagian bawah touchscreen dashboard, kemudian menetapkan suhu kabin yang diinginkan. Lalu ketika sang pemilik pergi meninggalkan mobilnya, Dog Mode akan langsung aktif dan layar pada dashboard akan menampilkan tulisan besar terkait fitur ini, lengkap dengan suhu kabin pada saat itu.

Tulisan ini dimaksudkan supaya orang-orang yang sedang lewat dan terkaget melihat seekor anjing ditinggal sendirian di dalam mobil tidak langsung panik. Selagi mereka mengintip ke dalam, mereka bisa melihat tulisan di layar tersebut, lalu kembali ke urusannya masing-masing.

Fitur ini tidak akan mungkin bisa terwujud kalau Tesla tidak sepenuhnya mengandalkan energi dari baterai besarnya. Tapi lalu bagaimana seumpama kapasitas baterainya kritis? Tak perlu bingung, sebab pemilik mobil akan menerima notifikasi di ponselnya ketika kapasitas baterai mobilnya kurang dari 20%.

Sumber: Electrek.

VW I.D. Buggy Adalah Reinkarnasi Elektrik dari Tren Modifikasi VW Beetle di Era 80-an

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, dunia bakal melihat mobil elektrik pertama VW mengaspal di jalanan pada akhir tahun ini. Tahun depan, giliran SUV elektriknya yang mencuri perhatian publik, disusul oleh VW Kombi versi modern dan elektrik dan sedan berkemudi otomatis di tahun 2022.

Keempat mobil konsep itu dibangun menggunakan platform MEB (Modularer Elektrobaukasten) rancangan VW sendiri. Platform ini sangatlah fleksibel jika melihat perbedaan tipe mobil yang cukup drastis pada keempat konsep di atas, akan tetapi VW rupanya masih belum puas. Baru-baru ini, VW menyingkap gambar teaser atas sebuah konsep yang dinamainya I.D. Buggy.

Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar, ia merupakan sebuah dune buggy yang banyak terinspirasi oleh tren modifikasi VW Beetle di tahun 80-an. Berbagai elemen khas buggy tersirat jelas dari penampilannya yang siap melahap medan off-road, bahkan sampai ke bagian sampingnya yang tak dilengkapi pintu.

VW I.D. Buggy

Tipe mobil seperti ini jelas bukan untuk konsumsi semua orang, tidak seperti keempat konsep VW sebelumnya. Kendati demikian, platform yang digunakan masih tetap MEB; VW pada dasarnya ingin membuktikan bahwa platform ini juga dapat membantu pengembangan kendaraan yang masuk dalam kategori niche, dan yang hanya akan diproduksi dalam volume terbatas.

Sejauh ini belum ada detail lengkap mengenai VW I.D. Buggy. Konsep ini rencananya baru akan dipamerkan ke hadapan publik pada ajang Geneva Motor Show di bulan Maret mendatang.

VW sendiri belum mengungkapkan secara eksplisit terkait rencananya untuk memproduksi I.D. Buggy. Namun kalau keempat anggota keluarga I.D. lainnya bakal direalisasikan sebagai produk untuk konsumen, saya tidak melihat ada alasan untuk menjadikan mobil ini sebagai pengecualian.

Sumber: Electrek.

Volkswagen Ungkap Konsep Power Bank untuk Mobil Listrik

Volkswagen memang belum memiliki mobil elektrik yang sudah keluyuran di jalanan. Namun bukan berarti mereka bersantai tanpa persiapan. Selagi menanti pemasaran SUV elektrik VW I.D. Crozz tahun depan, mereka sibuk mempersiapkan infrastruktur pendukungnya.

Gagasan terbarunya adalah stasiun pengisian ulang mobil elektrik bersifat mobile, atau yang bisa juga dianggap sebagai power bank untuk mobil listrik. Sebelum Anda salah paham, mobile di sini maksudnya adalah mudah ditempatkan di beragam lokasi, bukan mudah dibawa bepergian.

Kesamaannya dengan power bank yang kita kenal adalah baterai internal di dalamnya. Dengan kapasitas sebesar 360 kWh, ia sanggup mengisi ulang sekitar 15 mobil listrik sebelum perlu diganti dengan unit yang baru. Konsep seperti ini membuatnya sangat ideal di tempatkan di berbagai area publik, atau sebagai titik charging yang sifatnya sementara, seperti di area parkir suatu festival misalnya.

VW mobile charging station

Kalau ternyata memungkinkan untuk dijadikan charging station permanen, ia juga dapat menerima asupan listrik guna mengisi baterainya sendiri. Skenario ini pun sebenarnya juga tetap ideal mengingat satu unitnya dapat mengisi ulang hingga empat kendaraan elektrik sekaligus.

Fitur fast charging turut menjadi salah satu nilai jual utamanya. Menggunakan arus DC 100 kW, satu mobil hanya memerlukan waktu pengisian selama 17 menit jika dirata-rata. Waktunya tentu akan lebih singkat lagi jika kendaraan yang di-charge bukan mobil melainkan sepeda listrik.

Langkah ini bisa dilihat sebagai upaya Volkswagen Group dalam mendukung perkembangan brandbrand yang dinaunginya. Seperti yang kita tahu, Audi dan Porsche adalah dua dari sekian banyak brand di bawah payung VW Group, dan keduanya sudah siap memasarkan mobil listriknya masing-masing di tahun 2019 ini.

Rencananya, VW bakal mengimplementasikan mobile charging station ini pada babak pertama tahun ini di kampung halamannya terlebih dulu, sebelum merambah lokasi-lokasi lain di tahun berikutnya.

Sumber: VW.

Xiaopeng Xpeng G3 Adalah Titisan Tesla Model X Asal Tiongkok Berharga Terjangkau

Di mata banyak orang, Elon Musk sering dicap sebagai sosok yang kurang menyenangkan. Kendati demikian, industri teknologi banyak berhutang kepadanya, khususnya di bidang otomotif. Salah satunya adalah ketika Tesla memutuskan untuk membuka akses atas hak paten yang dimilikinya di tahun 2014.

Sejatinya sulit menunjuk pabrikan mana saja yang memanfaatkan paten yang dipegang Tesla dalam mengembangkan mobil elektriknya. Namun beberapa justru tidak sungkan mengungkap ke publik bahwa Tesla merupakan inspirasi terbesarnya. Salah satunya adalah Xiaopeng Motors, startup asal Tiongkok yang didirikan tidak lama setelah Tesla memublikasikan hak patennya itu tadi.

Xiaopeng Xpeng G3

Empat tahun berselang, Xiaopeng akhirnya secara resmi menyingkap mobil elektrik perdananya, Xpeng G3. Dari luar, wujudnya masih tidak terlalu mirip dengan Tesla Model X meski sama-sama berjenis SUV. Namun ketika masuk ke dalamnya, kemiripannya langsung terlihat.

Mulai dari dashboard yang minimalis, layar besar berorientasi vertikal di tengah, sampai tampilan pada panel instrumen digitalnya, semuanya nyaris identik seperti buatan Tesla. Bahkan kaca depan panoramik milik Xpeng G3 juga merupakan salah satu fitur yang diunggulkan Model X.

Xiaopeng Xpeng G3

Namun kemiripannya terhenti sampai di interior. Meskipun Xiaopeng menggunakan teknologi baterai yang nyaris sama seperti Tesla, efisiensi Xpeng G3 kalah jauh dari Model X: dua varian yang ditawarkannya diestimasikan mampu menempuh jarak 351 km dan 365 km dalam satu kali charge.

Performanya juga jauh dari kata mengesankan: akselerasi 0 – 50 km/jam (bukan 100 km/jam) ditempuh dalam waktu 3,8 detik. Output daya maksimumnya mencapai angka 145 kW, sedangkan torsinya di kisaran 300 Nm.

Xiaopeng Xpeng G3

Yang agak mengejutkan, Xiaopeng rupanya tidak lupa menyematkan sederet sensor guna mewujudkan fitur-fitur kemudi otomatis pada Xpeng G3. Bukan cuma itu, sosok yang ditunjuk menjadi pimpinan divisi autonomous-nya adalah Junli Gu, mantan petinggi tim machine learning Tesla yang ikut andil dalam mengembangkan sistem Autopilot-nya.

Semua ini bisa didapat oleh konsumen Tiongkok dengan harga yang sangat terjangkau: mulai 227.800 yuan, atau sekitar Rp 480 juta, sebelum subsidi pemerintah. Ya, di Tiongkok memang ada kebijakan subsidi bagi mereka yang membeli mobil elektrik, dan setelah subsidi, harga Xpeng G3 hanya berkisar 136.000 yuan, atau ± Rp 287 juta saja.

Xiaopeng Xpeng G3

Sumber: Electrek.

Tak Mau Kalah dari Jaguar, Aston Martin Pamerkan Mobil Klasik Bermesin Listrik

Masih ingat dengan Jaguar E-type Zero, mobil klasik tapi yang murni bermesin listrik? Mobil itu bakal diproduksi mulai 2020, dan di tahun yang sama, ia bakal kedatangan rival yang sepadan, yakni 1970 Aston Martin DB6 Volante versi elektrik.

Bukan, ini bukan karya iseng seorang kolektor mobil klasik, melainkan eksekusi dari Aston Martin sendiri. Sama seperti E-type Zero, tampilan luarnya sama sekali tidak diubah, akan tetapi di balik kap mesinnya bernaung sebuah motor listrik yang spesifikasinya masih dirahasiakan.

1970 Aston Martin DB6 Volante versi elektrik

Aston Martin menyebut motor listrik ini sebagai tipe “kaset” karena dapat dengan mudah dipasangkan ke jantung mobil Aston Martin yang sudah ada, lalu dilepas dan diganti kembali dengan mesin aslinya jika mau. Satu-satunya indikasi bahwa ia merupakan mobil elektrik adalah ketika ia sedang diparkir dan diisi ulang baterainya.

Yang membedakannya dari E-type Zero adalah di bagian interior. Di sini Aston Martin lagi-lagi tidak mengubah apapun kecuali menyematkan layar kecil yang berfungsi untuk menampilkan beragam indikator seputar mesin listriknya. E-type Zero di sisi lain mengemas kabin yang terasa modern berkat layar sentuh besar di tengah dashboard-nya.

1970 Aston Martin DB6 Volante versi elektrik

Seperti yang saya bilang, mobil ini baru akan mengaspal di tahun 2020, sebab Aston Martin baru berencana memulai proses konversinya tahun depan. Akhir tahun depan juga bakal menjadi momen penyingkapan mobil elektrik perdana Aston Martin, Rapide E, sehingga wajar apabila mobil klasik tapi elektrik ini baru akan menyusul di tahun berikutnya.

Sumber: Autoblog.