Pashouses dan Strateginya Mempermudah Solusi Jual-Beli Rumah Seken

Meski platform listing properti sudah lama menjamur di Indonesia, tetapi proses jual-belinya hingga kini masih sengkarut karena belum terintegrasi satu sama lain. Pengalamannya tidak senyaman dan secepat ketika berbelanja di platform e-commerce.

Kondisi tersebut mendorong Junghans Tasani dan Bin Anindita untuk mulai merintis Pashouses di tengah pandemi Covid-19. Pashouses hadir untuk membantu masyarakat yang ingin menjual rumahnya dengan cepat.

Berbekal pengalaman di perusahaan sebelumnya dan latar pendidikannya di dunia real estat, keduanya memiliki visi besar untuk membuat dampak di lingkungan bahwa setiap orang harus memiliki rumah. Bin juga membawa berbagai ide cemerlang untuk mendukung Pashouses membuat proses bisnis menjadi lebih luar biasa dan terus berkembang.

Berbeda dengan proptech kebanyakan, Pashouses bermain di ranah jual-beli rumah tapak (landed house) seken di kota-kota besar, seperti di area Jabodetabek. Dengan dukungan teknologi termutakhir untuk menentukan harga sebuah rumah, memungkinkan Pashouses untuk memberikan penawaran harga dengan cepat bagi siapapun yang ingin menjual rumahnya.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, General Manager Pashouses Shirley Pranoto menjelaskan alasan perusahaan bermain di rumah seken, dikarenakan ada banyak sudut positif yang dilihat dari sisi konsumen ketika memutuskan untuk membeli rumah.

Pertama, konsumen itu membeli apa yang mereka lihat. Ketika membeli rumah seken, mereka dapat melihat bangunan dan merasakan suasana rumah daripada menebak apa yang mereka dapatkan dari pihak pengembang saat membeli rumah baru. Konsumen pun bisa langsung masuk dan menempati rumah begitu proses jual-beli telah selesai sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Kedua, properti yang ada mungkin berada di komunitas yang mapan dan lokasi yang lebih baik untuk fasilitas lokal, seperti sekolah, toko, tempat ibadah, dan rute komuter. Ketiga, harga rumah yang dibangun seringkali lebih tinggi dari rumah yang sudah ada dengan harga selisih lebih mahal sebesar 30% atau lebih, sebab konstruksi rumah baru lebih mahal daripada rumah seken.

“Mengutip dari Zillow, harga jual rata-rata rumah seken di Amerika Serikat sebesar $391.200 per April 2022, sementara harga rumah baru mencapai $450.600. Selisihnya hampir $60 ribu,” terang dia.

Solusi Pashouses

Pashouses menghadirkan layanan komprehensif, mulai dari pemasaran, penawaran, transaksi jual-beli, hingga pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari hasil kemitraan dengan berbagai institusi perbankan. Perusahaan menargetkan para pembeli dari kalangan muda, kisaran harga jual Rp500 juta sampai Rp3 miliar dengan luas bangunan rumah tak lebih dari 200 meter persegi.

Lebih jauh dijelaskan, perusahaan bertindak sebagai investor yang membeli rumah dari penjual. Lalu merenovasinya sebelumnya dijual ke pembeli akhir. Rumah tersebut juga dijual atas nama penjual agar lebih menarik bagi pembeli tanpa harus khawatir.

Langkah tersebut juga dianggap sebagai nilai tambah bagi penjual, lantaran para pembeli yang datang dari kalangan muda ini adalah generasi praktis yang membeli rumah dan ingin langsung pindah, tanpa harus repot dengan renovasi yang harus dilakukan sebelum rumah ditempati.

“Kami menjual rumah dengan harga all-in, sudah termasuk biaya administrasi yang diperlukan terkait transaksi properti, termasuk pajak, notaris, hingga biaya administrasi lembaga keuangan. Mereka tidak perlu khawatir tentang biaya ‘tersembunyi’ yang terlibat dalam transaksi properti karena semuanya sudah termasuk dalam harga listing,” tuturnya.

Di samping itu terdapat program Booster Sell, memungkinkan penjual rumah bisa mendapatkan fasilitas dana renovasi rumah sampai dengan Rp20 juta. Proses renovasi dan seluruh aktivitas pemasaran hingga rumah terjual ditangani oleh tim Pashouses.

Dalam waktu kurang dari dua tahun, Pashouses telah menerima lebih dari 10 ribu kiriman penjual yang dianalisis untuk dijual. Diklaim, dari angka tersebut telah membantu menjual ratusan rumah. “Untuk menjual rumah-rumah itu, setidaknya 10 ribu pembeli telah menghubungi kami dengan minat untuk membeli.”

Perusahaan juga melakukan kemitraan bisnis dengan Sinar Mas Land, melalui Living Lab X (Divisi Incubation & Partnership dari Living Lab Ventures), untuk membuat proyek Rumalaku.id. Kerja sama ini diarahkan untuk menyerap pasar rumah tapak seken yang terletak di area BSD City dan sekitarnya.

Di sana, para penjual bisa berinteraksi langsung dengan calon pembeli. Pun dari calon pembeli juga dimudahkan dengan ragam pilihan rumah tapak siap huni. Tim Pashouses akan membantu seluruh transaksi di dalam Rumalaku, termasuk pemasaran dan mendapatkan KPR.

Misi Pashouses itu sendiri berhasil membawa keyakinan bagi para investor untuk menanamkan dananya di perusahaan. Sebulan lalu, perusahaan mengantongi pendanaan pra-seri B senilai $5 juta (lebih dari 78 miliar Rupiah) dari QED Investors. Investasi juga ini menandai debut QED di Indonesia.

Dana segar tersebut bakal dimanfaatkan perusahaan untuk bangun teknologi dan tim agar Pashouses semakin dipercaya masyarakat. QED itu sendiri telah berinvestasi untuk 12 startup protech di seluruh di dunia. Secara keseluruhan, QED memiliki lebih dari 200 portofolio perusahaan di lintas 18 negara.

“Saat ini sebagian besar transaksi properti di Indonesia masih sama dengan sebelum era internet. Prosesnya buram, dan dengan digitalisasi yang telah kami bangun, berpotensi menghilangkan banyak gesekan ini. Dengan visi besar menjadi pusat kepercayaan untuk kepemilikan rumah, kami ingin memungkinkan transaksi jual beli rumah yang nyaman dan transparan di Indonesia.” Pungkas Shirley.

Living Lab Ventures dan Pashouses Kolaborasi Membangun Proyek Rumalaku.id

Living Lab Ventures melalui divisi inkubasi Living Lab X berkolaborasi dengan startup proptech Pashouses untuk membangun Rumalaku.id. Melalui proyek ini, keduanya ingin memfasilitasi penjualan rumah tapak secondary di area BSD City dan sekitarnya.

Untuk menyerap pasar rumah tapak secondary di kawasan tersebut, Rumalaku bekerja sama dengan pengembang properti Sinar Mas Land. Nantinya, Rumalaku.id akan dikelola bersama oleh Pashouses dan Sinar Mas Land. Sementara, Pashouses dapat membantu pemilik rumah untuk melakukan renovasi ringan sehingga rumah dapat siap jual dengan harga terbaik. Pashouses juga memfasilitasi pengajuan KPR sesuai kebutuhan calon pembeli.

Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani mengungkap kolaborasi ini merupakan langkah untuk mengakselerasi transformasi pada seluruh proyek milik perusahaan. “Kami melayani pemilik rumah yang ada di proyek Sinar Mas Land melalui platform yang dapat memfasilitasi penjualan rumah secondary dengan informasi akurat,” ungkapnya.

Sementara itu, Partner di Living Lab Ventures Bayu Seto menuturkan, Pashouses dan mitra Living Lab Ventures dapat langsung menjalankan pengembangan proyek dengan mengimplementasikannya di sejumlah ekosistem offline yang telah bekerja sama dengannya. Adapun, keberhasilan Pashouses mengoptimalkan jual-beli properti secondary nanti dapat diperluas hingga skala nasional.

Co-founder dan CEO Pashouses Junghans Tasani menambahkan, “Kerja sama strategis ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan para investor untuk mendapatkan properti dengan mudah di BSD City melalui platform digital,” ucapnya.

Living Lab Ventures

Living Lab Ventures merupakan kendaraan investasi baru milik Sinarmas Land Limited (Sinar Mas Land) untuk sektor agnostik di Asia Tenggara. Living Lab Ventures memfasilitasi startup secara berkelanjutan melalui tiga pilar utama, yakni investasi, inkubasi dan integrasi, serta venture building.

Melalui Living Lab Ventures, Sinar Mas Land berupaya mengembangkan ekosistem digital, terutama untuk menambah aspek digital pada pengembangan township secara keseluruhan. Salah satu tesisnya adalah mencari startup yang dapat memberikan dampak terhadap masalah yang dimiliki penghuni kota dan solusi berbasis city centric-driven.

Baru-baru ini, Living Lab Ventures juga memberikan pendanaan pra-awal (pre-seed) sebesar Rp57 miliar kepada startup proptech IDEAL. Startup ini menghadirkan platform yang dapat menyederhanakan dan mendigitalkan proses administrasi pada pengajuan KPR hunian.

Adapun, solusi-solusi ini diharapkan mampu tantangan besar pada masalah pembelian rumah di Indonesia. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa literasi masyarakat terhadap pengajuan KPR masih rendah sehingga mereka belum sepenuhnya memahami seluruh proses di dalamnya. Belum lagi tantangan klasik lainnya, seperti administrasi dokumen yang masih manual hingga keamanan data.

Lebih lanjut, data BI mencatat industri KPR lokal di 2021 mencapai $39 miliar dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 17% dalam lima tahun ke depan. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan populasi Gen Y dan Gen Z dalam sepuluh tahun ke depan yang akan menjadi target utama pasar properti.