Razer Luncurkan Koleksi Periferal Bertema Stormtrooper

Ketika mendengar nama Razer, saya yakin yang terbayangkan di benak Anda adalah kumpulan periferal gaming dengan warna serba hitam dan hijau. Di satu sisi, hal ini terkesan konsisten, tapi di sisi lain juga cukup membosankan. Itulah mengapa Razer dari waktu ke waktu juga menyuguhkan koleksi periferal bertema khusus, macam Destiny 2 dan Overwatch.

Yang terbaru, suguhan periferal bertema khusus mereka ditujukan bagi para penggemar Star Wars. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, yang diangkat secara spesifik adalah Stormtrooper dengan warna khas putih beraksen hitamnya. Dalam koleksi ini, total ada tiga perangkat yang ditawarkan: keyboard BlackWidow Lite, mouse wireless Atheris dan mousepad Goliathus Extended.

Razer BlackWidow Lite - Stormtrooper Edition

BlackWidow Lite, seperti yang kita tahu, dirancang untuk memenuhi kebutuhan produktif sekaligus gaming. Arahan itu tersirat dari penggunaan switch mekanis Razer Orange yang bersifat taktil sekaligus senyap ketika diklik. Supaya tidak kelewat norak di atas meja kerja, sekaligus agar senada dengan tema Stormtrooper, backlight LED di balik masing-masing tombolnya menyala putih ketimbang RGB.

Untuk edisi khusus ini, Razer rupanya cukup perhatian terhadap detail-detail kecil yang mungkin tak kelihatan secara kasat mata. Contohnya adalah kabel braided dengan corak hitam-putih, serta lambang kubu Imperial pada tombol Esc.

Razer Atheris - Stormtrooper Edition

Beralih ke mouse-nya, Atheris sebelumnya juga Razer siapkan untuk dipakai bekerja sekaligus bermain. Wajah Stormtrooper terpampang jelas di tubuh ambidextrous-nya, dan performanya masih sama seperti Atheris standar berkat sensor optik 7.200 DPI yang diusungnya.

Terkait konektivitas wireless-nya, pengguna dibebaskan menggunakan sambungan Bluetooth atau dengan bantuan dongle 2,4 GHz-nya. Berbekal sepasang baterai AA saja, Atheris dapat digunakan selama lebih dari 300 jam.

Razer Stormtrooper Edition

Tiga periferal edisi Stormtrooper ini sekarang sudah dipasarkan dengan harga sebagai berikut:

Sumber: Razer.

Logitech Luncurkan Versi Wireless dari Salah Satu Mouse Gaming Terbaiknya

November tahun lalu, Logitech menyingkap mouse gaming G502 HERO, empat tahun sejak G502 generasi pertama diluncurkan. Desainnya tidak berubah sama sekali, masih terlihat eksentrik di mata gamer yang senang dengan tampilan minimalis dan elegan seperti saya. Namun tentu jeroannya sudah dirombak total, utamanya berkat kehadiran sensor optik baru yang jauh lebih cekatan.

Tahun ini, Logitech kembali menelurkan varian baru G502, kali ini dengan embel-embel “Lightspeed” di belakangnya. Ya, ini merupakan varian wireless dari G502 HERO yang dicintai banyak gamer, dan lagi-lagi kita bisa melihat tak ada perubahan fisik kecuali hilangnya kabel dari ujung atasnya.

Logitech G502 Lightspeed

Ini berarti semua keunggulan G502 HERO bisa kita temukan darinya, utamanya sensor High Efficiency Rated Optical (HERO) yang memiliki sensitivitas maksimum 16.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Ketahanannya juga cukup terjamin berkat switch mekanis hasil rancangan Logitech bersama Omron.

Bagi yang sama sekali belum pernah mengenal Logitech G502, salah satu kelebihan mouse ini adalah dari aspek kustomisasi. Secara total ada 11 tombol yang dapat diprogram sesuai kebutuhan masing-masing pengguna, dan bobot mouse pun bisa diatur dengan melepas atau menambahkan pemberat ke balik pelat bawahnya.

Logitech G502 Lightspeed

Yang baru tentu saja adalah konektivitas wireless itu sendiri. Logitech menjulukinya dengan istilah Lightspeed karena responnya yang begitu cepat; waktu responnya cuma 1 milidetik, bahkan melampaui sejumlah mouse yang masih mengandalkan sambungan kabel.

Lebih lanjut, G502 Lightspeed juga kompatibel dengan Logitech PowerPlay, mousepad ajaib yang dapat terus mengisi baterai mouse wireless yang berada di atasnya. Tidak seperti Qi wireless charger yang mengharuskan perangkat berada di titik tertentu, PowerPlay mampu meneruskan aliran daya di seluruh penampangnya.

Memang tidak banyak yang dapat ditawarkan G502 Lightspeed yang belum ada di G502 HERO. Namun kalau konektivitas wireless merupakan suatu keharusan, bersiaplah menyisihkan $150 untuk meminang mouse ini.

Sumber: Logitech.

Razer Luncurkan Keyboard, Headset dan Mouse Baru dengan Harga Lebih Bersahabat

Saya kira tidak ada satu pun gamer yang tidak mengenal Razer. Cukup banyak teman-teman saya yang fanatik terhadap brand berlambang mirip minuman larutan penyegar itu, tapi tidak sedikit juga yang kurang menyukainya. Salah satu alasan terpopuler dari mereka yang tak menyukai Razer adalah, produk-produknya sering kali kelewat mahal.

Untuk tahun 2019 ini, Razer sepertinya ingin sedikit mengubah citranya sebagai merek mahal dengan meluncurkan tiga periferal baru: keyboard BlackWidow, mouse Basilisk Essential, dan headset Kraken. Ketiganya meneruskan jejak pendahulunya masing-masing yang bernama sama.

Razer BlackWidow

Razer BlackWidow 2019

BlackWidow bukanlah nama yang asing di telinga para pengguna keyboard mekanis, dan selama ini ia selalu masuk dalam kategori premium. Edisi 2019-nya ini memang masih bisa dikategorikan premium, tapi setidaknya banderol harga $120 masih jauh lebih bersahabat ketimbang BlackWidow Elite yang dipatok $170.

Kendati demikian, sejumlah fitur BlackWidow Elite masih eksis di sini, utamanya memory internal untuk menyimpan hingga 5 profil sekaligus. Yang berbeda, pilihan switch mekanisnya cuma ada satu, yakni Razer Green, yang memiliki karakter taktil, dengan suara klik yang mencolok.

Pencahayaan RGB sejatinya sudah tidak perlu dibahas lagi di titik ini, sebab itu sudah bisa dicap sebagai nyawa produk-produk Razer. Sayangnya di ujung kanan atas tidak ada tombol multimedia khusus, namun setidaknya semua tombol pada BlackWidow masih bisa diprogram sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

Razer Kraken

Razer Kraken 2019

Beralih ke Kraken, ia merupakan suksesor langsung dari Kraken Pro V2, dengan sejumlah perbaikan desain yang banyak terinspirasi oleh Kraken Tournament Edition. Perubahan desain ini tentunya ditujukan demi menyuguhkan kenyamanan ekstra, seperti bisa kita lihat dari bantalan kepala yang lebih tebal, serta bantalan telinga yang dilengkapi gel pendingin.

Terkait performa, Kraken mengusung driver berdiameter 50 mm. Mikrofon retractable-nya diklaim lebih mumpuni dalam hal memblokir suara luar, sehingga komunikasi antar pemain bisa berjalan lebih lancar. Harganya? $80, sama persis seperti harga Kraken Pro V2 ketika pertama dirilis.

Razer Basilisk Essential

Razer Basilisk Essential

Terakhir ada Basilisk Essential bagi penggemar mouse berdesain ergonomis, bukan ambidextrous. Total ada tujuh tombol yang dapat diprogram pada mouse ini, dan switch-nya semua sudah memakai tipe mekanis yang lebih kokoh ketimbang tipe membran biasa.

Namun yang menjadi nilai jual utamanya tidak berubah dari Basilisk orisinal, yakni kehadiran satu tombol clutch yang cara kerjanya mirip kopling kendaraan bermotor. Turut menunjang performanya adalah sensor optik dengan sesntivitas 6.400 DPI.

Ya, sensornya memang tidak sesensitif milik Basilisk orisinal, tapi kabar baiknya, harganya pun juga lebih terjangkau: $50, dibandingkan $70 yang merupakan banderol Basilisk orisinal.

Sumber: Razer.

Logitech Luncurkan Reinkarnasi dari Mouse Gaming Klasik MX518

Merujuk pengalaman saya mengulas gaming gear, membujuk orang lain untuk menggunakan produk baru tidaklah mudah. Ada banyak faktor yang jadi pertimbangan. Bahkan ketika harga dan fiturnya sudah pas, kendala bisa muncul akibat kebiasaan pemakaian yang berbeda. Akibatnya, mereka mungkin akan berpendapat bahwa deretan periferal baru itu tak senyaman perangkat lawas.

Sejumlah produsen juga mulai menyadari bahwa desain orisinal tetaplah yang terbaik. Di bulan Juni 2018, Microsoft menghidupkan lagi IntelliMouse. Varian tersebut diperkenalkan pertama kali 23 tahun silam, dan kabarnya menjadi pilihan favorit gamer serta kiblat desain mouse gaming modern. Kali ini giliran Logitech yang mengambil langkah serupa. Produsen aksesori PC asal Swiss itu minggu ini mengumumkan peluncuran kembali mouse MX518 – di bawah sub brand Logitech G.

Logitech menjelaskan bahwa langkah ini merupakan respons mereka terhadap begitu tingginya permintaan fans. Melakukan debutnya di pertengahan 2000-an, MX518 merupakan mouse gaming terfavorit konsumen, dan banyak dari mereka yang meminta Logitech untuk melakukan pemugaran. Dalam melakukannya, tim desainer memutuskan buat mempertahankan apa yang membuat MX518 begitu disukai sembari menyempurnakan jeroannya.

Logitech G MX518 tetap mengusung penampilan klasik. Mouse menyajikan delapan buah tombol, memanfaatkan arahan desain ergonomis dengan tubuh membulat dan dilengkapi pula oleh cekungan untuk mengistirahatkan jempol Anda. Konstruksinya terbuat dari plastik, dipadu pelat abu-abu di bagian punggung yang membuatnya menyerupai sang pendahulu. Semua hal itu Logitech terapkan agar pengguna bisa merasakan sensasi dan kenyamanan yang pernah mereka rasakan.

MX518 2

Walaupun begitu, produsen tak lupa membubuhkan teknologi tercanggih yang bisa mereka temukan. Reinkarnasi MX518 itu dipersenjatai sensor Hero 16.000DPI yang juga dapat Anda temui di G502, dibekali prosesor ARM 32-bit demi memastikan mouse mampu merespons input di kecepatan 1-milidetik, dan ditopan oleh memori demi memperkenankan Anda menyimpan profil dan menggunakan setting familier di PC berbeda tanpa perlu menginstal software.

MX518 1

Berbicara soal piranti lunak, saya berasumsi Logitech G MX518 mendapatkan dukungan penuh dari Logitech Gaming Software serta ditunjang oleh kapabilitas programmable button. Berdasarkan trailer yang telah dipublikasikan, Logitech tampaknya mencoba menjaga kesederhanaan desain mouse dan tidak membubuhkan LED RGB di sana.

Versi baru MX518 ini sudah bisa di-pre-order melalui situs resmi Logitech, dibanderol seharga US$ 60. Namun sampai saat ini, produsen belum mengabarkan kapan sebetulnya produk akan tersedia.

Via PC Gamer.

[Review] Mouse Gaming Corsair Harpoon RGB Wireless, Jagokan Kesederhanaan dan Fleksibilitas

Di ranah pengembangan aksesori gaming, inovasi ialah pedang bermata dua. Tanpanya, bidang ini tidak akan maju dan kita tak bisa menyaksikan terobosan-terobosan unik. Namun jika konsep sebuah perangkat terlalu radikal, kemungkinan besar konsumen jadi ragu buat mengadopsinya. Itu sebabnya beberapa produsen menggunakan pendekatan yang ‘lebih aman’ ketika meracik produk baru.

Boleh dibilang, arahan inilah yang diambil Corsair Components dalam mengembangkan mouse gaming Harpoon RGB Wireless. Harpoon RGB Wireless adalah versi nirkabel dari perangkat entry-level yang melakukan debutnya di kuartal terakhir 2016. Corsair tidak menerapkan banyak perubahan pada desain. Segala hal yang Anda sukai (dan tidak sukai) tentang Harpoon kembali muncul di sana. Dalam penggarapannya, produsen terlihat lebih memfokuskan perhatian pada faktor konektivitas.

Selama beberapa minggu ini, tepatnya dari sebelum 2018 berakhir, Corsair Indonesia mempersilakan saya untuk menjajal langsung periferal ini. Saya mengujinya dengan genre permainan berbeda serta menggunakannya sehari-hari buat bekerja. Dan terlepas dari simpelnya desain, dengan gembira saya katakan bahwa Harpoon RGB Wireless mampu menunaikan tugasnya secara optimal. Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Rancangan

Dalam puluhan tahun menikmati game di PC, mouse berdesain ambidextrous merupakan pilihan pribadi saya. Saya tidak kidal, namun mouse jenis ini biasanya punya penampilan lebih sederhana. Saya memang sempat jatuh hati pada beberapa model ergonomis, tapi umumnya mereka dibanderol di harga permium. Berita baiknya. Harpoon mengubah sentimen saya soal hal ini.

Harpoon RGB Wireless 10

Harpoon RGB Wireless 28

Seperti yang saya singgung sebelumnya, Harpoon RGB Wireless punya desain yang identik seperti versi standar. Konstruksi mouse terbuat dari bahan plastik, memiliki dimensi 115×68,3×40,4mm. Permukaan tubuhnya bertekstur kasar buat meningkatkan daya cengkeram, dipadu lapisan karet berpola segitiga di sisi kanan dan kiri. Lapisan karet juga dapat ditemukan pada bagian scroll wheel.

Harpoon RGB Wireless 30

Karena tubuhnya dirancang untuk pemakaian di tangan kanan, Harpoon RGB Wireless kurang pas buat user kidal. Kelengkapan tombolnya sendiri cukup standar. Mouse memiliki total enam tombol, termasuk tombol scroll wheel, dua thumb button dan switch DPI.

Harpoon RGB Wireless 6

Begitu dikeluarkan dari bungkusnya, Harpoon RGB Wireless tersambung ke kabel berlapis sulaman kain sepanjang 1,8-meter. Kabel ini bisa dicabut dari mouse, terhubung via port microUSB. Saat kabel dilepas, bagian belahan di scroll wheel membuatnya jadi menyerupai Scimitar Pro RGB. Lalu selain ada sistem pencahayaan RGB di punggung, LED juga dimanfaatkan sebagai indikator switch DPI, sehingga kita dapat lebih mudah mengingat setting-nya.

Harpoon RGB Wireless 23

Harpoon RGB Wireless 27

Satu aspek yang harus dimaklumi dari mouse versi nirkabel ialah bobot yang cenderung lebih tinggi dibanding model wired karena menyimpan baterai. Menariknya, Corsair tetap berhasil memastikan berat Harpoon RGB Wireless berada di bawah 100g, cuma 14g lebih berat dari Harpoon RGB (85g). Silakan lihat sisi bawahnya, Anda akan menemukan tutup kompartemen kecil untuk menempatkan dongle USB dan switch mode koneksi.

Harpoon RGB Wireless 20

 

Kualitas produk

Kepopuleran pencahayaan RGB membuat fitur ini diusung oleh banyak sekali gaming gear, termasuk varian ekonomis. Namun di beberapa model buatan tetangga, harga murah biasanya mengorbankan kualitas produk. Saya sempat membeli mouse gaming terjangkau dari brand ternama, dan menemukan betapa ringkihnya bagian samping sehingga tekanan di area itu menyebabkan thumb button jadi teregistrasi.

Harpoon RGB Wireless 22

Kabar baiknya, fenomena ini tidak terjadi pada Harpoon RGB Wireless. Tiap-tiap bagian di mouse terasa keras dan kokoh, tidak ada area yang lunak, walau bobotnya tergolong ringan. Mungkin hal yang perlu kita perhatikan adalah kebersihan lapisan karetnya. Jari berminyak dapat mengikisnya, dan saya sudah melihat sendiri kerusakan parah akibat minyak pada lapisan karet di gaming gear.

Harpoon RGB Wireless 5

Tiap tombol di Harpoon RGB Wireless mengandalkan switch Omron yang kabarnya dapat bekerja normal bahkan setelah ditekan sebanyak 50 juta kali. Sebagai perbandingan, switch Omron di Harpoon RGB standar punya daya tahan 20 juta kali klik.

Harpoon RGB Wireless 24

Dengan sederhananya desain, ringannya bobot dan absennya bagian-bagian ornamental, saya tidak khawatir saat harus memasukkan mouse dalam tas atau menggunakannya dalam sesi gaming intensif (ketika ada peluang emosi mengambil alih akal sehat). Bagian-bagian detachable seperti tutup kompartemen dongle USB dan colokan kabel ke mouse juga tetap mantap dan menggigit walaupun saya cabut-pasang berkali-kali.

Harpoon RGB Wireless 31

 

Software dan instalasi

Harpoon RGB Wireless bisa segera terbaca sistem begitu Anda menyambungkan kabelnya di port USB PC (minimal ber-Windows 7). Alternatifnya, kita tinggal mencolokkan dongle USB dan memindahkan switch ke mode nirkabel 2,4GHz atau mengoneksikannya via Bluetooth. Tapi tentu saja, agar mouse dapat bekerja optimal, pengguna disarankan untuk menginstal software iCUE (versi anyar dari Corsair Utility Engine) terlebih dulu.

Harpoon RGB Wireless 1

Begitu iCUE terpasang, ia dapat segera membaca perangkat Corsair yang ada atau tersambung di PC. Setelah membuka software ini, Anda hanya tinggal mengklik icon mouse untuk mengakses beragam fungsi di sana. Kita bisa membuat profile baru, mengonfigurasi macro, mengutak-utik pencahayaan dan pola LED, mengustomisasi setting DPI serta mengubah kecepatan pointer.

Harpoon RGB Wireless 2

Lewat iCUE, Corsair berhasil menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu pengembang software companion terbaik. Interface-nya sangat intuitif, tidak membingungkan dan tidak menyekat fungsi-fungsinya ke menu berbeda. Bahkan untuk mereka yang pertama kali menggunakannya, semua hal tersaji ringkas.

Harpoon RGB Wireless 3

 

Aspek teknis dan pengalaman penggunaan

Jantung dari Harpoon RGB Wireless adalah sensor optik ‘gaming grade‘ PMW3325 persembahan PixArt, menyuguhkan DPI rating dari 100- sampai 10.000-dots per inch. Ketika bermain, saya jarang menggunakan setting DPI terlalu tinggi. Saat ulasan ini ditulis, saya merasa nyaman memakai 1.500DPI baik untuk bekerja maupun bermain. Namun kapabilitas ini memperlihatkan fleksibilitas dan kesiapan mouse menunjang beragam karakteristik pengguna.

Harpoon RGB Wireless 9

Harpoon RGB Wireless 26

Harpoon RGB Wireless memang diprioritaskan untuk menangani permainan-permainan first-person shooter. Dari pengalaman memakainya, mouse mampu membaca gerakan dengan tanggap, serta melacak secara akurat dan (yang terpenting) konsisten – dibantu oleh mouse feet berbahan polytetrafluoroethylene. Sensitivitas tinggi bisa bermanfaat jika Anda benar-benar membutuhkan responsitivitas, misalnya ketika melakukan serangan jarak dekat; sedangkan sensitivitas rendah sangat membantu meningkatkan akurasi, terutama saat memburu lawan berbekal senapan penembak jitu.

Harpoon RGB Wireless 18

Permainan-permainan yang saya gunakan buat menguji Harpoon RGB Wireless meliputi Shadow of the Tomb Raider sebagai perwakilan dari genre action secara umum, game action-RPG Monster Hunter: World, dan Titanfall 2, shooter yang menuntut presisi dan responsivitas tinggi.

Harpoon RGB Wireless 15

Saya sama sekali tidak menemui masalah dalam Shadow of the Tomb Raider dan Monster Hunter: World. Tapi berdasarkan pengalaman sebelumnya, senyaman-nyamannya mouse baru, saya tetap membutuhkan proses adaptasi ketika bermain game multiplayer kompetitif bertempo cepat. Mengejutkannya, Harpoon RGB Wireless terasa seperti perpanjangan tangan saya sendiri dari awal menikmati Titanfall 2.

Harpoon RGB Wireless 13

Tidak ada bagian yang menonjol aneh atau bentuk-bentuk canggung. Saya adalah seorang pengguna mouse dengan kebiasaan menggenggam gaya cakar (claw grip). Postur ini – ditambah lagi mungilnya tangan saya – mengakibatkan jangkauan jari jadi lebih pendek. Meski demikian, saya bisa mencapai semua tombol di mouse tanpa kesulitan, terutama dua thumb button. Mengangkat mouse juga mudah, cukup berbekal jempol, jari manis dan kelingking.

Harpoon RGB Wireless 29

Mungkin sedikit keluhan saya pada thumb button adalah, dua bagian di sana sulit dibedakan karena konturnya serupa. Akhirnya, saya enggan menaruh fungsi krusial game di thumb button depan karena sering tertukar dengan tombol di sebelahnya.

Harpoon RGB Wireless 19

Mouse gaming ini menyediakan tiga mode penggunaan, yakni via kabel, nirkabel di frekuensi 2,4GHz ‘Slipstream’ menggunakan dongle, dan Bluetooth LE 4.2 (dengan latency 7,5-milidetik). Sebagian orang mungkin akan berargumen bahwa wired merupakan jenis koneksi terbaik buat gaming. Namun saya tidak menemui kendala ketika bermain terlepas dari mode yang sedang digunakan. Malah tanpa kabel, pemakaian mouse jadi lebih bebas dari keribetan.

Harpoon RGB Wireless 21

Saat baterai terisi penuh, mode wireless Slipstream Wireless 2,4GHz siap menyajikan sesi gaming selama 30 jam. Durasi bisa meningkat jadi 40 jam di mode Bluetooth. Ingin lebih hemat? Aktifkan Power Saving Mode untuk mematikan segala LED dan mendongkrak daya tahan baterai hingga 60 jam. Mouse turut dilengkapi memori internal sehingga setting yang sudah Anda buat tidak akan hilang meski disambungkan ke unit PC berbeda.

Harpoon RGB Wireless 4

 

Konklusi

Perlu kembali kita sadari bahwa di ranah gaming gear, tidak ada produk yang bisa menjadi solusi atas kebutuhan seluruh konsumen. Perangkat gaming ideal sangat bergantung dari kebiasaan, preferensi, dan modal pengguna. Walau begitu, saya tidak segan memasukkan Harpoon RGB Wireless ke daftar rekomendasi mouse gaming, khususnya bagi penggemar permainan action dan shooter yang menginginkan periferal ringkas, andal, serta ditunjang fitur-fitur gaming esensial.

Harpoon RGB Wireless  memperlihatkan pada kita bahwa desain yang sederhana masih tetap bisa menawarkan fleksibilitas pemakaian. Di sana ada dua mode nirkabel, dan jika Anda masih belum yakin dengan performa koneksi wireless, mode wired setia menanti. Keleluasaan tersebut membuatnya bukan hanya dapat dimanfaatkan sebagai gaming gear, tapi juga perangkat bekerja: colok dongle di laptop, dan Anda tidak akan direpotkan lagi oleh kabel.

Harpoon RGB Wireless 25

Tapi meski Harpoon RGB Wireless bisa jadi pertimbangan untuk mereka yang belum mempunyai mouse khusus gaming, saya pikir belum ada alasan kuat bagi pemilik Harpoon standar buat beralih ke varian nirkabel ini. Desain dan konstruksinya identik, dan mereka sama-sama didukung iCUE.

Harpoon RGB Wireless 17

Aspek harganya sendiri mungkin dapat membuat calon konsumen jadi ragu membelinya. Ketika Harpoon RGB standar saat ini bisa Anda peroleh dengan mengeluarkan uang kisaran Rp 350 ribu, harga saudara nirkabelnya jauh lebih tinggi, dibanderol Rp 825 ribu.

 

Sparks

  • Ergonomis dan nyaman
  • Sangat ideal untuk menikmati game FPS dan action
  • Instalasi mudah
  • Memilih mode juga simpel
  • Dukungan iCUE secara menyeluruh

Slacks

  • Desainnya tidak pas digunakan oleh gamer kidal
  • Segala hal yang (mungkin) Anda tidak sukai dari Harpoon RGB muncul lagi di sana
  • Harganya jauh lebih mahal dari versi berkabel

Mouse Gaming SteelSeries Rival 650 Wireless Cuma Perlu Di-Charge Selama 15 Menit

SteelSeries Rival 600 yang dirilis bulan Januari lalu membuat gebrakan di kategori mouse gaming dengan sepasang sensor optik; satu menawarkan tracking satu banding satu yang amat presisi, satu lagi bertugas memonitor pergerakan mouse selama terangkat dari permukaan.

Hasilnya adalah sebuah mouse yang sangat ideal untuk para gamer kompetitif. Lalu yang menjadi pertanyaan, apa lagi yang bisa dilakukan SteelSeries untuk semakin menyempurnakan mouse tersebut? Gampang, potong saja kabelnya dan jadikan ia wireless.

SteelSeries Rival 650 Wireless

Maka lahirlah SteelSeries Rival 650 Wireless. Dari bentuknya sudah kelihatan kalau ia merupakan versi tanpa kabel dari Rival 600, dan ternyata spesifikasi yang diusung sama persis, mencakup sistem sensor ganda TrueMove3+ itu tadi.

Namun sebatas wireless saja pastinya kurang ketika ada penawaran yang tak kalah inovatif dari kompetitor, macam Logitech PowerPlay misalnya, yang pada dasarnya merupakan wireless charger untuk mouse. Dalam konteks itu, SteelSeries sudah menyiapkan alternatifnya, yakni fast charging.

SteelSeries Rival 650 Wireless

Selama port USB yang ditancapi mendukung fast charging, Rival 650 bisa di-charge dengan luar biasa cepat. SteelSeries mengklaim 5 menit pengisian mampu memberikan daya baterai yang cukup sampai lebih dari 3 jam pemakaian, sedangkan 15 menit pengisian malah bisa menyuplai daya untuk dipakai sampai lebih dari 10 jam.

Saat terisi penuh, baterainya bisa tahan sampai sekitar 24 jam penggunaan. Ini juga dipengaruhi oleh penggunaan sistem wireless yang efisien, dengan polling rate 1.000 Hz dan latency yang amat minim di angka 1 milidetik.

SteelSeries Rival 710 / SteelSeries
SteelSeries Rival 710 / SteelSeries

Di samping Rival 650, SteelSeries turut mengungkap Rival 710 yang merupakan suksesor dari mouse modular mereka. Rival 710 masih mempertahankan sejumlah keunikan pendahulunya, di antaranya layar OLED kecil di samping kiri dan notifikasi getar.

Yang berubah adalah penggunaan sensor TrueMove3 yang menawarkan tracking satu banding satu, serta switch mekanis yang diklaim tahan hingga 60 juta klik. Selebihnya, Rival 710 masih sama seperti Rival 700.

Keduanya saat ini sudah dipasarkan dengan harga sebagai berikut: Rival 650 Wireless $120 dan Rival 710 $100.

Sumber: SteelSeries.

Razer Ramaikan IFA 2018 dengan Headset, Keyboard, dan Mouse Wireless Gaming Baru

Ajang tahunan IFA memang tidak pernah menjadi junjungan produsen perangkat gaming, akan tetapi hal itu tidak mencegah Razer memperkenalkan trio periferal gaming terbarunya: headset Razer Kraken Tournament Edition, keyboard Razer BlackWidow Elite, dan mouse Razer Mamba Wireless.

Berhubung ketiganya bukan produk yang benar-benar baru, saya akan berfokus membahas pembaruan atau penyempurnaan yang diusung masing-masing dibandingkan pendahulunya.

Razer Kraken Tournament Edition

Razer Kraken Tournament Edition

Headset berwarna hijau mencolok ini diklaim sebagai yang pertama mengemas teknologi THX Spatial Audio, yang mampu menyimulasikan suara 360 derajat dengan akurasi yang terjamin guna meningkatkan kesadaran pemain, khususnya pada gamegame kompetitif. Performanya sendiri ditunjang oleh sepasang driver 50 mm, dengan intensitas bass yang dapat disesuaikan melalui controller USB.

Di sektor kenyamanan, Razer telah membenamkan gel pendingin di balik bantalan memory foam Kraken agar pemain tetap nyaman dalam durasi yang lama. Juga unik adalah ceruk kecil di dalam bantalan (tidak kelihatan dari luar) yang berfungsi untuk menyangga kacamata sehingga bagian pelipis mata pemain tidak cepat lelah.

Lebih nyaman, lebih customizable, dan lebih jago soal positional audio, Razer Kraken Tournament Edition akan dipasarkan seharga $100 mulai bulan September ini juga.

Razer BlackWidow Elite

Razer BlackWidow Elite

Sejak meluncur pertama kali di tahun 2010, desain Razer BlackWidow baru berubah cukup drastis tahun lalu. Untuk model Elite ini, Razer telah menambahkan tiga tombol media di ujung kanan atas, lengkap beserta sebuah kenop multi-fungsi yang dapat diprogram sesuai kebutuhan; bisa untuk menyesuaikan volume, tingkat kecerahan layar, maupun untuk fungsi-fungsi dalam game.

Masih seputar kontrol, semua tombolnya kini dapat diprogram sesuai keinginan, sehingga tombol macro ekstra yang biasanya ada di sisi kiri jadi bisa dihilangkan. Razer pun tak lupa menambahkan memory internal pada keyboard (pertama kalinya pada seri BlackWidow) supaya pemain bisa menyimpan sampai lima profil konfigurasi (dipadukan dengan cloud storage).

Razer BlackWidow Elite sekali lagi menggunakan switch mekanis buatan Razer sendiri, dengan pilihan jenis berwarna hijau, oranye dan kuning, yang semuanya diklaim tahan sampai 80 juta klik. Keyboard ini sudah dipasarkan seharga $170.

Razer Mamba Wireless

Razer Mamba Wireless

Untuk Mamba Wireless, tampangnya memang masih sama, akan tetapi Razer menerapkan pembaruan pada dua aspek terpenting dari sebuah mouse wireless, yakni akurasi dan ketahanan baterai. Soal akurasi ini, Razer telah menyematkan sensor optik generasi kelimanya yang memiliki resolusi 16.000 DPI.

Perihal baterai, Razer mengklaim Mamba Wireless bisa dipakai sampai 50 jam sebelum perlu diisi ulang, dan ini tanpa berkompromi dengan stabilitas koneksinya. Beralih ke kepraktisan, Mamba Wireless dilengkapi total 7 tombol yang dapat diprogram beserta memory internal untuk menyimpan hingga lima profil konfigurasi.

Tentu saja Razer Mamba Wireless telah menggunakan switch mekanis yang dipercaya tahan sampai 50 juta klik. Bagian sampingnya juga telah disempurnakan agar terasa lebih nyaman dalam cengkeraman. Pemasarannya akan berlangsung mulai bulan September ini juga, dengan banderol $100.

Sumber: Razer.

22 Tahun Setelah Debutnya, Microsoft Luncurkan Kembali Mouse ‘Gaming’ IntelliMouse

Penambahan kata ‘gaming‘ pada nama periferal PC tampaknya sangat efektif dalam meningkatkan derajat produk di mata konsumen. Hal ini dilakukan banyak perusahaan, besar atau kecil, baru hingga brand yang sudah lama berbisnis di ranah penyediaan hardware komputer. Namun jauh sebelum gaming gear sepopuler sekarang, satu perangkat Microsoft telah lama jadi pilihan gamer.

Sudah mengalami beberapa kali update, IntelliMouse Explorer 3.0 (2003) adalah penjelmaan terakhir dari periferal IntelliMouse yang diperkenalkan secara perdana di tahun 1996. Explorer 3.0 mewariskan sejumlah keunggulan yang membuatnya istimewa dibanding produk kompetitor: penerapan desain ergonomis lewat tubuh asimetris, fokus pada kenyamanan via lekukan-lekukan untuk mengistirahatkan jari, serta dukungan sensor optik yang akurat.

Dan melalui blognya, Microsoft mengumumkan peluncuran kembali Classic IntelliMouse. Di sana, sang produsen mencoba mengombinasikan aspek tradisional yang membuat mouse ini jadi favorit pada pengguna dengan teknologi modern. Menariknya, Microsoft memusatkan perhatiannya pada aspek perfoma, dan tidak mengikuti tren populer di kalangan produsen buat berlomba-lomba mencantumkan pencahayaan RGB.

Dari sisi perancangan, Micosoft mengadopsi penampilan IntelliMouse Explorer 3.0. Devices Design Director Microsoft, Simon Dearsley, beranggapan bahwa varian tahun 2003 itu menyajikan kulminasi dari aspek desain produk. Tak banyak orang tahu, banyak di antara mouse gaming menggunakan IntelliMouse sebagai kiblat desainnya, dan bisa Anda sadari begitu menyandingkan IntelliMouse dengan produk gaming modern.

Classic IntelliMouse.

Lihat saja fotonya, wujud Classic IntelliMouse benar-benar merepresentasikan desain mouse modern terlepas dari usianya yang mencapai 22 tahun (atau 15 tahun jika Explorer 3.0 yang menjadi tolak ukurnya).

Meski penampilannya tak berubah, bagian dalam IntelliMouse mendapatkan upgrade besar-besaran. Dalam proses produksinya, Microsoft memanfaatkan mekanisme baru demi memastikan strukturnya lebih kuat dari versi terdahulu. Produsen kembali mengusung switch Omron di tombol kiri dan kanan, lalu membenamkan tiga switch Kaith di scroll wheel serta tombol sisi. Khusus side button, Microsoft memastikannya agar mereka mampu memberikan sensasi ‘renyah dan tajam’ begitu ditekan.

Sebagai sensornya, Microsoft memilih sensor optik BlueTrack yang bisa melacak gerakan hingga 1.000 kali dalam sedetik, dengan tingkat DPI (dots per inch) mencapai 3.200. Berdasarkan laporan situs PC World, spesifikasi ini menyerupai mouse Microsoft Surface Precision.

Classic IntelliMouse kompatibel dengan PC-PC bersistem operasi Windows, dari mulai 7 sampai 10. Microsoft juga membanderolnya di harga yang masuk akal, yaitu US$ 40. Mouse ini sudah mulai dipasarkan melalui Microsoft Store dan sejumlah toko resmi.

Sumber: Blog Windows.

 

Alienware Luncurkan Headset Gaming Wireless Pertamanya Beserta Mouse Gaming Baru

Mungkin tidak banyak dari yang kita tahu, akan tetapi Alienware sebenarnya sempat punya headset gaming-nya sendiri di tahun 2009 lalu. Usai vakum begitu lama di segmen ini, Alienware memutuskan untuk bersaing kembali lewat sebuah headset gaming wireless perdananya, yang diberi nama sesimpel Alienware Wireless Headset.

Seperti halnya mayoritas headset gaming lain di pasaran, virtual surround 7.1 menjadi salah satu fitur unggulan Alienware, plus dentuman bass yang mantap katanya. Kinerjanya dalam mereproduksi suara ini ditunjang oleh driver Neodymium berdiameter 40 mm yang tertanam di masing-masing earcup.

Alienware Wireless Headset

Soal desain, ia tampak sangat, well, sangat Alienware. Bantalan telinganya terbuat dari bahan fabric, yang diyakini lebih efektif menjaga telinga tidak terlalu panas dalam durasi yang lama. Sebuah mikrofon noise cancelling telah tersedia, dan bisa disingkirkan saat tidak diperlukan.

Sebagai produk gaming yang keluar di tahun 2018, mustahil perangkat ini tidak dilengkapi sistem pencahayaan warna-warni, dan headset ini pun kompatibel dengan sistem pencahayaan AlienFX. Rencananya Alienware Wireless Headset bakal dipasarkan secara global mulai 11 Juni, dengan banderol harga $229.

Alienware Elite Gaming Mouse / Alienware
Alienware Elite Gaming Mouse / Alienware

Di samping headset, Alienware juga menyingkap versi baru dari Elite Gaming Mouse. Kustomisasi masih menjadi fitur unggulan, dan versi barunya bahkan lebih lengkap lagi, dengan total empat ‘sayap’ yang bisa dilepas-pasang sesuai kebutuhan.

Dari keempat side wing itu, dua mengemas dua tombol ekstra, sedangkan dua lainnya mengemas empat tombol ekstra, jadi pengguna tinggal menyesuaikan dengan gaya bermainnya. Selain itu, pengguna juga dibebaskan mengadaptasikan bentuknya lewat kombinasi side wing ini; bisa ambidextrous atau ergonomis.

Alienware Elite Gaming Mouse

Untuk menyesuaikan bobot mouse, tersedia empat pemberat yang masing-masing berbobot 5 gram. Sistem pencahayaan AlienFX pastinya tidak ketinggalan, demikian pula tombol pengaturan DPI sampai lima tingkatan. Di Amerika Serikat, mouse ini akan dijual seharga $90 mulai akhir Juli mendatang.

Sumber: Engadget dan Wccftech.

Dengan Satu Baterai AA, Mouse Gaming Logitech G305 Bisa Beroperasi Sampai Sembilan Bulan

Tahun 2016 lalu, Logitech meluncurkan sebuah mouse gaming yang mereka bilang benar-benar dirancang dari awal untuk kebutuhan esport. Istimewanya, mouse bernama Logitech G Pro itu dihargai cukup terjangkau di angka $70 terlepas dari segala keistimewaannya.

Satu yang mungkin dirasa kurang dari mouse tersebut adalah, ujungnya masih terdapat kabel. Dari situ lahirlah mouse baru bernama Logitech G305, yang pada dasarnya bisa dianggap sebagai versi wireless dari G Pro. Desain ambidextrous-nya benar-benar identik, bagaikan G Pro yang dipotong kabelnya, dan lagi bobotnya tetap ringan di angka 99 gram.

Logitech G305

Meski berwujud sama, jeroannya sangat berbeda. G305 telah menggunakan sensor berteknologi terbaru rancangan Logitech sendiri yang dijuluki HERO, yang diperkenalkan pertama kali bersama G603. HERO memiliki kepanjangan High Efficiency Rated Optical, menandakan bahwa sensor ini sangatlah irit perihal konsumsi daya.

Pada kenyataannya, G305 mampu beroperasi hingga 250 jam nonstop hanya dengan menggunakan satu baterai AA saja. Ini dalam mode Performance dengan report rate yang sangat cepat, kalau menggunakan mode Endurance (semacam mode eco kalau di mobil atau AC), daya tahannya malah bisa sampai sembilan bulan lamanya.

Logitech G305

Meski irit, performanya tak boleh dipandang sebelah mata. G305 dengan sensor HERO menawarkan tingkat presisi 400 IPS, dengan sensitivitas hingga sebesar 12.000 DPI, tanpa bantuan teknik acceleration maupun smoothing. Lebih lanjut, dalam mode Performance tadi, report rate-nya berada di angka 1 milidetik berkat pemakaian teknologi wireless Lightspeed.

Sama seperti G Pro, G305 juga sangat menarik dari segi harga. Banderolnya bahkan lebih murah lagi di angka $60, dan Logitech sudah berencana untuk memasarkannya mulai bulan Mei ini juga.

Sumber: Logitech.