Dorong Pengembangan dan Regulasi, Asosiasi Blockchain Indonesia Resmi Berdiri

Menyusul perkembangan industri blockchain yang semakin masif di dunia, termasuk Indonesia, enam perusahaan blockchain tanah air berinisiatif mendirikan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI). ABI resmi berdiri pada 21 Maret 2018.

Keenam perusahaan blockchain ini adalah Blocktech Indonesia, Blockchain Zoo, IndoDAX, Indonesian Blockchain Network, Luno, dan Pundi X. CEO IndoDAX Oscar Darmawan ditunjuk sebagai Ketua Umum ABI.

Dalam sambutannya, Oscar mengungkapkan bahwa teknologi blockchain sebagai teknologi generasi 4.0 diyakini menjadi salah satu pilar penting terhadap pengembangan sektor industri di Indonesia.

ABI disebut membawa sejumlah visi dan misi untuk dapat mendorong kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha untuk mengembangkan teknologi blockchain dan cryptocurrency di Indonesia.

Diharapkan ABI dapat membuka dialog dengan pemerintah dan mengumpulkan data transaksi investasi yang masuk ke para pemain blockchain di Indonesia.

Sebagai langkah awal, ABI telah menjadi anggota Kamar Dagang Indonesia (KADIN). Pihaknya tengah merumuskan berbagai program sembari melakukan dialog dengan pemerintah untuk pengembangan blockchain.

Mengingat asosiasi ini baru saja berdiri, pihaknya belum memiliki data transaksi investasi yang sudah masuk dan diterima para pemain blockchain di Indonesia.

“Kebanyakan perusahaan blockchain masih berbentuk perusahaan rintisan dan teknologi ini juga masih terbilang baru di Indonesia. Makanya, kami harap asosiasi ini dapat mendorong pengembangannya,” ujar Oscar ditemui di peresmian Asosiasi Blockchain Indonesia, Rabu (21/3/2018).

Bagi Oscar, banyak kesalahpahaman terjadi pada masyarakat terhadap teknologi blockchain. Masyarakat hanya tahu bahwa blockchain itu adalah bitcoin dan mata uang crypto. Padahal, adopsi blockchain dapat diterapkan ke berbagai macam sektor industri.

“Sebetulnya tanpa kita sadari nanti di masa depan kita sudah mengadopsi blockchain untuk berbagai aktivitas kita, karena sesungguhnya teknologi ini adanya di belakang, bukan di depan,” jelas Oscar.

Yos Ginting yang ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pengawas ABI mengatakan, pengembangan blockchain di Indonesia akan menemui sejumlah tantangan. Salah satu yang terbesar adalah regulasi mengingat teknologi ini belum memiliki payung hukum.

“Kita belum memiliki regulasi atau sistem yang sekiranya dapat berjalan berdampingan dengan pengembangan teknologi blockchain di Indonesia. Untuk itu, kami harap dapat menjadi mitra pemerintah dan swasta.”

 

Bitcoin.co.id Ubah Nama Menjadi INDODAX

Bitcoin Indonesia atau dikenal dengan Bitcoin.co.id kini resmi berganti nama sebagai INDODAX (Indonesia Digital Asset Exchange). Dengan wajah baru ini INDODAX berharap bisa tetap menjawab tingginya minat dan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap layanan pengelolaan aset digital.

INDODAX akan tetap bisa melayani jual dan beli aset digital seperti Bitcoin, Ethereum, Ripple, dan beberapa cryptocurrency lainnya. Dalam keterangan resminya, INDODAX menyampaikan bahwa pihaknya berusaha mengedepankan keamanan, kemudahan, kecepatan, dan pelayanan yang memuaskan dalam setiap transaksinya. Dengan wujud terbarunya ini memungkinkan pengguna untuk membeli atau menjual aset digital setiap saat, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, termasuk juga pada saat hari libur.

“Kami percaya bahwa teknologi digital asset dapat memberikan dampak positif yang besar terhadap ekonomi. Kini peranan digital asset di Indonesia sebagai salah satu media spekulasi pun semakin berkembang, khususnya dengan makin berkembangnya teknologi blockchain. INDODAX hadir untuk membantu pelanggan dalam memberikan tempat untuk membeli dan menjual digital asset dengan cara yang mudah, aman dan cepat,” terang CEO INDODAX Oscar Darmawan.

Keamanan dan transparansi dalam bertransaksi digital asset menjadi fokus utama INDODAX. Salah satu perwujudannya adalah dengan peraturan yang diterapkan oleh perusahaan di mana setiap orang yang ingin membeli atau menjual digital asset melalui INDODAX harus mendaftarkan diri sesuai dengan data pribadi yang sah untuk menghindari munculnya tidak kriminal.

Selain itu pihak INDODAX mengklaim bahwa mereka didukung dengan teknologi blockchain yang membuat semua aset digital dan perpindahannya dapat dilacak dengan lebih mudah. Karena semua transaksi yang terjadi tercatat secara elektronik di dalamnya.

Saat ini INDODAX mencatat sudah memiliki 1,1 juta anggota terdaftar yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Rata-rata pertumbuhan baru pun mencapai angka 3000 per hari dengan rata-rata volume transaksi yang sekarang terjadi mencapai 100 miliar rupiah.

“Hingga saat ini, terdapat berbagai pilihan digital asset yang dapat dibeli dan dijual seperti Bitcoin, Bitcoin Cash, Bitcoin Gold, Ethereum, Ripple, Dogecoin, Litecoin, Bitshares, NXT dan NEM, serta DASH. Kami akan terus melengkapi produk yang kami tawarkan agar dapat terus memenuhi kebutuhan pengguna,” terang Oscar.

Application Information Will Show Up Here

Bank Indonesia Only Prohibits Bitcoin Usage as Payment Method

Bank Indonesia declares bitcoin prohibition will be limited in closing all transaction using bitcoin. This regulation is to be published on Monday (12/4), after being signed by BI on Wednesday (11/29).

In this regulation, Bank Indonesia confirms bitcoin as non-valid payment method in Indonesia. Some points will be established to close all activities regarding bitcoin payment and so on.

“The point is, we will not accept bitcoin as valid payment. According to plan, there will be a provision to discourage activities that facilitate bitcoin. Discourage means actively prohibiting. Let’s wait for the provisions,” explained Agusman, BI’s Head of Communication Department, in contact with DailySocial on Thursday (11/30).

Furthermore, quoting CNN Indonesia, the regulation will strictly bans bitcoin transaction among individuals. The prohibition has been adjusted in Bank Indonesia Regulation (PBI) Number 18 of 2016 regarding Implementation of Payment Transaction Process. Supposedly a company caught in transaction using bitcoin, the business license will be revoked and sanctioned.

“Supposedly a bank supports bitcoin transaction, there will be tough sanction. However, bitcoin transaction is not using payment system provider. For individuals, we can only prohibit. They can take their own risk,” said Eni Panggabean, BI’s Head Executive Director of Payment System Policy Department.

Industry player’s responses

Bitcoin Indonesia’s CEO Oscar Darmawan, in separate contact with DailySocial, said the business model of Bitcoin Indonesia is not to provide payment using bitcoin. It is a marketplace to provide digital assets such as: bitcoin, ethereum, ripple and others. Thus, when the regulation published, it will not necessarily affect the company.

The company will look forward to the regulation and try to comply with it.

“Personally, I think BI play the role as payment regulator. It makes them authorized in making regulations. We aware of the valid payment in Indonesia is Rupiah. However, to own bitcoin, Singapore or US Dollar is not something to be banned, isn’t it?,” said Darmawan.

Claristy, Luno Indonesia’s Country Analyst, added:

“We aware of Bank Indonesia’s new regulation which prohibits Bitcoin as valid payment instrument. However, we never know any regulation prohibits Bitcoin as investment assets.

Most customers in Luno and other platforms buy Bitcoin as investment assets.

We agree with the regulators on keeping finance industry and digital currency free from criminal acts and money laundering, in Indonesia and all around the globe. We fully support and ready to collaborate if regulators, Bank Indonesia or Financial Services Authority, published the regulations or framework for digital currency industry in Indonesia.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Regulasi Bitcoin: Bank Indonesia Hanya Melarang Transaksi Pembayaran (UPDATED)

Bank Indonesia (BI) menyatakan regulasi mengenai pelarangan bitcoin akan sebatas menutup segala bentuk transaksi yang menggunakan bitcoin sebagai alat pembayaran. Regulasi ini akan terbit pada Senin (4/12), setelah ditandatangani BI pada Rabu (29/11).

Dalam regulasi ini, BI kembali menegaskan tidak diakuinya bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. Akan ada poin-poin yang bersifat menutup pintu rapat-rapat untuk segala kegiatan yang memfasilitasi pembayaran dengan bitcoin dan sebagainya.

“Intinya kita tidak akui bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Direncanakan nanti akan ada ketentuan yang dapat men-discourage kegiatan-kegiatan yang memfasilitasi bitcoin. Discourage yang saya maksud ini maksudnya discourage yang aktif dengan melarang. Kita tunggu saja ketentuannya,” terang Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman saat dihubungi DailySocial, Kamis (30/11).

Lebih lanjut, dikutip dari CNN Indonesia, dalam aturan nantinya akan mempertegas larangan transaksi penggunaan bitcoin antar individu. Sebab pelarangan bagi penyelenggara jasa keuangan sudah diatur dalam PBI Nomor 18 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran. Bila perusahaan ketahuan menggunakan bitcoin, maka izin usahanya akan dicabut dan dikenakan sanksi.

“Seandainya bank berani transaksi bitcoin, kami akan kasih sanksi tegas. Tapi yang terjadi adalah bitcoin ini tidak ditransaksikan melalui penyelenggara jasa sistem pembayaran. Jadi kalau untuk individu, kami hanya bisa melarang. Kalau ada risiko ya tanggung sendiri,” ucap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Eni Panggabean.

Tanggapan pemain industri

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, CEO Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan menyatakan bahwa secara model bisnis, Bitcoin Indonesia bukanlah perusahaan yang menyediakan pembayaran dengan bitcoin. Mereka bertindak marketplace yang menyediakan jual beli aset digital seperti bitcoin, ethereum, ripple, dan lainnya. Bila aturan tersebut terbit, hal itu tidak begitu mempengaruhi bisnis perusahaan.

Pihaknya akan turut serta menunggu aturan yang akan diterbitkan BI dan berusaha mematuhi segala aturan main nantinya.

“Menurut saya pribadi, BI itu bergerak di regulator pembayaran. Jadi kewenangan mereka adalah buat aturan yang mengenai hal tersebut. Kami juga menyadari pembayaran yang sah di Indonesia itu hanya Rupiah. Akan tetapi, apabila orang-orang memiliki bitcoin, Dollar Singapura, atau Dollar AS bukan sesuatu yang tidak boleh dimiliki bukan?,” terang Oscar.

Pemain lain yang beroperasi di Indonesia, Luno, melalui Country Analyst di Indonesia Claristy, berkomentar:

“Kami telah mengetahui peraturan terbaru dari Bank Indonesia yang melarang penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran. Namun, kami belum melihat adanya peraturan yang melarang penggunaan Bitcoin sebagai aset investasi.

Mayoritas pelanggan di platform Luno dan di seluruh dunia membeli Bitcoin sebagai aset investasi.

Kami setuju dengan para regulator bahwa kita perlu menjaga industri keuangan dan mata uang digital bebas dari kegiatan kriminal dan tindakan pencucian uang, baik di Indonesia dan di seluruh dunia. Kami mendukung penuh dan siap berkolaborasi jika regulator, baik BI ataupun OJK, menerbitkan regulasi atau kerangka kerja khusus untuk industri mata uang digital di Indonesia.”

Update: menambahkan pernyataan Luno

Bitcoin.co.id Receives Funding From East Ventures

Cryptocurrency exchange startup Bitcoin.co.id announces unspecified amount of funding from East Ventures. This funding is said will be used in continuing education for Indonesia’s market and exploring opportunities to expand in Southeast Asia.

Bitcoin.co.id, founded by Oscar Darmawan and William Sutanto in 2013, is initially setup as Indonesian version of bitcoin community. Later it transformed into exchange since 2014. They claim to be the biggest bitcoin exchange in Southeast Asia. Beside providing bitcoin transaction, Bitcoin.co.id is expanding its business in various popular cryptocurrency, such as: Ethereum, Ripple, and Litecoin.

Oscar Darmawan, Bitcoin.co.id’s CEO, said in the release, “I see the beginning of blockchain technology era, as bitcoin and ethereum is just started, there is still much potential. [..] I believe blockchain public technology is an answer to help financial inclusion getting more access.”

“Bitcoin.co.id will continue to educate and to work on Indonesian market and start our expansion to various countries in Southeast Asia,” he added.

There is only few players in this sector, one of them is Luno. Originally based on Singapore, Luno is now going global, but Southeast Asia region is still its priority.

Commented to this funding, Willson Cuaca, East Venture’s Managing Partner, said, “Oscar and team convince us with capacity to build product and market. We believe blockchain can overcome such problems in Indonesia, change business methods, reduce cost, maintain integrity, accelerate verification, and reduce single-point-of-failure with decentralization.”

“We’re hoping to innovate and invest more in this [blockchain] technology and paying attention on how blockchain changes our lives,” Cuaca said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bitcoin.co.id Peroleh Pendanaan dari East Ventures

Startup Cryptocurrency exchange Bitcoin.co.id mengumumkan perolehan pendanaan, yang tidak disebutkan jumlahnya, dari East Ventures. Pendanaan ini disebutkan akan digunakan untuk melanjutkan edukasi terhadap pasar Indonesia dan menjajaki peluang ekspansi ke negara-negara Asia Tenggara.

Bitcoin.co.id yang didirikan tahun 2013 oleh Oscar Darmawan dan William Sutanto awalnya merupakan media komunikasi tentang bitcoin dalam bahasa Indonesia, yang kemudian bertransformasi menjadi exchange sejak tahun 2014. Kini pihaknya mengklaim sebagai bitcoin exchange terbesar di Asia Tenggara. Selain melayani transaksi dengan bitcoin, Bitcoin.co.id juga mengembangkan pasarnya untuk berbagai cryptocurrency populer lainnya, seperti Ethereum, Ripple, dan Litecoin.

Dalam rilisnya, CEO Bitcoin.co.id Oscar Darmawan mengatakan, “Saya melihat era teknologi blockchain, seperti bitcoin dan ethereum ini baru dimulai, masih besar potensi yang bisa diraih. [..] Saya selalu percaya teknologi publik blockchain ini adalah salah satu jawaban untuk membantu inklusi keuangan mendapatkan akses ke dunia finansial.”

“Kami dari Bitcoin.co.id sendiri selain terus melakukan edukasi dan menggarap pasar Indonesia, akan memulai rencana ekspansi kami ke berbagai negara di Asia Tenggara,” lanjutnya.

Di Asia Tenggara sendiri pemain di sektor ini masih terbatas, salah satunya adalah Luno. Luno awalnya berbasis di Singapura, tapi kemudian sekarang sudah going global, meski tetap meletakkan kawasan ini sebagai salah satu pusat perhatiannya.

Terhadap pendanaan ini, Managing Partner East Ventures Willson Cuaca berkomentar, “Oscar dan team meyakinkan kami dengan kemampuan membangun produk dan pasar. Kami percaya blockchain dapat mengatasi berbagai masalah yang ada di Indonesia, mengubah cara kita berbisnis, mengurangi biaya transaksi, menjaga integritas, mempercepat verifikasi dan mengurangi single-point-of-failure dengan konsep desentralisasi.”

“Kami berharap dapat berinovasi dan berinvestasi lebih banyak di teknologi [blockchain] ini dan melihat bagaimana blockchain mengubah kehidupan kita,” tutup Willson.

Application Information Will Show Up Here

Memahami Kembali Perbedaan Bitcoin dan Blockchain

Bitcoin dan Blockchain menjadi bahasan dalam acara #SelasaStartup yang diadakan Selasa (31/10) kemarin. CEO Bitcoin.co.id Oscar Darmawan hadir sebagai narasumber dan membagikan mengenai Bitcoin dan blockchain. Sebuah istilah yang mulai ramai diperbincangkan namun banyak yang masih belum begitu paham mengenai pengertian masing-masing.

Oscar membuka presentasi dengan menggarisbawahi bahwa bitcoin bukan merupakan produk investasi. Bitcoin sendiri pada dasarnya merupakan cryptocurrency atau mata uang virtual yang berjalan di atas teknologi blockchain. Dengan nilai yang terus naik, bitcoin menjelma menjadi salah satu digital asset yang paling banyak diburu, tak terkecuali di Indonesia. Sementara blockchain merupakan teknologi desentralisasi yang diklaim memiliki banyak keunggulan, beberapa di antaranya meminimalkan down time dan menjaga server lebih aman.

Desentralisasi blockchain memungkinkan setiap server saling terhubung dan memiliki peran yang sama. Dengan membentuk semacam jaringan peer to peer hal ini memungkinkan pelacakan data lebih mudah dan apa bila salah satu server mendapat gangguan bisa dibackup oleh server lain dan server yang bermasalah bisa sementara dikeluarkan dari jaringan blockchain.

Bitcoin sebagai mata uang

Bitcoin dan koin-koin lainnya dikenal juga sebagai cruptocurrency atau mata uang digital. Seluruh sistem bitcoin digerakkan algoritma matematika, dinilai lebih netral. Selain itu dengan teknologi blockchain, sistem bitcoin bisa dengan mudah diaudit semua orang dan juga transparan. Inilah mengapa sistem Bitcoin dinilai lebih adil.

Dalam presentasinya Oscar juga menjelaskan Bitcoin sebagai digital asset memiliki nilai (yang sekarang bernilai cukup tinggi) karena beberapa hal. Di antaranya, tidak dipengaruhi oleh politik, supply yang terbatas karena dibatasi algoritma matematika, melibatkan harga listrik yang tidak murah (dalam proses mining), dan sebagai implementasi blockchain bitcoin tidak mudah dipalsukan atau digandakan.

Untuk perubahan nilai Oscar menjelaskan, “Perubahan nilai dari Bitcoin biasanya disebabkan oleh tiga hal, yang pertama faktor politk, yang kedua sosial budaya dan yang ketiga teknologi.”

Untuk faktor politik biasanya dipengaruhi negara-negara yang memiliki peredaran Bitcoin terbesar, seperti Jepang, Amerika, dan Korea Selatan. Sebagai contoh nilai Bitcoin yang naik cukup signifikan beberapa waktu belakangan dikarenakan Amerika Serikat mulai meregulasi dan memberikan lampu hijau untuk transaksi pembayaran menggunakan bitcoin.

Sedangkan faktor sosial budaya biasanya dipengaruhi libur panjang sehingga demand terhadap Bitcoin menjadi kurang dan nilainya bisa menjadi turun. Faktor terakhir adalah teknologi yang menyangkut sistem blockchain di dalamnya. Sistem yang terganggu akan berpengaruh kepada nilai.

Menilik Kepopuleran Bitcoin di Indonesia

Sebagai salah satu negara berkembang di dunia Indonesia tidak luput dari kepopuleran bitcoin. Salah satu buktinya adalah mulai banyak masyarakat Indonesia yang memiliki bitcoin dan tergabung dalam forum-forum pembahasan bitcoin. Founder Bitcoin.co.id Oscar Darmawan, sebuah platform jual beli Bitcoin, Ethereum dan Digital Asset lainnya memaparkan bagaimana kondisi penerimaan masyarakat Indonesia terhadap Bitcoin.

Dalam presentasinya, Oscar menyambut cukup baik peningkatan kepopuleran Bitcoin di Indonesia. Namun Oscar juga menyampaikan bahwa tidak hanya Bitcoin, kepopuleran cryptocurrency juga akan meningkat di Indonesia jika koin tersebut menunjukkan peningkatan nilai yang cukup signifikan.

“Di Indonesia tidak ada pelanggan yang loyal untuk (sebuah) cryptocurrency tapi percayalah, jika cryptocurrency Anda naik cukup cepat cryptocurrency Anda akan dapat banyak penggemar,” jelas Oscar.

Kepopuleran Bitcoin (tidak hanya di Indonesia) diramalkan CEO Satoshi School Jorg Molt akan terus berlanjut untuk lima tahun ke depan. Hal tersebut disampaikan Jorg Molt dalam presentasinya di acara dalam konferensi BlockBali 2017 yang diselenggarakan oleh Blackarrow Conferences. Namun kepopuleran Bitcoin diprediksi tidak akan diikuti oleh koin-koin lainnya. Hal ini karena banyak orang mulai melihat banyak ICO (Initial Coin Offering) sebagai scam dan lantas ditinggalkan. Sebagai cryptocurrency yang terus menguat, Jorg juga memprediksi bahwa pemerintah juga akan berusaha menghentikan laju Bitcoin.

“Anda tidak akan bisa menghentikan orang-orang menggunakan Bitcoin,” ungkap Jorg.

Tantangan bitcoin di Indonesia

Kepopuleran bitcoin di Indonesia bukan tanpa masalah. Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengadopsi lebih lanjut cryptocurrency. Oscar sebagai salah satu orang yang sangat peduli dengan isu cryptocurrency di Indonesia memaparkan hal-hal yang menjadi tantangan adopsi cryptocurrency di Indonesia. Yang pertama adalah tidak ada klasifikasinya jelas untuk cryptocurrency, apakah komoditas atau mata uang.

Masalah kedua adalah scam. Masyarakat Indonesia sudah akrab dengan iming-iming cepat kaya melalui MLM (Multi Level Marketing) tidak berlisensi yang menawarkan skema ponzi yang berakhir penipuan. Hal ini bisa meningkatkan rasa skeptis masyarakat terhadap cryptocurrency.

Masalah lain yang tak kalah krusial adalah soal pemahaman mengenai cryptocurrency dan tingginya masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan. Dua persoalan ini tak kalah penting, karena kaitannya dengan penerimaan di masyarakat.

Bisnis cryptocurrency di Indonesia

Bisnis cryptocurrency sebenarnya memiliki potensi yang cukup luas, salah satunya untuk kemudahan pembayaran. Hanya saja aturan untuk itu di Indonesia masih belum jelas. Hal ini membuat para pebisnis masih bergerak di sektor jual-beli cryptocurrency. Seperti yang dilakukan Bitcoin.co.id dan Pundi X.

Nama terakhir bahkan membuat terobosan dengan memperkenalkan alat untuk jual beli bitcoin dan koin lain yang bisa dipasang di merchant atau gerai-gerai mini market. Dalam demonstrasinya, Founder Pundi X Zac Cheah mengenalkan sebuah alat yang bisa digunakan untuk jual beli cryptocurrency. Alat tersebut juga didesain untuk memudahkan pemilik cryptocurrency berbelanja, hanya saja lagi-lagi karena masalah regulasi hal tersebut tampak belum bisa diwujudkan.


Disclosure: DailySocial adalah media partner BlockBali 2017 yang diselenggarakan oleh Blackarrow Conferences

Prospek Cerah Bitcoin di Indonesia

Bitcoin, salah satu contoh pemanfaatan teknologi Blockchain yang terpopuler makin menunjukkan eksistensinya di Indonesia. Dari segi pengguna, angkanya terus merangkak naik. Tercermin dari pengguna PT Bitcoin Indonesia yang mengklaim telah tembus sekitar 290 ribu orang dengan 50% di antaranya adalah pengguna aktif harian.

CEO Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan menjelaskan bitcoin masih memiliki ruangan yang luas untuk terus berkembang. Hal ini didukung oleh faktor jumlah populasi dan penetrasi internet yang kian meningkat.

Di lihat dari profil pengguna bitcoin di Indonesia kebanyakan berasal dari orang-orang yang mengikuti perkembangan teknologi dan tertarik untuk mempelajarinya. Hanya saja, orang-orang tersebut bukan dari kalangan menengah ke atas.

[Baca juga: Kabar Bitcoin di Indonesia dan Peluangnya Sebagai Komoditas Investasi]

Menurutnya, justru kalangan menengah ke atas termasuk golongan yang sangat konservatif dalam menerima teknologi baru. Kondisi tersebut, cukup berbanding terbalik dengan profil pengguna bitcoin di luar Indonesia. Pengguna bitcoin kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke atas dengan pengelolaan finansial yang sudah cukup mutakhir.

“Dari anggota kami, sebagian besar adalah orang-orang yang tahu tentang IT dan tertarik dengan teknologi baru. Kami ingin menyasar segmen pengguna dari non IT. Kami pikir apabila mereka sudah mulai menerima teknologi ini dan tahu cara implementasinya, maka dari itu prospeknya masih sangat luas,” kata Oscar di sela-sela acara Blockchain Technology: Revolutionising Crypto Currencies, Rabu (10/5).

[Baca juga: Membuat Nyata Blockchain untuk Bisnis]

Maka dari itu, perusahaan menggalakkan kegiatan edukasi yang dilakukan dengan pendekatan komunitas. Dengan cara ini, pengguna dengan secara sukarela akan mengajarkan ke setiap orang yang masih awam mengenai manfaat dan keuntungan dari penggunaan bitcoin.

“Yang terpenting pengguna harus hati-hati dan paham dengan risiko dari bitcoin karena ini komoditas baru di Indonesia, maka tingkat volatilitasnya sangat tinggi.”

Sementara ini kebanyakan pemanfaatan bitcoin di Indonesia sebagian besar diperuntukkan kepentingan investasi, pembayaran dan remitansi.

Pemain baru mulai masuk ke Indonesia

Oscar melanjutkan dari prospek bitcoin di Indonesia yang sangat cerah membuat banyak pemain penyedia layanan bitcoin beramai-ramai masuk. Dia memperkirakan saat ini ada lebih dari 50 perusahaan yang terdiri dari berbagai negara dan lokal mulai meramaikan pasar Indonesia.

Ia juga mengklaim dari segi pengguna, Bitcoin Indonesia adalah pemain terbesar di Asia Tenggara yang telah menghimpun sekitar 290 ribu pengguna yang tidak hanya berasal dari Indonesia saja, tetapi juga tersebar di Malaysia, Hong Kong, dan Singapura.

Bitcoin belum diregulasi

Sejauh ini, bitcoin sebagai mata uang digital belum diregulasi keberadaannya oleh Bank Indonesia. Hanya saja, BI selaku regulator baru mengeluarkan imbauan dengan mengeluarkan pernyataan bahwa bitcoin dapat digunakan, diperjualbelikan, atau disimpan sebagai aset atau bentuk komoditas digital oleh masyarakat Indonesia.

Regulator menyatakan bitcoin tidak boleh dipergunakan sebagai alat pembayaran. Sebab satu-satunya alat pembayaran yang dianggap sah di Indonesia adalah mata uang Rupiah.

Regulator juga menyampaikan bahwa bitcoin tidak dianggap sebagai lembaga jasa keuangan. Sehingga, bitcoin tidak bisa diproses secara langsung oleh lembaga jasa keuangan, yang notabenenya sudah diawasi oleh BI.

Dampak dari pernyataan ini menurut Oscar justru bukanlah negatif, tetapi positif. Sebab kondisi yang sama telah terjadi sebelumnya di negara lain. BI memberi arahan sekaligus kebebasan kepada masyarakat untuk menggunakan bitcoin.

“Statement dari BI tentang bitcoin ini memberi guidance bahwa masyarakat Indonesia harus sadar dengan risiko sebelum membeli bitcoin. Itu benar adanya, perlu proses edukasi. Benar pula bahwa bitcoin itu bukan mata uang, melainkan sebagai teknologi dan suatu komoditas baru.”

Meski belum diatur, Oscar mengatakan pihaknya terus melakukan komunikasi intensif dengan regulator. Dia juga menyatakan siap untuk mematuhi aturan yang akan diberlakukan pada masa mendatang.

Bitcoin Indonesia Ternyata Catut Nama Indomaret untuk Promosi Kemudahan Pembayaran

Berita kurang menyenangkan merintangi perkembangan bitcoin di Indonesia. Setelah sebelumnya Bitcoin Indonesia menyatakan kerja samanya dengan Indomaret untuk kemudahan transaksi pembayaran, hari ini mereka secara resmi menyatakan bahwa kerja sama dengan Indomaret tersebut tidak pernah terjadi. iPaymu yang menjadi partner pembayaran Bitcoin Indonesia pun terkena getahnya.

Continue reading Bitcoin Indonesia Ternyata Catut Nama Indomaret untuk Promosi Kemudahan Pembayaran