Tidak Terafiliasi dengan Traveloka, Pegipegi Fokuskan Kegiatan Pemasaran

Pasca diakuisisi oleh Jet Tech Innovation Ventures Pte Ltd (Jet Tech) bulan Maret 2018 lalu, platform OTA Pegipegi kembali hadir dengan beragam penawaran dan target capaian. Meskipun Jet Tech terafiliasi dengan Traveloka, namun secara bisnis semua dijalankan independen tanpa adanya hubungan langsung dengan Traveloka. Sebelumnya sempat dikabarkan, Traveloka yang melakukan akuisisi kepada Pegipegi.

“Bisa kami pastikan semua bisnis dari Pegipegi tidak ada kaitannya dengan Traveloka. Hubungan dengan Traveloka hanya terjadi dengan Jet Tech sebagai pihak yang mengambil alih Pegipegi,” kata Head of Business Development & Strategic Partnership Pegipegi Ryan Kartawidjaja.

Masih fokus kepada penjualan tiket pesawat udara, kereta api dan hotel; Pegipegi ingin melancarkan kegiatan pemasaran yang lebih masif tahun ini dengan memberikan promosi untuk pengguna, khususnya di bulan Ramadan.

Saat ini Pegipegi mulai berupaya menambah jumlah pelanggan sekaligus memperbanyak kerja sama dengan mitra yang relevan. Pegipegi juga telah menjalin kemitraan dengan Kredivo, dengan memberikan pilihan pembayaran PayLater.

“Di periode Ramadan kali ini kami menggandeng banyak partner dari hotel, bank, dan lembaga nirlaba untuk bergabung bersama menyukseskan mudik agar membawa banyak keberkahan bagi seluruh masyarakat Indonesia.”

Menambah fitur

Untuk memberikan kemudahan kepada pengguna, Pegipegi meluncurkan beberapa fitur baru di aplikasi. Pertama ada Online Check-In, memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk menghindari keterlambatan saat check-in di bandara. Kemudian ada Travel Insurance, memberikan perlindungan untuk keterlambatan hingga kecelakaan diri. Jika pelanggan pada akhirnya perlu membatalkan perjalanan ada fitur Online Refund. Dan yang terakhir adalah PayLater dari Kredivo sehingga dapat mencicil biaya akomodasi hingga 12 bulan.

“Setelah fitur terbaru tersebut, kami juga akan terus menghadirkan fitur-fitur baru dan menarik lainnya yang diharapkan bisa memudahkan pengguna mengakses aplikasi Pegipegi,” kata Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza.

Saat ini penggunaan aplikasi masih mendominasi dengan jumlah pengunduh 4 juta kali di Android dan iOS. Tahun 2019 ini diharapkan Pegipegi bisa mencapai target pengguna baru hingga tiga kali lipat. Untuk produk favorit pengguna Pegipegi yakni pembelian tiket pesawat terbang dan hotel masih memberikan kontribusi yang besar hingga lebih dari 90%.

Disinggung apakah Pegipegi akan meluncurkan produk experience atau aktivitas yang banyak dimiliki oleh platform OTA serupa di Indonesia, Ryan enggan untuk menyebutkan lebih lanjut.

“Dalam waktu dekat kami juga akan merilis produk terbaru yang diharapkan bisa melengkapi produk travel yang terdapat di Pegipegi. Sementara untuk fundraising kami belum memiliki rencana untuk melakukan kegiatan tersebut saat ini,” tutup Ryan.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Mungkin Telah Akuisisi Rivalnya Pegipegi Awal Tahun Ini

Pada Januari 2018, Recruit Holdings Jepang, perusahaan induk dari Pegipegi (Indonesia), Mytour (Vietnam), dan TravelBook (Filipina) telah melepaskan ketiga perusahaan ke perusahaan cangkang yang berbasis di Singapura Jet Tech Innovation Ventures Pte Ltd (Jet Tech). Setelah ditelusuri, Jet Tech ternyata berkaitan dengan Traveloka, salah satu startup OTA terkemuka di Asia Tenggara.

Recruit Holdings memutuskan untuk menjual bisnis perjalanan online-nya karena pasar yang kompetitif dari bisnis OTA di wilayah tersebut. Mereka kembali fokus ke bisnis intinya, yaitu mengembangkan produk SaaS tenaga kerja. Perusahaan belum lama ini telah mengakuisisi Glassdoor, portal pencarian kerja terkemuka asal Amerika.

Menurut ‘Pemberitahuan Perubahan’ dari Recruit Holdings, ketiga perusahaan tersebut dijual seharga $66,8 juta (lebih dari 900 miliar rupiah). Di informasi tersebut, Hendrik Susanto terdaftar sebagai Direktur Jet Tech. Hal ini menjadi petunjuk pertama hubungan antara Jet Tech dan Traveloka.

Susanto saat ini menjabat sebagai Chief Strategy and Investment Officer Traveloka. Sebelum bergabung dengan Traveloka pada bulan September 2017, ia bekerja di bisnis manajemen investasi selama lebih dari 20 tahun. Posisi terakhir yang ia tempati adalah CEO Ancora Capital Management.

Jet Tech didirikan pada pertengahan tahun 2017. Bukan hal yang mengagetkan ketika kami mengetahui bahwa Jet Tech dan Traveloka Pte Ltd berlokasi di alamat yang sama di Singapura.

Penelusuran singkat di LinkedIn mengungkapkan bahwa “karyawan” Jet Tech termasuk Kevin Sandjaja dan Serlina Wijaya. Keduanya sekarang menjabat sebagai pemimpin Pegipegi, yaitu masing-masing sebagai CEO dan Head of Marketing. Sebelumnya, mereka bekerja untuk Traveloka, Kevin sebagai Product Manager sedangkan Serlina menjadi bagian tim Marketing dan Analytics.

Dalam jajaran petinggi Mytour Vietnam, kami menemukan setidaknya dua karyawan Traveloka dalam tim. Satu orang memimpin tim Marketing, sementara yang lain berfungsi sebagai Konsultan Teknologi.

Sebagai platfom OTA terkemuka di kawasan ini, Traveloka kini telah tersedia di 6 negara Asia Tenggara. Perusahaan dikabarkan tengah dalam penjajakan pendanaan senilai $400 juta (sekitar 6 triliun Rupiah) dari GIC Singapura dengan valuasi $4 miliar (60 triliun Rupiah).

Belum lama ini, mantan CTO dan Co-founder perusahaan Derianto Kusuma, memutuskan hengkang demi membangun bisnis yang berbeda.

Menurut survei OTA dari DailySocial (2018), Traveloka adalah layanan OTA paling populer di Indonesia, sementara Pegipegi menjadi yang populer ke-3. Pada tahun 2016, penjualan bersih Pegipegi mencapa lebih dari 424 miliar rupiah.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Traveloka May Have Acquired Rival Pegipegi Early This Year

On January 2018, Japan’s Recruit Holdings, the parent company of Pegipegi (Indonesia), Mytour (Vietnam), and TravelBook (Philippines) have divested the companies to Jet Tech Innovation Ventures Pte Ltd (Jet Tech), a Singapore-based shell company. Later we understand that Jet Tech may relate to Traveloka, Southeast Asia’s leading OTA startup.

Recruit Holdings decided to sell its online travel business because of the competitive market of OTA business in the region. It refocuses into its core business, maintaining SaaS HR product. The company recently acquired US-based leading job-related portal Glassdoor.

According to Recruit Holdings’ Notification of Change, the three companies are sold for $66.8 million (more than 900 billion Rupiah). Hendrik Susanto is listed as Jet Tech’s Director. This is the first clue that lead to relation between Jet Tech and Traveloka.

Susanto is currently served as Traveloka’s Chief Strategy and Investment Officer. Before joining Traveloka in September 2017, he was in the investment management industry for more than 20 years. His last position was the CEO of Ancora Capital Management.

Jet Tech was founded in the mid 2017. It’s not a surprise we figure out that Jet Tech and Traveloka Pte Ltd’s registered address in Singapore are located at the same address.

A little investigation in LinkedIn reveals that “employees” of Jet Tech include Kevin Sandjaja and Serlina Wijaya. Both are now leading Pegipegi as CEO and Head of Marketing respectively. Previously they’re working for Traveloka, Sandjaja as Product Manager, while Wijaya was in Marketing and Analytics.

In Mytour Vietnam, we found out at least two Traveloka employees currently helping the team. One is leading the Marketing department, while the other serves as Tech Advisor.

As the leading OTA platform in the region, Traveloka has been available in 6 Southeast Asian countries. The company is said to be looking to raise $400 million funding from Singapore’s GIC with $4 billion valuation.

Recently, company’s former CTO and co-founder, Derianto Kusuma, has decided to left the company to build new non-competing business.

According to DailySocial’s OTA survey (2018), Traveloka is the most popular OTA service in Indonesia, while Pegipegi is the 3rd most popular. Pegipegi’s net sales in 2016 reached more than 424 billion Rupiah.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pegipegi is Now Open For Third-Party Funding

Pegipegi, Indonesia’s OTA company, is said to open opportunity for third-party funding in strengthening its existence among tight competition in OTA market. They currently in early stage and yet to decide which investors to partner with.

“We begin to open for third-party funding, just a small talk though, still uncertain [to get investment] and will determine the next strategy,” Ryan Kartawidjaja, Pegipegi’s Deputy CEO, said on Tuesday, (12/5).

He thought, it is possible for Recruit Holdings, Pegipegi’s parent company, to split share with new investors. Despite the option, Kartawidjaja not specifically said on when will the investment realization be done.

Kartawidjaja statement, is somewhat different from past interview with Pegipegi’s CEO Takeo Kojima. Kojima previously said Recruit Holdings is fully committed in investing.

Currently, Pegipegi claims to have doubled its overall development over the past year. Highest contribution comes from hotel room, followed by flight and train tickets booking. Most transaction is done by Pegipegi app with 70%-80% contribution.

Five most-search cities of Pegipegi users are Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali and Surabaya. Those five contribute in nearly 50% of Pegipegi transaction.

For 2018, Pegipegi targets equal growth as this year. One way to make it happen is launching international flight tickets, rebranding new logo and selecting Pevita Pearce as brand ambassador.

“We’re rebranding logo and vision. The point is to be a fun traveling partner providing information of top destinations. Unlike other players, we want to provide information about travelling in Indonesia, the goal is to make it easier for traveller in getting information. Furthermore, Pegipegi will strengthen the CS team,” said Kartawidjaja.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pegipegi Mulai Buka Opsi Pendanaan dari Pihak Luar

Perusahaan OTA Pegipegi mengungkapkan mulai membuka opsi pendanaan dari pihak luar untuk memperkuat eksistensinya di tengah persaingan yang ketat di pasar OTA di Indonesia. Saat ini disebutkan mereka masih dalam tahap awal sehingga belum ditetapkan siapa investornya.

“Kami mulai membuka opsi penerimaan investasi dari pihak luar, tapi baru sekadar ngobrol-ngobrol saja, sehingga kami masih belum bisa open iya atau tidaknya [menerima investasi] karena itu akan menentukan strategi kita ke depannya bagaimana,” terang Deputy CEO Pegipegi Ryan Kartawidjaja, Selasa (5/12).

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan induk usaha PegiPegi, Recruit Holdings, akan melepas sebagian kepemilikan sahamnya kepada investor baru. Meski membuka opsi, Ryan tidak menuturkan lebih detil kapan realisasi investasi mulai dilakukan.

Pernyataan Ryan ini, bergeser dari wawancara terdahulu dengan CEO Pegipegi Takeo Kojima. Takeo sebelumnya menuturkan Recruit Holdings berkomitmen penuh untuk terus menyuntukkan dana investasi. Karena ada komitmen tersebut, Pegipegi tidak membuka peluang untuk mengundang investor dari pihak luar.

Saat ini Pegipegi mengklaim telah tumbuh dua kali lipat secara keseluruhan dibandingkan tahun sebelumnya. Kontributor tertinggi berasal dari bisnis pemesanan tiket hotel, kemudian disusul tiket pesawat, dan kereta api. Transaksi sebagian besar dilakukan dari aplikasi PegiPegi dengan kontribusi sekitar 70%-80%.

Lima kota yang paling banyak dicari pengguna Pegipegi adalah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali dan Surabaya. Kelima kota tersebut berkontribusi hampir 50% dari seluruh bisnis PegiPegi.

Untuk tahun depan Pegipegi menargetkan pertumbuhan yang sama dengan tahun ini sebanyak dua kali lipat. Cara yang akan dilakukan salah satunya dengan meluncurkan tiket penerbangan untuk rute luar negeri, rebranding logo baru, dan menunjuk brand ambassador Pevita Pearce.

“Kami rebranding logo dan visi. Intinya ingin jadi fun traveling partner menyediakan informasi seputar destinasi menarik. Bedanya dengan pemain lainnya, kami ingin kasih info seputar traveling di Indonesia, tujuannya supaya para traveler dengan mudah dapat info. Selain itu, Pegipegi akan perkuat tim CS [Customer Service],” pungkas Ryan.

Application Information Will Show Up Here

Umumkan CEO Baru, PegiPegi Berambisi Jadi Pemain OTA terbaik di Indonesia

Di tengah gempuran lanskap bisnis perjalanan yang kini juga dilakukan oleh pemain e-commerce, lantas membuat pemain online travel agent (OTA) harus lebih mengedepankan strategi peningkatan pengalaman konsumen loyal. Langkah inilah yang kini dilakukan PegiPegi.

Pegipegi juga mengumumkan kehadiran CEO baru, Takeo Kojima, yang masih dari kalangan eksekutif Recruit Holdings. Takeo menggantikan Hideki Yamada yang baru menjabat selama satu tahun.

Kendati kerap berubah, Deputy CEO PegiPegi Ryan Kartawidjaja memastikan kepemimpinan Takeo bakal mendukung ambisi perusahaan untuk menjadi pemain OTA terbaik di Indonesia.

“Takeo memiliki pengalaman di IT, online marketing, serta kuat di data analysis. Ini dapat menjadi kombinasi yang baik untuk strength PegiPegi ke depannya, sebab 2017 adalah tahun yang penting bagi kami,” katanya, Rabu (14/6).

Tahun ini PegiPegi menargetkan pertumbuhan transaksi tumbuh dua kali lipat dibandingkan pencapaian di tahun sebelumnya yang tumbuh 250%. Diharapkan kontribusi transaksi datang salah satunya dari momen Lebaran, yang ditargetkan dapat tumbuh lebih dari 300% dibandingkan momen yang sama di tahun sebelumnya.

“Kami juga akan meningkatkan layanan selama momen Lebaran berlangsung, jam kerja consumer service (CS) bertambah agar konsumen jadi semakin terlayani. Kami dapat dihubungi lewat berbagai medium, mulai dari telepon, e-mail, BBM, Line, Whatsapp, Live Chat, dan lainnya.”

Peningkatan layanan konsumen, menurut Takeo, menjadi salah satu cara perusahaan dalam menghadapi ketatnya persaingan online travel. Pihaknya meyakini dengan expertise yang dimiliki timnya, dan hubungan yang dibangun dengan para mitra jadi kekuatan perusahaan guna mendongkrak jumlah transaksi.

“Dari transaksi harian kami sekitar 50% datang dari repeat order, sisanya dari konsumen baru. Hal tersebut jadi bukti bahwa konsumen kembali karena percaya dengan layanan yang kami berikan. Angka persentase ini akan terus kami tingkatkan,” tutur Takeo.

Pihaknya juga berkomitmen untuk terus menambah inventaris jumlah hotel dan maskapai domestik dan internasional. Diklaim saat ini PegiPegi telah terhubung langsung dengan lebih dari 7.500 hotel mayoritas terdiri dari hotel bintang dua dan tiga, namun juga terdapat hotel budget sampai hotel bintang lima.

Selain itu, terdapat pilihan 20 ribu rute penerbangan dengan tujuh maskapai, dan 1.600 rute rute kereta api.

Kontributor utama dari transaksi PegiPegi datang dari pemesanan kamar hotel, kemudian posisi kedua berasal dari tiket pesawat, dan terakhir dari tiket kereta api.

“Sejak awal PegiPegi berdiri, core bisnisnya adalah pemesanan kamar hotel. Saat ini masih jadi kontributor utama kami, yang terkecil dari tiket kereta api karena itu masih baru, tahun lalu diluncurkan.”

Tidak membuka investasi dari luar

Takeo mengungkapkan untuk mendukung bisnis PegiPegi di Indonesia, Recruit Holding selaku ‘orang tua’ dari perusahaan berkomitmen untuk terus menyuntikkan dana investasi. Hanya saja secara nilainya Takeo enggan membeberkannya lebih detil.

Karena adanya komitmen tersebut, PegiPegi tidak membuka peluang untuk investor di pihak luar, terutama perusahaan modal ventura.

“Sejak PegiPegi berdiri, kami memang selalu mendapat kucuran dana dari holding saja. Tidak buka peluang untuk investor selain itu untuk masuk.”

Saat ditanya apakah PegiPegi sudah mencetak laba atau belum, Takeo menjawab bahwa sementara ini pengeluaran perusahaan memang masih lebih besar dari pemasukan. Meskipun demikian, tiap tahun persentase perbandingan antara keduanya diklaim makin menipis. Dia optimis pada beberapa tahun mendatang, PegiPegi sudah bisa menjadi perusahaan yang memberi keuntungan.

“Pengeluaran masih lebih besar dari pemasukan, tapi menuju ke sana [laba] karena kini besar pengeluaran kian berkurang tiap tahunnya. Kami harap tahun ini dan ke depannya akan semakin baik,” pungkasnya.

Perjalanan Pegipegi Menginjak Usia Lima Tahun

Pegipegi tahun ini menginjak usia lima tahun. Selama ini banyak kendala yang dihadapi sekaligus solusi yang dihadirkan untuk terus bertahan, bersaing dan memberikan yang terbaik bagi pelanggannya. Di usianya yang ke lima, Pegipegi masih terus berusaha memenuhi ambisi mereka menjadi Online Travel Agent (OTA) terbaik di Indonesia.

Mundur ke belakang, salah satu kendala awal yang dihadapi Pegipegi adalah mengedukasi masyarakat. Deputy CEO Pegipegi Ryan Kartawidjaja mengisahkan hal ini kepada DailySocial. Kendati demikian seiring berjalannya waktu masyarakat sudah terbiasa dengan pemesanan dan transaksi online. Hal ini juga salah satu dampak dari mulai banyaknya industri dan layanan digital yang mengharuskan bertransaksi online.

“Masyarakat yang dulunya harus mendatangi suatu tempat untuk membeli tiket, dengan banyaknya sarana pemesanan online memudahkan mereka untuk merencanakan perjalanan kapan pun dan di mana pun. Dengan adanya layanan pemesanan online ini, masyarakat bisa merencanakan perjalanan mereka sendiri, mulai dari jenis maskapai, hotel, harga, maupun tujuan wisata yang ingin didatangi,” ujar Ryan.

Industri OTA tumbuh juga dikarenakan meningkatnya masyarakat yang aktif melakukan traveling. Seolah traveling sekarang menjadi gaya hidup masyarakat. Dari data yang dihimpun pihak Pegipegi rata-rata pelanggannya melakukan pemesanan dua sampai tiga kali dalam satu tahun. Hal ini disinyalir juga karena adanya transportasi yang terjangkau seperti maskapai Low-cost carrier (LCC) yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

Transformasi Pegipegi dalam lima tahun

Pegipegi mengawali kiprahnya di industri OTA pada tahun 2012, tepatnya pada tanggal 7 Mei 2012. Di awal kemunculannya Pegipegi hanya menyediakan layanan pemesanan hotel. Kemudian pada tahun 2013 Pegipegi mulai melayani pemesanan tiket pesawat. Hingga pada akhirnya pada tahun 2016 silam Pegipegi meluncurkan pemesanan tiket kereta api untuk melengkapi kebutuhan para pelanggan mereka.

Laman situs website Pegipegi
Laman situs website Pegipegi

Dari segi teknologi, perjalanan Pegipegi juga bertahap. Di awal kemunculannya Pegipegi hanya bisa diakses melalui website. Dua tiga tahun berselang, pada tahun 2015 akhirnya mereka merilis aplikasi mobile, baik untuk Android maupun iOS. Selain itu cara pembayaran juga terus mengalami penambahan dan penyempurnaan. Yang mulanya hanya ada ATM transfer, Internet Banking, dan Kartu kredit, saat ini pelanggan Pegipegi juga bisa melakukan pembayaran secara tunai di Alfamart dan Indomaret.

“Saat ini kami sedang mempersiapkan untuk penambahan destinasi tujuan yang bukan hanya domestik, namun juga internasional untuk semakin melengkapi pilihan destinasi traveling masyarakat Indonesia,” ujar Ryan menjelaskan rencana Pegipegi ke depannya.

Bertahan di tengah persaingan

Tidak sedikit layanan OTA yang bermunculan dalam lima tahun terakhir. Hal ini tidak membuat Pegipegi gentar menghadapi persaingan. Dijelaskan Ryan salah satu yang membuat Pegipegi bertahan hingga saat ini adalah pihaknya berupaya memberikan layanan pemesanan online terbaik bagi para pelanggannya. Fokus pada kepuasan pelanggan.

“Selain itu kami juga memberikan tips traveling dan review yang dapat sangat membantu customer sebagai referensi untuk traveling. Didukung dengan banyaknya promo dan layanan Customer Service yang sangat membantu, kami yakin Pegipegi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia,” papar Ryan

Lebih lanjut, hadirnya pemain baru membuat Pegipegi semakin tertantang. Tinggi dan ketatnya persaingan dikonversi menjadi semangat untuk meningkatkan kualitas layanan, tampilan situs dan menambah inventori produk untuk memberikan kemudahan dan pilihan bagi pelanggan Pegipegi, baik pelanggan maupun pengguna baru.

Ryan sendiri merasa persaingan di sektor OTA masih tetap terbuka. Hal ini karena masyarakat tidak cenderung hanya menggunakan satu OTA. Kemudahan membandingkan harga dan kualitas layanan juga menjadi alasan tersendiri masyarakat belum begitu fanatik terhadap sebuah OTA. Pekerjaan rumah bagi bisnis OTA adalah bersaing dari segi kualitas untuk memuaskan pelanggan mereka.

Target selanjutnya

Kepada DailySocial Ryan menjelaskan bahwa berdasarkan data pemesanan di Pegipegi terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Dari tahun 2015 hingga 2016 misalnya, pemesanan naik hingga mencapai 250%. Kondisi ini yang membuat Pegipegi cukup yakin dengan mematok target untuk tahun ini, dua kali lipat pertumbuhan transaksi di banding tahun sebelumnya.

“Melihat pertumbuhan yang cukup pesat ini, Pegipegi optimis untuk menargetkan, setidaknya transaksi akan meningkat 2 kali lipat pada tahun berikutnya. Oleh karena itu, Pegipegi telah menyiapkan berbagai hal untuk mencapai target tersebut, di antaranya adalah mengembangkan layanan pemesanan yang lebih mudah; meningkatkan jumlah inventori, memperbanyak pilihan metode pembayaran; serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk menghadirkan beragam promo menarik demi menjamin kepuasan pelanggan. Dengan hal ini, kami optimis pada tahun 2017 ini transaction growth akan naik sebanyak 200% dibandingkan dari tahun sebelumnya,” pungkas Ryan.

Application Information Will Show Up Here

Penerapan Big Data oleh Startup Travel Indonesia

Personalisasi data banyak digunakan di banyak bisnis sekarang ini. Salah satu bisnis yang memanfaatkan data untuk improvisasi dan meningkatkan kepuasan penggunanya adalah bisnis travel. Di Indonesia, Pegipegi dan Traveloka sudah melakukan hal tersebut. Keduanya memanfaatkan data untuk menghadirkan beberapa penawaran menarik dan juga membaca kebutuhan para penggunanya.

Untuk segmen travel data diperlukan untuk melacak kebiasaan dan kebutuhan pengguna. Dengan demikian penyedia jasa travel bisa dengan mudah menawarkan sesuatu yang berkaitan, dekat, dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pengguna. Dari segi bisnis di dalamnya (hotel, tiket, dan wisata) ini juga bisa menguntungkan. Karena mereka dapat menyasar langsung pelanggan dengan kriteria yang sama.

Kami mencoba mendapatkan informasi dari beberapa penyedia layanan travel di Indonesia seperti Traveloka dan Pegipegi terkait penggunaan data ini.

“Kami percaya big data adalah kunci untuk memahami apa yang dibutuhkan pelanggan kami. Dengan menganalisis big data, kami dapat mengetahui pola, trend, preferensi dan kebiasaan pelanggan sehingga kami dapat memberikan produk dan layanan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” terang Communications Executive Traveloka Busyra Oryza.

Hal yang senada juga diungkapkan pihak Pegipegi. Public Relations & Media Office Pegipegi Devi Agustina bahkan mengandaikan data sebagai sebuah harta karun. Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan untuk mengembangkan bisnis yang ada.

“Setiap data yang ada di Pegipegi bagi kami seperti sebuah harta karun. Data ini dapat menjadi referensi bagi manajemen dalam menyusun strategi pemasaran, membuat program promosi dengan partner, serta untuk memprediksi trend dan kebutuhan customer Pegipegi,” terang Devi.

Upaya mengoptimalkan big data

Meski dinilai banyak manfaatnya penerapan big data tidaklah muda, setidaknya butuh investasi dan teknologi yang mumpuni untuk membangun teknologi yang mumpuni. Di Traveloka misalnya, diceritakan Busyra, penerapan big data merupakan sebuah tantangan sehingga pihaknya perlu membangun sebuah tim yang solid baik untuk data engineering maupun software engineering. Orang-orang di dalamnya pun disebutkan orang-orang berprestasi seperti lulusan mahasiswa  unggulan yang berprestasi, alumni perusahaan Silicon Valley, dan beberapa ahli di berbagai bidang disiplin ilmu.

Tak jauh beda, Pegipegi pun dikisahkan telah mengembangkan sebuah sistem terintegrasi yang mampu meng-handle data-data yang ada untuk selanjutnya diolah untuk mendapatkan wawasan yang bisa digunakan sebagai pertimbangan sebelum mengambil keputusan.

Apa yang dilakukan keduanya pun juga dilakukan oleh beberapa perusahaan level internasional yang berada di segmen travel. Disebutkan dalam sebuah artikel, AirBnb juga menerapkan big data yang dikombinasikan dengan sebuah algoritma yang mampu mencocokkan preferensi host dan tamu sehingga bisa mendapatkan hasil yang memuaskan bagi kedua belah pihak.

Hasil pemanfaatan data

Dari informasi yang didapat DailySocial, Traveloka dan Pegipegi sudah beberapa kali mengeluarkan fitur atau layanan yang berdasarkan data-data yang dimiliki. Fitur tersebut beragam. Untuk Traveloka, buah analisis data dihadirkan melalui fitur Notifikasi Harga yang saat ini bisa ditemukan di aplikasi Android dan iOS mereka. Fitur ini menyuguhkan hasil olahan ribuan data harga tiket pesawat setiap harinya untuk dihadirkan ke pelanggan.

Berkat kemudahan yang ditawarkan, saat ini fitur Notifikasi Harga merupakan salah satu fitur yang paling banyak digunakan pelanggan Traveloka.

Untuk Pegipegi, hasil dari analisis data membuahkan fitur personal newsletter yang disesuaikan dengan kebiasaan dan karakteristik pelanggan. Selain itu ada juga notifikasi promo dan penawaran paket wisata yang didasari data-data kebiasaan pelanggan-pelanggan mereka dalam bertransaksi.

Memasuki era digital data-data digital seolah menjadi bahan bakar baru bagi bisnis, terlebih bisnis digital. Apa yang dilakukan Traveloka dan Pegipegi sangat mungkin juga diterapkan oleh perusahaan online travel lainnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Dengan CEO Baru, Situs Online Booking Travel Pegipegi Fokus Mempertahankan Konsumen Loyal

Di usianya yang telah menginjak empat tahun, situs online booking travel Pegipegi mencoba menunjukkan eksistensi dan kepercayaan diri yang tinggi. Makin ketatnya persaingan di industri travel dan perhotelan tidak membuat Pegipegi menjadi tergilas kompetitor lainnya. Mereka mencoba relevan dengan mempertahankan konsumen loyal.

Dalam kesempatan buka puasa bersama dengan jajaran staf dan manajemen Pegipegi, mereka memperkenalkan CEO baru Hideki Yamada, yang menggantikan pemimpin sebelumnya, Kohei Nakajima.

“Perubahan ini merupakan kebijakan dari Recruit Holdings, perusahaan yang menaungi Pegipegi. Saya sebagai CEO bertanggung jawab untuk memimpin Pegipegi sejak bulan Januari 2016,” kata Hideki.

Hideki yang memiliki pengalaman bekerja di Jalan Tour bertanggung jawab untuk menambah jumlah pelanggan, mempertahankan jumlah pelanggan tetap, dan meningkatkan penjualan.

“Saya melihat Indonesia merupakan pasar yang menarik untuk dijelajahi, sesuai dengan fokus dari Pegipegi yang hanya memberikan layanan hotel, tiket pesawat serta kereta api di Indonesia,” kata Hideki.

Kesulitan mempertahankan pelanggan

Tidak dapat dipungkiri, kehadiran Traveloka dengan segudang promo dan harga diskon cukup menyulitkan Pegipegi untuk menambah jumlah pelanggan hingga mempertahankan pelanggan. Tidak memberikan diskon atau potongan harga di setiap produk yang dijual, Pegipegi harus memikirkan strategi lainnya agar bisa mendongkrak jumlah penjualan.

“Sejak awal kami konsisten untuk tidak terlalu memanjakan pelanggan dengan pemberian diskon hingga potongan harga yang berlebihan, kami yakin dengan kemitraan yang dijalin dengan partner kami pelanggan sudah mendapatkan harga yang ideal,” kata Web Director Pegipegi Adi Rian.

Saat ini Pegipegi secara agresif masih menjalin kemitraan dengan bank-bank ternama di Indonesia. Kemitraan startegis tersebut memungkinkan pengguna untuk mendapatkan harga istimewa, promo serta mendapatkan poin jika melakukan transaksi dengan bank-bank terkait. Langkah tersebut dinilai cukup berhasil untuk menambah jumlah pelanggan dan meningkatkan penjualan.

“Fokus utama kami adalah mendapatkan repeat order, untuk itu kami juga kerap memberikan hadiah berupa gadget kepada pelanggan top spender yang sudah sering menggunakan layanan Pegipegi,” kata Adi.

Strategi pemasaran dan target

Saat ini Pegipegi mengklaim telah berhasil mendapatkan pengguna aktif di situs sebanyak 1,2 juta orang per bulannya. Meskipun Pegipegi telah memiliki aplikasi mobile di platform Android dan iOS, namun jumlah pengunjung yang mengakses melalui desktop masih setara dengan penggunaan aplikasi mobile.

Pegipegi juga mencatat meskipun saat ini pilihan pembayaran yang telah ditawarkan cukup beragam, namun pembayaran terbanyak yang dilakukan pelanggan masih dari bank transfer. Untuk pemesanan, yang paling banyak dipilih pelanggan Pegipegi adalah pemesanan hotel, diikuti tiket pesawat dan terakhir tiket kereta api.

“Layanan pembelian tiket kereta api masih terbilang baru di Pegipegi, namun ke depannya kami optimis layanan ini akan menjadi favorit,” kata Adi.

Mengantisipasi ledakan jumlah pembelian tiket pesawat, pemesanan hotel, dan tiket kereta api jelang hari raya Idul Fitri, Pegipegi menargetkan akan mendapatkan kenaikan jumlah transaksi sebanyak 300%, berkaca pada tren tahun-tahun sebelumnya.

“Kebiasaan dari masyarakat Indonesia adalah membeli tiket pesawat, memesan hotel hingga tiket kereta api saat last minute. Kami berharap tahun 2016 bisa lebih besar jumlahnya dari tahun sebelumnya,” tutup Adi.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Travel Pegipegi Kembali Redesain Tampilan Situs

Pegipegi Event / Dok. DailySocial

Sebagai salah satu startup travel yang telah memiliki pengalaman di Indonesia, Pegipegi secara resmi mengumumkan beberapa kerja sama strategis guna meningkatkan brand awareness dan kemudahan bagi penggunanya pada hari Rabu kemarin (3/12). Dalam kesempatan yang sama, Pegipegi juga mengenalkan tampilan terbaru dari layanan mereka dengan utilitas yang semakin mumpuni.

Continue reading Layanan Travel Pegipegi Kembali Redesain Tampilan Situs