Kontes Nintendo Labo Buktikan Potensi Besar Permainan Kardus di Tangan Konsumen Kreatif

Nintendo Labo bukan sebatas periferal kardus yang dirancang untuk menambah keseruan bermain Nintendo Switch. Salah satu komponen penting dalam Labo justru tidak memiliki wujud fisik sama sekali. Komponen tersebut adalah software bernama Toy-Con Garage, yang dirancang untuk memudahkan konsumen memprogram mainan kardusnya.

Toy-Con Garage sejatinya memungkinkan kita untuk merancang periferal maupun permainan baru untuk Switch. Contoh terbaiknya bisa kita lihat dari sejumlah pemenang Nintendo Labo Creators Contest baru-baru ini. Dua yang paling menarik di antaranya adalah Labo Tea Time rancangan Joseph France dan Solar-Powered Cardboard Accordion rancangan Momoka Kinder.

Labo Tea Time mengajak kita bermain sebagai pelayan di sebuah kedai teh dengan model gameplay ala game time management. Controller-nya merupakan sebuah Joy-Con yang disembunyikan di dalam teko berbahan kardus. Buka tutupnya untuk mengisi teh, lalu miringkan untuk menuang ke cangkir yang bakal dihidangkan ke konsumen.

Permainan ini bahkan memiliki mode multiplayer yang harus dimainkan oleh dua orang. Komunikasi verbal jelas sangat dibutuhkan, dan situasinya kurang lebih sama kacaunya seperti memainkan game Overcooked, meski tanpa grafis yang menarik.

Solar-Powered Cardboard Accordion di sisi lain sangat unik karena idenya yang begitu orisinil. Secara teknis akordion kardusnya di sini bukan ditenagai oleh sinar surya, melainkan hanya mendeteksi apakah ada cahaya yang masuk atau tidak.

Tutup lubang-lubang di salah satu sisinya itu, maka sejumlah nada akan dibunyikan. Di sisi satunya, ada tiga tombol di layar Switch untuk menaik-turunkan oktaf. Terakhir, lipatan-lipatan kertas yang membentuk bodi akordion bisa dipanjang-pendekkan untuk menaik-turunkan volume.

Kedua proyek ini sama-sama dibuat menggunakan Toy-Con Garage, dan siapapun sebenarnya juga bisa menciptakan permainan yang sama hanya dengan bermodalkan sejumlah ketekunan. Pun begitu, mereka yang berhasil memenangkan kontes ini dengan ide-ide orisinilnya pantas menerima hadiah eksklusif yang super-unik berupa Nintendo Switch bertema kardus.

Sumber: The Verge.

Genki Hadirkan Dukungan Headphone Bluetooth pada Nintendo Switch

Sebagus-bagusnya Nintendo Switch, ia jelas tak luput dari kekurangan. Salah satu yang kedengarannya sepele tapi sangat mengganggu adalah tidak adanya dukungan atas headphone maupun earphone Bluetooth. Agak ironis, mengingat Switch sangatlah ideal dibawa bepergian.

Beruntung ada startup seperti Human Things yang memikirkan solusinya. Mereka mengembangkan sebuah adaptor Bluetooth khusus untuk Switch sehingga konsumen dapat menikmati sesi bermainnya selagi mendengarkan audionya dari headphone atau earphone Bluetooth, bahkan termasuk yang tipe truly-wireless macam Apple AirPods.

Genki for Nintendo Switch

Adaptor bernama Genki ini dimensinya amat ringkas, dan ia menyambung ke Switch secara elegan via USB-C. Ada sentuhan detail yang cukup menarik, yakni tombol untuk mengaktifkan koneksi Bluetooth yang berwarna biru muda dan merah di sisi kiri dan kanan, yang tampak senada dengan warna controller Joy-Con.

Lho, tombol Bluetooth-nya ada dua? Ya benar, berkat Genki, pengguna bisa menyambungkan dua headphone sekaligus ke Switch, sangat berguna apabila Anda sedang bermain bersama seseorang. Headphone atau earphone (atau malah speaker) yang kompatibel pun sangat beragam mengingat Genki telah menggunakan konektivitas Bluetooth 5.

Genki for Nintendo Switch

Genki pada dasarnya bisa dianggap sebagai aksesori wajib bagi konsumen Switch yang memiliki headphone atau earphone Bluetooth. Ia juga tak akan merepotkan; Anda sama sekali tidak perlu mengisi ulang baterainya, dan ia juga tak akan menguras baterai Switch dengan cepat ketika tersambung.

Bagi yang tertarik, Genki saat ini dapat dipesan melalui situs crowdfunding Kickstarter dengan harga paling murah $39. Harganya tidak kelewat mahal untuk layak disebut sebagai aksesori wajib.

Nintendo Siap Mendukung Implementasi Fitur Cross-Platform Play di Console-nya

Jika Anda mengikuti perkembangan industri game, maka Anda tahu bahwa cross-platform play menjadi topik panas belakangan ini. Brand besar seperti Microsoft dan Nintendo telah mulai memperkenankan gamer-nya bermain bersama, kecuali Sony yang bersikeras untuk tetap mentup akses ke platform-nya. Dan kini, Sony berada di posisi yang tidak menguntungkan.

Berbeda dari Sony, Nintendo tampaknya melihat potensi positif cross-platform play bagi bisnisnya ke depan. Dalam presentasi ke para investor, senior executive officer Susumu Tanaka menyampaikan bagaimana Nintendo berkomitmen buat mendukung implementasi dan perluasan fitur cross-play sesuai keinginan developer dan publisher, meski mereka belum mengungkap detail rencananya lebih jauh.

Menurut Tanaka, cross-platform play dapat terwujud dengan adanya persetujuan antara publisher game dan pemilik platform. Nintendo sendiri punya kecenderungan untuk membantu publisher menerapkan cross-play jika mereka menginginkannya. Namun hal selanjutnya yang mesti diperhatikan adalah apakah platform holder lain (misalnya Sony atau Microsoft) menginginkannya serta mengizinkannya.

Pendapat sang senior executive officer juga senada dengan COO sekaligus presiden Nintendo Amerika Reggie Fils-Aime. Di E3 2018, pemblokiran akses Fortnite dari console lain (kecuali PC) ke PlayStation 4 mendapatkan sorotan. Fils-Aime enggan berkomentar soal keputusan Sony, tapi penjelasannya mengindikasikan ia akan mengambil langkah berbeda dari sang kompetitor.

Reggie Fils-Aime menyampaikan bahwa timnya selalu bersemangat untuk bisa berkolaborasi bersama developer dan membantu mereka merealisasikan visinya. Fils-Aime juga bilang tidak akan memilih-milih permainan. Nintendo siap mendukung apapun game-nya dan siapa pun developer-nya.

Dan dalam momen presentasi tersebut, Nintendo juga mengungkapkan sebuah rencana yang ambisius. Anda mungkin sudah mendengar soal ada cukup banyak permainan garapan developer lokal yang akan (atau sudah) dirilis di Switch. Boleh jadi, kemunculan mereka di sana adalah efek dari strategi baru Nintendo: perusahaan ingin melepas 20 sampai 30 judul permainan independen setiap minggu.

Sebagai langkah awal, Nintendo berupaya mempermudah proses pengembangan game dan publikasi permainan di platorm mereka. Sejauh ini, menuver Nintendo berjalan mulus. Sejumlah game indie telah terjual jutaan kopi secara global. Nintendi juga menargetkan untuk membantu mengembangkan 1.500 judul permainan berbasis engine Unity.

Beberapa permainan Nintendo Switch yang sudah menunjang cross-platform play meliputi Rocket League, Chess Ultra, Fortnite dan Pinball FX3. Judul lain juga telah dikonfirmasi akan kehadiran fitur ini di antaranya Minecraft, Crazy Justice dan Gunscape.

Via IGN dan Games Industry.

Game Shooter Free-to-Play Fenomenal Warframe Akan Hadir di Nintendo Switch

Warframe adalah contoh bagaimana seharusnya permainan free-to-play indie dikembangkan. Saat dirilis di 2013, respons gamer tidak terlalu hangat. Tapi dalam lima tahun perjalanannya ini, Digital Extremes terus menambal kekurangan serta memperbarui gameplay serta kontennya; dan kini ia menjadi salah satu game multiplayer kooperatif terpopuler di Steam.

Setelah memulai perjalanannya di PC, Warframe telah memperluas sayapnya ke dua console current-gen, yakni PlayStation 4 serta Xbox One. Dan tanpa diduga, dalam TennoCon 2018 (konferensi tahunan Warframe) di Kanada minggu lalu, Digital Extremes mengungkap agenda mereka untuk melepas game di Nintendo Switch. Pengumuman tersebut dibarengi oleh penyingkapan video reveal trailer.

Versi Switch Warframe di-porting oleh Panic Button, tim yang juga berjasa menggarap Doom, Wolfenstein II: The New Colossus dan Rocket League di console hybrid Nintendo tersebut. Tentu saja Panic Button tidak mengutak-atik gameplay Warframe – aspek ini tetap serupa di versi lain. Yang mereka fokuskan ialah pada bagaimana agar game nyaman serta intuitif saat dinikmati dari Switch.

Tapi seperti versi lainnya, Warframe di Switch belum siap mendukung cross-platform play. Gamer di PC, Xbox One, PS4 masih belum bisa bermain bersama. Jika saat mulai memainkan Warframe, game diakses dari PlayStation 4, maka progres akun itu cuma dapat diteruskan dari console tersebut. Alasan Digital Extremes atas absennya fitur ini adalah mereka belum menemukan cara agar dapat meng-update game di seluruh platform secara berbarengan.

Warframe.

Digital Extremes belum menyampaikan kapan tepatnya versi Switch Warframe akan dirilis, namun reveal trailer-nya tidak akan dipublikasikan jika waktu peluncurannya masih lama. Tebakan saya, developer akan melepasnya di tahun ini atau paling lambat, awal 2019.

Selain mengumumkan Warframe versi Switch, Digital Extremes juga mengungkap expansion pack baru bertajuk Fortuna. Add-on ini akan menyuguhkan dunia permainan terbuka berlatar belakang planet Venus, sembari memperkenalkan faksi cyborg Solaris United. Penjelajahan di Venus bisa dilakukan dengan cara yang tidak biasa: di atas hoverboard Bondi K-Drive. Fortuna merupakan penerus dari update Plains of Eidolon, rencananya tiba di tahun ini.

Warframe 1

Tapi kejutan dari Digital Extremes tidak berhenti di sana. Setelah Fortuna dilepas, Warframe akan kedatangan expansion pack kedua yang diberi judul Codename: Railjack. Kehadirannya akan mengubah segala hal di permainan. Pertempuran nantinya tak cuma bisa dilakukan dari permukaan planet, namun juga di kondisi nol gravitasi menggunakan pesawat luar angkasa.

Via Eurogamer & Polygon.

Game Ultra Space Battle Brawl Buatan Developer Surabaya Resmi Dirilis di Nintendo Switch

Menggembirakan rasanya melihat permainan-permainan buatan developer lokal meluncur di layanan distribusi digital populer, tapi seberapa sering Anda menyaksikan pelepasannya di console? Kabar baiknya, saat ini hal tersebut semakin mudah dilakukan karena para produsen hardware dan pemilik platform kian menyadari pentingnya mendukung ranah indie.

Dan tepat pada hari ini, satu permainan buatan developer lokal resmi meluncur untuk console Nintendo Switch. Game tersebut mempunyai judul Ultra Space Battle Brawl, dikembangkan oleh tim Mojiken Studio asal Surabaya dengan Toge Productions sebagai publisher-nya. Yang paling menarik dari peluncuran Ultra Space Battle Brawl adalah, game dirilis perdana di wilayah Jepang dan sudah memperoleh sertifikasi CERO A.

Menjelaskan apa itu Ultra Space Battle Brawl tidaklah mudah. Ia merupakan kombinasi dari genre fighting dan olahraga baseball, dan difokuskan pada aspek multiplayer offline. Dalam video wawancara bersama IGN Jepang, Toge Productions mendeskripsikannya sebagai ‘Pong dengan steroid’.

Ultra Space Battle Brawl (disingkat USBB) mengadu dua orang pemain atau lebih dalam arena 2D. Namun tak seperti Street Fighter di mana gamer berbaku hantam hingga tinggal tersisa satu orang, di USBB, tugas Anda adalah menghancurkan gem/kristal (?) punya lawan menggunakan proyektil seperti bola. Gem muncul dalam beragam wujud: memanjang, terbagi dua, atau bulat – diposisikan di belakang karakter.

Aspek visual juga menjadi sisi unik dari permainan ini. Developer mengusung arahan desain ‘neonpixel art bergaya Jepang 80, yang dipadu bersama karakter-karakter orisinal serta elemen budaya Indonesia – termasuk pemanfaatan musik funkot. Betul sekali, game ini mungkin bisa mengubah pandangan Anda terhadap musik house yang hampir selalu diasosiasikan dengan pengendara truk tersebut. Meski demikian, perlu diketahui bahwa Manami Matsumae turut berpartipasi dalam pengembangannya.

USBB 1

USBB siap menyajikan pengalaman bermain multiplayer berisi empat orang dalam mode berbeda. Dan jika kebetulan Anda lagi sendirian, game juga telah dibekali story mode. Pemain disuguhkan lebih dari 10 pilihan karakter, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, serta skill berbeda.

USBB 2

Di situs Nintendo Jepang, Ultra Space Battle Brawl dijajakan seharga 円 1.600 atau kiasaran Rp 200 ribu, namun saya belum bisa memastikan apakah game sudah bisa diakses oleh pemilik Nintendo Switch di Indonesia. Berdasarkan trailer yang dipublikasikan Mojiken di pertengahan tahun 2017, mereka sempat punya niatan buat melepas USBB di Steam. Semoga saja rencana tersebut tidak dibatalkan…

USBB 3

UPDATE: Game sudah tersedia global.

Tambahan info: Toge Productions.

Nintendo Labo Buat Pengalaman Bermain Mario Kart 8 Jadi Jauh Lebih Seru

Pengungkapan Labo di bulan Januari kemarin ialah hal yang mengejutkan sekaligus menggem-birakan. Hampir tak ada yang menyangka Nintendo memilih kardus dan konsep prakarya dalam menyajikan aksesori console Switch. Selain memperluas cara berinteraksi dengan Switch, Nintendo menyiapkan Labo sebagai sarana edukasi ilmu dasar fisika, programming hingga teknik.

Dari video first look-nya, Anda mungkin sudah melihat beragam inkarnasi dari Labo: dari mulai bentuk rumah mainan, piano mini, setang motor hingga tongkat pancing. Nintendo Labo meluncur resmi pada tanggal 20 April silam, dan dua bulan selepas momen itu, sang perusahaan hiburan asal Jepang mengumumkan kesiapan permainan Mario Kart 8 Deluxe untuk mendukung Labo.

Melalui update software gratis bagi pemilik Switch, game balapan go-kart yang diramaikan oleh karakter-karakter terkenal Nintendo itu dapat dinikmati dengan setang motor kardus Labo, Toy-Con Motorbike. Aksesori ini bisa Anda peroleh dengan membeli Labo Toy-Con 01: Variety Kit. Di Indonesia, Variety Kit dijual di kisaran harga Rp 1,7 jutaan – memang cukup mahal buat sekadar mainan berbasis kardus.

Motorbike 3

Setelah selesai merakit Toy-Con Motorbike dan memasukkan Joy-Con di kedua setangnya, Mario Kart 8 Deluxe dapat diakses lewat dua metode berbeda. Pertama, Anda bisa menyematkan bagian tablet Switch ke slot di dashboard Toy-Con Motorbike buat bermain secara ‘on-the-go‘. Alternatifnya, tersedia mode TV jika Anda ingin menikmati konten secara maksimal di layar lebih lebar.

Motorbike 4

Untuk memudahkan pengendalian, Nintendo telah melengkapi game dengan sejumlah fitur tambahan seperti Smart Steering serta auto-accelerate ketika Anda menggunakan Toy-Con Motorbike sebagai unit controller. Dua fungsi ini bisa dinyala-matikan, sesuai preferensi Anda.

Motorbike 1

“Mario Kart 8 Deluxe adalah permainan pertama di luar software [companion] Nintendo Labo yang memperoleh dukungan controller Toy-Con. Nantinya, akan ada lebih banyak judul yang akan kompatibel dengan Nintendo Labo. Mohon ditunggu!” tulis Nintendo di website-nya.

Motorbike 2

Menurut saya pribadi, penggunaan material kartus/karton sebagai aksesori punya kelebihan dan kekurangan. Kertas kardus merupakan bahan ideal untuk membuat kerajinan tangan, dan alasan Nintendo dalam memilihnya sangat masuk akal. Namun kardus tidak sekuat dan selentur plastik. Itu artinya, user tidak boleh memperlakukan Labo dengan kasar, dan menjadi alasan mengapa Toy-Con Motorbike (atau Labo secara umum) belum pas digunakan oleh konsumen yang terlalu belia.

Sumber: Nintendo.

Flip Grip Persilakan Anda Menikmati Game Arcade di Nintendo Switch Secara Vertikal

Karena bisa dinikmati sebagai handheld atau home console, Nintendo Switch boleh disebut sebagai perangkat game paling fleksibel yang tersedia saat ini. Salah satu faktor pendorong kesuksesannya adalah ketersediaan aksesori pendukung Switch, baik resmi dari Nintendo ataupun third-party, yang membuat kegiatan gaming di sana jadi lebih nikmat.

Selain game-game eksklusif dan judul-judul blockbuster multi-platform, Nintendo juga sudah menghadirkan permainan-permainan arcade klasik seperti Ikaruga, Pac-Man serta port resmi Donkey Kong. Dalam memanjakan konsumennya, sang perusahaan hiburan Jepang itu memang patut diacungi jempol. Namun ada satu masalah: bagian kickstand dan slot Joy-Con sejauh ini belum mendukung format vertikal game arcade.

Flip Grip 1

Solusi atas kendala ini diajukan oleh tim Fangamer. Lewat Kickstarter, mereka memperkenalkan Flip Grip, yaitu aksesori tambahan yang memungkinkan tablet Switch diposisikan secara vertikal di tengah-tengah controller. Jalan keluar dari Fangamer tersebut sederhana sekaligus brilian. Dengannya, tidak ada pixel di layar yang terbuang sia-sia.

Flip Grip hadir berupa adaptor. Di sisi kiri dan kanan terdapat slot untuk mencantumkan Joy-Con. Selanjutnya, tablet Switch dimasukkan ke celah secara vertikal. Ukuran Flip Grip telah disesuaikan dengan dimensi Switch sehingga ia tetap mengekspos port audio, slot kartu microSD serta game card. Aksesori ini juga tidak menutup console secara erat, memastikan sirkulasi udaranya tetap optimal.

Flip Grip 5

Dalam uji coba yang Fangamer lakukan, tidak ada peningkatan temperatur di Switch ketika dipasangkan ke Flip Grip, meskipun console hybrid itu digunakan secara intensif buat menjalankan game bergrafis berat seperti The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Fangamer merancang Flip Grip agar hanya bisa beroperasi di mode baterai. Ketika terpasang, Anda tidak dapat men-charge-nya. Dengan begini, Switch tidak bekerja secara ‘maksimal’, dimaksudkan agar tidak menghasilkan panas terlalu tinggi dan sistem pendingin beroperasi secara wajar.

Flip Grip 3

Anda juga tak perlu mencemaskan daya tahannya. Flip Grip terbuat dari plastik PC/ABS molded injection. Material ini ekonomis, serta lebih kuat dan lentur dari plastik 3D printer standar. Fangamer menjamin Flip Grip mampu ‘menahan tumpahan emosi yang mungkin Anda keluarkan saat bermain’, dan mengunci masing-masing komponen Switch (tablet serta Joy-Con) dengan mantap.

Selain judul-judul yang saya sebutkan di atas, ada cukup banyak game yang lebih optimal dimainkan secara vertikal, di antaranya: Terra Cresta, Danmaku Unlimited 3, Gunbarich, Gunbird 1 dan 2, Dig-Dug, Galaga serta Galaga ’88, Strikers 1945 dan sekuelnya, hingga Samurai Aces.

Flip Grip 2

Tidak ada dampak negatif dari membeli Flip Grip. Harganya murah, mudah dipasang, dan ia merupakan investasi berharga bagi pemilik Switch yang mencintai game-game arcade lawas. Aksesori ini bisa Anda pesan di Kickstarter, dijajakan seharga US$ 12 dan akan mulai didistribusikan pada bulan November 2018.

Anker Ciptakan Power Bank Khusus Nintendo Switch

Mudik cuma tinggal hitungan hari, dan kalau Anda merupakan pengguna Nintendo Switch, handheld console tersebut sudah pasti menjadi salah satu barang yang wajib dibawa. Problemnya, ketika sedang tidak dipasang di docking station-nya, baterai Switch hanya mampu bertahan selama enam jam saja berdasarkan klaim Nintendo, dan itu dengan catatan game yang dimainkan bukan yang termasuk game ‘berat’ seperti Zelda.

Solusinya adalah meminta bantuan power bank, namun bukan sembarang power bank kalau kata Nintendo, sebab mereka sudah bermitra dengan Anker demi mewujudkan power bank yang ideal buat Switch. Ada dua model yang Anker tawarkan: PowerCore 20100 dan PowerCore 13400, keduanya sama-sama diikuti embel-embel “Nintendo Switch Edition”.

Anker PowerCore 20100 Nintendo Switch Edition

Apa yang istimewa dari keduanya? Anker bilang bahwa karena dirancang secara spesifik untuk Switch, kedua power bank ini sanggup menyalurkan daya dengan sangat optimal via USB-C. Bahkan ketika Switch di-charge selagi dipakai bermain game, baterainya tetap akan terisi penuh dalam waktu kurang dari tiga jam.

Soal kapasitas, PowerCore 20100 disebut siap menyuplai daya ekstra sampai 15 jam, sedangkan PowerCore 13400 sampai 10 jam. Keduanya tentu saja masih bisa dipakai bersama perangkat lain, baik yang membutuhkan port USB-C maupun USB standar.

Di situs resmi Anker, PowerCore 20100 Nintendo Switch Edition dijajakan seharga $90, sedangkan PowerCore 13400 seharga $70. Sayang status keduanya baru pre-order, dan perlu dicatat, produk ini berbeda dari PowerCore+ 20100 maupun PowerCore+ 13400 yang tidak dilengkapi imbuhan Nintendo Switch Edition.

Sumber: The Verge.

Resident Evil 7 Akan Hadir di Nintendo Switch, Tapi Lewat Metode Stream?

Uniknya konsep hybrid, dukungan game-game eksklusif yang menakjubkan, dan keputusan Nintendo buat merangkul developer thrid-party lebih mesra adalah alasan mengapa Switch berjaya. Tak seperti pendahulunya, pengguna Switch tidak akan terisolasi lagi. Mereka diberikan kesempatan untuk menikmati permainan blockbuster semisal Doom, Dark Souls hingga Crash Bandicoot.

Kini pengumuman kehadiran game multi-platform di Nintendo Switch tak lagi jadi hal yang aneh, namun Resident Evil 7 merupakan perkecualian. Eksistensi versi Switch permainan survival horror ini diungkap Capcom lewat trailer baru, namun sang publisher tidak menggunakan metode penyajian tradisional. Di Switch, Resident Evil 7 dihidangkan lewat metode stream, sesuai judul lengkapnya, Biohazard 7 Resident Evil Cloud Version.

Dengan begini, versi Switch Resident Evil 7 disuguhkan lewat mekanisme menyerupai layanan PlayStation Now atau GeForce Now karena permainan sepenuhnya dioperasikan di cloud dan hampir tak ada komponen yang di-install di console Anda. Tentu saja, metode ‘cloud gaming‘ punya kelebihan dan kekurangan.

Hal lain yang perlu Anda ketahui ialah, Biohazard 7 Resident Evil Cloud Version tidak dijual seperti game biasa. Capcom menawarkan ‘tiket bermain’ selama 180 hari seharga JP¥ 2.000 atau sekitar US$ 18. Lalu apakah 180 hari merupakan waktu yang cukup panjang?

Sebagai gambaran, di tengah kesibukan sehari-hari, saya bisa menyelesaikan Resident Evil 7 dalam kurang dari seminggu. Namun mungkin sebagian orang tidak menyukai gagasan ia tak memiliki game secara permanen setelah mengeluarkan uang.

Resident Evil 7 cloud juga menuntut sambungan internet yang cepat dan konsisten. Karena alasan inilah Capcom baru menyajikannya kawasan Jepang saja. Dan boleh jadi, Anda bahkan juga tidak disarankan untuk bermain di luar jangkauan Wi-Fi. Sebagai sarana mencoba sebelum membeli, Capcom menyediakan demo selama 15 menit. Tebakan saya, durasi 15 menit hanya cukup buat menyelesaikan bagian prolognya.

Di sisi positifnya, Nintendo Switch Anda sama sekali tidak perlu bekerja keras. Resident Evil 7 kemungkinan besar dijalankan dari PC berspesifikasi tinggi, sehingga visualnya tersaji lebih baik dibandingkan kapabilitas maksimal hardware Switch. Selain itu, Anda juga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan buat membeli DLC. Versi cloud ini sudah dibekali dengan seluruh add-on yang pernah dirilis.

Biohazard 7 Resident Evil Cloud Version bukan satu-satunya game yang mengusung metode cloud: Sega sempat menerapkan pendekatan serupa untuk Phantasy Star Online 2 di Switch. Capcom tampaknya belum menyediakan opsi bahasa non-Jepang, memperkuat dugaan bahwa versi cloud permainan ini cuma tersedia di sana…

Via Nintendo Everything.

Nintendo Umumkan Adjustable Charging Stand untuk Console Switch

Nintendo telah meluncurkan aksesori baru untuk perangkat console game Switch yang disebut “adjustable charging stand“.

Sebagai hybrid console, Nindento Switch memang bisa dinikmati dalam berbagai cara. Bisa dimainkan sebagai konsol rumahan dengan televisi atau bisa berfungsi layaknya perangkat gaming portable.

Ya, Nintendo Switch dapat dimainkan dalam tiga mode, yaitu mode TV, mode handheld dan mode tablet. Dalam mode tablet, Nintendo Switch bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja tanpa perlu televisi.

nintendo-umumkan-adjustable-charging-stand-untuk-menunjang-switch-dalam-mode-tablet-1

Dengan bantuan aksesori stand ini membuat Switch dapat berdiri dan bisa disesuaikan dengan sudut pandang yang paling nyaman ketika Anda menggunakannya. Serta sekaligus mengisi daya, sehingga Anda bisa menikmati sesi bermain game lebih lama dalam mode tablet.

Switch sendiri sebenarnya sudah punya kickstand bawaan, tapi tidak bisa diatur atau hanya berdiri pada sudut tetap. Selain itu, Anda tidak bisa mengakses port pengisian yang terletak di bagian bawah konsol.

Sementara, adjustable charging stand memiliki adaptor AC sendiri berupa port USB-C yang terletak berada di samping. Stand ini hanya didesain untuk mode tablet, Anda masih memerlukan dock set bawaan untuk menghubungkan ke televisi karena adjustable charging stand tidak punya port HDMI.

Bila tertarik, Anda masih harus menunggu beberapa bulan lagi karena baru akan tersedia mulai tanggal 13 Juli dengan harga yang terbilang terjangkau US$19,99 atau sekitar Rp280 ribuan.

Sumber: GSMArena