Dengan Field of View Terluas, Headset EyeForce Dongkrak Kualitas Konten VR

Perjalanan virtual reality baru saja dimulai, dan para inventor serta developer masih mempunyai banyak pekerjaan demi meningkatkan kualitasnya. Di sisi hardware, mereka harus menyeimbangkan antara aspek kinerja, kenyamanan, serta kepraktisan pemakaian. Dan dalam menggarap produknya, tim asal Shanghai ini fokus pada menyuguhkan field of view terluas.

Field of view ialah ukuran luas yang bisa disajikan oleh sebuah instrumen optik, menjadi salah satu faktor penting dalam headset VR. Produk-produk high-end seperti Rift atau Vive mengusung FoV seluas 110 derajat, namun angka ini tampaknya belum cukup memuaskan bagi startup Tiongkok itu. Lewat Kickstarter, mereka memperkenalkan EyeForce, head-mounted display dengan FoV hampir dua kali lipat dari Rift, yaitu 210 derajat.

EyeForce 1

Menurut developer, kendala pada headset VR saat ini adalah pengguna masih bisa melihat area gelap di bagian pinggir – seperti melihat lewat teropong. Penggunaan FoV 210 derajat diklaim dapat menyingkirkan masalah tersebut, dan pada akhirnya mendongkrak level immersion dan keberadaan Anda di dunia virtual. Dalam permainan, kita jadi lebih mudah melihat lawan yang berada di depan, juga meningkatkan kewaspadaan ketika sedang menikmati game simulator.

Tim EyeForce VR menjelaskan bahwa satu mata manusia memiliki FoV horisontal maksimal 150 derajat, dan jika keduanya dibuka, 210 derajat merupakan batasan terluas. Angka tersebut mereka yakini sebagai kriteria paling ideal, dipadu FoV vertikal seluas 100 derajat. Tentu saja developer tidak melupakan hal-hal krusial lain. EyeForce menghidangkan layar AMOLED 3840×1080 (1920×1080 per mata), dibekali sensor motion sembilan-poros 1.000Hz dan displacement tracking.

EyeForce 3

Untuk koneksinya, terdapat port HDMI 2.0 dan USB, beserta output audio 3,5mm. Developer memanfaatkan SDK OSVR yang diprakarsai Razer, kompatibel ke platform Windows. EyeForce memang sengaja dirancang buat menandingi Rift serta Vive, dan daftar kebutuhan hardware-nya cukup serupa dengan kompetitornya itu: minimal memerlukan GPU Nvidia GeForce GTX 970 atau AMD Radeon R9 290, serta membutuhkan dua interface display untuk mengirim sinyal video HD.

Melihat desain prototype-nya, FoV 210 derajat tampaknya menyebabkan penampilan EyeForce jadi melebar, dengan bobot sekitar 600-gram. Ada tombol di atas device dan kenop di kedua sisinya. Developer turut membubuhkan bantalan wajah dipadu strap karet, serta membundel produk bersama gamepad.

Saat ini developer sedang melangsungkan kampanye penggalangan dana di Kickstarter. Di sana, versi ‘starter pack‘ ditawarkan di harga US$ 400, akan dikirimkan ke backer bulan April 2017.

Razer Umumkan Headset OSVR Hacker Dev Kit Generasi Kedua

Tingginya harga Rift dan Vive membuat kedua headset itu berada di luar jangkauan ekonomi banyak orang, dan di sanalah OSVR mempunyai keunggulan. Diprakarasi oleh Razer dan Sensics, device alternatif ini menawarkan pengalaman VR di harga yang lebih terjangkau, ditambah lagi premis dari ekosistem open-source, dan potensi kompatibilitas ke periferal lain.

Belum lama, CEO Razer Min-Liang Tan mengungkap agenda untuk mendorong OSVR sebagai platform virtual reality standar di Tiongkok. Di negeri itulah headset dikabarkan akan pertama kali mendarat. Namun meski jendela rilis mulai tampak, upaya pengembangannya tidak melambat. Di momen E3 2016, Razer mengumumkan generasi kedua versi developer dari Open Source Virtual Reality, alias Hacker Development Kit 2.

Via PC Gamer, Christopher Mitchel dari Razer menjelaskan bahwa OSVR HDK 2 memungkinkan developer memenuhi kebutuhan fans dan gamer, serta menyediakan developer hardware open-source inovatif yang terjangkau. Kinerjanya diklaim tidak kalah dari pemain besar di industri itu, disiapkan untuk segmen konsumen yang lebih luas dan kontennya tidak tersekat-sekat.

Pendekatan desain OSVR sedikit berbeda dibanding headset high-end kompetitor. Teorinya, konsumen dibebaskan mengonfigurasi modul sesuai kebutuhan serta spesifikasi komputer mereka. Tapi sebelum versi retail-nya tersedia, satu-satunya varian OSVR paling canggih adalah HDK 2 ini. Menariknya lagi, Anda bisa memiliki device dengan mengeluarkan uang separuh dari bundel HTC Vive.

OSVR HDK 2

OSVR HDK 2 menyajikan resolusi 2160×1200-pixel, artinya tiap mata mendapatkan display full-HD, menghidangkan refresh rate 90Hz dan field of view 110-derajat. Melihat sisi teknis ini, device tampak setara dengan Rift serta Vive. Bedanya, area tracking OSVR sedikit lebih sempit, yaitu 243,8×274,3-meter (Vive: 457x457cm). Developer membubuhkan accelerometer, gyroscope, magnetometer, dan tracker 360 derajat – mirip Rift.

Di versi ini, OSVR kompatibel ke segala macam hardware serta gamepad PC, mendukung penuh Unreal Engine, Cry Engine, serta platform SteamVR. Agar bisa beroperasi, perangkat harus tersambung ke PC lewat kabel. Wujudnya memang belum secantik Vive, mempunyai bobot 650-gram. Selain itu, Anda perlu melengkapinya dengan headset ber-microphone.

Daftar kebutuhan sistem OSVR HDK 2 hampir identik dengan headset rival: kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970 atau AMD Radeon R9 280, prosesior Intel Core i5-4590, RAM minimal 8GB, port HDMI 1.3 serta dua buah port USB 2.0.

OSVR HDK 2 akan mulai didistribusikan bulan Juli 2016, dijual seharga US$ 400. HDK 1.4 sendiri juga masih dijajakan, harganya US$ 300.

Sumber: OSVR.org.

Versi Publik OSVR Makin Dekat dengan Jadwal Rilis, Diawali di Tiongkok

Ketika mengumumkan inisiatif OSVR di ajang CES 2015, Razer mungkin dinilai terlalu ambisius dalam mengawali kiprahnya di ranah virtual reality. Setahun berselang, mulai banyak pabrikan dan developer yang tertarik dengan ide Razer, hingga akhirnya OSVR Hacker Dev Kit pun dirilis.

Akan tetapi tentu saja Dev Kit bukanlah versi publik. Jadi bagaimana kelanjutannya? Well, belum lama ini CEO Razer, Min-Liang Tan, buka suara dan menyatakan harapannya untuk bisa mendominasi pasar VR, paling tidak di Tiongkok. Razer pada dasarnya ingin menjadikan OSVR sebagai standar platform virtual reality di Negeri Bambu tersebut.

Untuk itu Razer pun telah bersiap untuk mengungkap lini perangkat VR-nya buat pasar Tiongkok bulan depan. Dengan kata lain, Razer sepertinya sudah siap untuk merilis versi publik OSVR ke tangan konsumen, diawali oleh Tiongkok terlebih dahulu, dan semoga bisa berlanjut ke kawasan lain ke depannya.

Kemungkinan akan ada hardware OSVR baru beserta solusi software yang menarik di ajang E3 2016 / RoadToVR
Kemungkinan akan ada hardware OSVR baru beserta solusi software yang menarik di ajang E3 2016 / RoadToVR

Di samping itu, ada kemungkinan bahwa hardware baru OSVR akan disingkap di ajang E3 2016 pekan depan. Merujuk pada konsep open-source, mungkin juga akan diumumkan inisiatif berbasis software yang dapat menjadi solusi atas terbatasnya akses konten VR, dimana pengguna HTC Vive tidak bisa mengakses konten milik Oculus Rift dan juga sebaliknya.

Penasaran seperti apa kira-kira hardware baru OSVR? Kita tunggu saja kabar selanjutnya pada tanggal 14 – 16 Juni mendatang.

Sumber: RoadToVR.

Siap Bermain di Ranah VR, Acer Umumkan Gaming Notebook Predator 17 X

Acer Predator kembali menunjukkan taringnya di tahun ini. Tak cuma desktop, Predator kini diperkuat oleh notebook gaming, aksesori, serta tablet. Di Indonesia, Acer tampak bersungguh-sungguh untuk mengimbangi kompetitor senegaranya. Dan di era kelahiran kembali virtual reality, Acer sudah menyiapkan senjata andalan serta strategi buat menyongsongnya.

Beberapa produsen Taiwan menjadi brand pertama yang menyediakan sistem pendukung VR. Dua PC Asus masuk ke deretan Oculus Ready PC, dan MSI telah mengungkap gaming laptop ‘VR ready‘ pertama di dunia. Kali ini giliran Acer: mereka memperkenalkan varian lain dari Predator 17 dalam event di kota New York semalam. Acer menamainya Predator 17 X, sebuah notebook berperfoma desktop bersertifikasi Nvidia VR Ready.

Acer Predator 17X 01
Penampilan Predator 17 X dari sisi depan.

Di sisi penampilan, Predator 17 X tak berbeda jauh dari saudarinya. Perangkat sama-sama mengusung desain ala pesawat perang ruang angkasa, didominasi warna hitam dengan bumbu merah. LED warna-warni di keyboard full-size-nya bisa dikustomisasi, dan Anda juga mendapatkan tombol macro. Untuk layar 17,3-inci di sana, konsumen dapat memilih varian beresolusi full-HD atau panel 4K, semuanya ditopang Nvidia G-Sync.

Komponen yang memungkinkan Predator 17 X menangani game di ultra-HD serta headset virtual reality sekelas Rift adalah chip grafis Nvidia GeForce GTX 980 desktop serta prosesor Intel Core i7-6820HK. Hardware turut didukung memori DDR4-2133 serta penyimpanan SSD RAID 0. Buat memaksimalkan pembuangan panas saat ber-gaming maupun overclocking (via software PredatorSense), Predator 17 X dibekali sistem pendingin triple-fan.

Acer Predator 17X 02
Desainnya mirip pesawat perang ruang angkasa.

“Predator 17 X ditenagai satu-satunya GPU notebook yang sanggup mendukung virtual reality: GeForce GTX 980. Perangkat dapat dimanfaatkan baik oleh gamer maupun pencipta konten berkat tingginya performa serta mobilitas; memungkinkan VR diakses di manapun dan kapanpun,” kata GM Nvidia Kaustubh Sanghani di press release. Pernyataan itu mungkin sedikit kurang tepat karena 17 X sama sekali tidak ringan. Dengan bobot 4,5kg, ia lebih cocok dijadikan desktop replacement.

Membahas pengalaman VR di device gaming high-end, biasanya kita akan teringat pada Vive atau Rift. Meski 17 X tak akan kesulitan menghidangkan keduanya, Acer juga memutuskan untuk mendukung pengembangan platform Open Source Virtual Reality (OSVR) yang diujungtombaki Razer. Hacker Development Kit-nya memang belum serapi headset milik Oculus ataupun HTC, tetapi saat ini OSVR merupakan opsi paling terjangkau bagi gamer PC.

Kembali ke Predator 17 X, rencananya ia akan mulai dipasarkan pada bulan Juli di Amerika. Tertarik? Siapkan saja uang sebanyak US$ 2.800.

Sumber: Acer. Tambahan: Digital Trends.

Oculus Rift Terlalu Mahal? OSVR Bisa Menjadi Alternatif Teroptimal Buat Gamer PC

Setelah menunggu selama berbulan-bulan, banyak orang kaget saat mengetahui harga retail Oculus Rift. Kebanyakan dari mereka kecewa karena ternyata ia lebih mahal dari dugaan sebelumnya, apalagi jika dibandingkan dengan versi DK. Tapi di masa kebangkitan virtual reality ini, tersedia sejumlah alternatif yang tidak kalah canggih, jika Anda mencari lebih seksama.

Anda mungkin tidak akan kesulitan menyebutkan beberapa produk head-mounted display VR selain Rift. Vive dan PlayStation VR, semuanya menjanjikan fitur-fitur canggih. Namun familierkah Anda dengan OSVR alias Open Source Virtual Reality? Ia disediakan sebagai wadah untuk membangun ekosistem virtual reality secara terbuka dan kolaboratif. OSVR diprakarsai oleh Razer, diungkap perdana di CES tahun lalu.

OSVR 01

Dengan berpedoman pada prinsip keterbukaan, OSVR membuka pintu lebar-lebar bagi produsen dan developer untuk berpartisipasi. Sejauh ini, ia telah menghimpun nama-nama seperti Intel, Nod, Ubisoft, Gearbox Software, Leap Motion, Jaunt, dan Sensics. Mereka bisa memanfaatkan skematik dan source code secara bebas. Syarat terakhir ialah memiliki headset versi developer, atau istilahnya, OSVR Hacker Dev Kit.

OSVR 03

Selain open source, keunggulan lain OSVR adalah penyuguhan yang simpel dan modular tanpa disertai kesan murah. Desain versi saat ini mengingatkan saya pada Rift DK2, namun developer sudah memperbarui sejumlah aspek: kabel berpangkal dari headset, mengikuti strap atas ke belakang, kemudian menyambung ke modul hardware eksternal. Bagian ini memang sengaja dibuat untuk dicantelkan di celana atau ikat pinggang.

Menurut laporan hands-on Digital Trends, OSVR berhasil menawarkan solusi terhadap masalah efek screen-door, di mana kita dapat melihat titik-titik pixel – disebabkan oleh dekatnya jarak antara mata dan display. Buat menangani hal itu, OSVR memanfaatkan jenis lensa yang lebih baik dipadu teknik difusi screen-level. Hasilnya gambar jadi lebih jelas dan juga lebih responsif. Padahal, Hacker Dev Kit hanya ditopang resolusi 960×1080-pixel per mata (plus refresh rate 120Hz), di bawah Rift dengan 1080×1200. Menariknya lagi, tiap unit OSVR bisa ditenagai oleh rangkaian hardware berbeda – sebuah konsep familier di kalangan gamer PC.

OSVR 04

Mengapa OSVR cocok untuk gamer PC? Melalui rancangan modular, user diberi keleluasaan buat melakukan upgrade komponen internal serta mengkustomisasi hardware – sesuai kekuatan sistem PC. Ia memang tidak mempunyai standard seperti Nvidia VR Ready atau Oculus Ready PC, tapi proses setup ini sangat menyerupai esensi ber-gaming di komputer personal.

Anda sudah bisa memesan OSVR sekarang. Harganya cuma separuh dari Oculus Rift: US$ 300, tersedia di Razer Zone.

Sumber tambahan: Razer Zone.

The Manus Adalah Sarung Tangan VR yang Dapat Membaca Gerakan Kesepuluh Jari Anda

Bicara soal virtual reality (VR), tentu saja produk yang paling disorot adalah VR headset itu sendiri. Baik Oculus Rift, HTC Vive, Samsung Gear VR, Google Cardboard maupun yang lain sama-sama memiliki satu tujuan, yakni membawa Anda menuju dunia virtual yang terasa amat nyata. Continue reading The Manus Adalah Sarung Tangan VR yang Dapat Membaca Gerakan Kesepuluh Jari Anda

Razer Coba Masuki Lini Virtual Reality Dengan Strategi Berbeda

Belakangan para produsen elektronik dari berbagai latar belakang mulai beradu dalam virtual reality karena kepopularitasannya tiba-tiba meledak berkat Oculus Rift. Razer, sebagai nama paling berpengalaman di area periferal gaming tahu kompetitor mulai bersesak-sesakan di sana. Hebatnya, mereka melihat celah yang mungkin belum terpikirkan oleh perusahaan lain. Continue reading Razer Coba Masuki Lini Virtual Reality Dengan Strategi Berbeda