Cooler Master Singkap Sederet Produk Menarik, Salah Satunya Kursi Gaming dengan Haptic Feedback

Event Summer Summit yang digelar oleh Cooler Master baru-baru ini menampilkan sederet hardware baru besutan sang produsen asal Taiwan. Produk-produknya bukan cuma dari kategori CPU cooler, PSU, dan casing saja, melainkan juga dari kategori periferal sampai kursi dan meja gaming segala.

Berikut adalah rangkuman produk-produk paling menarik yang Cooler Master umumkan.

Cooler Master MM730 dan MM731

Bagi para gamer yang mendambakan mouse yang tidak neko-neko, Cooler Master punya penawaran menarik dalam bentuk MM730 dan MM731. Keduanya hadir dengan desain yang sangat simpel dan nyaris membosankan. Bobotnya pun luar biasa ringan: MM730 cuma 48 gram, MM731 cuma 59 gram, dan semua itu tanpa mengandalkan sasis bolong-bolong seperti biasanya.

Terkait performanya, MM730 didukung oleh sensor dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI, sedangkan MM731 dengan sensor 19.000 DPI. Keduanya sama-sama dibekali optical switch yang lebih responsif sekaligus lebih awet daripada mechanical switch tradisional, dengan klaim ketahanan hingga 70 juta kali klik.

Perbedaan di antara kedua mouse terletak pada konektivitasnya. MM730 itu wired, sedangkan MM731 sudah wireless dengan pilihan opsi sambungan 2,4 GHz maupun Bluetooth 5.1. Dalam sekali charge, baterainya diklaim tahan sampai 190 jam jika menggunakan sambungan 2,4 GHz, atau sampai 72 jam jika memakai Bluetooth, semuanya dalam posisi lampu RGB-nya mati.

Sayang sejauh ini belum ada info soal harga maupun ketersediaannya.

Cooler Master CK721

Mengikuti tren yang sedang populer di segmen mechanical keyboard, CK721 hadir membawa layout 65% yang super-ringkas, tapi di saat yang sama masih mempertahankan tombol panah dan beberapa tombol esensial lain macam “Del”. Sebagai bonus, CK721 turut dilengkapi sebuah kenop yang dapat diputar dan diklik, dan yang bisa diprogram fungsinya sesuai kebutuhan.

CK721 menggunakan mechanical switch buatan TTC, dan konsumen dapat memilih antara yang bersifat linear (red), tactile (brown), atau clicky (blue). Keseluruhan sasisnya terbuat dari bahan aluminium, dengan bobot berada di kisaran 764 gram. Cooler Master cukup bermurah hati dan menyertakan wrist rest pada paket penjualannya.

Selain via kabel USB-C, CK721 juga dapat disambungkan secara wireless, baik menggunakan dongle 2,4 GHz maupun Bluetooth 5.1. Dalam mode tanpa kabel, baterainya diyakini sanggup bertahan sampai 73 jam. Namun kalau lampu RGB-nya menyala terus, angkanya tentu bakal lebih rendah dari itu.

Terkait harga dan jadwal pemasarannya, Cooler Master rupanya masih belum bisa memastikan.

Cooler Master Motion 1

Dari seabrek kursi gaming yang Cooler Master singkap, Motion 1 adalah yang paling mencuri perhatian. Pada bagian atas rodanya, tampak sejenis boks yang sepintas tidak jelas kegunaannya. Namun ternyata boks tersebut menampung haptic engine rancangan D-Box, mirip seperti yang terdapat pada teater 4D di taman hiburan, atau di mesin simulator balap.

Premisnya adalah, selagi pengguna duduk di atas Motion 1, kursinya bakal bergetar dan bergerak-gerak mengikuti jalannya permainan atau film. D-Box mengklaim ada sekitar 200 judul game dan lebih dari 2.000 film yang didukung. Jadi selama game atau filmnya termasuk dalam daftar tersebut, pengguna Motion 1 bakal mendapatkan pengalaman yang lebih immersive ketimbang memakai kursi gaming biasa.

Tertarik? Siapkan saja dana sekitar $2.000 sampai $2.300. Pre-order produk ini kabarnya bakal dibuka di kuartal ke-4 tahun ini, dan penjualan resminya akan dimulai pada bulan Januari 2022.

Cooler Master Orb X

Alternatif lain untuk menikmati sesi gaming yang lebih immersive adalah dengan menggunakan Orb X, semacam kombinasi kursi dan meja gaming sekaligus, lengkap dengan sistem audio surround yang terintegrasi. Kalau Anda pernah membaca tentang Acer Predator Thronos atau Razer Project Brooklyn, Orb X pada dasarnya menawarkan gagasan yang kurang lebih sama.

Orb X dapat menampung monitor sampai sebesar 49 inci, atau alternatifnya pengguna juga bisa menggantungkan tiga monitor 27 inci. Yang cukup menarik, Orb X rupanya tidak ditujukan untuk kalangan gamer PC saja, sebab ia sebenarnya juga dapat dijejali game console jika mau.

Kabarnya, Orb X bakal dirilis di Amerika Serikat pada bulan Desember mendatang dengan kisaran harga $12.000 sampai $14.000. Kalau melihat harganya, semestinya itu sudah mencakup gaming PC beserta monitornya.

Cooler Master StreamEnjin

Bagi yang sehari-harinya mencari nafkah melalui platform livestreaming, Cooler Master punya produk baru yang dirancang untuk memudahkan pekerjaan mereka, terutama jika mereka terpaksa harus melakukannya di luar kediaman masing-masing. Perangkat bernama StreamEnjin ini merupakan sebuah mixer komplet dengan desain ringkas yang mudah dibawa-bawa.

Ia dibekali tiga input HDMI (satu mendukung resolusi 4K, dua sisanya 1080p) plus dua output HDMI, dan semuanya dapat diatur langsung melalui deck berukuran compact ini. Kalau masih memerlukan fitur ekstra, pengguna juga bisa menyandingkannya dengan aplikasi pendamping di iPad. Kebetulan StreamEnjin juga punya dudukan yang bisa diselipi sebuah iPad.

Harga dan jadwal penjualannya masih misterius, namun bisa dimaklumi berhubung kita semua masih harus lebih banyak berdiam diri di rumah.

Via: KitGuru.

Cara Mengubah Smartphone Android Jadi Mouse Komputer

Smartphone ternyata berfungsi luas, tidak sebatas sebagai alat komunikasi dan pendukung produkvitas. Di saat-saat tertentu, Anda bahkan bisa mengubah smartphone Android menjadi mouse komputer sebagai alat ganti sementara.

Continue reading Cara Mengubah Smartphone Android Jadi Mouse Komputer

SteelSeries Rival 5 Diciptakan untuk Memenuhi Kebutuhan Banyak Tipe Gamer Sekaligus

Produsen periferal gaming umumnya mendiversifikasi mouse besutannya sesuai target pasar yang dituju. Ada mouse yang ditargetkan untuk pemain game FPS, ada yang untuk pemain MOBA, dan ada pula yang untuk penggemar MMORPG, yang umumnya membutuhkan lebih banyak tombol daripada biasanya. Namun sesekali, ada pula mouse yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan banyak tipe gamer sekaligus.

Salah satu contoh terbarunya adalah SteelSeries Rival 5. Diklaim sebagai mouse yang paling serba bisa, Rival 5 hadir mengusung 9 tombol yang dapat diprogram, jumlah yang menurut SteelSeries paling ideal untuk menghadirkan keseimbangan antara performa dan kenyamanan.

Bentuknya mengingatkan saya pada SteelSeries Rival 600, akan tetapi dengan desain yang lebih simetris dan bobot yang lebih ringan di angka 85 gram. Rival 5 tidak bisa dikategorikan ambidextrous, sebab semua tombol ekstranya diposisikan di sisi kiri, sehingga ia akan lebih pas digenggam menggunakan tangan kanan.

Secara total, tombol ekstranya di samping kiri itu ada lima. Jadi selain dua tombol forward dan back seperti pada umumnya, Rival 5 juga mengemas satu tombol memanjang yang dapat ditekan ke atas atau ke bawah — merangkap fungsi sebagai dua tombol sekaligus — plus sebuah tombol berwarna abu-abu yang diposisikan di ujung depan.

Semua itu tentu dapat diprogram sesuai keperluan, demikian pula kedua tombol utamanya, tombol DPI, dan scroll wheel yang dapat diklik. Kombinasi ini menurut SteelSeries dapat memenuhi kebutuhan pengguna untuk genre game yang berbeda-beda, mulai dari FPS (CS:GO), battle royale (Fortnite), MOBA (League of Legends), sampai MMO (World of Warcraft).

Dari sisi performa, pengguna bakal mendapatkan pengalaman yang serupa seperti Aerox 3 Wireless, sebab memang sensornya digunakan sama persis, yakni sensor optik TrueMove Air yang menawarkan sensitivitas maksimum 18.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Juga identik adalah switch kedua tombol utamanya, yang diklaim tahan sampai 80 juta klik, plus tahan air dan debu dengan sertifikasi IP54.

Semuanya tidak akan lengkap tanpa pencahayaan RGB yang memiliki 10 customizable zone. Di Amerika Serikat, SteelSeries Rival 5 saat ini sudah dijual seharga $60.

Sumber: SteelSeries.

Razer Orochi V2 Adalah Mouse Nirkabel Dambaan Para Pengguna Laptop Gaming

Razer punya mouse gaming baru. Namanya Orochi V2, dan ia ditujukan bagi para pengguna laptop gaming yang mengutamakan konektivitas nirkabel sekaligus daya tahan baterai yang luar biasa awet.

Orochi V2 tidak mempunyai colokan kabel sama sekali. Pengguna bebas menyambungkannya ke laptop via koneksi Bluetooth atau HyperSpeed 2.4 GHz (USB). Masing-masing tentu punya kelebihan dan kekurangannya sendiri; Bluetooth lebih hemat daya tapi latensinya tinggi, sedangkan HyperSpeed diklaim bebas lag tapi mengonsumsi daya sekitar dua kali lebih banyak.

Berhubung ia tidak punya colokan kabel, otomatis ia harus mengandalkan baterai yang dapat dilepas-pasang. Yang cukup unik adalah, slot baterainya ada dua macam, satu untuk baterai AA, satu untuk baterai AAA. Kendati demikian, yang bisa dipakai cuma salah satu saja. Ini berarti Anda bebas memilih antara daya baterai yang lebih awet (AA), atau bobot keseluruhan yang lebih enteng (AAA).

Menggunakan satu baterai AA, Orochi V2 dapat beroperasi hingga 950 jam pemakaian dalam mode Bluetooth. Kalau menggunakan koneksi HyperSpeed, daya tahan baterainya diperkirakan berada di kisaran 425 jam. Lalu kalau yang digunakan adalah baterai AAA, daya tahannya diestimasikan berkurang menjadi sekitar sepertiganya. Semua ini tidak akan bisa terwujud seandainya Orochi V2 punya pencahayaan RGB.

Tanpa baterai, bobot Orochi V2 diklaim tidak sampai 60 gram. Bentuknya yang nyaris ambidextrous cocok untuk semua jenis grip; entah itu claw grip, palm grip, maupun fingertip grip. Orochi V2 menggunakan mechanical switch generasi kedua yang diklaim lebih tahan lama (sampai 60 juta klik). Total ada enam tombol yang semuanya bisa diprogram lewat software Razer Synapse.

Terkait performanya, Orochi V2 mengandalkan sensor dengan sensitivitas maksimum 18.000 DPI dan kecepatan tracking 450 IPS. Razer pun tak lupa menyematkan mouse feet berbahan PTFE murni agar pergerakannya bisa semakin mulus lagi.

Di Indonesia, Razer Orochi V2 kabarnya akan segera dipasarkan dengan harga resmi Rp1.099.000. Selain warna hitam, ia juga hadir dalam varian warna putih.

Sumber: Razer.

Susul Razer, EVGA Juga Umumkan Mouse Gaming dengan Polling Rate di Atas Normal

Razer belum lama ini merilis Viper 8KHz, mouse gaming pertamanya yang menawarkan polling rate setinggi 8.000 Hz. Namun seperti yang sudah bisa kita perkirakan, tidak butuh waktu lama bagi rival-rivalnya untuk menyusul dan menghadirkan penawaran serupa.

Salah satu yang pertama adalah EVGA. Pabrikan asal Amerika Serikat yang sudah sangat senior di segmen kartu grafis tersebut baru saja merilis tiga mouse gaming anyar: X20, X17, dan X15. Dua di antaranya (X17 dan X15), mengunggulkan waktu respon dan polling rate yang sama persis seperti Viper 8KHz tadi.

Pada umumnya, mouse gaming memiliki polling rate sebesar 1.000 Hz, yang berarti perangkat bisa melaporkan posisinya sebanyak 1.000 kali per detik. Kalau dikali 8, otomatis mouse bakal terasa semakin responsif. Secara teori seperti itu, dan di tangan atlet esport profesional yang refleknya sudah sekelas superhuman, peningkatan polling rate sedrastis ini sudah pasti akan berpengaruh langsung terhadap performa mereka selama bertanding.

EVGA gaming mice

Meski sama-sama mengusung polling rate 8.000 Hz, X17 dan X15 sangatlah berbeda satu dengan yang lainnya. X17 ditargetkan untuk para pemain game FPS, dengan satu tombol besar di sisi kiri yang secara default berfungsi untuk menurunkan DPI selama ia ditekan, atau istilah kerennya: “Sniper Button”.

Demi menyuguhkan kinerja yang lebih presisi, X17 juga mengandalkan dua sensor ekstra yang secara spesifik bertugas untuk mendeteksi LOD (lift-off distance). Dipadukan dengan algoritma khusus, sistemnya mampu mendeteksi jarak minimum 0,4 mm dan maksimum 3 mm — dapat diatur sesuai kebutuhan — antara sisi bawah mouse dan permukaan.

X15 di sisi lain ditujukan untuk para pemain MMORPG yang memerlukan seabrek tombol macro yang mudah dijangkau menggunakan ibu jari. Ia juga unik karena merupakan satu-satunya yang menggunakan switch bertipe optical, yang lebih responsif sekaligus lebih tahan lama, dengan klaim life span hingga 70 juta klik.

Buat yang memprioritaskan konektivitas wireless dan tidak tertarik dengan polling rate di atas normal, mereka bisa melirik X20 yang menawarkan tiga jenis konektivitas: wireless 2,4 GHz, Bluetooth, dan wired. X20 boleh dibilang adalah X17 versi nirkabel, tapi ternyata sensor yang digunakan paling berbeda sendiri, yakni PixArt 3335 – X17 dan X15 menggunakan sensor PixArt 3389.

Ketiganya terdengar cukup menjanjikan, tapi sayang sejauh ini belum ada sedikit pun informasi mengenai harga maupun jadwal rilisnya.

EVGA Z20 dan EVGA Z15

EVGA gaming keyboards

Dalam kesempatan yang sama, EVGA turut mengumumkan dua mechanical keyboard anyar: Z20 dan Z15. Lagi-lagi polling rate di atas rata-rata menjadi fitur andalan di sini. Baik Z20 maupun Z15 sama-sama punya polling rate maksimum 4.000 Hz, sama persis dengan yang ditawarkan oleh Corsair K100.

Khusus untuk Z20, kemiripannya dengan keyboard terbaru Corsair tersebut tidak berhenti sampai di situ saja, sebab ia turut mengandalkan switch bertipe optical. Tentu saja EVGA memberikan pilihan antara yang bersifat linear atau clicky, dan kedua jenis switch sama-sama diklaim tahan sampai 100 juta klik.

Z20 juga unik karena mengemas deretan tombol macro di samping kiri, serta mengusung sebuah proximity sensor yang memungkinkan perangkat untuk mendeteksi apakah ada seseorang di depannya atau tidak. Idenya adalah, ketika pengguna meninggalkan meja, keyboard akan masuk ke sleep mode secara otomatis dan mengaktifkan efek pencahayaan RGB yang berbeda.

Z15 di sisi lain masih mengandalkan jenis switch yang lebih umum, tapi yang istimewa, switch-nya ini dapat dilepas-pasang dengan mudah, alias hot-swappable. Dengan begitu, pengguna bebas mengganti switch-nya tanpa harus menjalani prosedur solder-menyolder.

Fitur-fitur standar keyboard gaming, seperti tombol multimedia khusus dan kenop volume, turut hadir di Z20 maupun Z15. Di Amerika Serikat, EVGA saat ini telah mulai memasarkan Z20 dengan harga $175, sedangkan Z15 dengan harga $130. Sejauh ini belum ada informasi apakah deretan periferal baru EVGA ini bakal masuk ke pasar tanah air atau tidak.

Sumber: PC Gamer.

Razer Viper 8KHz Diklaim Sebagai Mouse Gaming Tercepat Sejagat

Diperkenalkan di tahun 2019, Razer Viper dengan cepat menjadi salah satu mouse favorit para gamer kompetitif. Mulai dari bentuknya yang ambidextrous, bobotnya yang sangat ringan, sampai responsivitas switch beserta sensornya, ada banyak yang bisa disukai dari mouse ini.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, bagaimana cara meningkatkan performa mouse yang sudah sangat cekatan seperti Viper? Dengan mendongkrak polling rate-nya berkali-kali lipat kalau menurut Razer. Berangkat dari pemikiran tersebut, lahirlah Viper 8KHz, yang Razer sebut sebagai mouse gaming tercepat sejagat.

Embel-embel 8KHz pada namanya merujuk pada spesifikasi polling rate maksimumnya yang mencapai angka 8.000 Hz. Bagi yang tidak tahu, polling rate pada dasarnya adalah seberapa sering mouse mengirim data input ke komputer. Semakin tinggi angka polling rate, berarti semakin sering mouse-nya meneruskan data setiap detiknya.

Sebagai referensi, sebagian besar mouse gaming memiliki polling rate sebesar 1.000 Hz, yang artinya perangkat bisa mentransmisikan data sebanyak 1.000 kali per detik. Mengacu pada perhitungan yang sama, itu berarti Viper 8KHz mampu mengirimkan delapan kali lebih banyak data setiap detiknya, dan otomatis latency-nya dapat dipangkas lebih jauh lagi dari 1 milidetik menjadi 1/8 milidetik.

Ini bukan pertama kalinya kita menjumpai mouse gaming dengan polling rate di atas normal. Tahun lalu, Corsair merilis mouse bernama Dark Core RGB Pro yang memiliki polling rate 2.000 Hz, dan keyboard terbaru mereka pun turut dibekali polling rate sebesar 4.000 Hz. Kalau boleh menebak, kemungkinan kita bakal melihat produsen periferal berlomba-lomba menawarkan polling rate setinggi mungkin mulai sekarang.

Pertanyaannya, bisakah kita membedakan responsivitasnya? Bisakah kita membedakan antara jeda 1 milidetik dan 0,125 milidetik? Kalau Anda tanya saya, saya pasti menjawab tidak bisa, sebab saya memang tidak punya ketangkasan sekelas atlet esport. Lain halnya kalau yang Anda tanyai adalah Nikolay “Nikobaby” Nikolov, carry andalan tim Dota 2 Alliance. Menurutnya, ia bisa langsung membedakan antara polling rate 1.000 Hz dan 8.000 Hz.

Wujud Viper 8KHz sendiri sangat identik dengan Viper orisinal, akan tetapi bobotnya naik sedikit menjadi 71 gram. Jeroannya juga sudah banyak dirombak. Optical switch-nya sudah diganti dengan switch generasi kedua yang terasa sekaligus terdengar lebih memuaskan saat diklik, sedangkan sensornya ditukar dengan sensor Focus+ yang memiliki sensitivitas maksimum 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS – sensor yang sama yang tertanam di mouse high-end Razer lainnya.

Kabar baiknya, semua pembaruan itu bisa konsumen nikmati tanpa perlu menebus tarif ekstra. Razer Viper 8KHz saat ini sudah dijual seharga $80, banderol yang sama persis seperti Viper orisinal ketika diluncurkan dua tahun silam.

Sumber: Razer.

Razer Naga X Dirilis, Masih dengan Selusin Tombol Macro tapi Lebih Enteng Sekaligus Lebih Terjangkau

Kombinasi sensor 20.000 DPI, optical switch, dan panel samping yang modular menjadikan Razer Naga Pro sebagai mouse idaman para gamer MMO. Sayangnya tidak semua bisa menyanggupi banderol harganya yang cukup mahal: $150, atau Rp2.399.000 di Indonesia. Padahal, seperti yang kita tahu, gamer MMO setidaknya ada dua macam: yang sultan, dan yang sebisa mungkin menghemat pengeluaran alias free player.

Kabar baiknya, Razer telah meluncurkan varian baru Naga untuk kaum non-gacha ini. Dinamai Razer Naga X, ia punya banyak kemiripan dengan Naga Pro dari segi spesifikasi. Utamanya berkat optical switch generasi kedua yang tertanam di tombol kiri dan kanannya, yang lebih responsif sekaligus tahan lama ketimbang mechanical switch.

Sensor yang tertanam memang belum secanggih milik Naga Pro, akan tetapi dengan sensitivitas maksimum 18.000 DPI dan kecepatan tracking 450 IPS, ia tetap agak overkill buat sebagian besar pemain. Tanpa harus terkejut, Naga X yang didedikasikan untuk kaum jelata ini tidak punya konektivitas wireless dan masih mengandalkan kabel. Namun untungnya Razer masih menyertakan kabel SpeedFlex-nya yang tebal sekaligus lentur.

Bobot Naga X juga tergolong ringan di angka 85 gram (tidak termasuk kabel), sekitar 40% lebih enteng daripada Naga Trinity yang dirilis di tahun 2017, atau 32 gram lebih ringan daripada Naga Pro. Namun perbedaan terbesarnya terletak pada panel sampingnya. Naga X memang masih mengemas 12 tombol macro di sisi kirinya, akan tetapi bagian tersebut tidak modular seperti yang terdapat pada Naga Trinity maupun Naga Pro.

Di Naga Trinity dan Naga Pro, panel sampingnya itu bisa dilepas dan diganti dengan dua panel lain yang memiliki layout tombol berbeda, sehingga dapat dicocokkan dengan jenis game yang dimainkan. Di Naga X tidak demikian. Mouse ini benar-benar dikhususkan untuk pemain MMO yang membutuhkan selusin tombol ekstra guna memberikan akses cepat ke seabrek skill yang karakternya miliki.

Seandainya selusin masih kurang, jumlahnya masih bisa dilipatgandakan berkat dukungan fitur Razer HyperShift. Untuk bisa menggunakan fitur ini, syaratnya tentu software Razer Synapse harus selalu aktif di laptop atau PC Anda. Dua hal terakhir yang membedakan Naga X dari Naga Pro adalah tombol pengganti DPI-nya cuma satu, dan scroll wheel-nya tidak bisa di-tilt ke kiri atau kanan.

Di Amerika Serikat, Razer Naga X saat ini sudah dijual dengan harga $80. Harganya ini sama persis seperti Razer Viper maupun Razer Basilisk V2, sehingga mungkin di Indonesia harganya akan berada di kisaran 1,3 sampai 1,4 juta rupiah (seandainya memang tersedia di sini), alias hampir separuh lebih murah daripada Naga Pro.

Via: Windows Central.

Asus Umumkan Keyboard dan Mouse Gaming Baru, ROG Claymore II dan ROG Gladius III

Asus meluncurkan sederet perangkat gaming anyar di ajang CES 2021 pekan lalu. Dua di antaranya adalah periferal yang cukup menarik, yakni keyboard ROG Claymore II dan mouse ROG Gladius III.

Kita mulai dari keyboard-nya terlebih dulu. Secara teknis, Claymore II merupakan sebuah keyboard wireless dengan layout TKL alias tenkeyless. Menariknya, ia datang bersama sebuah numpad yang dapat dilepas-pasang dengan mudah, memberikan akses cepat ke tombol-tombol angka, sekaligus empat tombol shortcut yang dapat diprogram beserta sebuah kenop volume.

Wujud modular ini jelas membuatnya sangat fleksibel, persis seperti generasi pertamanya yang dirilis lima tahun silam. Jadi saat sedang bekerja, biarkan saja numpad-nya terpasang, lalu saat waktu bermain sudah tiba, pengguna dapat melepas numpad-nya.

Alternatifnya, modul numpad tersebut juga bisa dipindah ke sebelah kiri keyboard, cocok bagi yang memerlukan sederet tombol macro ekstra selama bermain. Selain numpad, ada pula wrist rest yang dapat dilepas-pasang secara magnetis.

Namun bentuk yang modular belum menceritakan perangkat ini secara lengkap. Inovasi lainnya juga dapat kita temukan di balik masing-masing tombolnya, yakni switch baru bertipe optical. Dibandingkan mechanical switch biasa, optical switch menjanjikan responsivitas dan ketahanan yang lebih baik berkat cara kerjanya yang melibatkan sinar inframerah ketimbang pelat logam yang ringkih.

Sejauh ini populasi keyboard gaming yang dibekali optical switch di pasaran memang belum banyak. Dua yang paling populer adalah Razer Huntsman dan Corsair K100, dan sekarang tampaknya Asus juga ingin mencuri sebagian pangsa pasar di kategori tersebut.

Sama seperti Razer, Asus juga menawarkan dua macam optical switch yang bisa dibedakan melalui warnanya: merah (linear) atau biru (tactile). Namun apapun yang konsumen pilih, switch-nya dipastikan tahan hingga 100 juta kali klik.

Selain menawarkan konektivitas wireless, ROG Claymore II juga dapat disambungkan via kabel USB-C jika diperlukan. Dalam posisi wireless, baterainya diklaim sanggup bertahan hingga 40 jam per charge, atau sampai 100 jam apabila lampu RGB-nya dimatikan. Asus belum menentukan berapa harga jual dari keyboard ini, akan tetapi pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai kuartal kedua tahun ini.

ROG Gladius III

Untuk mouse-nya, ROG Gladius III hadir dalam dua varian: wireless atau wired. Desain ergonomis milik pendahulunya masih dipertahankan, akan tetapi bobotnya telah dipangkas secara drastis, dari 130 gram menjadi 89 gram. Varian wired-nya malah lebih ringan lagi di angka 79 gram, dan semua ini bakal terasa semakin nyaman dipakai bermanuver ketika dipadukan dengan mouse feet berbahan PTFE 100%.

Seperti sebelumnya, Gladius III datang membawa total enam buah tombol yang semuanya dapat diprogram sesuai kebutuhan. Juga sudah menjadi tradisi adalah switch tombol kiri dan kanannya yang mudah sekali dilepas-pasang. Dengan demikian, seandainya kinerja switch yang dipakai sudah mulai memburuk akibat umur pemakaian (double click), pengguna tinggal melepas dan menggantinya dengan yang baru tanpa melibatkan solder sama sekali.

Selain untuk memperpanjang umur mouse, kemudahan melepas-pasang switch ini juga berarti pengguna dapat melakukan kustomisasi jenis switch sesuai preferensinya masing-masing. Yang baru pada Gladius III adalah kompatibilitasnya dengan optical switch generasi anyar yang menggunakan lima buah pin konektor ketimbang tiga.

Untuk performanya, ROG Gladius III menggunakan sensor generasi baru yang menawarkan sensitivitas maksimum 19.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Pada varian wireless-nya, pengguna bisa memilih antara konektivitas wireless 2,4 GHz, Bluetooth 5.1 LE, atau via kabel USB-C. Sayangnya Asus tidak bilang seberapa lama baterainya bisa bertahan di masing-masing mode.

Asus sampai saat ini juga belum mengumumkan harganya. Penjualannya sendiri tidak akan dimulai sebelum kuartal kedua 2021, sama seperti keyboard ROG Claymore II tadi.

Sumber: Asus 1, 2.

Mad Catz Luncurkan Lightweight Gaming Mouse Pertamanya, M.O.J.O. M1

Satu demi satu produsen periferal secara bergantian ikut ambil bagian dalam meramaikan tren mouse gaming berbobot ringan. Setelah Steelseries dan Logitech, kini giliran Mad Catz yang memperkenalkan lightweight mouse perdananya: M.O.J.O. M1.

Melihat penampilannya, tersirat jelas DNA Mad Catz yang selama ini selalu diasosiasikan dengan gaya visual yang ekstrem. Seperti kebanyakan produsen lain, Mad Catz juga memanfaatkan desain bolong-bolong guna memangkas bobot mouse secara signifikan. Bedanya, setidaknya desain yang diadopsi Mad Catz tidak membuat geger para pengidap trypophobia.

Dengan bobot 70 gram, M.O.J.O. M1 bukanlah mouse gaming yang paling ringan. Titel tersebut sejauh ini dipegang oleh Cooler Master MM720 yang berbobot cuma 49 gram. Kendati demikian, 70 gram tetap termasuk enteng dan bisa bersaing dengan mouse lain di kategori ini, yang kebanyakan mempunyai bobot di kisaran 60 gram ke atas.

Mad Catz merancang mouse ini untuk pengguna tangan kanan yang terbiasa menggenggam dengan teknik palm grip ataupun claw grip. Supaya tidak menghambat manuver-manuver cepat penggunanya, M.O.J.O. M1 turut dibekali kabel paracord sepanjang 1,8 meter yang amat fleksibel.

M.O.J.O. M1 juga merupakan mouse pertama yang menggunakan switch Dakota besutan Mad Catz sendiri. Secara teknis, switch ini masih masuk kategori switch mekanis, akan tetapi Mad Catz turut membekalinya dengan teknologi pendeteksi sinyal yang cukup advanced guna mengeliminasi efek bouncing maupun debouncing yang umum menjangkiti switch mekanis dan kerap berakibat pada penurunan responsivitas.

Hasilnya adalah switch yang, kalau menurut Mad Catz sendiri, 60% lebih responsif ketimbang switch mekanis tradisional. Terkait ketahanannya, Mad Catz bilang switch Dakota ini bisa tetap beroperasi secara normal hingga 60 juta kali klik. Responsivitas itu semakin dimatangkan berkat penggunaan sensor PixArt PMW3360 yang mempunyai sensitivitas maksimum 12.000 DPI dan kecepatan tracking 250 IPS.

Tentu saja semuanya tidak akan lengkap tanpa pencahayaan RGB, dan Mad Catz pastinya tidak lupa soal itu. Mad Catz M.O.J.O. M1 rencananya bakal mulai dipasarkan pada akhir November 2020 ini, tapi sayang banderol harga resminya masih belum diketahui.

Sumber: PC Gamer dan Mad Catz.

Logitech G Merilis Mouse Gaming Wireless Pro X Superlight, Dibanderol Rp2.299.000

Logitech G telah mengumumkan mouse gaming wireless yang diklaim memiliki bobot paling ringan yang pernah ada, yaitu Logitech G Pro X Superlight. Berat mouse ini hanya 63 gram, hampir 25% lebih ringan dari pendahulunya (Pro Wireless).

Mouse ini dirancang oleh dan untuk gamer profesional eSports. Dengan desain mekanis yang sangat halus dan memiliki PTFE (Polytetrafluoroethylene) atau mouse feet di bagian bawah yang cukup besar dan tanpa aditif, agar gesekan menghasilkan presisi, kecepatan, dan kemampuan manuver yang tinggi.

Pro X Superlight Black & White

Lebih lanjut, Logitech G Pro X Superlight dilengkapi dengan teknologi nirkabel 2,4GHz lightspeed yang membuatnya lebih responsif untuk bermain tanpa kabel. Serta sensor Logitech G HERO 25K pada 25.600 DPI, sensor mouse level sub-mikron pertama di industri yang dapat secara akurat melacak pergerakan pada level sub-mikron – kira-kira 1/50 ketebalan rambut manusia tanpa mengorbankan tingkat akurasi.

Sensor HERO 25K menggunakan sistem manajemen daya pintar menyesuaikan frame rate berdasarkan gerakan mouse, untuk meminimalkan konsumsi daya. Bahkan pada DPI tinggi, HERO 25K bisa 10x lebih hemat daya daripada sensor Logitech G sebelumnya. Masa pakai baterai sendiri lebih lama hingga 70 jam.

Logitech G Pro X Superlight telah diuji di lapangan dan memainkan peran kunci dalam membantu tim ASTRALIS memenangkan Final ESL PRO League Season 12 dan tim G2 eSports dalam memenangkan “2020 League of Legends European Championship“.

PRO X Superlight_In-Situation2

Dengan PRO X SUPERLIGHT kami menggabungkan teknologi inovatif seperti lightspeed dan HERO 25K dengan desain yang super ringan. Diuji dan divalidasi oleh para atlet profesional eSports di seluruh dunia, Pro X Superlight adalah jawaban bagi para gamer yang mencari performa terbaik,” ujar Chris Pate, Portfolio Manager untuk Logitech G Pro Series.

Rencananya Logitech G Pro X Superlight akan mulai tersedia di Indonesia pada bulan Desember 2020 dengan harga Rp2.299.000 dan tersedia dalam dua warna yaitu hitam dan putih. Sementara versi terdahulu, yaitu Pro Wireless Mouse mengalami penurunan harga menjadi Rp1.990.000.