Loket Live Studio Diluncurkan, Aplikasi “Video Conferencing” Terintegrasi untuk Penyelenggaraan Acara Online

Loket hari ini (22/9) secara resmi merilis produk teranyarnya berjuluk “Loket Live Studio”. Sederhananya, layanan ini memfasilitasi siapa saja yang ingin mengadakan acara secara online. Di dalamnya sudah termasuk fitur untuk mempublikasikan acara, monetisasi, hingga menayangkan acara secara langsung.

Secara konsep mirip dengan aplikasi Zoom atau Google Meet yang sebelumnya banyak dipakai untuk menggelar acara live online. Bedanya, Loket mengintegrasikan fitur tersebut dengan berbagai layanan yang sudah ada di ekosistem miliknya, sehingga tidak perlu lagi memasang aplikasi untuk melakukan video conferencing atau live streaming. Dengan ini bisa dikatakan kini Loket mengakomodasi penyelenggaraan acara online secara end-to-end.

Dalam jumpa pers virtual yang diadakan siang ini, VP Loket Mohamad Ario Adimas mendemokan Loket Live Studio. Beberapa fitur broadcasting/live streaming diintegrasikan ke layanan Loket yang bisa diakses melalui situs web. Menunya cukup standar dan tergolong simpel, mulai dari audio/video call, pesan, hingga berbagi layar. Nilai unik yang coba dihadirkan, Live Studio juga dilengkapi konfigurasi kamera/audio tambahan, memungkinkan penyelenggara acara untuk menambahkan perangkat input lebih banyak.

Sementara untuk distribusi akses di sisi pengguna, Loket Live Studio juga memiliki fitur yang tergolong baru. Biasanya acara online menggunakan tautan video streaming tunggal untuk semua peserta, sementara di Live Studio setiap peserta akan mendapatkan tautan unik untuk masuk ke dalam acara. Hal ini menurut Adimas lebih efektif untuk digunakan dalam acara online berbayar — mengurangi risiko tautan tunggal tadi tersebar secara publik.

Untuk dapat memanfaatkan layanan LOKET Live Studio, cukup membuka halaman Loket dan memilih fitur buat event, untuk selanjutnya mengikuti langkah-langkah yang disediakan, dan mengaktifkan layanan Live Studio.

Sebelumnya, bulan Mei 2020 lalu Loket sudah lebih dulu merilis layanan Loket Live. Memungkinkan pengelolaan acara virtual. Di dalamnya mencakup beberapa layanan, mengintegrasikan sistem manajemen tiket dan streaming video dengan dukungan teknologi GoPlay.

Head of Loket Tubagus Utama menyampaikan, selama masa pandemi lebih dari 97% acara yang terselenggara menggunakan Loket digelar secara virtual. Inovasi yang dihadirkan telah berhasil membantu penyelenggaraan lebih dari 7200 acara oleh 2800 penyelenggara, dengan penjualan tiket mencapai hampir 500 ribu semenjak pandemi melanda di Maret hingga Agustus 2020.

“Sebagai bentuk dukungan bagi industri, kehadiran LOKET Live Studio dapat dimanfaatkan oleh para content creator atau siapa pun yang mempunyai keahlian tertentu dan tertarik untuk mencoba mengadakan online event sebagai platform kunci untuk menjadi sumber penghasilan baru,” imbuh Tubagus.

Sebelumnya, DailySocial bekerja sama dengan Populix sempat melakukan survei terkait produktivitas online selama era “work from home”. Aplikasi produktivitas (68%) menempati porsi tertinggi yang paling sering dipakai selama periode tersebut, selisih tipis dengan aplikasi hiburan (66%).

Survei Aktivitas Selama Pandemi

Untuk alat komunikasi, paling banyak menggunakan WhatsApp (68%), lalu Zoom (16%) dan Google Meet (4%). Sebanyak 42% responden mengaku menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut lebih dari 5 jam. Menariknya aplikasi pendidikan juga mendapatkan porsi yang cukup besar, yakni 32%. Selama di rumah ada tren di kalangan masyarakat untuk menambah pengetahuan dengan mengikuti berbagai kelas-kelas yang diajarkan secara online.

Application Information Will Show Up Here

Potensi Event Virtual Jadi Salah Satu Kegiatan “New Normal”

Banyak hal terdampak pandemi Covid-19 ini. Salah satunya adalah industri berbasis event. Bagi penggiat di sektor ini, mencari cara beradaptasi agar tetap relevan adalah kunci melewati ini semua. Tidak mudah, tapi diupayakan.

Salah satu yang mulai beradaptasi dengan cara tersebut adalah Loket / GoTix. VP of Commercial Loket Mohamad Ario Adimas (Dimas) menjelaskan, kondisi tetap di rumah saja dalam waktu lama membuat masyarakat butuh hiburan. Di sisi lain, musisi dan semacamnya butuh tetap berkarya dan menyapa penggemarnya. Akhirnya event virtual menjadi salah satu solusi.

“Adaptasi ke event online pun menjadi salah satu jawaban. Melalui event online, Loket berupaya untuk mendorong agar industri event dan hiburan tetap hidup, para musisi dan kru event tetap dapat berkarya, serta masyarakat dapat terus memperoleh akses hiburan ke beragam event. Kondisi ini juga yang akhirnya memicu Loket untuk berkolaborasi dengan para event creator dalam menemukan solusi terbaik di tengah krisis ini,” terang Dimas.

Dimas melanjutkan, Loket menyediakan halaman khusus yang bisa memudahkan para event creator untuk membuat sebuah event virtual. Loket juga mengklaim telah berinovasi dengan menggabungkan layanan sistem manajemen tiket dengan streaming video, sehingga mulai dari perencanaan, pengaturan, produksi, hingga komunikasi dengan audiens yang berbentuk website atau yang disebut dengan virtual venue.

“[Kami] menerapkan analogi sebagaimana tiket dalam event offline. Penjualan dan distribusi tiket juga dibuat secara eksklusif, di mana satu link URL hanya bisa digunakan pada satu ​device konsumen. Hal ini menjadi salah satu cara agar para event creator tetap mendapatkan apresiasi yang sepatutnya atas apa yang mereka lakukan,” imbuh Dimas.

Adaptasi serupa juga dilakukan Goers. Dengan layanan Goers Experience Manager (GEM), mereka mencoba beradaptasi dengan perubahan pola event yang ada seperti sekarang ini.

GEM resmi diluncurkan oleh Goers pada tahun lalu. Tujuannya memberikan pengalaman bagi para pemilik acara maupun pengguna yang ingin mengikuti acara. Kini, di tengah situasi pandemi, GEM menjadi salah satu layanan penting yang bisa membantu penyelenggaraan event online.

“Goers Experience Manager adalah sebuah platform bagi experience creators untuk membuat experience, mendigitalisasi penjualan tiket secara online dan offline, dan terhubung dengan lebih dari 450 ribu pengguna Goers,” ujar Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi.

Ia menambahkan, melalui GEM para pemilik acara disediakan berbagai macam fitur untuk pengelolaan acara, mulai dari email blast, laporan dan settlement, kustomisasi URL, hingga penggunaan kode voucher.

Event virtual jadi salah satu new normal

Event online atau virtual mulai ramai sejak pandemi memaksa semua kegiatan offline batal dan pemerintah menghimbau untuk tinggal di rumah saja. Beragam bentuk kegiatan diselenggarakan, mulai dari konser musik, workshop atau pelatihan, webinar, dan semacamnya.

Dimas percaya ke depannya event online akan menjadi new normal yang terus diminati meskipun seandainya pandemi ini berakhir. Ia berkaca pada lonjakan pembuatan event online di Loket. Sejauh ini ada 2.000 event dalam kurun waktu satu bulan terakhir, di antaranya konser online yang berhasil menjual hingga 5000 tiket.

“Angka yang cukup tinggi untuk penjualan tiket event online di Indonesia. Ke depan, kami berkomitmen untuk terus berupaya meluncurkan inovasi-inovasi baru bagi industri event dan hiburan, dan tak henti untuk terus giat berkontribusi. Loket berharap para event creator dan audiens dapat memaksimalkan fitur event online ini dan menjadikannya sebagai solusi untuk tetap produktif,” jelas Dimas.

Hal senada disampaikan Niki. Ia menilai meski suatu saat pandemi usai, perkembangan teknologi dan kebiasaan melakukan banyak hal dari tempat lain secara fleksibel akan membuat event online akan terus tumbuh dan tetap memiliki peminat. Di sanalah GEM mengambil posisi sebagai platform yang memudahkan bagi pembuat event.

“Event offline terbatas oleh jarak dan waktu, sedangkan event online tidak. Kami melihat masa depan online event sangat cerah. Sebagai perbandingan, beberapa partner kami ada yang merasakan kenaikan jumlah peserta sebesar 50% karena mengadakan acara secara online,” imbuh Niki.

Kendati tidak 100% bisa menggantikan pengalaman acara secara langsung, penyelenggaraan secara online akan menjadi salah satu pilihan penyelenggaraan acara saat ini. Fleksibilitas yang ditawarkan di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penontonnya. Momok terbesarnya saat ini, khususnya di Indonesia, adalah kestabilan jaringan internet dan ketersediaan infrastruktur secara nasional.

Melihat Adopsi Teknologi Manajemen Event dari Loket for Business

Promotor event tak jauh-jauh dari panggung, rigging, dan tata suara. Tiga elemen yang begitu terikat dengan event management. Yang banyak orang mungkin tidak tahu, solusi manajemen event bukan hanya tentang tiga elemen tadi dan elemen-elemen teknis lainnya saat acara berlangsung; penting untuk tetap meninjau sisi teknologi pra acara demi menunjang kebutuhan di hari H. Studi menunjukkan adopsi layanan manajemen event terbaik dapat meningkatkan kehadiran dalam event sebesar 20%, meningkatkan produktivitas 27%, dan mengurangi biaya sebanyak 30%.

Para perencana pemasaran tentu mulai berupaya memproyeksikan, di investasi mana mereka akan menghasilkan ROI yang lebih banyak. Sebab, semua peningkatan berdasarkan data tadi telah menjadi lanskap di tengah maraknya kemunculan sistem manajemen event terbaik.

Inilah contoh “perkawinan” antara tren teknologi manajemen event terbaik yang ada saat ini dengan masa depan yang siap membawa dampak signifikan terhadap para profesional industri.

Pemanfaatan RFID sebagai solusi manajemen event terbaik

Penggunaan tag RFID pada awalnya berada pada wilayah pengiriman produk ke konsumen di seluruh dunia. Lantas, bagaimana pelacakan logistik global pada akhirnya bisa bersentuhan dengan bisnis event management?

Teknologi RFID yang digunakan untuk pengiriman telah berevolusi. Hari ini, gelang yang ada di pergelangan pengunjung event sudah meredefinisi RFID dari kebutuhan logistik menjadi pengalaman baru bagi pengunjung. Misalnya, siapapun yang pernah datang ke atau menyelenggarakan event pasti sudah tidak asing dengan yang namanya calo, dan keberadaan calo ini bisa dikendalikan dengan pemanfaatan RFID.

Loket for Business adalah contoh tindak lanjut terhadap masalah tiket palsu atau calo. Identifikasi unik dalam bentuk Barcode, QR Code hingga RFID yang tertanam di dalam tiket memfasilitasi pengunjung untuk memasuki area event dengan proses pemindaian yang sederhana dan bebas penipuan.

Chip RFID sekarang cukup kecil untuk masuk ke dalam gelang atau lencana acara. Meskipun teknologinya sederhana, gelang dan lencana ini memiliki kekuatan untuk mengubah pengalaman dari awal hingga selesai. Teknologi identifikasi unik dari Loket for Business memungkinkan pencocokan data pengunjung yang mereka masukkan sama dengan yang ada saat proses check-in di pintu masuk.

Optimalisasi sistem manajemen event

Akses bagi pengunjung kemudian menjadi pekerjaan rumah berikutnya bagi event manager; termasuk di antaranya adalah mengelola ticketing management system (mencakup ticketing management system dan ticketing distribution).

Loket for Business adalah contoh keberhasilan distribusi tiket. Dalam perhelatan Asian Games 2018, LOKET yang didapuk memegang manajemen tiket mengeksekusi strategi dengan mengandalkan panduan standar dan kerja sama tim, dengan tentunya koordinasi yang solid hingga keahlian terstandar.

“Salah satu kelebihan LOKET adalah memiliki strategi tailor-made atau fleksibel sehingga penerapannya dapat sesuai kebutuhan klien atau user. Tentu kami punya SOP dan panduan dasar untuk menganalisis masalah. Namun, dari segi implementasi kerap kali strategi yang kami terapkan dinamis sesuai kondisi di lapangan,” terang VP Marketing LOKET, Mohamad Ario Adimas, dalam sebuah kesempatan wawancara dengan DailySocial.

Dimas, sapaan akrabnya, juga mencontohkan bagaimana upacara penutupan Asian Games dibarengi dengan hujan deras. Alhasil, para pengunjung mulai menumpuk di gate luar dan genangan air mulai meninggi. Hasil dari strategi Loket for Business dan partnernya dapat terlihat dari bagaimana akhirnya proses pembelian tiket secara online mulai tertata hingga manajemen di lapangan yang lebih tertib.

“Berkat koordinasi tim yang solid dan berpengalaman menghadapi situasi tak terduga, kami berhasil memasukkan pengunjung ke gate berikutnya dengan lancar. Pengunjung tetap bisa masuk, berbaris dengan rapi, dan terdata.”

Loket for Business menunjukkan kepiawaiannya dalam menyediakan teknologi manajemen event terbaik. Menyediakan solusi sistem ticketing white label, monitoring akses crew, teknologi gelang RFID, audience profiling, secure ticket, dan secure gate, LOKET sudah terlibat di sejumlah acara besar seperti Asian Games 2018, Djakarta Warehouse Project (DWP), We The Fest (WTF), Celine Dion concert, KYGO concert, GIIAS, Disney on Ice, Teater Koma, dan masih banyak lagi.

Jadi, siap kolaborasi untuk mewujudkan mimpi event-mu bersama LOKET? Yuk, kunjungi Loket for Business untuk info lebih lengkapnya.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh LOKET.

Cerita Loket Menjadi “Pahlawan” Sistem Ticketing Asian Games 2018

Asian Games 2018 yang dihelat pada Agustus lalu memang telah berakhir. Namun, pesta olahraga terbesar di kawasan Asia ini juga menyisakan banyak cerita, tak cuma keceriaan para atlet Indonesia yang menggondol medali kemenangan. Salah satunya adalah penanganan ticketing system.

Pada Asian Games kali ini ini, awalnya INASGOC, Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee, menunjuk KiosTIX sebagai partner tunggal ticketing management system. Sementara Blibli.com dan Tiket.com ditunjuk menjadi kanal penjualan resmi tiket Asian Games.

Menjelang akhir acara, INASGOC kemudian menunjuk LOKET sebagai mitra pendukung ticketing management system yang awalnya hanya dilakukan oleh KiosTIX.

LOKET saat ini memiliki tiga bisnis utama, antara lain penyedia teknologi untuk layanan business-to-business (B2B), Go-Tix, dan Loket.com yang merupakan self-service event management platform.

DailySocial berkesempatan mewawancarai VP Marketing LOKET, Mohamad Ario Adimas, tentang bagaimana strategi LOKET menangani sejumlah masalah pada event raksasa tersebut?

Implementasi strategi tailor-made

Menurut penuturan pria yang karib disapa Dimas ini, ada sejumlah kendala yang mendorong INASGOC untuk meminta uluran tangan dari pihak ketiga. Karena alasan kebijakan internal, Dimas tidak dapat mengungkap secara rinci masalah dan strategi yang dipakai saat pelaksanaan Asian Games.

Secara umum, LOKET biasanya menemukan masalah dari dua sumber, yakni temuan tim internal dan informasi pelanggan yang menghubungi customer service. Dari situ, tim internal menjalani beragam stress test untuk uji performa dan uji coba lain sebelum meluncurkan solusi ke konsumen.

Pihaknya juga memiliki catatan berbagai event atau project terdahulu yang dipakai menjadi guidance di masa depan agar dapat perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya kesalahan yang sama.

Dalam kasus ini, Dimas mengungkap ada dua tantangan yang dihadapi saat diminta INASGOC menjadi mitra pendukung ticketing system, yaitu integrasi sistem dan lapangan dan distribusi tiket ke masyarakat.

Berangkat dari hal ini, LOKET menentukan strategi yang akan dieksekusi. Tim LOKET, INASGOC, dan pihak-pihak terlibat lainnya, bertemu langsung dan berdiskusi secara intensif bahkan hingga turun langsung ke lapangan untuk menemukan masalah dan strategi yang tepat.

“Salah satu kelebihan LOKET adalah memiliki strategi tailor-made atau fleksibel sehingga penerapannya dapat sesuai kebutuhan klien atau user. Tentu kami punya SOP dan panduan dasar untuk menganalisis masalah. Namun, dari segi implementasi kerap kali strategi yang kami terapkan dinamis sesuai kondisi di lapangan,” ungkap Dimas.

Kombinasi koordinasi tim solid dan keahlian terstandar

LOKET diminta untuk menjadi centre of ticketing management system, termasuk ticketing management system dan ticketing distribution.

Untuk mengesekusi strategi yang telah ditentukan, pihaknya tak hanya mengandalkan panduan standar dan kerja sama tim, tetapi juga koordinasi yang solid hingga keahlian terstandar.

Ia mencontohkan ketika upacara penutupan Asian Games secara bersamaan terjadi hujan lebat. Masalah muncul karena para pengunjung mulai menumpuk di gate-gate luar dan genangan air mulai meninggi.

Penentuan strategi dapat terlihat dari bagaimana akhirnya proses pembelian tiket secara online mulai tertata hingga manajemen di lapangan yang lebih tertib. Menurutnya, ticketing system dapat berjalan lancar berkat kombinasi dari solidaritas tim, kerja sama, dan keahlian tersandar.

“Berkat koordinasi tim yang solid dan berpengalaman menghadapi situasi tak terduga, kami berhasil memasukkan pengunjung ke gate berikutnya dengan lancar. Pengunjung tetap bisa masuk, berbaris dengan rapi, dan terdata.”

Saling bahu-membahu

Meski diakuinya ada sejumlah masalah, Dimas melihat bahwa di posisi ini, publik tidak bisa sepenuhnya menyalahkan partner sebelumnya. Hal ini karena Asian Games 2018 menampilkan banyak sekali pertandingan dari berbagai macam cabang olahraga (cabor).

Belum lagi, upacara pembukaan Asian Games yang megah membuat ekspektasi terhadap setiap cabor semakin besar. Ini yang mendorong banyak orang ingin memberikan dukungan secara langsung dengan menonton pertandingan.

“Meskipun LOKET diminta untuk menjadi partner intregasi, bukan berarti ini menjadi kesalahan dari partner lama, tidak sama sekali. Ini adalah tanggung jawab yang sangat besar. Bagaimanapun juga kita bekerja bersama untuk Indonesia,” tuturnya.

Malah di akhir-akhir, LOKET juga diminta untuk menjadi kanal penjualan tiket Asian Games.

“Jadi tiket ini dapat dibeli di Blibli, Tiket.com, dan di situs ticketing INASGOC, jadinya [tiket juga bisa dibeli di] asiangames2018.loket.com. Kami menjadi satu sistem terintegrasi,” paparnya.

Platform Desktop Go-Tix Sudah Bisa Diakses

Di akhir tahun 2017, kami mendapat informasi bahwa platform Go-Tix akan tersedia tahun ini dalam bentuk desktop / situs web di luar platform aplikasi Go-Jek yang selama ini kita kenal. Kami mendapati bahwa layanan tersebut sudah beroperasi (dalam versi beta) yang bisa diakses publik untuk memilih tiket bioskop, berbagai event konser, atraksi, workshop, ekshibisi, dan lainnya.

Menurut informasi yang kami terima, peluncuran situs ini selaras dengan dimulainya perpindahan lini usaha milik Go-Jek tersebut ke dalam naungan Loket. Go-Tix telah resmi menjadi lini bisnis ketiga yang dioperasikan Loket, setelah Loket for Business (untuk acara skala besar), dan Loket.com (untuk acara skala kecil).

Disebutkan Go-Tix menjadi kanal distribusi baru untuk menjangkau pengguna di luar Go-Jek. Mereka bisa membayar tiket dengan berbagai metode pembayaran, termasuk kartu kredit, ATM/bank transfer, atau Go-Pay.

Sebelumnya, dalam wawancara terdahulu dengan VP Marketing Loket M. Ario Adimas, konsumen cenderung lebih nyaman mengakses layanan di layar yang lebih besar saat membeli tiket dengan harga yang cukup mahal. Beda halnya saat konsumen membeli tiket bioskop, yang di mana keputusan membelinya cenderung lebih cepat.

Menurut pantauan DailySocial, konten event yang dihadirkan Go-Tix kurang lebih sama dengan yang terpampang di Loket.com. Kategorinya pun tidak jauh berbeda. Go-Tix sendiri adalah satu dari sekian kanal distribusi Loket yang telah menggandeng berbagai layanan online untuk penjualan tiket-tiket event.

Lini bisnis Loket

Loket.com sendiri diluncurkan Loket pada Mei 2018. Lini ini dikhususkan untuk menyasar para pemilik acara skala kecil, entah itu dari kalangan komunitas, acara berbayar, maupun acara mandiri.

Situs ini bekerja sama di jaringan afiliasi Loket Distribution Partner (LDP) yang terdiri dari sejumlah layanan marketplace dan travel ternama. Sebut saja, Tokopedia, Traveloka, Tiket.com, Blibli, JD.id, Goers, Yes24.com, Sindhen, Panorama JTB, dan masih banyak lagi.

Dalam konsep kemitraan dengan jaringan distribusi, Loket.com menetapkan pembayaran komisi sebesar 3,5% dari harga tiket ditambah Rp3 ribu untuk biaya administrasi. Komisi ini diambil langsung dari penyelenggara acara, setelah itu baru disalurkan ke jaringan distribusi.

Sebelum menekuni lini ini, Loket lebih dikenal sebagai penyedia jasa manajemen tiket untuk acara skala besar dengan produknya Loket for Business. Lini tersebut sudah dijalankan sejak 2013, menyediakan berbagai macam layanan, teknologi, solusi, sistem dan layanan manajemen event untuk promotor acara, penyelenggara, dan EO.

Solusi ini dihadirkan demi menyelesaikan masalah event di Indonesia, seperti distribusi tiket, manajemen tiket, sistem pembayaran, manajemen panggung, aktivasi brand, hingga analisis brand.

Layanan Event Mandiri Loket.com Jadi Pengejawantahan Teknologi untuk Semua Kalangan

Tanggal 8 Mei kemarin, Loket resmi meluncurkan layanan Loket.com yang menjadi usaha mendukung berbagai event creator, baik untuk kalangan komunitas maupun untuk event-event berbayar, secara mandiri. Kehadiran Loket.com melengkapi lini bisnis Loket yang telah memiliki Go-Tix dan Loket for Business. Event yang dipublikasi melalui Loket.com memiliki kesempatan dipublikasi di jaringan afiliasi Loket Distribution Partner (LDP) yang terdiri dari sejumlah layanan marketplace dan travel ternama.

Mulai diperkenalkan akhir tahun lalu

Apa yang dilakukan Loket dengan Loket.com bukanlah sesuatu yang baru bagi pendirinya, Edy Sulistyo. Edy sebelumnya pernah mendirikan layanan serupa, Eevent, di Amerika Serikat yang sudah diakuisisi tahun 2013. Kini Edy mencoba menyasar pasar ini kembali dengan pendekatan baru.

VP Marketing Loket, Mohamad Ario Adimas (Dimas), mengatakan fitur-fitur di Loket.com dirancang untuk memberikan pengalaman manajemen event mandiri yang terbaik.

“Kami optimistis dengan fitur dan layanan dari Loket.com, LOKET bisa mendukung siapapun untuk lebih aktif berkarya dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang positif dan secara bersamaan mampu meningkatkan ekonomi di sekitar mereka.” ujar Dimas.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial akhir tahun lalu, Dimas sudah mengisyaratkan pembentukan layanan ini.

Dibanding para pesaingnya, Loket.com disebut memiliki sejumlah keunggulan. Keunggulan pertama adalah distribusi. Meskipun mungkin Loket.com belum sepopuler layanan serupa, tapi setiap event berbayar di Loket.com memiliki potensi ditayangkan di berbagai layanan marketplace dan travel populer, termasuk Tokopedia, Blibli, Tiket.com, dan Traveloka. Belum lagi potensi untuk ditampilkan di Go-Tix.

Keunggulan kedua adalah Loket.com mengakomodasi pembayaran secara lokal, karena penetrasi kartu kredit di negara ini masih terbatas. Skema pembayaran lokal yang didukung yaitu Virtual Account BCA, Virtual Account Permata, Alfamart, dan Go-Pay. Mengingat Go-Pay telah mendapatkan izin penggunaan QR Code untuk pembayaran oleh Bank Indonesia, hal ini memudahkan 10 juta konsumen Go-Pay untuk melakukan pembayaran.

Dampak ekonomi

Dalam wawancara terdahulu, satu hal yang kemudian dipelajari Edy dan tim Loket adalah platform yang dikelola Loket mampu memberikan keuntungan lebih luas untuk masyarakat umum, tak hanya bagi penyelenggara event.

“Salah satu contoh adalah ketika acara digelar di Bali yang ternyata hampir 60-80% pengunjungnya adalah wisatawan asing. Dari situ tidak hanya pihak penyelenggara acara saja yang diuntungkan, namun juga hotel, penerbangan, hingga pemilik toko sekitar dan [layanan] transportasi online,” kata Edy.

Imbas yang dirasakan masyarakat sekitar mampu menghidupkan perekonomian daerah setempat. Jal ini dianggap sesuai dengan visi dan misinya Loket yang ingin membantu lebih banyak pemilik UKM, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Loket.com adalah pengejawantahan teknologi Loket yang bisa digunakan oleh semua kalangan. Tak hanya mereka yang mampu menyediakan event skala besar, tetapi juga mereka yang skala kecil atau menengah.

“Teknologi adalah milik semua kalangan dan tidak boleh didominasi oleh segmen-segmen tertentu saja. Siapapun berhak untuk menikmati pengalaman meramaikan event melalui pengelolaan yang profesional, mudah dan aman,” tutur Edy.

Peran Teknologi Mendukung Pertumbuhan Bisnis Hiburan di Era Digital

Sebelum internet hadir, segala sesuatu, termasuk pembelian tiket pertunjukan dilakukan secara offline. Masyarakat bisa membelinya dari outlet resmi, namun ada yang juga yang mengandalkan calo untuk mendapatkan tiket murah.

Seiring pesatnya perkembangan internet, berbagai jenis tiket dapat dibeli dalam satu kali klik saja di berbagai perangkat mobile. Semakin banyak pula layanan e-commerce dan marketplace yang menjadi channel penjualan resmi tiket, baik tiket pertunjukan musik hingga pertandingan olahraga.

Di balik segala kemudahan ini, ada teknologi yang menjadi landasan di belakangnya. Teknologi memudahkan masyarakat untuk membeli tiket tanpa harus dirumitkan dengan proses panjang.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, Mohamad Ario Adimas (Dimas), Vice President of Marketing Loket, yang kini mengelola Go-Tix, berbagi tentang bagaimana teknologi berperan besar dalam mendorong pertumbuhan bisnis hiburan (entertainment) di Indonesia.

Simplikasi sistem

Dimas mengungkapkan bahwa dalam menjalankan bisnis Loket pihaknya selalu mengambil prinsip untuk mengembangkan teknologi yang dapat menyelesaikan masalah-masalah simpel.

Teknologi ini diharapkan dapat merampingkan sistem ticketing yang selama ini dianggap rumit. Misalnya, kurangnya transparansi dan proses yang berliku saat transaksi terjadi.

“Bisnis hiburan memiliki nilai bisnis yang besar, namun sistemnya rumit, kurang transparansi, tidak efisien, dan banyak korupsi,” ungkap Dimas, Selasa (27/3).

Ia menyadari pesatnya perkembangan digital dapat mendorong pertumbuhan bisnis hiburan di Indonesia. Bisnis hiburan dinilai punya prospek menggiurkan di masa depan sejalan dengan meningkatnya pasar milenial dan golongan kelas menengah.

Loket disebut mengembangkan sebuah teknologi dari hulu ke hilir yang diyakini dapat merevolusi dan menyelesaikan berbagai masalah rumit tersebut, seperti sistem keamanan hingga pembelian tiket.

“Kami sendiri hadir dengan teknologi untuk merevolusi sistem ticketing ini, mulai dari pembelian tiket, transaksi, dan insight setelah event, dan audience engagement itu sendiri,” tuturnya.

Menjaga privasi data

Loket tak hanya bergerak di bidang distribusi tiket, tetapi juga penyedia platform teknologi dari online dan offline untuk keperluan B2B. Teknologi yang dikembangkan Loket membantu perusahaan untuk merekam data perilaku pembeli tiket  konser, festival, atau pertandingan.

Bahkan sistem ini dapat mengetahui perilaku si pembeli tiket dari awal pembelian hingga saat mereka berada di lokasi acara karena Loket menyediakan teknologinya dari hulu ke hilir.

Hal ini dimanfaatkan perusahaan untuk menciptakan program reward untuk pengunjung. Misalnya, Loket pernah menanamkan sensor di tempat sampah di lokasi acara sebagai bagian dari audience engagement.

Berangkat dari hal itu, ia menegaskan pentingnya keamanan data konsumen. Perusahaan memastikan bahwa data konsumen aman dan tak pernah diberikan kepada promotor lain. Seluruh data pengguna disimpan dan tidak akan digunakan kembali di acara selanjutnya.

“Kami menghindari tukar-tukaran data dengan promotor lain karena kami sangat menjaga privasi data. Yang tahu hanya kami dan yang punya acara dan next (acara selanjutnya) data itu tidak boleh digunakan.

Semua pihak bisa membuat event

Tak banyak pelaku usaha yang fokus menjalankan bisnis serupa dengan Loket di Indonesia. Hal ini yang menjadi peluang untuk mendorong bisnis digital di masa depan.

Sesuai dengan semangatnya untuk mempermudah hal-hal kecil, Loket pun berinisiatif untuk menghadirkan sebuah platform baru untuk event management system ketika siapapun dapat menggarap event berskala kecil sambil tetap bisa menggunakan teknologi Loket.

Menurutnya, dorongan ini berangkat dari situasi di mana pihaknya selama ini fokus menggarap event-event berskala besar saja. Di luar konser musik, Loket sebetulnya juga menggarap pameran dan pertandingan olahraga.

“Sebetulnya bisnis B2B sudah cukup menguntungkan, Tapi, kami berpikir, bagaimana dengan event creator berskala menengah dan kecil? Nah, [platform] ini sesuai dengan spirit kami, yakni teknologi untuk semua kalangan. Teknologi tidak boleh didominasi oleh segmen segmen tertentu” tuturnya.

Saat ini Loket memiliki tiga bisnis utama, antara lain penyedia teknologi untuk layanan business-to-business (B2B), dan in-house channel melalui Go-Tix yang berada di dalam aplikasi Go-Jek. Berikutnya Loket akan masuk ke bisnis self-service event management platform.

Post-Go-Jek Acquisition, Loket Prepares Aggressive Moves in Event Segment

Last August, the event management and analysis platform Loket announced it’s acquired by Go-Jek to drive synergy between Go-Tix and Loket’s end-to-end services. Started with management diversion from Go-Tix to Loket, Loket has prepared a number of aggressive moves that will be unveiled early next year.

To support its vision, Loket has recruited Mohamad Ario Adimas as VP of Marketing. Adimas previously took part in a number of major telecommunications and technology companies, such as Indosat, Telkomsel, and Microsoft.

Adimas tells DailySocial that Loket will remain focused on its core business, as one stop solution for end-to-end event system management, such as Ticket Management System (TMS), event analytics, in-event payments, entertainment booth providers, and kiosk management.

After the acquisition, as subsidiary, Loket fully took over Go-Tix’s management from Go-Jek. Despite having B2B channels and B2C channels in this segment, Adimas ensures that they are not exclusive and opens itself to be partnered with other channel providers in this segment.

Adimas said, Loket has a network affiliate system that has been connected with various platforms. It is claimed to provide benefits for both parties, as the platform owner can get revenue sharing, while the event owner will get its event amplified to many outlets.

Go-Tix to immediately available on desktop

Go-Tix has been known as an extensive entertainment platform, from selling event ticket, cinema tickets, to sports entertainment tickets. In addition, Go-Jek is currently the Liga 1 football league primary sponsor with Traveloka. To facilitate access to the platform, Loket plans to bring Go-Tix’s desktop version in early 2018.

According to Adimas, consumer tends to be more comfortable accessing services on a larger screen. Differentiated from other Go-Jek platforms that only accept cash and Go-Pay, Go-Tix also accepts credit card. The combination of both is expected to encourage consumers to transact easier.

The re-establishment of local self-service event management system

Edy Sulistyo, Loket’s Founder and CEO, was formerly Eevent Co-Founder, a self service event management system, which was acquired by EnvisionPoint in 2013. Despite has been switching to a quite different business, Edy is still passionate about this segment.

Practically, there is almost no local event management platform available in Indonesia. Consumers are already comfortable with Eventbrite and Meetup, developed by foreign companies. Although they  are easy to be used, for paid events, payment method they does not fit with local wisdom where credit card ownership is very low.

This is an opportunity to be utilized by Loket through offering a similar platform but took a number of more local-friendly payment methods. The platform is set to be presented in early 2018.

“Loket plans to set up a self service event management system where everyone can create their own event management system. [Consumers] even [can] manage their own paid ticket system with every local payment [system] we prepared,” Adimas concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pasca Diakuisisi Go-Jek, Loket Siapkan Langkah-Langkah Agresif di Segmen Event

Bulan Agustus lalu, platform manajemen dan analisis event Loket mengumumkan telah diakuisisi Go-Jek untuk mendorong sinergi antara Go-Tix dan layanan end-to-end Loket. Diawali dengan pengalihan pengelolaan Go-Tix ke Loket, Loket sudah menyiapkan sejumlah langkah agresif menyambut awal tahun depan.

Untuk mendukung langkah-langkah ini, Loket telah merekrut Mohamad Ario Adimas sebagai VP Marketing. Adimas sebelumnya telah berkiprah di sejumlah perusahaan telekomunikasi dan teknologi besar, seperti Indosat, Telkomsel, dan Microsoft.

Adimas kepada DailySocial menegaskan bahwa Loket tetap fokus ke bisnis intinya, sebagai one stop solution untuk manajemen sistem event end-to-end, seperti Ticket Management  System (TMS), event analytics, in-event payment, entertainment booth provider, dan kiosk management.

Pasca akuisisi, sebagai anak perusahaan, Loket secara penuh mengambil alih pengelolaan Go-Tix dari Go-Jek. Meskipun memiliki kanal B2B dan kanal B2C di segmen ini, Adimas memastikan bahwa pihaknya tidak bersifat eksklusif dan membuka diri untuk bermitra dengan berbagai penyedia kanal lain di segmen ini.

Adimas menyebutkan, Loket memiliki sistem afiliasi jaringan yang telah terhubung dengan berbagai platform. Hal ini diklaim memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, karena pemilik platform bisa mendapatkan revenue sharing, sementara pemilik event mendapatkan tempat penyebarluasan informasi event-nya di banyak outlet.

Go-Tix segera tersedia di desktop

Go-Tix selama ini dikenal sebagai platform hiburan yang ekstensif, dari penjualan tiket event, tiket bioskop, hingga tiket pertandingan olahraga. Kebetulan Go-Jek saat ini adalah sponsor utama liga sepakbola Liga 1 bersama Traveloka. Untuk memudahkan akses terhadap platform ini, Loket berencana menghadirkan platform Go-Tix versi desktop di awal tahun 2018.

Menurut Adimas, konsumen cenderung lebih nyaman mengakses layanan di layar yang lebih besar. Pun berbeda dengan platform Go-Jek lain yang hanya menerima uang tunai dan Go-Pay, Go-Tix juga menerima pembayaran dengan kartu kredit. Kombinasi keduanya diharapkan mendorong konsumen untuk lebih mudah bertransaksi.

Kehadiran kembali self service event management system lokal

Pendiri dan CEO Loket Edy Sulistyo sebelumnya adalah Co-Founder Eevent, sebuah self service event management system, yang diakuisisi EnvisionPoint di tahun 2013. Meskipun sudah beralih ke bisnis yang lumayan berbeda, Edy masih memiliki passion di segmen ini.

Di Indonesia sendiri bisa dibilang hampir tidak ada platform manajemen event lokal yang tersedia. Konsumen sudah nyaman dengan Eventbrite dan Meetup yang berasal dari luar negeri. Meskipun mereka cukup mudah digunakan, untuk event-event berbayar, platform pembayaran yang ditawarkan belum cocok dengan kearifan lokal yang persentase kepemilikan kartu kreditnya sangat rendah.

Celah ini yang ingin dimanfaatkan Loket dengan menawarkan platform serupa tapi menggandeng sejumlah metode pembayaran yang akrab dengan masyarakat. Rencananya platform ini juga akan hadir awal 2018.

“Loket berencana menyiapkan self service event management system di mana setiap orang bisa membuat event management system mereka sendiri. [Konsumen] bahkan [bisa] mengelola sistem tiket berbayar sendiri dengan semua local payment [system] yang kita siapkan,” tutup Adimas.

Rangkuman Acara XR Meetup v7.0 ‘VR-AR & Brands’

Dilangsungkan di kantor Kaskus pada tanggal 8 Maret kemarin, XR Meetup ke-7 difokuskan membahas aspek pemanfaatan teknologi immersive seperti virtual dan augmted reality di sisi branding. Acara tersebut menghadirkan Nico Alyus (OmniVR), Dimas Setyo (Acer), Anvid Erdian (Lenovo), dan Mohamad Ario Adimas (Indosat Ooredoo) sebagai narasumbernya.

Dahulu dikenal sebagai ‘VR Meetup’, XR Meetup mengundang semua orang pihak yang mempunyai ketertarikan di bidang virtual reality buat saling berbagi ilmu dan bertemu. Selain sharing informasi, peserta bisa menjajal langsung perangkat-perangkat seperti HTC Vive, Google Daydream View, Oculus Rift, 3Glasses sampai Nokia Ozo. Dan lewat artikel ini, saya mencoba merangkum segala informasi yang diungkap di acara tersebut.

XR Meetup 7 5

 

Nico Alyus – OmniVR

XR Meetup 7 9

OmniVR merupakan pihak pencetus XR Meetup, dan sebagai Head of Business Development-nya, Nico Alyus secara singkat menjelaskan apa yang jadi bidang bisnis perusahaan tersebut. OmniVR fokus pada pengembangan hardware dan konten virtual reality, di antaranya ada game, mixed reality, video 360, hingga penyediaan simulator.

Menurut Nico, ada tiga aspek penting penunjang VR: head-mounted display, unit controller, serta konten. Dan berdasarkan penyajiannya, perangkat juga terbagi lagi dalam beberapa kategori, ada mobile VR (Samsung Gear VR, Google Daydream View), tethered VR (device yang tersambung ke PC, contohnya OSVR, Rift, PSVR), serta ‘advancedtethered VR – maksudnya adalah HMD yang menyediakan satu solusi lengkap, seperti HTC Vive.

XR Meetup 7 1

Aspek kreasi konten VR sebetulnya telah tumbuh dengan subur. Saat ini tersaji banyak pilihan platform, misalnya SteamVR, Viveport yang dikhususkan untuk software non-game, Oculus Store serta Google Daydream; dan sudah banyak engine siap mendukungnya – Unity, Unreal, dan Autodesk Stingray.

XR Meetup 7 15

Angka pertumbuhan VR memang menunjukkan kurva positif di tahun 2016, namun Nico sendiri berpendapat bahwa di tahun inilah virtual reality betul-betul bangkit. Berdasarkan data yang ia tunjukkan, umumnya adopsi teknologi-teknologi baru berjalan lebih cepat dan saat ini konsumen sedang sangat tertarik pada VR.

XR Meetup 7 6

Dari analisis OmniVR, virtual reality bisa jadi sangat berguna untuk kegiatan offline activation, di mana khalayak target bisa menjajal dan mengagumi teknologinya secara langsung.

Dimas Setyo – Acer

XR Meetup 7 10

Di ranah ini, Acer memegang dua peran: penyedia perangkat ‘VR ready‘ serta pengembang head-mounted device. Anda mungkin sudah tidak asing dengan keluarga Predator. Berkat kehadiran Nvidia GeForce GTX seri 10, semakin banyak PC dan laptop yang sanggup menangani virtual reality. Tapi manuver paling menarik Acer di industri ini adalah pegembangan StarVR.

XR Meetup 7 8

Digarap bersama-sama oleh Acer dan Starbreeze (developer The Chronicles of Riddick: Escape from Butcher Bay), StarVR boleh dikatakan sebagai headset virtual reality berspesifikasi tertinggi. Ketika device kompetitor beradu di level resolusi 2160x1200p dan FoV 110 derajat, StarVR menghidangkan field of view horisontal 210 derajat dan vertikal 130 derajat dengan resolusi 5K (5120x1440p). Menariknya lagi, HMD ini tidak diracik buat jadi rival langsung bagi Vive ataupun Rift. StarVR dispesialisasikan untuk menyajikan pengalaman sinematik, bisa dinikmati di IMAX VR Centre, Los Angeles.

XR Meetup 7 2

Acer kabarnya juga sedang menggodok headset mixed reality baru untuk mendukung platform Windows Mixed Reality (dulu dikenal sebagai Windows Holographic).

Mohamad Ario Adimas – Indosat Ooredoo

XR Meetup 7 11

Bagi Indosat Ooredo, augmented serta virtual reality merupakan salah satu tren teknologi dengan kenaikan tertinggi, dan saat ini merupakan waktu yang tepat buat mengadopsinya. Alasannya? Konektivitas 4G LTE kian handal, banyak pemain besar berpartisipasi dan menyediakan fasilitas, konten ciptaan developer lokal bertambah banyak, dan masyarakat memang membutuhkan sesuatu yang baru.

XR Meetup 7 12

Ario selaku perwakilan dari Indosat Ooredoo menyampaikan bahwa mereka telah mulai memanfaatkan VR untuk online dan event marketing, corporate social responsibility (CSR), dan juga mempersilakan konsumen mencobanya di gerai-gerai Indosat Ooredoo. Tapi ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan buat turut bermain di sana. Kita perlu ingat bahwa di Indonesia, belum banyak orang menggunakan perangkat VR, kreator kontennya sedikit, lalu banyak pihak masih lebih memilih menyalurkan anggaran ke teknologi yang ‘sudah lebih terbukti’.

Ario juga bilang bahwa inisasi sebuah teknologi baru harus tepat. Jika terlalu cepat dan khalayak belum siap, bahkan konten menarik pun sulit diserap – contohnya seperti prakarsa Indosat MonstAR.

Anvid Erdian – Lenovo

XR Meetup 7 13

Perangkat bergerak adalah ujung tombak penetrasi VR di kalangan end-user, dan berdasarkan penuturan Anvid Erdian dari Lenovo Indonesia, alasannya sangat sederhana: mereka minim kabel, mudah dipasang, ringkas, serta cukup kuat buat menunjang mobile computing. Dan untuk sekarang, ekosistemnya telah tercipta dengan mantap.

XR Meetup 7 3

Memang belum ada konfirmasi mengenai apakah Google akan menghadirkan Daydream View secara resmi ke Indonesia, namun dengan meresmikan Motorola Moto Z di nusantara, Lenovo menunjukkan kesiapannya untuk menyuguhkan VR via HMD baru tersebut. Lenovo sudah lama memperlihatkan ketertarikannya pada virtual reality, dahulu dibuktikan lewat penyajian smartphone-smartphone berteknologi TheaterMax, seperti Vibe K4 Note, Vibe K5 Plus, serta A7000 SE buat dinikmati bersama AntVR.

XR Meetup 7 7

Untuk memicu faktor kreasi kontennya, Lenovo juga turut mengadakan VR Challange. Tiga app terpilih jadi pemenangnya, yaitu Terkunci: VR Game, Virtual Stellarity: VR Edugame dan Crazy Ojek 3D VR.