Nintendo Kabarnya Sedang Siapkan Switch Model Baru dengan Layar OLED yang Lebih Besar

Tidak terasa sudah empat tahun berlalu semenjak Nintendo Switch pertama kali dirilis. Selama itu, Switch belum pernah mendapatkan pembaruan yang berarti kecuali update minor yang meningkatkan efisiensi dayanya di tahun 2019. Namun itu bisa saja berubah tahun ini.

Berdasarkan laporan terbaru yang dipublikasikan Bloomberg, Nintendo sudah punya rencana untuk merilis model anyar Switch yang mengemas layar berukuran lebih besar tahun ini. Mereka kabarnya tengah menunggu kiriman suplai panel dari Samsung. Panel yang dimaksud sendiri adalah panel OLED 7 inci dengan resolusi 720p.

Namun sebelum Anda memutuskan untuk menunda membeli Switch dalam waktu dekat ini, perlu dicatat bahwa perilisan Switch model anyar ini kemungkinan besar masih lama. Menurut Bloomberg, Samsung baru akan mulai memproduksi panel OLED tersebut paling cepat di bulan Juni. Targetnya tentu adalah supaya Switch baru ini bisa mulai dijual memasuki musim liburan 2021.

Bentang diagonal 7 inci jelas merupakan peningkatan yang signifikan dibanding layar 6,2 inci milik Switch. Apakah itu berarti dimensi fisik Switch baru ini bakal membesar? Bisa jadi begitu, tapi tidak menutup kemungkinan juga ukurannya bisa dipertahankan dengan cara menyusutkan bezel layarnya.

Dari segi kualitas, OLED jelas punya banyak keunggulan dibanding LCD. Selain tingkat kontras yang lebih baik, OLED juga bisa membantu meningkatkan daya tahan baterai perangkat. Tentunya ini merupakan faktor sangat krusial untuk handheld console seperti Nintendo Switch.

Sumber gambar: Depositphotos.com
Sumber gambar: Depositphotos.com

Yang mungkin terdengar agak mengecewakan adalah resolusinya. Di saat yang sama, laporan Bloomberg juga mengatakan bahwa Switch model anyar ini mampu mendukung resolusi 4K ketika disambungkan ke TV via unit docking-nya. Kedengarannya memang menguntungkan buat konsumen, tapi bisa jadi memusingkan bagi kalangan developer karena mereka harus mengakomodasi gap resolusi yang bahkan lebih lebar lagi daripada sebelumnya.

Tidak seperti Sony ataupun Microsoft, Nintendo memang tidak pernah menitikberatkan soal spesifikasi ketika memperkenalkan console baru. Mereka lebih berfokus pada pengalaman keseluruhan yang bisa dinikmati oleh konsumen, dan keberadaan layar OLED tentu saja bisa berkontribusi besar terhadap hal ini.

Tentu saja tidak akan ada yang menolak seandainya Switch model anyar ini juga menghadirkan peningkatan dari sisi performa, terutama jika melihat deretan game yang dijadwalkan meluncur tahun depan macam Splatoon 3 maupun Pokemon Legends: Arceus.

Sumber: Bloomberg. Gambar header: Depositphotos.com.

Serba-Serbi Pokemon: Sejarah, Game, dan Kepemilikannya

Minggu lalu, franchise Pokemon merayakan ulang tahunnya yang ke-25. Bersamaan dengan itu, The Pokemon Company mengumumkan game Pokemon baru, yaitu Pokemon Legends: Arceus. Diperkirakan, game itu akan diluncurkan pada awal 2022. Sama seperti game-game Pokemon lainnya, Arceus mengharuskan para pemainnya untuk menangkap para Pokemon.

Lalu, bagaimana Pokemon bisa jadi sangat populer seperti sekarang?

 

Sejarah Pokemon

Pokemon, yang merupakan singkatan dari Pocket Monsters, diciptakan oleh Satoshi Tajiri. Pada awalnya, Tajiri merupakan penulis di Game Freak, majalah gaming yang membahas tentang strategi bermain game arcade. Seiring dengan berjalannya waktu, dia merasa bahwa game arcade tak lagi seru. Karena itu, dia memutuskan untuk membuat game sendiri. Dalam membuat game, dia juga menggandeng Ken Sugimori — yang sempat menjadi ilustrator di Game Freak. Pada 1989, Tajiri menjadikan Game Freak sebagai perusahaan game developer.

Tajiri mendapatkan ide untuk membuat game Pokemon pada 1990. Ide itu muncul ketika dia melihat bahwa Game Boys bisa terhubung dengan satu sama lain via kabel. Dia merasa, game Pokemon paling cocok untuk diluncurkan di konsol handheld, seperti Game Boys. Dia lalu mengajukan ide untuk membuat game Pokemon pada Nintendo. Walau tidak sepenuhnya paham dengan konsep yang Tajiri ajukan, Nintendo tertarik untuk merilis game buatan Game Freak berkat reputasi mereka sebagai game developer.

Pokemon Red dan Blue jadi game Pokemon pertama yang dirilis di AS.
Pokemon Red dan Blue jadi game Pokemon pertama yang dirilis di AS. | Sumber: Red Bull

Menurut laporan Mint, Nintendo merilis game Pokemon pertama pada Februari 1996, yaitu Pokemon Red dan Pokemon Green. Dalam game itu, fokus para pemain adalah untuk mengumpulkan para pokemon. Ketika itu, ada 151 Pokemon yang bisa pemain kumpulkan. Menariknya, Pokemon Red dan Green masing-masing punya Pokemon eksklusif yang berbeda. Hal ini mendorong para pemain untuk saling bertukar Pokemon dengan satu sama lain, menjadikannya sebagai game sosial.

 

Game-Game Pokemon yang Istimewa

Selama 25 tahun, franchise Pokemon menelurkan lebih dari 100 game. Pokemon Red dan Green, yang diluncurkan di Jepang pada 1996, menjadi game Pokemon pertama. Dua tahun kemudian, pada 1998, Nintendo membawa franchise Pokemon ke Amerika Serikat dengan meluncurkan Pokemon Red dan Blue. Kedua game ini merupakan versi internasional dari Pokemon Red dan Green. Dan meskipun konten Red dan Blue sedikit berbeda dari Red dan Green, kedua game itu tetap sangat populer di kalangan gamer.

Masih pada 1998, Nintendo meluncurkan Pokemon Yellow. Game edisi spesial ini terinspirasi oleh anime Pokemon yang juga sedang tayang saat itu. Developer Game Freak bahkan membuat beberapa perubahan pada mekanisme Pokemon Yellow untuk membuat game itu semakin menyerupai anime. Salah satu perubahan itu adalah pemain tidak lagi memilih Pokemon pertama yang mereka miliki. Sebagai gantinya, mereka akan mendapatkan Pikachu. Selain itu, Pikachu di Pokemon Yellow juga bisa mengikuti para pemain, sama seperti di anime. Padahal, Pokemon biasanya akan “tersimpan” di dalam Poke Balls. Keputusan Game Freak untuk menyesuaikan beberapa aspek dalam game agar menyerupai anime bukan hal yang aneh. Sejak lama, anime dan game memang sudah menjalin hubungan mesra.

Pokemon juga diadaptasi menjadi anime. | Sumber: ComicBook
Pokemon juga diadaptasi menjadi anime. | Sumber: ComicBook

Pada 1999, Nintendo merilis dua game Pokemon baru di Jepang, yaitu Gold dan Silver. Game itu dirilis untuk Game Boy Color. Game ini tidak hanya memperkenalkan mekanisme baru, tapi juga 100 Pokemon Baru. Salah satu mekanisme baru di Gold dan Sivler adalah sistem siang-malam yang disesuaikan dengan waktu di dunia nyata. Selain itu, Silver dan Gold juga memungkinkan para pemainnya untuk mengembangbiakkan Pokemon. Seiring dengan berjalannya waktu, game Pokemon memiliki semakin banyak fitur baru. Misalnya, Pokemon Ruby dan Sapphire — yang dirilis untuk Game Boy Advance pada 2002 — punya fitur baru berupa sistem double battles.

Pokemon Snap — yang dirilis pada 1999 untuk Nintendo 64 — menjadi salah satu game Pokemon pertama dengan grafik 3D. Satu tahun setelah itu, Pokemon Trading Card Game dirilis. Hal ini menandai kesuksesan Pokemon untuk diadaptasi ke game, animasi/anime, dan trading cards, seperti yang disebutkan oleh Polygon. Sementara pada 2001, Pokemon Crystal, yang diluncurkan untuk Game Boy Color, menjadi game Pokemon pertama yang memungkinkan para pemainnya untuk memilih gender dari karakter utama. Ke depan, semua game Pokemon akan memberikan opsi untuk memilih gender dari karakter utama.

Walau RPG menjadi genre dari kebanyakan game Pokemon, franchise Pokemon juga diadaptasi ke genre lain, seperti puzzle. Selain itu, Pokemon bahkan sempat dibuat menjadi game pinball. Game Pokemon juga pernah “digabung” dengan game lain yang populer. Misalnya, pada 2012, Tecmo Koei mengembangkan game berjudul Pokemon Conquest, yang menggabungkan franchise Pokemon dengan seri strategi RPG Nobunaga’s Ambition. Sementara pada 2016, Bandai Namco merilis game Pokken Tournament untuk Wii U. Game arcade ini merupakan game fighting yang terinspirasi dari Tekken.

Pokken Tournament. | Sumber: Go Nintendo
Pokken Tournament. | Sumber: Go Nintendo

Pada 2016, Pokemon Go dirilis. Mobile game yang menerapkan teknologi augmented reality itu dengan cepat menjadi fenomena secara global. Game ini memanfaatkan GPS pada smartphone pemain untuk melacak Pokemon. Ketika Pokemon Go pertama kali diluncurkan, hanya ada 150 spesies Pokemon di game itu. Pada 2020, jumlah Pokemon yang tersedia di game tersebut naik menjadi 600 spesies.

 

Apa Pokemon Punya Nintendo?

Jawaban singkatnya, bukan sepenuhnya. Nintendo bukan pemilik dari franchise Pokemon, walau kebanyakan game Pokemon diluncurkan di konsol Nintendo seperti yang disebutkan oleh ScreenRant. Franchise Pokemon dimiliki oleh The Pokemon Company, perusahaan joint venture dari Creatures, Game Freak, dan Nintendo.

Game Freak merupakan developer dari game Pokemon pertama. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab atas kebanyakan game RPG Pokemon. Sementara itu, Nintendo merupakan publisher dari game Pokemon. Creatures, yang sempat dikenal dengan nama Ape Inc. merupakan kreator dari Pokemon Trading Card Game. Tak hanya itu, Creatures juga bertugas untuk mengurus merchandise dari franchise itu. Mereka juga bertanggung jawab atas pengembangan game-game dari Pokemon, khususnya yang memiliki grafik 3D.

Nintendo menguasai 32% saham dari The Pokemon Company. Begitu juga dengan Creatures dan Game Freak. 4Kids Entertainment — perusahaan yang membuat versi dubbing dari anime Pokemon — sempat membeli saham dari The Pokemon Company. Namun, mereka lalu menjual saham dari The Pokemon Company pada 2005. Tugas utama dari The Pokemon Company adalah untuk mengembangkan franchise Pokemon ke berbagai media hiburan. Jadi, jangan heran jika Pokemon kini juga diadaptasi menjadi film live-action.

Sumber header: US Gamer

Pokemon Rayakan Ulang Tahun ke-25 Lewat Tiga Game Baru untuk Nintendo Switch

Tidak terasa sudah seperempat abad Pokemon eksis sebagai salah satu franchise hiburan yang paling populer di seluruh dunia. Dalam rangka merayakan ulang tahun Pokemon yang ke-25, The Pokemon Company mengumumkan tiga game anyar yang akan hadir secara eksklusif di Nintendo Switch.

Game yang pertama dan kedua adalah Pokemon Brilliant Diamond dan Pokemon Shining Pearl. Kalau namanya terdengar cukup familier, itu dikarenakan masing-masing merupakan remake dari Pokemon Diamond dan Pokemon Pearl yang dirilis untuk Nintendo DS di tahun 2006. Seperti versi aslinya, Brilliant Diamond dan Shining Pearl bakal membawa pemain kembali ke region Sinnoh.

Juga tidak berubah adalah starter Pokemon yang bisa dipilih, yakni Turtwig, Chimchar, dan Piplup. Brilliant Diamond dan Shining Pearl digarap oleh ILCA Inc., studio asal Jepang yang portofolionya mencakup judul-judul bergengsi seperti NieR: Automata, Code Vein, Dragon Quest XI, maupun Ace Combat 7: Skies Unknown.

Pokemon bukanlah franchise yang asing buat ILCA, sebab mereka sebelumnya sudah berkontribusi terhadap pengembangan Pokemon Home. Memang kedengarannya cukup mengejutkan melihat Game Freak tidak dilibatkan dalam pengembangan kedua game ini, akan tetapi The Pokemon Company rupanya sudah menyiapkan kejutan yang lebih besar lagi.

Ketimbang sebatas mengerjakan sebuah remake, Game Freak justru dipercaya untuk menggarap game yang benar-benar baru berjudul Pokemon Legends: Arceus. Game ini dideskripsikan sebagai action RPG, dan dari trailer-nya kita dapat melihat gameplay open-world macam yang bisa kita jumpai di The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Arahan baru ini sejatinya sudah bisa diendus eksistensinya semenjak Pokemon Sword dan Pokemon Shield, yang dirilis di tahun 2019, memperkenalkan Wild Area, suatu wilayah open-world di tengah-tengah region Galar yang dapat pemain jelajahi secara leluasa.

Dari segi cerita, Pokemon Legends: Arceus memang juga mengambil region Sinnoh sebagai setting lokasinya, akan tetapi peristiwanya terjadi jauh sebelum istilah Pokemon Trainer maupun Pokemon League eksis. Di setting masa lampau tersebut, misi yang harus dicapai pemain adalah menciptakan Pokedex pertama untuk region tersebut.

Ada beberapa detail yang menarik dari Pokemon universe zaman lawas ini, salah satunya adalah bentuk Poke Ball yang agak berbeda, yang ternyata terbuat dari bahan kayu, dan bakal mengeluarkan uap dari lubang di atasnya ketika seekor Pokemon berhasil ditangkap. Untuk starter Pokemon-nya, pemain bisa memilih antara Rowlet, Cyndaquil, dan Oshawott. Sesuai judulnya, status legendary Pokemon dalam game ini dipegang oleh Arceus.

Kabar buruknya, Anda harus bersabar menanti kehadiran game ini. Pasalnya, Pokemon Legends: Arceus baru akan diluncurkan di awal tahun 2022. Untungnya kita bisa memainkan Pokemon Brilliant Diamond dan Shining Pearl terlebih dulu, yang kabarnya bakal dirilis mendekati akhir tahun ini nanti.

Sumber: Nintendo.

Semua yang Diumumkan di Nintendo Direct Edisi Februari 2021

Setelah dinantikan cukup lama, Nintendo kembali menggelar presentasi Direct yang berisikan banyak kejutan. Direct edisi Februari 2021 ini punya durasi yang cukup panjang (50 menit), dan sebagian besar isinya berfokus pada deretan game baru yang akan hadir di Switch pada babak pertama 2021.

Sebelum Anda kecewa, Nintendo masih belum punya kabar mengenai sekuel Zelda: Breath of the Wild. Mereka hanya bisa bilang bahwa pengerjaan game tersebut masih terus berlanjut, dan mereka akan mengumumkan sejumlah detail penting mengenainya di tahun ini juga.

Terlepas dari itu, Nintendo masih punya sederet suguhan menarik. Anda bisa langsung menyaksikan presentasi lengkapnya di YouTube, atau melihat ringkasannya di bawah.

Pyra/Mythra (Xenoblade Chronicles) sebagai playable character di Super Smash Bros. Ultimate

Sebagai bagian dari DLC Fighter Pass Vol. 2, Pyra dan Mythra akan hadir di Super Smash Bros. Ultimate pada bulan Maret mendatang. Namun ketimbang dipisah, duo ini akan dihitung sebagai satu karakter, dan pemain bebas menukar mereka kapan saja selama pertandingan berlangsung.

Fall Guys dan The Outer Wilds versi Switch


Dua game indie yang sangat populer ini akhirnya bakal tersedia untuk Nintendo Switch. Keduanya memang belum punya jadwal rilis pasti, tapi Nintendo menargetkan peluncuran di musim panas (Juni – September).

Famicom Detective Club

Kalau judul di atas kedengaran kurang familier, itu dikarenakan game tersebut dulunya dirilis untuk console yang terbilang langka, yakni Famicom Disk System. Sekitar 33 tahun sejak pertama dirilis, Famicom Detective Club akhirnya di-remake dan bakal meluncur ke Switch pada tanggal 14 Mei mendatang.

Samurai Warriors 5

Versi terbaru dari spin-off seri Dynasty Warriors ini akan hadir di Switch pada musim panas mendatang dengan narasi baru, desain karakter baru, dan gaya visual yang lebih segar. Buat yang sudah lupa, terakhir kali pemain bertemu dengan Nobunaga Oda adalah di Samurai Warriors 4, yang dirilis di zaman PlayStation Vita masih eksis di tahun 2014.

Legend of Mana

Buat saya pribadi, inilah kabar yang paling menggembirakan. Versi remastered dari JRPG favorit saya ini akan hadir bukan cuma di Switch, tapi juga di PS4 dan PC pada tanggal 24 Juni mendatang. Bagian paling menarik dari game ini kalau menurut saya adalah soundtrack-nya, dan di versi remastered ini ternyata kita bakal punya opsi untuk mengaktifkan antara soundtrack orisinalnya, atau yang sudah diaransemen ulang.

Monster Hunter Rise

Tidak seperti Monster Hunter World yang dirilis di banyak platform, Monster Hunter Rise justru hanya akan tersedia di Switch pada 26 Maret mendatang. Trailer terbarunya di atas berfokus pada sejumlah detail mengenai jalan cerita maupun deretan monster yang akan pemain jumpai.

Mario Golf: Super Rush

Sebagai edisi pertama Mario Golf untuk Nintendo Switch, tentu saja permainan bakal memberikan kita opsi untuk menggunakan Joy-Con secara tradisional, atau sebagai motion controller. Game mendukung mode multiplayer baik secara online maupun lokal hingga 4 orang, dan akan dirilis pada tanggal 25 Juni.

Capcom Arcade Stadium

32 judul game klasik bikinan Capcom dalam satu paket, Capcom Arcade Stadium benar-benar dipersembahkan buat para penggemar sejatinya dan sudah tersedia dari sekarang. 32 judul tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian: yang dirilis di tahun 1984 – 1988, yang dirilis di era revolusi arcade di tahun 1989 – 1992, dan sisanya yang dirilis di tahun 1992 – 2001.

Stubbs the Zombie in Rebel Without a Pulse

Game action dengan lakon utama seorang zombie ini pertama dirilis di tahun 2005 untuk Xbox, dan versi remastered-nya akan hadir pada tanggal 16 Maret di semua platform modern pada tanggal 16 Maret mendatang, termasuk halnya Nintendo Switch.

No More Heroes III

Game ini melanjutkan jejak Travis Strikes Again di tahun 2019 dan berperan sebagai sekuel sejati dari seri No More Heroes. 27 Agustus nanti, sang protagonis flamboyan tersebut bakal kembali beraksi demi menyelamatkan dunia dari invasi alien.

Neon White

Persembahan terbaru publisher Annapurna Interactive ini merupakan sebuah first-person shooter bertempo cepat. Game ini digarap oleh Ben Esposito, developer dari game Donut County yang sempat memenangkan titel “2019 Mobile Game of the Year” versi SXSW. Perilisannya dijadwalkan berlangsung pada musim dingin 2021.

DC Super Hero Girls: Teen Power

Action dengan sedikit bumbu RPG, dan pilihan karakter superhero wanita dari katalog DC. Kata “teen” pada judulnya tidak main-main, sebab memang ada sejumlah elemen gameplay yang menggambarkan bahwa protagonis dalam game ini merupakan remaja yang rutin mengakses media sosial maupun berbelanja pakaian. Nantikan kedatangannya pada tanggal 4 Juni.

Plants vs. Zombies: Battle for Neighborville

Dirilis pertama kali di tahun 2019, game third-person shooter ini akhirnya bakal hadir di Switch mulai tanggal 19 Maret. Kabar baiknya, yang dirilis adalah versi Complete Edition, yang berarti semua konten maupun karakter tambahannya bisa dimainkan tanpa harus merogoh kocek ekstra.

Miitopia

RPG yang populer di kalangan pengguna Nintendo 3DS ini telah di-remaster dan akan dirilis di Switch pada tanggal 21 Mei. Seperti di game aslinya, tentu saja pemain diajak menciptakan karakternya sendiri, dan kali ini Nintendo sudah memberikan sejumlah opsi kustomisasi baru.

Item bertema Mario di Animal Crossing

Masih seputar kustomisasi, tapi kali ini untuk game Animal Crossing: New Horizons. Yang ditunggu-tunggu para pemain akhirnya bakal hadir mulai tanggal 1 Maret mendatang, yakni deretan item bertema Super Mario.

Project Triangle Strategy

Judul di atas tentu belum final, akan tetapi tactical RPG terbaru Square Enix ini sudah bisa memberikan daya tarik tersendiri. Game ini bisa dianggap sebagai suksesor dari Octopath Traveler. Permainan baru akan dirilis di tahun 2022, akan tetapi versi demo-nya sudah bisa dicoba gratis mulai sekarang.

Star Wars: Hunters

Zynga mungkin lebih dikenal sebagai developer FarmVille dan permainan casual lain macam Words with Friends, tapi kali ini mereka sepertinya ingin mencoba melakukan sesuatu yang berbeda. Star Wars: Hunters adalah sebuah squad-based arena shooter. Memang belum banyak detail yang diungkap, tapi Zynga menargetkan perilisan di tahun ini juga.

Knockout City

Fortnite, tapi menggunakan bola ketimbang senjata, itulah kesan yang saya dapat dari game dodgeball ini. Knockout City digarap oleh Velan Studios, developer yang sama yang mengerjakan Mario Kart: Home Circuit. Permainan bakal tersedia mulai 21 Mei.

World’s End Club

Karya terbaru dari pencipta Danganronpa dan Zero Escape ini bakal hadir di Switch pada tanggal 28 Mei. Game ini sebenarnya sudah lebih dulu dirilis di Apple Arcade, tapi versi tersebut rupanya memiliki ending yang menggantung, dan cerita lengkapnya baru bisa dinikmati pada versi yang dirilis untuk Switch nanti.

Ninja Gaiden: Master Collection

Sesuai namanya, ini merupakan paket lengkap yang berisikan versi remastered dari trilogi modern Ninja Gaiden, spesifiknya Ninja Gaiden Sigma, Ninja Gaiden Sigma 2, dan Ninja Gaiden 3: Razor’s Edge. Selain di Switch, Ninja Gaiden: Master Collection juga akan tersedia di PS4 maupun PC mulai 10 Juni mendatang.

Dua DLC untuk Hyrule Warriors: Age of Calamity

Lore Zelda dikawinkan dengan gameplay ala Dynasty Warriors, siapa yang tidak suka formula seperti ini? Buat yang sudah tidak sabar menantikan konten baru, Nintendo rupanya sudah menyiapkan dua buah DLC untuk Hyrule Warriors: Age of Calamity. Yang pertama bakal datang di bulan Juni, kemudian selanjutnya di bulan November.

Bravely Default II

Hampir 9 tahun semenjak Bravely Default dirilis di Nintendo 3DS, sekuelnya siap meluncur ke Switch pada tanggal 26 Februari mendatang. Anda tidak harus memainkan versi pertamanya untuk bisa menikmati RPG dengan sistem class yang sangat fleksibel ini.

Ghost ‘n Goblins: Resurrection

Remake dari platformer klasik ini bakal tersedia di Switch mulai tanggal 25 Februari. Bukan cuma menyajikan visual yang lebih tampan, Ghost ‘n Goblins: Resurrection juga menawarkan mode local co-op, dan pemain keduanya ini bisa memilih dari tiga karakter dengan ability yang berbeda-beda.

SaGa Frontier Remastered

Legend of Mana bukan satu-satunya RPG lawas yang dibuatkan versi remastered-nya di tahun 2021 ini. 15 April nanti, SaGa Frontier bakal melenggang ke Switch, PS4, PC, sekaligus Android dan iOS. Bukan cuma grafik yang lebih modern, versi remastered-nya juga mendatangkan karakter baru, skenario baru, sekaligus fitur-fitur gameplay baru.

The Legend of Zelda: Skyward Sword HD

Dan tibalah kita pada bintang utama Direct edisi Februari 2021 ini. Skyward Sword memang bukan game baru, melainkan yang pernah dirilis di Wii U satu dekade silam. Seperti di versi aslinya, pemain mengendalikan Link menggunakan motion controller, yang di sini sudah digantikan oleh sepasang controller Joy-Con tentu saja.

Alternatifnya, kita juga bisa memainkannya menggunakan controller secara tradisional, yang berarti game ini tetap kompatibel untuk Switch Lite. Nintendo akan merilisnya pada tanggal 16 Juli.

Splatoon 3

Splatoon boleh dibilang merupakan salah satu franchise baru Nintendo yang cukup sukses meski baru berusia sekitar enam tahun. Per Desember 2020 kemarin misalnya, Splatoon resmi terjual sebanyak 11,9 juta kopi di seluruh dunia, menjadikannya salah satu judul game Switch terlaris.

Sekuelnya, seperti yang bisa Anda lihat pada trailer di atas, bakal hadir di tahun 2022. Sayang sejauh ini Nintendo masih belum mau mengungkap banyak detail mengenainya.

Doom Eternal Akan Segera Tersedia di Nintendo Switch

Doom Eternal akan tersedia di Nintendo Switch mulai 8 Desember mendatang. Dirilis di PC dan console pada bulan Maret lalu, game first-person shooter garapan id Software itu rupanya tidak butuh waktu lama untuk mampir ke handheld console Nintendo.

Tentunya yang selalu menjadi pertanyaan ketika ada game AAA yang di-port ke Switch adalah seputar performanya. Doom Eternal, buat yang tidak tahu, adalah game dengan kualitas grafik yang sangat bagus, dan tentunya ini bakal menjadi tantangan tersendiri bagi developer yang diberi tanggung jawab membuatkan versi Switch-nya.

Namun seandainya eksistensi Doom yang pertama di Switch bisa menjadi indikasi – yang menuai banyak pujian berkat performanya yang mulus – semestinya performa Doom Eternal di Switch bakal memuaskan. Pasalnya, developer yang mengerjakan versi Switch-nya adalah Panic Button, developer yang sama yang mengerjakan porting Doom sebelumnya, dan yang terbukti sangat bisa diandalkan untuk urusan porting.

Kasusnya berbeda jauh dari porting The Outer Worlds di Switch, yang bisa dibilang kurang layak dimainkan karena game akan terhenti dari waktu ke waktu untuk memuat aset grafik. Penurunan kualitas visual tentunya bukan masalah besar, tapi kalau sampai menghambat gameplay, pengalamannya jelas sama sekali tidak mengenakkan.

Faktor lain yang juga berpengaruh kalau menurut saya adalah engine yang digunakan oleh masing-masing game. Doom Eternal menggunakan engine id Tech 7, dan kalau berdasarkan pengalaman pribadi, engine ini cukup ramah terhadap hardware dengan spesifikasi rendah. Saya sempat memainkan Doom Eternal di PC lama saya yang masih menggunakan GPU Nvidia GeForce GTX 960 yang sudah berusia lima tahun, dan permainan masih bisa berjalan mulus di 50-60 fps, meski memang sebagian besar setting grafiknya saya buat low.

Berdasarkan laman FAQ resmi dari Bethesda, Doom Eternal versi Switch nantinya hanya akan tersedia dalam versi digital saja, dan instalasinya diperkirakan membutuhkan storage sebesar 18,8 GB. Doom Eternal versi Switch juga akan hadir membawa mode multiplayer yang cukup menarik, yang menempatkan dua pemain sebagai demon dan satu sebagai Doom Slayer untuk beradu.

Membasmi iblis menggunakan shotgun semestinya bisa menjadi aktivitas sampingan yang fresh bagi mereka yang mungkin sudah bosan dengan ketenteraman di Animal Crossing.

Sumber: Polygon.

Super Nintendo World Siap Dibuka untuk Umum pada 4 Februari 2021

Di tengah ambruknya kondisi industri pariwisata selama masa pandemi, ada secercah harapan yang datang dari Universal Studios Japan (USJ). Taman hiburan yang bertempat di kota Osaka tersebut mengumumkan bahwa salah satu proyek barunya yang paling istimewa, Super Nintendo World, siap dibuka untuk umum pada tanggal 4 Februari 2021 mendatang.

Kabar mengenai area baru taman hiburan bertema video game ini sebenarnya sudah bersirkulasi semenjak pengumuman perdananya di tahun 2016 lalu. Awalnya USJ berencana membuka Super Nintendo World sebelum Olimpiade Tokyo terlaksana, dan berhubung Olimpiade-nya sendiri diundur sampai pertengahan 2021, setidaknya semua masih berjalan sesuai rencana meski agak meleset dari jadwal.

Seperti yang sudah dijanjikan sejak lama, pengunjung Super Nintendo World akan merasa seakan-akan masuk ke dunia video game. Atraksi andalannya adalah Mario Kart: Koopa’s Challenge, sebuah wahana rollercoaster canggih yang memanfaatkan teknologi augmented reality (AR) dan projection mapping.

Semua pengunjung atraksi ini akan memakai sebuah AR headset dengan bentuk mirip topi Mario. Gunanya adalah supaya para pengunjung bisa saling berkompetisi dalam wahana tersebut dengan memanfaatkan sejumlah power-up virtual yang tersedia, yang berarti ada elemen interaktif di samping sebatas memacu adrenalin.

Atraksi lain yang sepertinya lebih kalem adalah Yoshi’s Adventure, namun lebih lengkapnya tentu kita harus menunggu hari pembukaannya. Satu gimmick yang cukup menarik adalah, para pengunjung dapat membeli sebuah gelang bernama Power Up Band, dan salah satu fungsinya adalah untuk mengumpulkan koin-koin virtual yang tersebar di seluruh area Super Nintendo World.

Bicara soal area, Bloomberg melaporkan bahwa area Super Nintendo World terbilang kecil, akan tetapi rumornya USJ dan Nintendo juga sedang sibuk menyiapkan zona lain lagi yang bertemakan Donkey Kong.

Satu pertanyaan yang paling penting mungkin adalah bagaimana seandainya Februari nanti pandemi masih belum berakhir? USJ bilang mereka sudah menetapkan sejumlah protokol kesehatan khusus, dan taman hiburannya sendiri hanya akan beroperasi dalam separuh kapasitas aslinya. Tentu saja hal ini bisa berubah tergantung bagaimana perkembangan situasi pandemi mendekati hari pembukaannya nanti.

Sumber: Engadget dan The Verge.

Nintendo Luncurkan Reinkarnasi Modern dari Handheld Console Pertamanya

Di industri game console, konsumen modern sering kali hanya membandingkan Sony dengan Microsoft, dan lupa sepenuhnya terhadap eksistensi Nintendo. Padahal, kita tahu bahwa Nintendo merupakan salah satu pelopor di segmen ini, tapi di saat yang sama sebagian besar dari kita juga tahu bahwa Nintendo seakan hidup di dunianya sendiri.

Anggapan tersebut kembali mereka buktikan baru-baru ini. Di saat Sony dan Microsoft sibuk mengirimkan PlayStation 5 dan Xbox Series X ke konsumen, Nintendo malah merilis sebuah handheld console yang amat sederhana bernama Game & Watch: Super Mario Bros., reinkarnasi modern dari handheld console pertama bikinan Nintendo di tahun 1980 yang bernama sama.

Nintendo Game & Watch: Super Mario Bros.

Ya, Game & Watch bahkan lebih tua daripada Game Boy, dan hanya bisa memainkan satu game saja tanpa dibekali slot cartridge sama sekali. Untuk versi modernnya, Anda bakal mendapat tiga game: Super Mario Bros., Super Mario Bros. 2, dan Ball, permainan juggling yang disuguhkan oleh Game & Watch orisinal, tapi yang kini memakai karakter Mario ketimbang robot.

Secara fisik, Game & Watch: Super Mario Bros. sangat ringkas dengan dimensi 112 x 67 x 12,5 mm, dan bobot hanya sekitar 68 gram. Layout-nya tampak seperti controller NES yang dijejali layar LCD di bagian tengahnya, dan tema warnanya terinspirasi langsung dari Famicom (nama console NES untuk pasar Jepang).

Saat sedang tidak dipakai bermain, perangkat ini dapat berfungsi sebagai jam digital sesuai namanya. Satu sentuhan manis yang Nintendo bubuhkan adalah beragam animasi yang tampil selama perangkat menjadi penunjuk waktu. Secara total, Nintendo bilang ada 35 animasi jam yang berbeda.

Nintendo Game & Watch: Super Mario Bros.

Sebagai reinkarnasi modern, tentu saja perangkat ini membawa sejumlah elemen canggih yang tidak dimiliki leluhurnya, utamanya layar berwarna dan baterai rechargeable. Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa tahan sampai sekitar 8 jam pemakaian, dan charging-nya rupanya sudah mengandalkan sambungan USB-C.

Selebihnya, tidak banyak yang bisa ditawarkan oleh handheld console sesimpel ini selain sebatas nostalgia. Nintendo memperkirakan Game & Watch: Super Mario Bros. bakal tersedia di pasaran sampai 31 Maret 2021, dan mereka sudah mulai menjualnya sekarang seharga $50 di Amerika Serikat.

Sumber: The Verge.

Rayakan Ulang Tahun Ke-35, Nintendo Rilis Super Mario Bros 35

Beberapa waktu yang lalu Nintendo baru saja mengumumkan event ulang tahun salah satu game tersukses mereka, Super Mario Bros. Game Super Mario Bros untuk pertama kali diluncurkan 35 tahun yang lalu di Jepang. Dalam waktu singkat karakter tukang ledeng berjuluk Mario bersama konsol Nintendo Entertainment System menjadi fenomena gaming culture yang mengguncang dunia.

Berselang dari generasi ke generasi Nintendo berhasil menjadi developer yang bisa dikatakan sukses membuat berbagai variasi dari game Super Mario Bros. Mario Kart, Super Smash Bros, dan sederetan evolusi game Super Mario Bros menjadi game yang melekat dalam hati dan pikiran gamers secara luas.

Dari beberapa hal yang sudah dibagikan Nintendo dalam video pengumuman mereka, salah satu hal yang menarik adalah peluncuran Super Mario Bros 35. Game mode yang rencananya dirilis di tanggal 1 Oktober 2020 akan menampilkan permainan Super Mario Bros dengan sentuhan battle royale. 35 pemain akan bertanding bersamaan untuk menetukan satu juara yang bisa bertahan hidup paling lama.

Tidak sampai di situ saja, setiap player memiliki kesempatan untuk menyerang dan menumbangkan lawan. Setiap kali Mario menjatuhkan Goomba dan Koopa, maka secara acak player lain akan mendapatkan lebih banyak Goomba dan Koopa dalam map mereka.

Jumlah coin yang dikumpulkan dapat digunakan untuk power up roullete yang akan memberikan item secara acak untuk menyerang atau bertahan dari serangan lawan. Game mode Super Mario Bros 35 akan tersedia sampai 31 Maret 2021

via: Nintendo
via: Nintendo

Adapun masih ada kejutan yang datang bersamaan perayaan ulang tahun Super Mario Bros. Nintendo menjalin kerja sama dengan apparel brand Puma untuk meluncurkan sepatu edisi khusus yang bertemakan Super mario Bros. Masih dari rangkaian event yang sama, clotihing line Black Milk Clothing akan meluncurkan koleksi khusus dengan tema yang sama.

Perilisan mainan Mario Kart Live: Home Circuit adalah salah satu inovasi yang patut diacungi jempol. Secara garis besar Nintendo mencoba mendobrak batasan antara environment di dalam game dengan mainan fisik di luar game.

Mario Kart Live: Home Circuit akan memungkinkan pemain bebas merancang sirkuitnya sendiri dan kemudian bisa dimainkan secara interaktif dalam game. Mainan Mario Kart yang sudah terhubung akan bergerak seiring jalannya balapan di dalam game. Berbagai efek item yang digunakan di dalam game akan berpengaruh juga pada gerakan mainan di luar game.

 

Nintendo Masih Ingin Bermain di Pasar Mobile Game

Minat Nintendo dalam membuat mobile game tampaknya mulai surut. Bulan lalu, kepada Bloomberg, Presiden Nintendo, Shuntaro Furukawa berkata bahwa Nintendo tidak berencana untuk meluncurkan banyak mobile game baru. Meskipun begitu, perusahaan Jepang tersebut tampaknya masih tertarik untuk memperkenalkan intellectual property (IP) mereka melalui mobile game.

“Kami akan terus berusaha untuk meningkatkan jumlah orang yang mengenal IP Nintendo selain melalui konsol buatan kami,” tulis Nintendo dalam laporan tahunan mereka, seperti yang disebutkan oleh GamesIndutry. “Bisnis mobile game adalah salah satu cara kami untuk melakukan hal itu. Kami ingin memperluas cakupan bisnis kami dengan membuat masyarakat semakin mengenal IP Nintendo melalui perangkat mobile, yang jumlahnya terus bertambah di dunia.”

Sebenarnya, tidak heran jika Nintendo tak lagi terlalu tertarik memasuki pasar mobile game. Memang, pada awal tahun 2020, bisnis mobile game Nintendo telah sukses mendapatkan penghasilan sebesar US$1 miliar. Namun, sebagian besar pendapatan itu berasal dari satu game, yaitu Fire Emblem Heroes, yang merupakan game gacha.

nintendo mobile game
Fire Emblem Heroes memberikan kontribusi terbesar dalam pemasukan divisi mobile game Nintendo.

Sementara itu, untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret 2020, Nintendo melaporkan bahwa divisi mobile game mereka mendapatkan pemasukan sebesar US$480 juta. Memang, pemasukan divisi mobile naik 11,5 persen dari tahun lalu. Hanya saja, pemasukan dari divisi mobile game tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan total pemasukan Nintendo sepanjang tahun fiskal 2020, yang mencapai US$12,31 miliar.

Saat ini, Nintendo tidak punya rencana untuk meluncurkan mobile game baru. Sementara rekan utama mereka dalam mengembangkan mobile game, DeNA mengungkap bahwa mereka tidak akan merilis mobile game baru sampai akhir tahun fiskal 2021. Meskipun begitu, Nintendo tampaknya tetap ingin memenangkan hati para mobile gamer melalui game-game yang telah mereka luncurkan.

Menurut laporan GameRant, Nintendo secara rutin menambahkan karakter baru ke game Dr. Mario World. Tak hanya itu, mereka juga menyanggupi permintaan fans dan menambahkan fitur orientasi landscape dalam Mario Kart Tour, meski game itu tak terlalu populer. Selain melalui mobile game, Nintendo juga ingin memperkenalkan IP mereka melalui media lain, seperti taman hiburan.

“Untuk melakukan ekspansi bisnis IP kami, kami akan bekerja sama dengan rekan kami untuk meningkatkan penggunaan karakter Nintendo di berbagai media, sepreti proyek taman hiburan, film, dan merchandise. Dengan melakukan itu, kami akan meningkatkan kesempatan masyarakat mengenal karakter-karakter Nintendo dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini akan menaikkan nilai IP Nintendo, yang merupakan kelebihan kami dari para pesaing kami.”

Sejarah Sony, Masuki Industri Game Karena Marah dengan Nintendo

Gamer mana yang tidak mengenal Sony? Perusahaan yang identik dengan merek PlayStation itu sekarang menjadi salah satu perusahaan game paling dikenal di dunia. Padahal, pada awal didirikan, Sony bukanlah perusahaan game. Faktanya, perusahaan Jepang itu baru mulai tertarik dengan industri gaming berpuluh-puluh tahun setelah ia didirikan. Menariknya, alasan Sony bersikukuh membuat konsol sendiri adalah karena kesal pada Nintendo.

Bagaimana cerita lengkapnya?

Sejarah Perusahaan Sony

Sony didirikan tak lama setelah Perang Dunia 2 berakhir. Pada 1946, Masaru Ibuka dan Akio Morita mendirikan perusahaan yang dinamai Tokyo Tsushin Kogyo alias Tokyo Telecommunications Engineering Corp. Saat didirikan, Sony hanya memiliki delapan karyawan. Mereka meluncurkan produk pertama, sebuah power megaphone, satu tahun setelah perusahaan didirikan. Pada 1950, mereka sukses membuat alat perekam pertama di Jepang, yang dinamai Type-G.

Pada pertengahan 1950-an, Tokyo Tsushin Kogyo mulai melakukan ekspansi global. Sayangnya — atau untungnya? — sudah ada perusahaan Jepang lain yang menggunakan inisial TTK. Alhasil, mereka harus mencari nama baru. Mereka memutuskan untuk menggunakan nama “Sony”, yang merupakan gabungan dari kata Sonus (suara dalam Bahasa Latin) dan Sonny (panggilan untuk anak laki-laki di Amerika Serikat). Mereka sengaja mencari nama yang tidak ada dalam bahasa apapun agar mereka bisa menjadikan nama tersebut sebagai trademark.

Pada awalnya, Sony dinamai Tokyo Tsushin Kyogo. | Sumber: Sony.net
Pada awalnya, Sony dinamai Tokyo Tsushin Kyogo. | Sumber: Sony.net

Memperkenalkan nama perusahaan baru dalam dunia bisnis bukan perkara gampang. Jadi, tidak heran jika banyak pegawai Sony mempertanyakan keputusan untuk menggunakan nama baru. Namun, pada akhirnya, nama perusahaan diganti menjadi Sony Corp. pada 1958. Dua tahun kemudian, pada 1960, mereka membuka cabang di Amerika Serikat. Pada 1968, mereka memperluas sayap mereka ke Inggris. Mereka memasuki pasar Prancis pada 1973 dan Jerman pada 1986.

 

Bagaimana Sony Bisa Masuk ke Industri Game?

Nintendo dan Sony hidup dalam harmoni. Semuanya berubah saat Negara Api menyerang… Dalam kasus ini, Nintendo adalah Negara Api. Percaya atau tidak, Sony berkeras untuk membuat konsol game sendiri karena merasa dilecehkan oleh Nintendo.

Ialah Ken Kutaragi, teknisi Sony yang menyadari potensi pasar konsol game saat dia melihat anaknya memainkan konsol Nintendo. Kutaragi kini dikenal sebagai Bapak PlayStation, tapi pada akhir 1980-an, dia hanyalah pegawai di Sony. Setelah menyadari potensi pasar konsol game, dia lalu membuat sound chip untuk Super Nintendo di laboratorium Sony Digital Research. Namun, dia membangun chip tersebut secara diam-diam. Dan begitu atasan Kutaragi tahu apa yang dia lakukan, mereka marah besar. Untungnya, Nintendo — yang memang sedang mencari sound chip untuk konsol barunya — memutuskan untuk membeli chip tersebut.

Beberapa tahun kemudian, Nintendo mengajak Sony untuk bekerja sama. Konsol Super Nintendo masih menggunakan cartridge. Sony diminta untuk memodifikasi Super Nintendo agar konsol itu juga bisa memainkan game dalam CD. Saat itu, Sony masih belum yakin akan besarnya potensi industri gaming. Namun, Kutaragi berhasil meyakinkan para atasannya bahwa dia bisa mengerjakan apa yang diminta Nintendo. Dia sukses membuat Super Nintendo yang bisa memainkan game pada cartridge dan CD. Konsol itu disebut Nintendo PlayStation.

Nintendo PlayStation bisa membaca cartrdige dan CD. | Sumber: Engadget
Nintendo PlayStation bisa membaca cartrdige dan CD. | Sumber: Engadget

Sony memamerkan Nintendo PlayStation dalam ajang Consumer Electronic Shows pada Juni 1991. Masalah muncul ketika Nintendo memutuskan untuk mengkhianati Sony. Pada hari yang sama ketika Sony memperkenalkan Nintendo PlayStation, Nintendo mengumumkan kerja sama mereka dengan Philips, yang merupakan pesaing Sony. Hal ini membuat Sony meradang.

Memang, bahkan sebelum Nintendo mengumumkan kolaborasinya dengan Philips, hubungan antara Sony dan Nintendo memang sudah bermasalah. Dua perusahaan Jepang itu tidak bisa mencapai kata mufakat dalam hal pembagian pemasukan dari kerja sama mereka. Sony mengusulkan, Nintendo mendapatkan hasil penjualan cartridge, sementara hasil penjualan CD masuk ke Sony.

Nintendo menolak keras, ungkap Chris Deering, yang saat itu bekerja di Columbia Pictures milik Sony dan nantinya menjadi Presiden dari Sony Computer Entertainment di Eropa. Nintendo bahkan menganggap, Sony berusaha untuk mengambil jatah mereka. Kerja sama antara Sony dan Nintendo pun berakhir. Dan Nintendo tak terlalu ambil pusing. Ketika itu, mereka yakin, Sony tidak tertarik dengan bisnis game. Namun, apa yang Nintendo lakukan membuat Norio Ohga, yang masih menjabat sebagai Presiden Sony, marah besar. Nintendo dianggap telah mempermalukan Sony. Ohga memutuskan bahwa Sony akan membuat konsol sendiri.

“Kita tidak akan mundur dari bisnis ini!” kata Ohga dalam sebuah pertemuan yang diadakan pada akhir Juli 1991, seperti dikutip dari GamesRadar. Dia lalu memerintahkan Kutaragi untuk melanjutkan proyek pengembangan konsol yang dia garap. Dengan ini, Kutaragi sukses mendapatkan restu dari bos besar Sony untuk mengembangkan konsol game.

Phil Harrison, yang bergabung dengan Sony pada September 1992 dan nantinya menjadi Presiden dari Sony Computer Entertainment Worldwide Studios, menjelaskan bahwa Kutaragi terpukau dengan System-G, komputer khusus special-effects yang biasanya digunakan oleh perusahaan televisi untuk menampilkan gambar 3D pada siaran secara langsung. “Dari segi teknologi, System-G tidak jauh berbeda dengan game. Namun, System-G merupakan mesin yang sangat canggih. Dan Ken ingin membuat mesin serupa secara massal sehingga ia bisa dimainkan di rumah,” kata Harrison.

Ken Kutaragi dikenal sebagai Bapak PlayStation. | Sumber: YouTube
Ken Kutaragi dikenal sebagai Bapak PlayStation. | Sumber: YouTube

Lagi-lagi, masalah muncul. Kali ini, karena Nintendo mengajak Sony bekerja sama dalam proyek selain game. Diduga, alsaan Nintendo menawarkan kolaborasi pada Sony adalah karena mereka tak ingin Sony mempermasalahkan mereka di pengadilan. Mereka juga diperkirakan ingin mengalihkan perhatian Sony agar mereka tidak bisa fokus dalam mengembangkan konsol mereka sendiri. Hal ini membuat Kutaragi frustasi. Pasalnya, dia juga mendapatkan banyak kritik dari internal Sony, khususnya dari orang-orang yang tidak ingin Sony masuk ke industri game.

 

Masalah Internal Sony

Pada Mei 1992, Sony akhirnya berhenti bernegoisasi dengan Nintendo. Satu bulan kemudian, para petinggi Sony mengadakan meeting untuk menentukan keberlangsungan proyek Kutaragi dalam membuat konsol game. Sebagian besar merasa, proyek Kutaragi seharusnya dihentikan. Kutaragi lalu mengungkap bahwa dia telah membuat sebuah mesin berbasis CD-Rom yang bisa menampilkan grafik 3D untuk game dan bukannya multimedia. Hanya saja, mesin itu memerlukan chip yang jauh lebih canggih dari yang ada.

Meskipun begitu, Kutaragi tak mau menyerah. Dia sengaja menyulut api kemarahan Ohga dengan berkata, “Apakah kita akan menerima penghinaan dari Nintendo begitu saja?” Pada akhirnya, Ohga membiarkan Kutaragi melanjutkan proyeknya. Hanya saja, Kutaragi harus keluar dari Sony karena, Ohga khawatir tekad Kutaragi akan tergerus jika dia harus bekerja di tengah protes dari koleganya.

“Banyak orang yang tidak setuju jika Sony masuk ke industri game,” ungkap Harrison. Para petinggi lama Sony menganggap konsol buatan Sega dan Nintendo sebagai mainan. Mereka khawatir, jika Sony mulai membuat “mainan”, reputasi mereka yang telah dipertahankan selama berpuluh-puluh tahun, akan rusak. “Pendapat mereka berubah setelah bisnis gaming memberikan kontribusi 90 persen dari total laba perusahaan selama beberapa tahun,” ujar Harrison.

Bersama dengan 9 orang lainnya, Kutaragi dipindahkan ke Sony Music, entitas yang masih ada di bawah Sony Corp. tapi memiliki keuangan yang terpisah. Markas Sony Music ada di distrik Aoyama, Tokyo. Di sana, dia bekerja dengan Shigeo Maruyama, CEO Sony Music, yang kemudian menjadi Vice President dari Sony Computer Entertainment International (SCEI), divisi yang bertanggung jawab atas bisnis PlayStation. Kutaragi juga bekerja sama dengan Akira Sato, yang juga menjadi seorang VP. Nantinya, Sony Music memiliki peran penting dalam kesukesan PlayStation.

Deering menjelaskan, saat itu, musik adalah industri yang besar. Sony tak hanya tahu cara membesarkan musisi bertalenta, mereka juga tahu cara untuk membuat dan memasarkan disc. Sementara dalam industri game, cartridge mulai ditinggalkan, digantikan oleh CD. Jadi, Sony bisa menggunakan pengetahuan mereka dari industri musik ke industri game.

Dua orang lain yang memiliki peran penting dalam kesuksesan PlayStation adalah Olah Olafsson, Presiden dan CEO dari Sony Interactive Entertainment dan Terry Tokunaka, yang pernah bekerja di kantor utama Sony Corp. dan kemudian menjadi Presiden dari SCEI. Strategi Tokunaka untuk membuat PlayStation sukses sederhana. Dia ingin memenangkan hati para developer dan publisher game sehingga mereka bersedia membuat game untuk PlayStation.

 

Memenangkan Hati Developer dan Publisher

Harrison bergabung dengan PlayStation pada 1993. Dia merupakan salah satu orang yang berusaha meyakinkan developer dan publisher agar mereka mau membuat game untuk PlayStation. “Kami harus bekerja keras untuk membuktikan kredibiltas kami,” katanya.

Harrison bercerita, mereka menerima banyak pertanyaan terkait model bisnis yang ditawarkan oleh Sony, seperti besar royalti atau sistem distribusi game. Para kreator game lalu membandingkan model bisnis Sony dengan model bisnis Sega dan Nintendo, yang ketika itu dianggap sangat ketat. “Sekarang, model bisnis mereka sudah berubah. Namun, saat itu, membuat game untuk Nintendo 16-bit memiliki risiko besar,” ujar Harrison.

Pada awalnya, Nintendo menggunakan cartridge. | Sumber: Wikipedia
Pada awalnya, Nintendo menggunakan cartridge. | Sumber: Wikipedia

Salah satu masalah yang dihadapi oleh publisher game Jepang adalah mereka tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendistribusikan game yang mereka buat. Ketika mereka membuat game untuk konsol Nintendo, maka Nintendo akan bertanggung jawab atas pendistribusian game. “Semua rekan publisher kami di Jepang senang dengan konsol kami. Hanya saja, mereka tidak tahu bagaimana cara untuk menjual game mereka ke pasar,” jelas Harrison. “Di sinilah kerja sama antara Sony Corp. dan Sony Music membuahkan hasil manis.”

Pada 1994, Sony mengundang developer dan publisher game ke hotel di Tokyo. Mereka menjelaskan, mereka sadar bahwa para developer dan publisher tidak tahu bagaimana cara menjual game mereka. Karena itu, mereka mempersiapkan tim sales. Hasilnya, ratusan publisher di Jepang siap untuk merilis game untuk PlayStation, sehingga konsol itu punya game yang sangat beragam.

Alasan lain para developer dan publisher memilih untuk membuat game PlayStation adalah karena membuat game untuk konsol Sega dan Nintendo tidak hanya berisiko, tapi juga lambat. Pasalnya, konsol Sega dan Nintendo menggunakan cartridge. Jika dibandingkan dengan proses pembuatan game di cartridge, pembuatan game di CD memakan waktu lebih singkat. Pada akhirnya, hal ini membuat developer dan publisher memiliki modal lebih yang bisa digunakan untuk mengembangkan game dan marketing.

Terakhir, alasan para developer dan publisher game tertarik untuk membuat game PlayStation adalah karena Sony tidak memiliki studio game sendiri sampai 1994. Hal itu berarti, Sony sepenuhnya menggantungkan diri pada kreator game pihak ketiga. Selain itu, mereka juga tidak perlu khawatir harus bersaing dengan Sony dalam merebut hati para pemain.

 

Konsol Buatan Sony

Konsol PlayStation pertama diluncurkan di Jepang pada Desember 1994. PlayStation menjadi konsol pertama yang berhasil terjual lebih dari 100 juta unit. PS tidak memiliki hard drive. Jadi, jika Anda ingin menyimpan data game pada konsol tersebut, Anda perlu menggunakan memory cards, yang hanya memiliki kapasitas 128KB. Pada Juli 2000, Sony meluncurkan PSOne. Dengan ini, Sony memulai tradisi mereka untuk meluncurkan konsol dalam ukuran lebih kecil.

Sony meluncurkan PlayStation 2 pada Maret 2000. Sampai sekarang, PlayStation 2 masih menjadi konsol paling laku sepanjang sejarah. Selama 12 tahun, Sony berhasil menjual 155 juta unit PlayStation 2. Salah satu alasan mengapa PlayStation 2 jauh lebih unggul dari para pesaingnya, seperti Microsoft Xbox, Nintendo GameCube, dan Sega Dreamcast, adalah karena ia memiliki game dalam jumlah banyak, mencapai lebih dari dua ribu game.

PlayStation 2 menggunakan Emotion Engine — prosesor dengan satu core — sebagai CPU. Konsol itu sudah dilengkapi dengan backward compatibility, fitur yang jarang ditemukan di konsol pada eranya. Dengan fitur backward compatibility, Anda bisa memainkan kebanyakan game PS1 di PS2.

Perubahan desain PlayStation dari masa ke masa. | Sumber: GameSpot
Perubahan desain PlayStation dari masa ke masa. | Sumber: GameSpot

PlayStation 2 juga menjadi konsol pertama yang kompatibel dengan DVD dan dilengkapi dengan port USB. Meskipun Anda bisa memasang hard drive sebesar 40GB pada PS2, konsol ini juga masih menggunakan memory card. Hanya saja, memory card PS2 memiliki kapasitas yang lebih besar, yaitu sampai 8MB. Melanjutkan tradisi, Sony meluncurkan PlayStation 2 Slimline pada September 2004.

PlayStation 3 diluncurkan pada November 2006. Ketika diluncurkan, konsol itu dihargai US$600, lebih mahal daripada Xbox 360 dan Nintendo Wii. Namun, konsol tersebut memang dilengkapi dengan Blu-ray drive. Dan jika dibandingkan dengan harga Blu-ray player, harga PlayStation 3 lebih murah.

Sony menggunakan prosesor Cell sebagai jantung dari PlayStation 3. Untuk membuat chip tersebut, Sony bekerja sama dengan Toshiba dan IBM. Sayangnya, chip tersebut mendapatkan protes dari banyak developer karena sulit untuk diprogram. Pada awalnya, PS3 dilengkapi dengan fitur backward compatibility dengan PS2. Hanya saja, untuk menyediakan fitur tersebut, Sony harus menanamkan prosesor PS2 di dalam konsol barunya. Demi memangkas harga PS3, Sony lalu memutuskan untuk menghilangkan prosesor PS2 tersebut.

PS3 menjadi konsol PlayStation pertama yang mendukung HDMI dan video 1080p. Konsol ini juga bisa terhubung ke jaringan WiFi. Sony juga sudah melengkapi PS3 dengan hard drive sebesar 20GB. Tak hanya itu, Anda juga bisa memasang HDD sendiri jika mau. Sama seperti konsol pendahulunya, PlayStation 3 juga dirilis dengan desain yang lebih ramping. Tidak tanggung-tanggung, Sony meluncurkan dua versi “Slim” dari PS3, yaitu PlayStation 3 Slim pada September 2009 dan PlayStation 3 Super Slim pada 2012.

Sony meluncurkan PlayStation 4 pada November 2013. Konsol itu terjual sebanyak satu juta unit pada hari pertama, menjadikannya sebagai konsol dengan penjualan terbanyak dalam periode satu hari. Konsol ini juga menjadi konsol pertama Sony yang memiliki CPU berbasis x86, arsitektur yang sama dengan arsitektur pada kebanyakan prosesor PC gaming. Pada 2019, PlayStation 4 terjual sebanyak 91 juta unit. Per Maret 2020, angka itu naik menjadi 110,4 juta unit.

Pada tahun ini, Sony menjadi pembicaraan hangat kerena akan merilis PlayStation 5. Pada pertengahan Juni lalu, mereka memamerkan PS5 beserta puluhan game yang bisa dimainkan di konsol tersebut. PlayStation 5 akan bersaing dengan Xbox Series X dari Microsoft. Menariknya, bahkan sebelum kedua konsol itu beredar di pasar, analis memperkirakan bahwa PS5 akan lebih laku dari Xbox Series X.

Kesimpulan

Jangan sembarangan menghina orang lain. Siapa tahu, teman culun yang sering menjadi bahan ledekan saat SMP atau SMA justru menjadi orang sukses saat sudah bekerja. Kesimpulan kedua: jangan menyinggung harga diri orang Jepang. Mereka mengerikan saat menyimpan dendam. Siapa yang mengira, keputusan Nintendo untuk memutus kerja sama Sony justru berujung dengan munculnya pesaing super tangguh di industri konsol game?

Sumber: GamesRadar, Sydney Morning Herald, BizFluent, GameSpot

Sumber header: Glassdoor