5 Aplikasi Jualan Online Ini Bantu Tingkatkan Penjualan. Wajib Dicoba!

Perkembangan teknologi era sekarang memudahkan kita dalam melakukan berbagai macam aktivitas, termasuk kegiatan transaksi jual-beli yang sudah biasa dilakukan lewat aplikasi jualan online. Keberadaan teknologi yang sudah menjadi bagian hidup masyarakat tentunya menambah animo para konsumen untuk memudahkan segala kebutuhan hidup, termasuk di sektor ekonomi.

Tidak heran, jika saat ini banyak aplikasi yang bisa digunakan untuk berjualan online. Ditambah dengan berbagai macam fitur hingga penawaran menarik, mulai dari kemudahan mengakses aplikasi, sampai dengan mempromosikan produk yang ingin dipasarkan. Tentunya pelaku usaha, apalagi yang baru merintis, harus mencari dan menentukan lapak jualan yang tepat agar produk yang dipasarkan mendapatkan keuntungan sesuai dengan keinginan.

Meskipun aplikasi jualan online sudah sangat mudah ditemui dan digunakan, Anda juga harus memastikan bahwa aplikasi tersebut aman dan terpercaya sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Berikut 5 aplikasi jualan online yang bisa Anda gunakan terutama apabila Anda baru merintis menjadi pelaku usaha. Simak di bawah ini, ya!

1. Instagram

penampilan instagram shopping
Sumber gambar : tekno.kompas.com

Siapa yang tidak mengenal Instagram? Aplikasi yang sangat populer ini tidak hanya menjadi tempat berbagi foto dan video saja, tetapi Anda juga bisa mulai mempromosikan serta memasarkan produk yang akan Anda jual. Sebagai upaya memudahkan pelaku usaha, Instagram telah menyediakan fitur akun bisnis. Melalui akun yang Anda miliki, Anda bisa mengubahnya lewat pengaturan menjadi akun bisnis serta menambahkan hashtag yang sesuai agar produk yang Anda jual bisa ditemukan oleh konsumen dengan lebih mudah.

Unduh di sini

2. WhatsApp

penampilan whatsapp business untuk jualan online
Sumber gambar : blog.whatsapp.com

Aplikasi chatting ini bisa diunduh melalui App Store maupun Google Play Store. Selain sebagai aplikasi untuk bertukar pesan, aplikasi WhatsApp kini hadir dengan layanan WhatsApp Business. Layanan ini diperuntukkan bagi Anda, seorang pelaku usaha yang ingin memasarkan produk yang dimiliki. WhatsApp Business juga memiliki fitur menarik agar konsumen juga tertarik dengan apa yang Anda jual, seperti fitur katalog yang menampilkan foto produk serta keterangan produk yang ada. Fitur lainnya yang juga dimiliki oleh WhatsApp Business adalah quick replies, greeting message, serta label yang memudahkan penjual berkomunikasi dengan pelanggan.

Unduh di sini 

3. Facebook

penampilan facebook shopping
Sumber gambar : about.fb.com

Jika diingat kembali, awal kemunculan Facebook dimulai dengan kepopulerannya di kalangan mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, aplikasi ini berkembang hingga terus menghadirkan fitur- fitur baru, seperti news feed, page, hingga fitur tombol like yang diberikan kepada cerita yang dibagikan oleh orang- orang yang terhubung dengan akun yang dimiliki. Kini, fitur marketplace pun hadir di Facebook untuk memudahkan para penjual dan pelaku usaha dengan mudah untuk memasarkan produk yang dimiliki. Melalui fitur ini, pastinya Anda akan memperoleh banyak konsumen dan meningkatkan penjualan.

Unduh di sini

4. Tokopedia

penampilan aplikasi tokopedia di smartphone
Sumber gambar : www.tokopedia.com

Tokopedia tidak hanya menjadi marketplace terpopuler di Indonesia, namun juga di Asia Tenggara. Tokopedia menawarkan berbagai macam fitur kemudahan seperti membuat voucher promo dan cashback untuk toko sendiri. Selain itu, Tokopedia juga menawarkan status keanggotaan seperti Power Merchant, dimana para penjual bisa menggunakan berbagai macam fitur eksklusif untuk membantu meningkatkan penjualan dan kepercayaan pelanggan.

Unduh di sini 

5. Shopee

penampilan aplikasi shopee di smartphone dan laptop
Sumber gambar : depositphotos.com/moubystudio

Shopee dengan fitur- fitur terbaiknya, seperti gratis ongkir, COD, cashback, voucher, dan Shopeepay yang memudahkan pelanggan dan pelaku usaha meningkatkan penjualan. Shopee juga memberikan fitur foto dan video yang dapat dilengkapi dengan deskripsi produk yang dimiliki, sehingga pelanggan juga akan memahami dengan produk yang Anda pasarkan.

Unduh di sini 

Nah, itu dia 5 aplikasi jualan online yang bisa Anda gunakan untuk memulai memasarkan produk. Selain mudah digunakan, pastinya aplikasi ini aman digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Jadi, enggak perlu bingung lagi, deh, mau berjualan di mana. Selain itu, kamu juga mendukung program pemerintah dalam mendigitalisasi UMKM Indonesia, lho.

***
Disclosure : Artikel ini ditulis oleh Srikandy Indah Karina

Lewat Media Sosial dan Situs Web, Kanva Tingkatkan Peluang Pangsa Pasar Produk Dekorasi Rumah

Mengusung konsep direct to consumer (DTC), platform yang menyediakan keperluan dekorasi rumah Kanva didirikan oleh Andi Kurniaty (Nuny) tahun 2015. Selain konsep DTC, Kanva juga memiliki beberapa proyek khusus dengan beberapa korporasi (B2B).

“Seluruh produk Kanva is proudly made in Indonesia dengan pengrajin kita dari beberapa pelosok Indonesia. Tujuannya adalah bagaimana menghadirkan kualitas produk lokal bisa bersaing,” kata Nuny.

Saat ini Kanva telah memiliki sekitar 6 pengrajin yang tersebar di beberapa tempat seperti Jakarta, Cianjur, Jepara, dan Solo. Produk awal Kanva sendiri adalah produk custom wall decor/canvas print dengan sistem pre-order.

“Semua berawal dari media sosial sampai akhirnya bisa memiliki situs web sendiri,”kata Nuny.

Untuk memudahkan transaksi, sejumlah opsi pembayaran sudah disediakan meliputi via bank transfer, kartu kredit, dan payment gateway Midtrans.

Bermarkas di Jakarta, saat ini pelanggan yang dilayani bukan hanya datang dari Jawa, Kanva juga telah menerima beberapa pesanan dari Bangka Belitung, Goronalo, hingga Papua. Baru-baru ini produk Kanva juga sudah tersedia di Singapura dan Malaysia, melalui kerja sama dan kolaborasi dengan salah satu e-commerce di negara tersebut.

Masih menjalankan bisnis secara bootstraping, Kanva saat ini terus membuka kolaborasi dengan investor yang memiliki kesamaan visi untuk mendukung bisnisnya.

“Untuk saat ini masih dalam fase bootstraping tetapi ada beberapa investor yang telah menghubungi Kanva. Semoga ke depan, dengan membaiknya perekonomian, Kanva bisa berkembang lebih baik lagi,” kata Nuny.

Startup yang menawarkan consumer product dengan konsep direct to consumer sebelumnya sudah banyak bermunculan. Khususnya mereka yang mulai menerapkan teknologi untuk optimasi bisnis. Mulai dari produk kecantikan Base, SYCA, Amazara dan MENA Indonesia.

Pandemi dorong pertumbuhan usaha

Saat pandemi, Kanva melihat kondisi ini sebagai peluang besar untuk semakin melebarkan sayapnya. Di masa yang dianggap serba sulit ini, pihaknya justru berusaha all out memperbesar pangsa pasar, memperluas rangkaian produk, dan meningkatkan volume penjualan. Work From Home ditranslasikan Kanva menjadi peluang cemerlang. Pasalnya rumah merupakan ‘area bermain’ Kanva.

Menurut Nuny, kembali ke rumah adalah momentum yang harus dielaborasi dengan baik. Perusahaan mengklaim penjualan beberapa produk dekorasi rumah ini justru meningkat pesat. Besaran kenaikannya terhitung signifikan, yaitu mencapai 200% di semester pertama 2020.

“Pada saat awal pandemi, kami sangat khawatir ini akan memberikan impact yang berat kepada kami. Tapi dengan kondisi #dirumahaja ini, ternyata banyak orang yang mulai menata dan menghias rumahnya sehigga menjadikan Kanva sebagai salah destinasi mereka. Kenaikan signifikan untuk sales kami juga terasa, karena dimasa pandemi ini saat orang tidak bisa bertemu, banyak yang saling kirim mengirim gift dalam rangka hari spesial seperti wedding, birthday, dan house warming,” kata Nuny.

Kanva juga mengadakan berbagai webinar melalui platform Instagram Live. Hal ini dilakukan tidak semata-mata untuk menaikkan engagement, tetapi juga menjadi platform informasi bagi para pengikutnya. Di tengah pandemi, Kanva juga menggandeng beberapa bisnis lokal lainnya untuk berkolaborasi baik secara digital, maupun menghasilkan produk kolaborasi.

“Tidak dimungkiri kami pun senang sekali bisa membantu para pelaku bisnis lokal lainnya. Sebagai bisnis lokal yang relatif masih kecil, kita mau mengajak teman-teman lainnya untuk bahu-membahu saling menyelamatkan, setidaknya selama pandemi ini. Ke depannya juga, kami berharap bisa lebih bermanfaat lagi bagi lingkungan, bagi sesama, dan besar harapan kami untuk juga bisa membantu mengurangi angka pengangguran,” tutup Nuny.

Sempat Gagal, Amazara Kembali Matangkan Bisnis dengan Strategi Barunya

Didirikan pada tahun 2015 lalu di Yogyakarta, Amazara menjual sepatu dan berbagai produk lainnya secara online. Karena alasan pribadi dan persoalan manajemen, startup tersebut sempat mengalami kegagalan sekitar tahun 2019 dan memilih menutup bisnis mereka.

Namun, belajar dari pengalaman yang didapat, Founder & CEO Uma Hapsari memutuskan untuk memulai kembali bisnisnya. Dengan tim yang solid dan riset pasar yang lebih matang, Amazara kini memilih fokus untuk memproduksi dan menjual produk sepatu.

Kerja keras dan strategi yang diterapkan Uma ternyata membuahkan hasil, dalam waktu 5-6 bulan, perusahaan kembali mendapatkan pemesanan dan penambahan jumlah pelanggan.

“Karena berbagai alasan saya memutuskan untuk menutup perusahaan. namun dengan semangat baru dan memanfaatkan media sosial, Amazara bisa kembali beroperasi pada bulan Februari 2020 lalu,” kata Uma.

Bermitra dengan pengrajin sepatu dan pabrik

Untuk bisa menghasilkan berbagai produk sepatu berkualitas dan tetap relevan, Amazara menjalin kemitraan dengan beberapa pengrajin dan pabrik sepatu; jumlahnya saat ini sekitar 10 mitra. Dan guna memastikan semua proses sesuai dengan standar perusahaan, tim Amazara melakukan pemantauan dan kontrol saat proses produksi.

“Kami tidak fokus kepada growth at all cost. Model bisnis kami adalah merchandising. Artinya kami adalah pedagang dan melakukan penjualan sepatu. Kita percaya kepada kualitas dan layanan menjadi prioritas perusahaan,” kata Uma.

Saat ini perusahaan mengklaim telah memiliki sekitar 100 ribu pelanggan. Selain website, Amazara juga memanfaatkan official store di berbagai platform marketplace. Sementara untuk kanal promosi dan komunikasi, Amazara memanfaatkan akun media sosial Instagram dan WhatsApp.

“Kita belum memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi untuk saat ini dan ke depannya. Fokus kita adalah memproduksi sepatu yang kebanyakan diminati oleh kalangan millennial usia sekitar 17-34 tahun,” kata Uma.

Pandemi dan pendanaan

Saat pandemi Covid-19 mulai menyebar di Indonesia, penjualan sepatu produksi Amazara sempat mengalami penurunan yang drastis. Untuk mengakali kondisi tersebut, mereka kemudian menghadirkan mentoring online untuk para UKM yang ingin belajar lebih mendalam dari Uma Hapsari. Responsnya pun ternyata cukup positif, selama kegiatan tersebut berlangsung terdapat 1500 pendaftar yang tertarik untuk mengikuti sesi tersebut.

Impact dari kegiatan tersebut adalah engagement dari audiens dan tentunya awareness terhadap brand kami. Meskipun pendapatan menurun tapi kami terekspos lebih luas melalui kegiatan ini yang kami hadirkan secara gratis,” kata Uma.

Kendala lain yang dihadapi oleh Amazara saat pandemi adalah, berkurangnya produksi sepatu karena aturan PSBB yang diterapkan oleh pemerintah. Bukan hanya tidak adanya penyediaan bahan baku, namun para pengrajin juga banyak yang kembali ke kampung halaman.

“Namun bulan ini kondisi berangsur kembali normal dan produksi bisa kembali dilakukan. Kami pun mulai menerima pemesanan dari pelanggan. Untungnya kegiatan belanja online tidak pernah surut saat pandemi berlangsung hingga saat ini,” kata Uma.

Setelah melakukan diskusi dengan Salt Ventures tahun 2019 lalu, perusahaan akhirnya mengantongi pendanaan tahap awal dari mereka. Dengan pendanaan ini Amazara bukan hanya ingin menjadi platform penjualan sepatu secara online, namun juga ingin menjadi mentoring platform untuk membantu pelaku UKM lainnya menjalankan bisnis.

“Hal tersebut telah menjadi visi dan misi kami saat melakukan diskusi dengan pihak Salt Ventures. Harapannya kami bisa memberikan kontribusi kepada bisnis lainnya agar bisa maju bersama,” kata Uma.

Aplikasi Jamanow Mudahkan Pengguna Memulai Bisnis Jualan Online

Makin menjamurnya bisnis online yang memanfaatkan berbagai platform untuk berjualan menjadi salah satu inspirasi lahirnya aplikasi Jamanow. Yakni sebuah social commerce yang memfasilitasi pengguna memulai bisnis online secara mandiri.

Platform tersebut menawarkan kemudahan akses untuk menghubungkan brand atau merchant kepada reseller dan pelanggan. Dengan memanfaatkan social network reseller dan influencer, memungkinkan brand bisa menjangkau jaringan yang jauh lebih luas.

“Kami melihat social commerce sukses di India dan Tiongkok. Memberikan peluang usaha kepada semua orang, why not? Di Indonesia masih tinggi angka penganggurannya, kemudian ada yang sudah bekerja tapi gajinya kurang bisa mencukupi kebutuhan mereka, ada juga mahasiswa atau pelajar atau Ibu rumah tangga yang butuh dapat penghasilan tambahan,” kata Co-Founder & CMO Jamanow Cindy Ozzie kepada DailySocial.

Jamanow mencatat, 60% transaksi online terjadi di platform e-commerce formal, seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan sebagainya. Sementara 40% transaksi online terjadi di platform informal, seperti WhatsApp, Facebook, Kaskus, dan lainnya. Cara informal kebanyakan transaksinya masih menggunakan cara manual.

Secara demografi, profil Indonesia, India, dan Tiongkok bisa dibilang cukup serupa. Mulai dari penyebaran penduduk, heterogenitas budaya, dan gaya hidupnya. Jadi ada peluang yang besar juga social commerce ini bisa sukses di Indonesia, meskipun masih perlunya edukasi diberikan.

“Hingga kini masih menjadi tantangan bagi kami adalah social commerce yang masih sangat baru di Indonesia. Jadi untuk edukasi market membutuhkan waktu dan strategi yang tepat,” kata Cindy.

Fokus pada akuisisi merchant, reseller, dan pelanggan

Secara khusus platform tersebut menawarkan model bisnis yang serupa dengan drop shipping model. Ketika reseller berhasil menjual barang dari aplikasi, mereka akan dapat komisi hingga 25%. Jamanow juga mengenakan komisi dari setiap transaksi penjualannya. Untuk mengakuisisi lebih banyak merchant, perusahaan memanfaatkan jaringan tim yang telah dimiliki.

Selain mereka yang sudah menjadi reseller sebelumnya, target perusahaan adalah mengajak kalangan ibu rumah tangga, karyawan, dan mahasiswa untuk bergabung.

Untuk melancarkan kegiatan tersebut, perusahaan telah melakukan aktivitas offline dan kampanye di media sosial. Jamanow mengklaim telah memiliki pengguna aktif di luar kawasan Jabodetabek, seperti Padang, Surabaya, Kalimantan hingga Bali. Layanan juga sudah bisa diakses melalui aplikasi maupun website.

“Tahun 2020 mendatang kami memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana pra seri A dan seri A. Sementara target yang ingin kami capai tahun depan di antaranya meningkatkan angka transaksi, angka active user, dan yang pasti impact untuk setiap pengguna aplikasi kami,” kata Cindy.

RateS, TokoTalk, dan Feedr juga merupakan aplikasi serupa yang beroperasi di Indonesia. Tawarkan model social commerce untuk permudah masyarakat berjualan sebagai reseller.

Application Information Will Show Up Here

Sakoo Mungkinkan Pebisnis Kelola Penjualan di Berbagai Marketplace Melalui Dasbor Tunggal

Bertujuan untuk mempermudah pemilik bisnis online memasarkan produk mereka di berbagai online marketplace, Sakoo resmi meluncur. Platform tersebut dikembangkan oleh startup binaan Digital Amoeba Telkom Indonesia.

Kepada DailySocial CMO Sakoo Riska Tania Tambunan mengungkapkan, startup yang didirikan bersama Marcho Senda Djisoko (CEO) dan Budi Hari Sulaksono (CTO) didasari dari pengalaman para pendiri startup. Ketika berjualan di banyak marketplace, mereka menemui kendala sulitnya mencocokkan stok di seluruh kanal.

Menurut riset dan survei yang dilakukan Sakoo, hal ini terjadi karena sistem yang digunakan masih manual. Sementara penjualan secara dinamis terus berjalan, sehingga kadang data stok menjadi tidak sesuai dengan barang yang siap untuk dijual. Hal itu dapat menyebabkan transaksi gagal atau tidak terdeteksinya barang yang sudah terjual di gudang.

“Dari hasil validasi yang dilakukan, kami mendapatkan bahwa banyak pemilik bisnis yang kesulitan mengelola stok agar sesuai dengan kondisi aslinya, serta sulit mengelola transaksi di beberapa marketplace sekaligus. Pemilik bisnis juga membutuhkan dukungan kanal pemasaran online untuk menaikkan omzet,” kata Riska.

Cara kerja Sakoo

Terdapat beberapa fitur Sakoo, di antaranya pengaturan stok, katalog online dan sinkronisasi ke tiga marketplace (Shopee, Lazada, dan Blanja). Pengguna cukup membuat akun di aplikasi Sakoo dengan mendaftarkan e-mail atau nomor handphone.

Setelah akun Sakoo diaktifkan, pengguna dapat mengakses dasbor lalu melakukan pengaturan toko online meliputi nama toko, lokasi toko (bisa multi-lokasi toko atau gudang), dan alamat sub-domain toko onlinenya. Pengguna kemudian dapat mengunggah produk yang dijual dan melakukan set-up stock inventory.

“Nantinya secara otomatis pengguna akan mendapatkan katalog online untuk tokonya sendiri, dengan alamat sub-domain yang sudah dipilih dan tersedia. Katalog online dapat langsung digunakan untuk menerima transaksi. Semua transaksi yang dilakukan melalui katalog online dapat diproses melalui dasbor Sakoo,” kata Riska.

Saat ini Sakoo mengklaim telah memiliki sekitar 500 lebih merchant yang sudah menggunakan platformnya. Kebanyakan merchant yang bergabung adalah UKM. Merchant yang aktif menggunakan berjumlah 11 unit bisnis dengan skala menengah dan 1 klien korporasi yang mengelola 2000 reseller mereka.

“Untuk strategi monetisasinya, kami memberlakukan subscription fee bulanan dan tahunan bagi penggunanya. Selain itu, kami juga menerapkan managed service fee untuk whitelabel project,” kata Riska.

Target Sakoo

Startup dinaungi Telkom Indonesia di bawah program inkubasinya ini masih memiliki beberapa target yang ingin dicapai. Di antaranya menambah pilihan platform marketplace hingga menambah jumlah merchant.

Berbeda dengan platform serupa lainnya, Sakoo mengklaim memberikan kemudahan satu tempat bagi pemilik bisnis untuk pengelolaan multi akun dan multi lokasi toko atau gudang. Pengguna juga secara instan bisa memiliki dan mengelola toko online milik sendiri.

“Solusi kami adalah end-to-end sampai dengan memonitor pengiriman barang ke pembeli. Mendukung ekosistem bisnis, Sakoo juga telah bekerja sama dengan pendukung bisnis lainnya, seperti penyedia gudang, pengiriman serta payment gateway yang dapat dipilih sesuai kebutuhan klien,” tutup Riska.

Aplikasi RateS Ingin Mudahkan Siapa Saja Mulai Berjualan Online

Besarnya penggunaan media sosial di Indonesia dimanfaatkan oleh startup asal Singapura Rate untuk menciptakan platform yang bermanfaat untuk pemilik usaha kecil mengadopsi teknologi. Bernama RateS, produk tersebut kini sudah resmi meluncur di Indonesia.

Didirikan pada tahun 2016, inovasi Rate ingin menjadikan transaksi e-commerce lintas negara lebih efisien dan mudah diakses. Pada Maret 2019, Rate lulus dari program PayPal Incubator di Singapura. Sebelumnya, Rate juga ini telah berhasil mendapatkan investasi sebesar $2.3 juta dari Alpha JWC Ventures dan Insignia Ventures Partners pada babak pra-seri A.

Bantu siapa saja memulai berjualan online

Konsep kerjanya RateS bertindak sebagai perantara antara pengguna dan supplier untuk mendapatkan produk, menangani inventori dan logistik. Para pengguna aplikasi hanya perlu melakukan penjualan dan pemasaran produk-produk yang mereka temukan di RateS.

Pengguna dapat menelusuri katalog produk di RateS dan memilih produk yang ingin mereka masukkan ke ‘toko’ online yang mereka buat di aplikasi. Selain itu, mereka juga dapat memanfaatkan jaringan sosial mereka dan membagikan detail produk secara langsung ke media sosial.

Pengguna dapat menentukan harga akhir dari produk yang mereka jual dan mendapatkan laba dari hasil penjualan mereka. Setelah pesanan berhasil dilakukan, produk akan dikirimkan langsung oleh supplier ke pembeli.

Menurut CEO Rate Jake Goh, Indonesia memiliki kemiripan dengan Singapura, mulai dari kebiasaan hingga gaya hidup yang hampir serupa. Dengan alasan itulah mengapa RateS pertama kali hadir di Indonesia dengan mengedepankan konsep Social Commerce.

“Untuk pertama kalinya RateS kami hadirkan di Indonesia, melihat besarnya penggunaan media sosial di Indonesia. Meskipun konsep social commerce bukan hal yang baru di Indonesia, kami melihat metode tersebut masih sangat fragmented sifatnya dan kurang efektif untuk dikembangkan, misalnya penggunaan berbagai chat app hingga grup media sosial, sementara proses pembayaran masih dilakukan secara offline.”

Bakal hadirkan versi premium

RateS juga telah meluncurkan aplikasi dan telah memiliki sekitar 1000 lebih pengguna aktif.  Aplikasi baru ini bertujuan untuk menciptakan infrastruktur bagi pedagang mikro yang ingin memulai bisnis online mereka tanpa modal dan inventori produk.

Saat ini, RateS dapat diunduh secara gratis, tetapi ke depannya RateS akan meluncurkan program keanggotaan premium. Setiap anggota mendapatkan akses ke kategori produk eksklusif dan lebih banyak konten pembelajaran. Setelah Indonesia, RateS juga nantinya akan dikembangkan di Vietnam dan Singapura.

“Kami sangat senang bisa meluncurkan aplikasi kami di Indonesia. Ke depannya, kami memiliki rencana besar untuk RateS, termasuk mengajak lebih banyak supplier untuk bergabung bersama kami, dan mengembangkan fitur-fitur menarik untuk seller kami,” kata Jake.

Di Indonesia sendiri startup yang menawarkan konsep serupa adalah TokoTalk, yakni layanan yang memungkinkan pemilik toko membuat website pribadi untuk tokonya dengan teknologi dan fitur yang disesuaikan.

Pada bulan April 2019 lalu, TokoTalk mengantongi pendanaan senilai $3,2 juta atau 45 miliar Rupiah dari Altos Ventures yang berasal dari Silicon Valley, Amerika Serikat. Pasca perolehan pendanaan, perusahaan akan lebih fokus pada peningkatan layanan untuk menggenjot pertumbuhan bisnis.

Selain itu konsep serupa juga pernah diinisiasi startup besutan Hadi Kuncoro yang bernama Feedr.

Application Information Will Show Up Here

Glodoku Hadirkan Platform B2B Commerce untuk Berbagai Produk Industri

Berangkat dari pengalamannya yang cukup lama berkecimpung di dunia purchasing, Anton Asmadi kemudian mendirikan layanan B2B commerce yang diberi nama Glodoku. Mengedepankan model bisnis yang serupa dengan e-commerce pada umumnya, Glodoku mencoba untuk mengakomodir solusi lengkap dan kemudahan dalam pengadaan barang dan alat industri.

Platform yang sudah resmi meluncur sejak Juni 2018 lalu tersebut, kini hadir memberikan layanan lengkap produk kebutuhan industri yang bisa diakses secara online. Bersama dengan Co-Founder Glodoku Ray Husein Asmadi, Anton ingin menghadirkan solusi yang menjembatani kebutuhan pelanggan terkait produk industri.

“Glodoku secara hukum berdiri pada tanggal 4 Juni 2018, melihat tren pasar di mana segala sesuatu serba digital dan permasalahan yang ada di dunia purchasing konvensional salah satunya kesulitan untuk mencari vendor dan proses negosiasi,” kata Anton.

Selain itu Glodoku juga menghadirkan informasi berupa katalog dan berkas CAD serta pencarian tipe dan spesifikasi. Model bisnis Glodoku serupa dengan layanan e-commerce pada umumnya, namun dengan menyesuaikan proses B2B, seperti pembayaran dengan tempo, request for quotation hingga after sales service. Glodoku juga menjamin semua produk yang dijual, 100% asli dan merupakan produk yang relevan dan tentunya dibutuhkan oleh industri.

“Strategi monetisasi yang kami lakukan adalah dengan memperoleh pendapatan dari penjualan barang-barang tersebut,” kata Anton.

Target Glodoku

Saat ini Glodoku mengklaim telah memiliki sekitar 10 perusahaan yang menjadi mitra untuk memasarkan produk. Di antaranya adalah Sumitomo, Toshiba, Miki Pulley, Euro, Inaba Denki dan beberapa brand ternama lainnya. Selain efisien, Glodoku juga memberikan transparansi dalam pengadaan barang-barang industri sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan industri.

“Target Glodoku di tahun 2019 adalah mendapatkan kepercayaan dari 200 perusahaan untuk bergabung menjadi customer, serta 100 mitra penyedia barang dengan total 50 ribu produk. Untuk melancarkan kegiatan promosi, Glodoku juga akan mengikuti kegiatan offline berupa pameran dan bazaar yang berhubungan dengan industri,” kata Anton.

Fokus Bisnis dan Rencana Telunjuk di Tahun 2019

Masih menjalankan bisnis sebagai penyedia layanan rekomendasi dan perbandingan harga belanja online, PT Telunjuk Komputasi Indonesia (Telunjuk) tahun 2019 berencana untuk meluncurkan layanan baru menyasar segemen B2B. Masih dalam tahap pengembangan, jika nantinya secara resmi diluncurkan, layanan ini bisa berguna untuk perusahaan FMCG, elektronik hingga perusahaan multinasional untuk mengetahui lebih lanjut analisis hingga proses komparasi harga sesuai dengan kebijakan perusahaan.

Kepada DailySocial CEO Telunjuk Hanindia Narendrata menyebutkan, layanan tambahan ini sengaja dihadirkan oleh Telunjuk setelah adanya permintaan dari perusahaan elektronik untuk merapikan tampilan foto dan deskripsi produk di semua marketplace di Indonesia.

“Banyak perusahaan besar yang menginginkan tampilan untuk tertata dengan baik dari foto hingga informasi produk. Dari demand itulah akhirnya kami berencana untuk meluncurkan layanan khusus B2B dalam waktu dekat,” kata Hanindia.

Sementara itu layanan utama yang sejak awal sudah menjadi unggulan di Telunjuk yaitu Performance Marketing masih tetap tersedia di platform. Bukan sekadar pembanding harga biasa, Telunjuk juga big data untuk mengolah data SKU di marketplace yang ada.

“Dari sisi teknologi fokus kita adalah meningkatkan penerapan machine learning dan big data. Ke depannya kita juga berencana untuk membuka API kita, bermitra dengan startup dan perusahaan yang relevan untuk kemudian dimanfaatkan,” kata Hanindia.

Disinggung apakah Telunjuk memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, Hanindia mengungkapkan saat ini fokus dari Telunjuk adalah memperoleh revenue. Dengan demikian diharapkan perusahaan tetap bisa menjalankan bisnis, tanpa harus melakukan penggalangan dana.

Pertengahan tahun 2015 lalu, Telunjuk memperoleh pendanaan seri A dari Venturra (sebelumnya Lippo Digital Ventures).

“Secara rutin summary berupa perkembangan dari perusahaan tetap kita bagikan kepada investor. Namun untuk saat ini Telunjuk fokus untuk memperoleh pendapatan langsung untuk perusahaan,” kata Hanindia.

Membentuk company culture dan tim yang solid

Lama tidak terdengar, Telunjuk ternyata sempat mengalami pasang surut perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah kurang maksimalnya kolaborasi dan kurang solidnya hubungan antar pegawai. Belajar dari kesalahan yang terjadi, Hanindia kemudian mencoba untuk melakukan pendekatan yang berbeda terkait dengan proses perekrutan hingga proses adaptasi pegawai baru di perusahaan.

“Setelah mendapatkan funding tahun 2015 lalu, kita langsung kebut untuk mempercepat bisnis dengan merekrut banyak pegawai baru. Karena tidak dibarengi dengan proses adaptasi yang tepat dan pendekatan secara personal kepada masing-masing pegawai, ternyata mampu untuk menciptakan lingkungan yang ‘toxic’ di perusahaan,” kata Hanindia.

Sebelumnya Telunjuk sempat memiliki hampir 30 orang pegawai. Namun karena adanya persoalan dan penurunan bisnis yang cukup drastis di perusahaan, banyak kemudian pegawai yang mengundurkan diri. Saat ini Telunjuk sudah memiliki 20 tim yang solid membantu melancarkan bisnis perusahaan.

“Sebagai pemimpin ternyata penting bagi saya untuk memiliki leadership yang baik. Artinya tidak hanya melulu fokus kepada traksi dan percepatan bisnis saja, namun juga company culture dan pendekatan yang tepat kepada pegawai,” kata Hanindia.

Di tahun 2019 ini selain fokus kepada revenue, Telunjuk juga memiliki rencana untuk memperluas partnership dengan pihak yang relevan dan mengembangkan teknologi big data agar bisa dimanfaatkan oleh berbagai industri.

 

5 Plugin Toko Online yang Paling Ngetop untuk WordPress

Seperti yang sudah pernah kita bahas, bahwa untuk membuat toko online tidak harus menggunakan script atau CMS yang rumit. Jika Anda sudah punya web berbasis WordPress dan ingin memperluas bisnis dengan membuat toko online, Anda tak harus membuat sub domain atau bahkan membeli domain, cukup pasang plugin toko online dan masalah pun selesai.

Tapi, masalah baru datang. Pasalnya, ada beberapa plugin toko online yang tersedia untuk WordPress, dan memilih yang terbaik juga butuh waktu dan pertimbangan ini itu. Untuk menghemat waktu Anda, redaksi Dailysocial punya rekomendasi 5 plugin toko online terbaik yang bisa Anda pakai.

WooCommerce

Plugin toko online untuk WordPress buatan Automattic ini masih memuncaki daftar pertama plugin online shop yang paling direkomendasikan. Tidak hanya  fleksibel karena bisa dipasang di semua tema, plugin ini juga terbilang sangat lengkap dan mudah integrasinya sangat luas. Pemasang aktifnya mencapai 4 juta toko, belum termasuk yang versi modifikasi dan yang mengunduh dari pihak ketiga. Fitur lengkap WooCommerce bisa Anda baca di tautan ini.

WP eCommerce

Plugin berikutnya adalah WP eCommerce yang cukup populer walaupun masih kalah jauh dari WooCommerce. Angka pemasangan aktif plugin toko ini hanya 20.000 tetapi ratingnya tak kalah bagus, rata-rata 4.5. Sama seperti WooCommerce, plugin memudahkan Anda menjual produk fisik dan digital, menawarkan beberapa metode pembayaran dan mencatat semua pesanan dari satu panel.

eCommerce Product Catalog Plugin for WordPress

Plugin buatan ini terbilang lengkap, menawarkan sebuah sistem pemesanan online yang rapi. Pemilik toko dapat menampilkan toko yang profesional lengkap dengan alat-alat pendukungnya seperti sistem pemesanan, pembayaran, integrasi merchant, galeri, dan juga review. Sayang, namanya yang kelewat panjang mungkin akan membuat banyak orang kesulitan untuk mengingatnya.

Shopping Cart & eCommerce Store

Plugin toko yang satu ini punya tiga tipe, gratis, profesional dan premium. Untuk penggunaan standar, versi gratisnya saja sudah cukup untuk Anda yang ingin membuat toko beserta sistemnya. Plugin sudah menghadirkan apa yang dibutuhkan, antara lain penambahan produk baru tanpa batas, baik fisik maupun digital, integrasi pembayaran online, pelacakan pesanan, sistem konfirmasi, dan lain-lain.

Jigoshop eCommerce

Terakhir, ada plugin Jigoshop eCommerce yang terbilang baru di kancah per-pluginan WordPress khususnya di ranah ecommerce. Angka unduhannya baru 400 tetapi prospeknya bagus menyusul ratingnya yang nyaris sempurna.

Jigoshop cocok dipakai untuk produk fisik dan digital, mempunyai sistem desain sendiri, pengelola produk, pemesanan dan persediaan. Ia juga mendukung berbagai sistem pembayaran, pengiriman dan menawarkan kemudahan untuk pembuatan alur keranjang, formulir dan invoice yang lebih profesional.

Sumber gambar header Pixabay.

Gandeng JD.ID, Garuda Indonesia Luncurkan GarudaShop

Hari ini Garuda Indonesia secara resmi mengumumkan kerja sama strategis dengan JD.ID dengan meluncurkan kanal khusus “GarudaShop” di situs dan aplikasi JD.ID. Kerja sama yang nantinya akan berjalan selama dua tahun ini akan memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk membeli semua produk hingga merchandise resmi dari Garuda Indonesia yang selama ini dijual di udara (on board selling).

Kepada media Direktur Marketing dan Teknologi Informasi Nina Sulistyowati mengungkapkan, dipilihnya JD.ID sebagai mitra layanan e-commerce dari Garuda Indonesia didasarkan pada track record yang positif dari kerja sama sebelumnya dengan anak usaha dari Garuda Indonesia, Citilink.

“Kerja sama ini terdiri dari dua tahapan, yaitu satu tahun pertama fokus kepada awareness dan penjualan dan satu tahun terakhir kami dari Garuda Indonesia akan melakukan evaluasi terkait dengan kelanjutan kerja sama dengan JD.ID,” kata Nina.

Dipilihnya JD.ID menjadi mitra dari Garuda Indonesia sebelumnya telah melalui proses seleksi yang panjang dan transparan. Salah satu alasan JD.ID ideal menjadi mitra dari Garuda Indonesia adalah adanya kesamaan lima wilayah yang layanan, channel distribusi yang besar hingga kepemilikan dari toko sendiri.

Memanfaatkan Go Express dari Garuda Indonesia

Untuk proses pengiriman, Garuda Indonesia akan memanfaatkan layanan milik sendiri yaitu Go Express. Layanan logistik tersebut diklaim mampu untuk mengirimkan ke semua wilayah layanan langsung sampai ke rumah pembeli.

“Kami ingin membantu masyarakat yang terbang menggunakan pesawat Garuda Indonesia, yang selama ini kerap kesulitan membawa pulang barang yang dibeli on board. Dengan GarudaShop, semua barang tersebut bisa dibeli sebelum, saat di pesawat atau setelah turun dari pesawat langsung dari situs JD.ID,” kata Nina.

Meskipun untuk tahap awal proses logistik masih dilakukan sendiri oleh Garuda Indonesia, namun demikian pihak JD.ID menyebutkan nantinya melihat kondisi yang ada, akan turut melakukan proses distribusi menggunakan mitra logistik pihak ketiga dari JD.ID.

Target pendapatan dari penjualan dari Garuda Indonesia dan JD.ID

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Presiden Direktur JD.ID Zhang Li yang menyambut baik kerja sama dengan penerbangan nasional milik Indonesia ini. Melalui kerja sama ini JD.ID menargetkan penjualan barang hingga 10 ribu produk dalam waktu satu tahun.

“Saya melihat produk yang akan banyak dibeli oleh masyarakat adalah produk resmi milik Garuda Indonesia, barang-barang untuk travelling hingga brand lain yang tersedia di kanal khusus Garuda Indonesia.”

Disinggung tentang target pendapatan dari Garuda Indonesia terkait dengan kanal penjualan di JD.ID, disebutkan selama satu tahun pertama diharapkan Garuda Indonesia bisa memperoleh pendapatan hingga $1 juta.

“Kerja sama dengan JD.ID ini merupakan salah satu upaya Garuda Indonesia untuk mengembangkan bisnis Ancillary Revenue yang terus tumbuh untuk dikembangkan. Garuda Indonesia menargetkan pendapatan dari Ancillary Revenue tahun 2018 sebesar $54 juta,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury.

Application Information Will Show Up Here