Punya Bisnis Kuliner? Ini Cara Hitung Food Cost, Bisa Manual dan Pakai Excel!

Berbisnis kuliner bukan sekadar tentang memberi sajian makanan atau minuman terbaik kepada konsumen. Ada hal mendasar lainnya yang dapat menunjang kelangsungan bisnis kuliner, yakni terkait dengan perhitungan keuangan bisnis.

Salah satu perhitungan yang paling krusial adalah harga pokok penjualan (HPP) makanan atau sering juga disebut sebagai food cost. Perhitungan HPP makanan ini berguna untuk mengetahui total modal yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu produk.

Tak hanya itu, HPP makanan juga erat berkaitan dengan penentuan turnover persediaan, margin keuntungan, dan harga yang tepat untuk produk kuliner yang dijual. Maka dari itu, pelaku bisnis kuliner perlu memahami konsep perhitungan HPP makanan.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut terkait cara menghitung HPP makanan atau food cost, baik secara manual maupun secara otomatis menggunakan Excel, beserta rumus dan contoh perhitungannya.

Apa Itu Harga Pokok Penjualan Makanan (Food Cost)?

Harga pokok penjualan (HPP) makanan atau food cost adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan bisnis untuk memproduksi produk kuliner, baik makanan atau minuman, dalam suatu bisnis kuliner atau food and beverage (F&B).

Food cost menjadi acuan penting sebagai cara menghitung harga jual makanan hingga siap dijual per porsi. Perhitungan food cost ini merupakan salah satu indikator paling penting dari profitabilitas sebuah restoran.

Setelah nilai food cost diketahui, pelaku bisnis kuliner dapat menjadikannya acuan untuk mengambil keputusan bisnis ke depannya.

Langkah Menghitung HPP Makanan bagi Pebisnis Kuliner

Dengan memahami cara perhitungan food cost, pelaku bisnis kuliner dapat mengatur dan mengelola anggaran bisnis seefektif mungkin, sehingga bisnis kuliner dapat terhindar dari risiko kebangkrutan.

Berikut ini langkah perhitungan HPP makanan yang dapat dilakukan pelaku bisnis kuliner:

  • Pertama, perhatikan komponen dasar bisnis kuliner yakni jenis bahan yang digunakan serta jumlah penggunaannya.
  • Kedua, pahami rumus perhitungannya.

Contoh kasus:

Anda merupakan seorang pemilik bisnis kuliner berbahan dasar udang. Usaha Anda memiliki persediaan awal udang sebanyak 2 kg, dengan harga Rp100.000,00 per kg. Maka, diketahui nilai persedian awal adalah Rp200.000,00.

Kemudian, Anda memutuskan untuk menambah persediaan udang sebanyak 3 kg. Maka, diketahui pembelian persediaannya adalah Rp300.000,00.

Setelah melakukan penjualan, udang yang tersedia ada 2 kg. Maka, diketahui nilai persediaan akhir adalah Rp200.000,00.

  • Perhitungan Manual

Jika HPP makanan dihitung secara manual, maka, ilustrasi perhitungannya adalah sebagai berikut:

  • Perhitungan Excel

Selain perhitungan dengan cara manual, HPP Makanan juga dapat dihitung secara otomatis menggunakan bantuan tools dari Microsoft Excel. Dengan Excel, food cost dapat dihitung dengan lebih cepat dan terhindar dari human error.

Jika HPP makanan dihitung dengan Excel, maka, ilustrasi perhitungannya adalah sebagai berikut:

Rumusnya yang digunakan yakni (=E3+E4-E6), lalu tekan ‘Enter’. Dengan begitu, HPP makanan akan terhitung secara otomatis.

Sebagai catatan, cara di atas merupakan langkah perhitungan sederhana. Lebih jauh, perhitungan HPP makanan dapat dilakukan dengan memperhatikan harga bahan produksi, biaya transportasi, biaya lain seperti listrik dan gas, biaya pengemasan serta upah produksi.

Demikian cara menghitung harga pokok penjualan (HPP) makanan bagi pelaku bisnis kuliner.

Cara Mencatat Transaksi Keuangan Usaha di Aplikasi Pembukuan Halokas

Di tengah tren digitalisasi UMKM saat ini, pelaku usaha tak hanya sekadar perlu menjual dan mempromosikan produknya secara digital. Pelaku usaha juga dapat melakukan digitalisasi pada kegiatan bisnis lainnya, seperti pembukuan.

Pembukuan menjadi hal mendasar yang penting bagi bisnis. Dengan pembukuan, pelaku usaha dapat melihat seluruh catatan transaksi keuangan bisnis, mulai dari pemasukan, pengeluaran, utang piutang, hingga inventori.

Salah satu platform yang dapat mewadahi pelaku usaha dalam melakukan pembukuan secara digital adalah Halokas. Halokas merupakan aplikasi business to business (B2B) yang hadir sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan digitalisasi bisnis yang dihadapi UMKM.

Lantas, bagaimana cara melakukan pembukuan atau pencatatan transaksi keuangan bisnis secara digital di aplikasi Halokas? Berikut ulasannya.

Langkah Mencatat Transaksi Keuangan Usaha di Halokas

Halokas memiliki fitur ‘Pencatatan Usaha’ yang membantu pelaku UMKM melakukan pencatatan keuangan bisnisnya, mulai dari pemasukan dan pengeluaran, hingga utang piutang. Fitur ini juga memungkinkan transaksi QRIS tercatat secara otomatis.

Berikut langkah-langkahnya:

  • Unduh aplikasi Halokas di Google Play Store/App Store.

  • Jika belum memiliki akun, silakan daftarkan usaha Anda.
  • Setelah itu, silakan masuk ke halaman utama aplikasi dan klik ‘Mulai Sekarang’.
  • Masuk ke menu ‘Pencatatan Usaha’ di halaman awal.

  • Pilih ‘Transaksi’ untuk mencatat transaksi pemasukan dan pengeluaran usaha. Lalu, simpan transaksi.

  • Pilih ‘Utang Piutang’ untuk mencatat pembayaran utang dan penerimaan piutang usaha. Lalu, klik ‘Simpan’.

  • Pilih ‘Inventori’, lalu klik tambah produk untuk mencatat inventori pemasukan dan pengeluaran usaha. Lalu, simpan produk.

  • Pencatatan transaksi keuangan telah selesai.

Pelaku usaha dapat mengunduh laporan pencatatan usaha dengan format laporan yang dapat disesuaikan. Selain itu, Halokas memiliki fitur jatuh tempo dan pengingat utang otomatis. Dengan begitu, pelaku usaha akan terbantu saat mengelola pembayaran dan penagihan utang piutang bisnis.

Manfaat Pencatatan Keuangan secara Digital

Dari layanan pencatatan keuangan yang dimilikinya, Halokas menawarkan keuntungan bagi pelaku UMKM sebagai pengguna aplikasi. Apa saja keuntungan yang dijanjikan? Berikut beberapa di antaranya:

  • Pembukuan secara digital dapat meminimalisir potensi munculnya kesalahan pada saat mencatat keuangan.
  • Pelaku UMKM dapat mengecek laporan laba rugi dan memonitor pemasukan dan pengeluaran bisnis, sehingga laba rugi usaha langsung terlihat.
  • Mempermudah pelaku UMKM mengelola utang piutang usaha, dengan mengatur waktu jatuh tempo utang piutang dan mengirim pengingat pembayaran utang dengan mudah.
  • Memudahkan pelaku usaha mendata produk dan inventori bisnis, mulai dari nama produk, harga jual dan kategori produk.
  • Data dalam pembukuan bisa diolah menjadi laporan keuangan sehingga bisa menjadi bahan evaluasi bagi pelaku usaha dalam merancang strategi bisnis dan pemasaran.
  • Memperkecil resiko kerugian bisnis di kemudian hari.
  • UMKM memiliki kemampuan digitalisasi bisnis sehingga dapat bertahan dalam persaingan yang ketat di tengah era digital.

Demikian penjelasan terkait cara mencatat transaksi keuangan bisnis secara digital di aplikasi Halokas beserta manfaatnya.

 

Alternatif Menuju Kemandirian Finansial Lewat Aplikasi Pencatatan Keuangan Pribadi

Pengetahuan mengelola keuangan dulu memang tidak diajarkan di sekolah, namun memiliki pengetahuan dasar keuangan pribadi, seperti perencanaan keuangan, tabungan dan investasi, dan manajemen utang adalah rangkaian penting menuju keuangan sehat. Setiap orang punya ambisi untuk mencapai hal tersebut, apalagi setiap momentum awal tahun.

Belakangan perangkat berbasis digital membantu pengetahuan dasar tersebut makin banyak bermunculan, seiring meningkatnya penetrasi internet dan literasi finansial. Jumlah pengguna aplikasi wealthtech terus meningkat semenjak pandemi melanda dan berhasil melontarkan Ajaib sebagai startup unicorn.

Kepopuleran wealthtech mendorong kemunculan tren kehadiran aplikasi pencatatan keuangan pribadi. Istilah lain yang sering digunakan untuk mengategorikannya adalah manajemen keuangan pribadi (personal finance) atau budget tracking. Esensinya tetap sama.

Sebelumnya, fitur ini umum hadir sebagai nilai tambah aplikasi wealthtech atau keuangan digital untuk mengatur alokasi investasi dalam mencapai tujuan tertentu, misalnya dana pensiun, dana pendidikan, dana pernikahan, dan sebagainya.

Pendekatan yang diambil para pengembang aplikasi semacam ini adalah mempermudah pengguna melacak pengeluaran dan memantau keuangan mereka di beberapa akun secara sekaligus dengan menautkan akun keuangan. Berikutnya informasi tersebu akan dikategorikan untuk menunjukkan dengan tepat ke mana uang pengguna pergi.

Aplikasi ini juga dikenal sebagai agregator keuangan karena mereka menggabungkan atau menyatukan laporan keuangan, mulai dari tagihan, rekening bank, dan kartu kredit dalam satu tempat. Di tahap lebih lanjut, aplikasi ini dapat mencakup perencanaan keuangan, pajak, analisis portofolio investasi, pemantauan kredit, dan masih banyak lagi.

Contoh terdekat yang populer di pasar global adalah Money Lover, Mint, Goodbudget, YNAB (You Need a Budget), PocketGuard, dan masih banyak lagi. Aplikasi tersebut bahkan sudah merambah untuk kebutuhan yang lebih spesifik, misalnya pengelolaan keuangan untuk melacak pengeluaran, menjaga anggaran, permudah berhemat, keluar dari utang, dan untuk pekerja lepas.

Meski banyak variasi istilah, golnya hanya satu: membantu mengarahkan pengguna menuju kemandirian finansial.

Aplikasi jenis ini mulai bermunculan di Indonesia, di antaranya Finansialku, Sribuu, Pay Ok, PINA, Finoo, Moni, Xettle, Finku, Neu (Fazz Financial Group). Sebagian dari mereka sudah mengantongi kepercayaan dari investor dalam bentuk perolehan dana segar.

Tidak hanya aplikasi pencatatan keuangan UMKM saja yang marak hadir karena menyimpan potensi digitalisasi yang besar. Aplikasi sejenis yang menargetkan perorangan juga punya potensi yang tak bisa dianggap remeh.

Mengutip data OJK, berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan di 2016, baru sekitar 29,7% masyarakat yang paham mengenai keuangan. Sementara itu, hanya 12,6% masyarakat yang telah memiliki perencanaan keuangan. Lebih lanjut, terdapat 67,8% masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 29,7% masyarakat yang well literate.

Hal ini menunjukkan banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai. Survei tersebut juga menunjukkan tujuan keuangan masyarakat didominasi dengan tujuan jangka pendek untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Hanya 12,6% yang telah mempersiapkan pendidikan anak dan hanya 6,3% yang memiliki tujuan keuangan untuk persiapan pensiun.

Co-founder dan CEO Moni Ahmad Faiz Nasshor (Faiz) menjelaskan, ada dua hal yang menjadikan aplikasi pengelolaan keuangan pribadi menjadi booming di Indonesia. Pertama, karena pandemi yang mengakibatkan orang semakin mawas diri terhadap pentingnya mengatur keuangan pribadi.

“Hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya jumlah investor ritel kita dan juga semakin banyaknya jumlah akun-akun di media sosial yang berbagi tentang keuangan pribadi,” ucapnya Faiz saat dihubungi DailySocial.id.

Kedua, didukung adopsi transaksi digital yang meningkat. Dia bilang, lima tahun lalu mayoritas pengeluaran kemungkinan masih menggunakan uang tunai, tetapi hal tersebut mulai bergeser ke transaksi digital seiring dengan munculnya platform digital seperti e-commerce, ride hailing, dan yang paling terpenting adalah e-wallet.

“Adanya pergeseran ini mengakibatkan munculnya potensi untuk pencatatan otomatis, yang sebelumnya masih sangat sulit untuk dilakukan karena pengeluaran masih menggunakan metode cash.”

Moni dirintis untuk memudahkan proses pencatatan keuangan, dengan fitur utama berupa pencatatan transaksi secara otomatis. Agar proses pencatatan otomatis dapat dilakukan, Moni menggunakan tiga sumber data, yakni notifikasi ponsel, notifikasi email, dan sambungan langsung ke akun bank/e-wallet.

Sejauh ini ada 25 daftar produk yang telah Moni dukung beserta dengan sumber data yang digunakan, sebagian besar dari aplikasi perbankan, e-money, dan e-commerce. Beberapa di antaranya adalah BCA Internet Banking (akun bank dan e-wallet), Jenius (notifikasi email), GoPay (akun bank dan e-wallet), Grab (notifikasi email), dan Tokopedia (notifikasi email).

Fitur lainnya yang tersedia di Moni adalah Transfer (permudah top up/tarik tunai/transfer untuk pencatatan yang jadi lebih akurat) dan Saldo (monitor berbagai saldo e-wallet dari aplikasi Moni). Sejauh ini Moni belum melakukan monetisasi. Seluruh fiturnya dapat digunakan secara gratis.

Diklaim Moni memiliki ribuan pengguna dengan pertumbuhan pengguna baru hingga tiga kali per bulan dan jumlah transaksi yang tercatat lebih dari 10 kali lipat.

Di situsnya, pihak Moni mengklaim tidak menyimpan data password akun bank dan e-wallet pengguna. Perusahaan hanya menyimpan data email dari aplikasi yang telah disetujui pengguna. Untuk perlindungan data sensitif, layanannya diklaim terenkripsi dengan menggunakan enkripsi AES 256-bit yang biasa digunakan di perbankan dan militer.  Moni telah terdaftar di PSE Kominfo.

Fitur-fitur yang disediakan aplikasi perencanaan keuangan / DailySocial

Tidak geser peran perencana keuangan

Kendati aplikasi sejenis Moni ramai bermunculan, muncul pertanyaan apakah aplikasi saja cukup untuk menemani perjalanan keuangan pribadi seseorang. Co-founder dan CEO Halofina Adjie Wicaksana menuturkan, kondisi tersebut justru menambah alternatif bagi konsumen dalam mengelola keuangannya.

“Mungkin ada area [aplikasi] budgeting, financial planning, investment, dan sebagainya yang sebenarnya satu sama lain itu saling melengkapi, sebab ada yang kurang atau lebih. Lalu apakah tetap butuh financial planner? Enggak semua orang butuh yang kehadiran personal based [financial planner], yang terpenting adalah implementasi dari financial planning itu sendiri,” terangnya.

Dia melanjutkan, dalam mengimplementasikan perencanaan keuangan itu banyak caranya. Ada yang butuh penasihat, baca-baca dari artikel, atau pakai tools tertentu yang dapat membantu konsumen.

“Jadi secara umum kegiatan managing cash flow, doing financial planning, investment planning, portofolio management adalah unsur-unsur yang tidak hanya di-provide oleh satu perusahaan saja, tapi bisa jadi satu user pakai multiple product at the same time.”

Halofina merupakan salah satu startup yang menyediakan perencanaan keuangan, investasi, dan konsultasi berbasis aplikasi. Terdapat FINADVISOR untuk kemudahan perencanaan keuangan dan investasi dengan pilihan produk investasi terbaik yang telah dikurasi oleh pakar keuangan berpengalaman. Underlying kelas aset yang terdapat di Halofina adalah reksa dana (kerja sama dengan Tanamduit) dan emas dari Indogold.

Kemudian, FINACONSULT untuk konsultasi keuangan langsung dengan konsultan keuangan bersertifikat seputar perencanaan keuangan, pengelolaan uang, pengelolaan utang, atau perencanaan investasi untuk tujuan keuangan jangka panjang. Fitur ini hadir berkat kerja sama dengan ZAP Finance.

Founder dan CEO Finansialku Melvin Mumpuni juga mengutarakan hal yang sama. Ia bilang aplikasi perencanaan keuangan justru membuka segmen pengguna baru, yang masalahnya cukup terselesaikan lewat aplikasi. “Beberapa kasus memang bisa diselesaikan dengan aplikasi, namun kasus-kasus yang cukup complicated, perlu penangan khusus dari financial planner,” kata Melvin.

Untuk menggarap segmen baru tersebut, kini aplikasi Finansialku ditenagai dengan fitur teranyar Brangkas. Fitur ini bertugas membantu pengguna agar semakin disiplin mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran dari transaksi bank. Dengan demikian, pengguna dapat rutin melakukan evaluasi setiap bulannya dan mengetahui setiap kebocoran-kebocoran keuangannya. Brangkas hadir berkat kerja sama dengan startup open finance Brankas.

Terhitung, ada empat bank yang telah terintegrasi dengan fitur Brangkas, yakni BCA, BRI, Bank Mandiri, dan BNI. Tak hanya itu, terdapat fitur pendukung lainnya, yakni Financial Check Up dan Perencanaan Keuangan. “Sebagai bukti komitmen Finansialku terhadap perlindungan konsumen, maka Finansialku sudah melakukan sertifikasi ISO27001 yang berkaitan dengan keamanan data,” tambah CTO Finansialku Alvin Augusto Saputra.

Untuk memperkuat pernyataan Adjie dan Melvin, Faiz menambahkan sebenarnya perjalanan dalam merencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam semalam, karena ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi kondisi seseorang. Seorang perencana keuangan dapat memberikan saran yang sangat detail untuk setiap pengguna.

Kehadiran Moni, sambungnya, tidak untuk menggantikan peran perencana keuangan. Justru sebagai pelengkap dan membantu mereka. Aplikasi pencatatan keuangan pribadi dapat membantu pengguna dalam memantau pengeluaran dan aset yang mereka miliki secara lebih mudah untuk mencapai tujuan finansial yang diinginkan.

“Moni saat ini masuk di tahap awal perencanaan keuangan, di mana sebelum melakukan perencanaan keuangan, user seharusnya mengetahui cashflow keuangan mereka. Dengan proses pencatatan keuangan otomatis yang dilakukan Moni, cashflow dapat diketahui dengan lebih mudah, sehingga user dapat mengetahui langkah apa saja yang selanjutnya dapat mereka lanjutkan,” kata Faiz.

Sumber diolah / DailySocial

Sebagai bagian perjalanan edukasi keuangan, perjalanan aplikasi perencanaan keuangan ini masih baru. Adjie bilang, semakin banyaknya pemain di berbagai sektor fintech membuat awareness terhadap alternatif produk keuangan menjadi terus bertumbuh, terutama anak muda yang cenderung eksploratif.

“Tantangannya justru bagaimana meningkatkan literasi dan edukasi itu sendiri agar penggunaan produk-produk tersebut bisa disertai dengan pemahaman terkait fundamental perencanaan keuangan, sehingga mereka bisa mendapat manfaat yang maksimal dari produk tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” ujar Adjie.

Faiz meyakini Moni dapat menyandingi aplikasi sejenis dari luar negeri yang bisa digunakan di Indonesia, bahkan mampu lebih baik. Tantangannya tinggal bagaimana mengubah persepsi orang mengenai hal tersebut.

“Visi kami masih sama, yakni membantu pengguna untuk mengelola keuangan dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Untuk itu kami terus menambah produk-produk yang terintegrasi dengan Moni. Selain itu, kami juga sedang melakukan beberapa eksperimen sebagai sumber revenue,” tutupnya.

Observing BukuKas Strategies for Fundraising

The MSME’s digitization is a big topic that has been widely discussed throughout this pandemic, as this sector is considered most affected and in urgent need of digital solutions to survive. At the same time, a great potential lies in this sector. Therefore, in the past year, new players have emerged and succeeded in attracting investors to channel their funds.

One of the startups with an exponential growth is BukuKas. Within two years, the startup which focuses on developing applications for financial records for MSMEs, has successfully closed a series B funding round of $50 million (more than 727 million Rupiah). This is quite a large nominal for series B funding which usually starts from $30 million to $60 million.

What really makes this MSME financial recording business so sexy in the eyes of investors? And how can BukuKas’ growth hacking strategy close the Series B round within just two years? Regarding this matter, #SelasaStartup invited the Co-Founder and CEO of BukuKas Krishnan Menon.

Product market fit first

BukuKas product is actually very simple, financial records for MSMEs. However, in order to get into today’s products, companies have to do research many times, observe trends in the industry and ask user’s feedback. In the first three months of BukuKas, the company invested a lot in product market fit.

After all, product market fit is a neverending process as there will always new innovations. Therefore, it takes passionate people for early team, having deep experience in the industry, and directing all available energy to achieve a good product.

“Because creating a product that is easy to use is not an easy process. It can be proven from our application usage in the industry as we see what the market needs,” Menon said.

The initial team was built with solidity and dedication. Menon suggested giving them company shares, therfore, they have a sense of ownership instead of just paying them, especially if the company can’t provide high salary.

This condition is to overcome the retention of quality employees, especially the supply of quality talent is limited. “Give them sense of company ownership, that’s our way of getting good employees at the seed stage.”

Create an interactive pitch deck

Making a deck is a bit tricky because it has to summarize information about the company, business plan, and potential market. Menon recommends decks should be no longer than 15 pages to keep the duration short. If it’s possible, always prioritize graphics with a minimum text to make it more interactive.

“The basic mistake of founders is making textbook-like decks. Aim for minimal text, maximizing graphics and no more than 15 slides.”

He also suggested to create company’s deck that can be compared with other similar companies, therefore, investors won’t have to read all the pages. This method is proven to reduce time and attract more investors.

In addition, to practice smooth presentation, before going to a VC with larger funds, it’s better to get into an angel investor first. Menon thought angel investors is a good start because they generally provide a lot of useful advice for founders.

“They can also provide new connections to founders, making it suitable for founders with minimal connections to broaden network.”

Fundraising starts now

Menon continued that fundraising needs to start now, because this pandemic is proving that digital is the future way of working. Therefore, founders should have a nominal projection for 18 months runway. The fund must have a clear and detailed business plan.

The assumption that the early-stage investors investing in founders, according to Menon, is completely true. That anyone could actually make the same product. The difference is how to take the opportunity by offering a solution, whether real or not.

“We have no specific strategy to get the seed investment. We’re just being ourselves, being honest, and mission driven.”

Menon believes that large capital will double up the probability of a company to become a market leader. However, he did not agree on capital being the main factor. In fact, there are many other thingsthat can be of support.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Menengok Strategi Penggalangan Dana ala BukuKas

Digitalisasi UMKM adalah topik besar yang banyak dibahas sepanjang pandemi, karena sektor inilah yang paling terdampak dan paling membutuhkan solusi digital agar tetap bertahan. Di saat yang bersamaan, potensi besar tersimpan di sektor ini. Makanya dalam setahun belakangan, banyak pemain baru bermunculan dan sukses menarik para investor untuk menyuntikkan dananya.

Salah satu startup dengan pertumbuhan eksponensial belakangan ini adalah BukuKas. Dalam waktu dua tahun startup yang fokus pada aplikasi pengembang pencatatan finansial untuk UMKM ini, sukses menutup putaran pendanaan seri B senilai $50 juta (lebih dari 727 juta miliar Rupiah). Nominal ini cukup besar untuk pendanaan seri B yang biasanya dimulai dari rentang $30 juta sampai $60 juta.

Apa yang sebenarnya membuat bisnis pencatatan finansial untuk UMKM ini begitu terlihat seksi di mata investor? Lalu bagaimana strategi growth hacking BukuKas bisa menutup putaran Seri B dalam waktu dua tahun saja? Untuk membahas ini, #SelasaStartup mengundang Co-Founder dan CEO BukuKas Krishnan Menon.

Selalu utamakan product market fit

Produk BukuKas sebenarnya sangat simpel yakni pencatatan finansial untuk UMKM. Namun untuk mencapai di produk sekarang, perusahaan harus berkali-kali melakukan riset, melihat tren di industri dan bertanya ke pengguna. Pada tiga bulan pertama BukuKas, perusahaan banyak menaruh investasi di product market fit.

Toh, product market fit itu selalu berproses tidak pernah berhenti karena inovasi selalu ada yang baru. Maka dari itu, dibutuhkan tim awal dengan obsesi tinggi, punya pengalaman yang mendalam soal industri, dan mengarahkan seluruh energi yang ada untuk mencapai produk yang baik.

“Sebab untuk menciptakan produk yang mudah digunakan itu tidak mudah prosesnya. Bisa dibuktikan dari usage aplikasi kami di industri seperti apa karena kita melihat apa yang dibutuhkan market,” ucap Menon.

Tim awal tersebut, dibangun dengan solid dan berdedikasi tinggi. Menon menyarankan untuk memberikan mereka saham perusahaan agar punya rasa memiliki, sehingga tidak sekadar menggaji saja apalagi kalau perusahaan belum bisa menggaji mereka dengan nilai tinggi.

Kondisi tersebut untuk mengatasi retensi karyawan yang berkualitas, terlebih supply talenta berkualitas itu terbatas. “Buat mereka juga memiliki perusahaan, itulah cara kami untuk mendapatkan karyawan bagus di tahap seed.”

Buat pitch deck yang interaktif

Membuat deck adalah pekerjaan yang sedikit tricky karena harus merangkum informasi tentang perusahaan, rencana bisnis, dan potensi pasar. Menon merekomendasikan deck tidak boleh lebih dari 15 halaman untuk tetap menjaga durasi tetap singkat. Diusahakan pula selalu mengutamakan grafis dengan minimal teks agar lebih interaktif.

“Kesalahan dasar yang biasa dilakukan founder adalah membuat deck seperti buku teks. Usahakan minimal teks, maksimalkan grafis dan tidak lebih dari 15 slides.”

Ia juga menyarankan untuk membuat isi deck perusahaan dapat dikomparasi dengan perusahaan lain yang sejenis sehingga investor tidak perlu membaca semua halaman. Cara ini terbukti bisa mengurangi waktu dan membuat orang jadi lebih tertarik dengan perusahaan Anda.

Tak hanya itu, untuk melatih kelancaran presentasi, sebelum menuju VC dengan dana yang lebih besar, ada baiknya untuk masuk ke angel investor terlebih dulu. Menon melihat angel investor adalah permulaan yang tepat untuk berlatih karena umumnya mereka akan memberikan banyak masukan yang berguna untuk para founder.

“Mereka juga bisa memberikan koneksi baru kepada founder, sehingga cocok untuk founder yang minim koneksi dalam membuka lebih banyak koneksi.”

Lakukan pendanaan dari sekarang

Menon melanjutkan saat ini adalah momen yang tepat untuk melakukan fundraising karena pandemi ini membuktikan bahwa cara kerja digital adalah masa depan. Oleh karena itu, founder harus membuat proyeksi nominal pendanaan yang dibutuhkan untuk runway 18 bulan ke depan. Dana tersebut harus memiliki rencana bisnis yang jelas dan rinci.

Anggapan bahwa pada tahap awal investor itu berinvestasi pada founder, menurut Menon, itu sepenuhnya benar. Bahwa siapa pun sebenarnya bisa membuat produk yang sama. Pembedanya adalah bagaimana mengambil kesempatan tersebut dengan menawarkan solusinya apakah nyata atau tidak.

“Tidak ada strategi spesifik yang kami lakukan saat mendapat investasi awal. Kami hanya menjadi diri sendiri, jujur, dan tetap mission driven.”

Menon percaya kapital yang besar akan membuat probabilitas suatu perusahaan menjadi pemimpin pasar jadi lebih besar. Namun, ia menampik bahwa kapital bukanlah faktor utama. Sebab ada banyak hal lain yang mendukung kesempatan tersebut.

Mitra Bukalapak Perkuat Fitur Digital, Kini Punya Layanan Pembukuan dan Pencatatan Utang

Hampir lima tahun lalu, Bukalapak menginisiasi sebuah program yang dulu bernama “Juragan Pulsa Bukalapak”, cikal bakal dari Mitra Bukalapak. Kini, Mitra Bukalapak memiliki 7 juta UMKM yang bergabung di dalamnya, terdiri dari warung tradisional dan agen individu tersebar di luar kota lapis satu di Indonesia.

Produk-produk yang dijual di Mitra Bukalapak kian beragam, mulai dari produk FMCG, produk segar, fesyen, produk elektronik, spare parts kendaraan bermotor, dan 42 jenis produk virtual yang membuat masyarakat tetap terhubung secara O2O. Dijabarkan lebih jauh, 42 produk virtual ini mencakup layanan pembayaran, produk finansial, logistik, travel dan layanan SaaS.

Poin terakhir menarik untuk disimak. Dalam keterangan resmi yang disebarkan perusahaan hari ini (23/4), disampaikan bahwa dalam produk SaaS terdiri dari pembukuan, catatan utang, dan sebar poster. Fitur tersebut dibuat ramah untuk para pengguna, sehingga akan terlihat tampak sedang membuat pembukuan pada umumnya secara tertulis.

Belakangan, pemain aplikasi pembukuan keuangan untuk warung tengah naik daun karena besarnya peluang UMKM yang belum tersentuh layanan digital. Akibatnya, banyak pemain bermunculan dan visi misinya didukung oleh para investor. Nama-namanya adalah BukuKas, BukuWarung, Credibok, Moodah, Lababook, dan lainnya. Kesempatan tersebut juga diambil oleh Bukalapak, berkat basis UMKM yang sudah dibentuk, maka akan lebih mudah proses roll out-nya.

CEO Buka Mitra Indonesia Howard Gani menyampaikan, pihaknya akan selalu memberikan ragam layanan jenis produk, baik fisik maupun virtual yang terlengkap kepada masyarakat. “Hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap upaya Bukalapak untuk mendorong kemajuan digitalisasi warung-warung tradisional dan agen individu agar berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan inklusi ekonomi Indonesia,” kata dia.

Seluruh produk Mitra Bukalapak, sambungnya, dihadirkan untuk menutup kesenjangan teknologi dan menghadirkan akses pasar bagi siapa saja. Mitra Bukalapak juga berkomitmen ingin meningkatkan literasi finansial dan digital kepada masyarakat terutama masyarakat unbanked dan underbanked yang selama ini sulit mengakses layanan produk-produk virtual karena keterbatasan tempat dan infrastruktur terlebih di masa pandemi.

Pengumuman investasi Seri G yang diterima Bukalapak dari jajaran investor industri finansial, seperti BRI Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Standard Chartered, dipastikan pada tahun ini bakal lebih banyak pengembangan produk finansial yang inovatif agar gap dapat mengecil pada masa mendatang.

Data terbaru dari bank sentral menunjukkan sebanyak 87,5% UMKM dipengaruhi oleh penurunan ekonomi yang didorong oleh pandemi. Namun, hal ini juga menunjukkan bahwa 27,6% UMKM yang beroperasi secara online benar-benar mengalami peningkatan penjualan pada tahun 2020 dan seterusnya. Ini menggambarkan semakin pentingnya bagi perusahaan dari segala bentuk dan ukuran untuk merangkul model bisnis online dan adaptasi digital di Asia yang sedang berkembang.

Strategi kemitraan dengan UMKM nyatanya menjadi peluang bisnis tersendiri bagi pemain e-commerce. Selain Bukalapak, platform lain seperti Tokopedia dan Shopee juga memiliki program serupa. Potensinya cukup besar, dari analisis yang kami buat tahun lalu setidaknya ada 92 juta potensi pelanggan baru yang dapat dijaring lewat program semacam ini.

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Launches New Feature to Support Online Sellers

The Covid-19 pandemic has shifted MSME sales channels which originally offline to online to minimize physical contact and mobility restrictions. Payfazz uses this opportunity to innovate by launching the “Warung Online” feature.

In addition, Payfazz is quite confident with the potential target market. According to BPS, around 11.7 million out of 64 million MSMEs have penetrated the digital ecosystem per May 2020. Therefore, there are currently more than 55.8 million or 87% MSMEs that are yet to digitize. This is an opportunity for startups to work on segments that is lack digital penetration.

Payfazz Brand Manager Safina Saleh explained, Warung Online is a development of a feature that was previously launched in August 2020, namely the Menu Alat Warung. In this feature, later orders from customers can be recorded directly in the Payfazz application.

“With the Warung Online feature, it is expected that Payfazz agents can reduce physical contact as well to expand the scope of their customers, therefore, the business can continue to grow and improve,” Safina said in an official statement, Friday (26/2).

Further explained, Warung Online allows agents to sell their merchandise online via a profile link on the Payfazz application. Agents can register their business for free through Payfazz and listed items to be sold, such as grocery, wholesale, clothing, food, beverages, and others that will be offered to customers.

Next, agents can share the link with their customers via social media platforms or text messages. Buyers can open the link to see the products from the agent’s shop and immediately order them online.

Sumber: Payfazz
Source: Payfazz

Separately contacted by DailySocial, Safina explained that the delivery and payment flow in the Warung Online feature can be adjusted according to the agreement of each buyer and seller. “This process takes place outside the Payfazz platform and the Warung Online features.”

Warung Online is expected to expand the reach of the business and increase the number of customers. She also ensures that agents do not have to worry about additional operational costs as the feature can be used by all agents for free.

Safira said that the number of agents using the Warung Tools Menu has reached more than 100 thousand and most of them come from Java & Sumatra Islands.

During 2020, the number of agents who have joined Payfazz has reached more than 1 million users. The most widely used features are PPOB Transactions, Warung Cashier Recording & Debt Logging.

The MSME digitization has been increasingly driven throughout the pandemic. Therefore, various initiatives have been created by various startups not only Payfazz, Grab, for example, is working with startups such as Warung Pintar to list agents into GrabMart, therefore, it’ll expand the business reach.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Luncurkan Fitur Baru, Bantu Pedagang Berjualan Online

Dampak pandemi Covid-19 mengubah kanal penjualan para pedagang UMKM yang semula offline menjadi online untuk meminimalisir kontak fisik dan pembatasan mobilitas. Peluang tersebut dicoba oleh Payfazz untuk berinovasi meluncurkan fitur “Warung Online”.

Selain kondisi tersebut, Payfazz ukup yakin dengan potensi pengguna yang ditargetkan. Menurut data BPS per Mei 2020, sebanyak 11,7 juta dari 64 juta UMKM telah merambah ekosistem digital. Sehingga saat ini terdapat lebih dari 55,8 juta atau 87% UMKM yang masih belum terdigitalisasi. Hal ini menjadi peluang bagi startup untuk menggarap segmen yang masih belum tersentuh digital.

Brand Manager Payfazz Safina Saleh menerangkan, Warung Online adalah pengembangan dari fitur yang sebelumnya sudah diluncurkan pada Agustus 2020, yakni Menu Alat Warung. Di dalam fitur tersebut, nantinya pesanan dari pelanggan dapat langsung tercatat di aplikasi Payfazz.

“Dengan adanya fitur Warung Online, diharapkan para agen Payfazz selain dapat mengurangi kontak fisik juga dapat memperluas cakupan pelanggannya, sehingga bisnis semakin berkembang dan meningkat,” ujar Safina dalam keterangan resmi, Jumat (26/2).

Dijelaskan lebih jauh, Warung Online memungkinkan para agen untuk menjual produk dagangannya secara online melalui tautan profil pada aplikasi Payfazz. Para agen dapat mendaftarkan usahanya secara gratis melalui Payfazz dan masukkan barang-barang yang akan dijual, seperti barang kelontong, grosir, pakaian, makanan, minuman, dan lainnya yang akan ditawarkan kepada pelanggan.

Berikutnya, agen dapat membagikan tautan tersebut ke pelanggannya melalui platform media sosial atau pesan singkat. Pembeli yang membuka tautan akan melihat situs produk-produk dari toko agen tersebut dan langsung memesannya secara online.

Sumber: Payfazz
Sumber: Payfazz

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial, Safina menerangkan alur pengiriman dan pembayaran pada fitur Warung Online ini dapat disesuaikan dengan kesepakatan dari masing-masing pembeli dan penjual. “Proses ini terjadi di luar platform Payfazz dan fitur Warung Online.”

Diharapkan kehadiran Warung Online dapat memperluas jangkauan usaha dan meningkatkan jumlah pelanggan. Ia juga memastikan bahwa agen tidak perlu khawatir dengan tambahan biaya operasional karena fitur bisa digunakan oleh semua agen secara cuma-cuma.

Safira mengungkapkan sejauh ini jumlah agen yang menggunakan Menu Alat Warung telah mencapai lebih dari 100 ribu pengguna dan sebagian besar tersebar di Pulau Jawa & Sumatera.

Adapun sepanjang tahun 2020, jumlah agen yang bergabung dengan Payfazz telah mencapai lebih dari 1 juta pengguna. Fitur yang paling banyak digunakan adalah Transaksi PPOB, Pencatatan Kasir Warung & Catat Utang.

Digitalisasi UMKM untuk masuk ke ranah digital semakin digalakkan sepanjang pandemi. Oleh karenanya, berbagai inisiasi diciptakan oleh berbagai startup tidak hanya Payfazz, Grab misalnya bekerja sama dengan startup seperti Warung Pintar untuk memasukkan para agennya ke GrabMart agar jangkauan bisnisnya semakin luas.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Lababook Mudahkan UKM Miliki Laporan Terstandardisasi

Dua tahun terakhir, platform pencatatan keuangan untuk UKM terlihat mendapatkan antusias yang cukup baik dari pasar. Di antara banyaknya pemain yang telah merilis layanannya, salah satunya ada Lababook.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Lababook Sasha Arben mengungkapkan, startup tersebut didirikan sebagai bentuk respons terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pemilik UKM di Indonesia, yaitu pencatatan manual yang tidak terdata secara rutin dan terbatasnya akses kepada pinjaman produktif.

“Lababook adalah aplikasi pencatatan transaksi harian untuk UKM di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2020 oleh saya bersama dengan Ariel Christiansen (CFO). Misinya adalah mendampingi pemilik usaha di Indonesia, dengan menyediakan aplikasi pencatatan transaksi yang gratis dan simpel namun tetap mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK).”

Untuk mengakses layanan yang ditawarkan, pengguna bisa langsung mengunduh aplikasi Lababook di Google Play Store dan Apple Store. Selain fitur pencatatan, juga disediakan konten-konten edukasi yang berguna dalam mengembangkan usaha mereka. Saat ini merka telah bekerja sama dengan beberapa platform seperti layanan fintech, distributor, dan supplier untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kebutuhan UKM.

“Untuk saat ini monetisasi Lababook dilakukan dengan menjalin kerja sama B2B; dengan suppliers dan distributor. Kami juga menyasar kerja sama dengan layanan fintech untuk penyaluran productive loan sebesar 20% sesuai yang ditentukan oleh OJK. Metode berlangganan sendiri saat ini masih dalam tahap researchtesting market, dan fitur,” kata Sasha.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa aplikasi serupa. Dari hasil riset kami, berikut ini statistik masing-masing aplikasi hingga akhir 2020 lalu:

Aplikasi Peringkat (kategori bisnis) Jumlah Unduhan
BukuKas 3 1 juta+
BukuWarung 6 1 juta+
Credibook 46 100 ribu+
Akuntansi UKM 84 100 ribu+
Moodah 121 10 ribu+
Lababook 184 10 ribu+
Teman bisnis 254 100 ribu+
Akuntansiku 309 1 ribu+

Standar Akuntansi Keuangan

Disinggung apa yang membedakan dengan platform serupa lainnya, disebutkan Lababook diklaim sebagai satu-satunya aplikasi pencatatan transaksi keuangan yang mengikuti Standar Akuntansi Keuangan Indonesia namun tetap memiliki interface yang mudah dan simpel.

Dengan fitur-fitur seperti Neraca, Laporan Keuangan, dan Invoice, aplikasi mengedepankan akurasi data yang dapat digunakan oleh pemilik usaha untuk mengakses produk-produk keuangan.

Pandemi yang telah mengganggu sebagian besar bisnis, secara langsung tentu saja ikut mempengaruhi bisnis dari pemilik usaha kecil yang menanggung kerugian paling parah. Pada masa awal pandemi, sempat terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam hal jumlah transaksi yang terdaftar, dikarenakan menurunnya proses jual beli pada beberapa sektor usaha.

“Namun Lababook mengedepankan efisiensi dan fleksibilitas dalam mengeksekusi visi dan misi yang sudah ditetapkan. Menghadapi permasalahan tersebut, Lababook secara internal merubah beberapa metode strategi, pemasaran, akuisisi, dan edukasi pelaku usaha untuk dapat bertahan di tengah pandemi,” kata Sasha.

Hanya dalam waktu 2 bulan setelah peluncuran aplikasi, Lababook mengklaim aplikasi mereka telah diunduh oleh sekitar 15 ribu lebih pemilik usaha di seluruh Indonesia. Dengan lebih dari 50 jenis usaha mulai dari pemilik warung kelontong, elektronik pulsa, distribusi barang, maupun pekerja sampingan. Secara khusus Lababook saat ini telah memiliki basis pengguna di seluruh Indonesia.

“Tahun ini Lababook akan fokus dalam berkolaborasi dengan berbagai platform keuangan lainnya, mengembangkan fitur yang lebih up-to-date, dan juga penggalangan dana,” kata Sasha.

Application Information Will Show Up Here