Krisis Finansial Tak Kunjung Berakhir, Jawbone Nyatakan Bangkrut

Status pemain lawas tidak bisa menjamin posisi Anda di suatu industri. Hal ini dibuktikan oleh Jawbone, yang baru-baru ini dilaporkan tengah melakukan proses likuidasi, atau dengan kata lain, menyatakan bangkrut dan harus melunasi utang-utangnya.

Pastinya ada banyak yang terkejut mendengar kabar ini, akan tetapi tidak sedikit juga yang sudah memprediksinya; Februari lalu, Jawbone sempat dilaporkan hendak meninggalkan pasar perangkat wearable dan pivot ke layanan kesehatan dengan model B2B (business to business).

Singkat cerita, Jawbone sudah tamat, tapi orang-orang di baliknya rupanya belum mau menyerah. Buktinya, co-founder sekaligus CEO Hosain Rahman malah sudah menjabat sebagai pimpinan di perusahaan lain bernama Jawbone Health, diikuti oleh banyak mantan karyawan Jawbone lainnya.

Dilansir The Information, perusahaan baru ini masih akan menyediakan layanan untuk beragam produk Jawbone, tapi di saat yang sama juga akan mengembangkan layanan maupun perangkat kesehatan lainnya.

Sungguh malang nasib Jawbone. Pasalnya, perusahaan yang didirikan di tahun 1998 dengan nama awal AliphCom ini sempat menjadi pemain penting di industri teknologi. Awalnya hanya mengembangkan teknologi komunikasi untuk militer, Jawbone kemudian bergeser menjadi produsen headset Bluetooth stylish rancangan maestro desain Yves Behar di tahun 2007.

Loncat ke tahun 2010, lahirlah produk terpopuler Jawbone, yakni speaker Bluetooth bernama Jambox. Setahun kemudian, mereka resmi berganti nama menjadi Jawbone, dan di tahun yang sama mereka juga mengumumkan debutnya di ranah wearable lewat UP activity tracker.

Selama berkiprah, Jawbone sudah memperoleh pendanaan total sebesar hampir $1 miliar, dan di tahun 2014 Jawbone sempat memiliki valuasi senilai $3 miliar. Namun siapa yang menyangka kalau sokongan dana yang melimpah itu ternyata belum cukup untuk menjauhkan Jawbone dari krisis finansial, hingga akhirnya mereka gugur di segmen yang ikut mereka besarkan.

Sumber: The Verge dan The Information.

Smartwatch Ini Tidak Perlu Di-Charge Sama Sekali

Daya tahan baterai adalah salah satu kelemahan utama smartwatch. Ambil Apple Watch sebagai contoh. Pengguna iPhone setiap harinya sudah direpotkan dengan rutinitas charging, dan sekarang Apple Watch pun rupanya juga minta di-charge setiap hari.

Situasinya jauh lebih baik apabila smartwatch yang dipilih menggunakan baterai kancing. Namun itu pun masih mewajibkan pengguna untuk menggantinya setiap enam bulan sekali. Maka dari itu, wajar seandainya ada yang berangan-angan memiliki smartwatch yang tidak perlu di-charge sama sekali.

Angan-angan itu coba diwujudkan oleh sebuah startup asal Swiss, Sequent. Produk yang mereka tawarkan, juga bernama Sequent, diklaim sama sekali tidak perlu di-charge karena telah menerapkan sistem self-charging berbasis energi kinetik.

Sequent Watch

Dari kacamata sederhana, anggap perangkat ini sebagai arloji kinetik yang dibubuhi sejumlah fitur ala smartwatch. Cara kerjanya kurang lebih sama; selama Anda terus beraktivitas, maka Sequent juga akan terus beroperasi. Jadi selagi Anda sibuk berolahraga, Sequent akan mengisi baterainya sendiri.

Fitur pintarnya sendiri mencakup tracking aktivitas seperti pada umumnya, heart-rate monitoring, GPS dan penerus notifikasi meskipun ia tak dibekali layar digital. Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 4.2, dan ia kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS.

Sequent Watch

Fisik Sequent sendiri terbilang sangat elegan, wajar mengingat latar belakang startup pengembangnya yang berbasis di Swiss. Namun tetap saja yang menjadi sorotan utama adalah klaim bahwa ia tak perlu di-charge, dan saya tidak heran apabila ada banyak yang mempertanyakan seberapa efisien sistem self-charging berbasis energi kinetiknya tersebut.

Gampangnya begini: kalau memang sistem semacam ini bisa diandalkan dan terbukti efektif untuk smartwatch, mengapa belum ada pabrikan lain yang berpikir untuk mengimplementasikannya? Terlepas dari itu, Sequent sekarang sudah bisa dipesan melalui Kickstarter seharga $189 – jauh di bawah harga retail-nya yang diperkirakan berkisar $438.

Honor Band A3 Ramaikan Pasar Fitness Tracker Kelas Entry

Honor Band A2 dari Huawei merupakan salah satu fitness tracker termurah yang menawarkan fitur cukup lengkap, namun sayang ia hanya tersedia di Tiongkok saja. Untuk pasar lain, khususnya negara-negara Eropa, Huawei rupanya sudah menyiapkan perangkat lain yang lebih oke, yakni Honor Band 3.

Desainnya sepintas mungkin tampak mirip dengan Band A2, akan tetapi sejatinya Band 3 kelihatan lebih stylish layar melengkung dan sambungan strap yang seamless. Satu hal yang amat disayangkan, strap-nya yang berbahan polyurethane fleksibel ini hanya tersedia dalam tiga warna saja.

Layarnya ini menggunakan panel PMOLED 0,19 inci monokrom dengan resolusi 128 x 32 pixel. Di bawahnya, terdapat satu tombol untuk menavigasikan perangkat. Ketahanan airnya juga lebih istimewa dibanding Band A2, dimana ia siap Anda ajak menyelam sampai kedalaman 50 meter.

Honor Band 3

Fungsi tracking-nya sendiri terbilang standar, mencakup tracking langkah kaki, sleep tracking, maupun PPG cardio tachometer untuk memonitor laju jantung secara konstan. Ia pun kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS.

Yang jauh lebih istimewa lagi adalah daya tahan baterainya, yang diklaim mampu mencapai 30 hari (atau 10 hari jika heart-rate monitor-nya terus aktif). Jadwal pemasarannya belum diketahui, tapi harganya akan dibanderol di angka €69, atau sekitar Rp 1,05 juta – hampir tiga kali lebih mahal daripada Band A2.

Sumber: Wareable dan PhoneArena.

Smartwatch Baru Armani Sajikan Layar Sentuh dan Segala Kecanggihan Android Wear

Setelah nama-nama populer di ranah gadget memperkenalkan smartwatch, brand-brand fashion merespons dengan menyingkap perangkat wearable stylish yang tidak kalah canggih. Dan di akhir tahun lalu, ada tiga produk menarik ditawarkan oleh perusahaan fashion terkenal asal Amerika, Fossil Group, meliputi DieselOn Time, Kate Spade, dan Emporio Armani.

Ketiga smartwatch ini mempunyai desain berbeda dengan satu benang merah: mereka dirancang sebagai device hybrid. Sekilas, wujud DieselOn Time, Kate Spade, serta Emporio Armani menyerupai arloji klasik biasa; dan fitur pintarnya tersembunyi di dalam. Menariknya, salah satu dari brand itu memutuskan buat merangkul sistem layar sentuh dan segala kecanggihan platform Android Wear.

Emporio Armani 2

Anggota terbaru di keluarga Emporio Armani Connected kabarnya disiapkan agar kompatibel ke perangkat Android maupun iPhone. Ia berfungsi layaknya smartwatch sejati, dan menjadi ekstensi dari perangkat bergerak Anda. Device dapat menampilkan pesan teks serta menampilkan notifikasi ketika ada panggilan masuk atau update di sosial media, hingga mempermudah kita mengendalikan musik.

Berdasarkan gambar-gambar yang dipublikasi Armani di website-nya, Emporio Armani Connected baru mempunyai desain simpel, dengan pilihan warna hitam, silver dan emas. Selain layar sentuh, sepertinya interaksi konten bisa dilakukan via tiga tombol fisik di sebelah kanan. Bagian strap juga bisa diganti. Armani menyediakan strap berbahan rantai logam, nilon, karet dan kulit dengan pilihan warna berbeda.

Emporio Armani 1

Kostomisasi pada penampilan tak cuma dapat dilakukan pada bagian luar saja. Sama seperti device Android Wear lain, Anda bisa mengubah watch face sesuai keinginan jika masih belum puas dengan desain custom Armani. Selain itu, smartwatch juga mampu melacak aktivitas fisik yang Anda lakukan, mengolah data tubuh, dan membantu kita mencapai target setiap hari.

Berdasarkan informasi dari Digital Trends, Emporio Armani Connected sudah mengusung Android Wear versi 2.0, diotaki chip Snapdragon Wear 2100, dan memanfaatkan layar AMOLED sebagai jendela akses ke fitur-fitur di dalam. Belum diketahui berapa tepatnya resolusi dari display tersebut (produsen hanya bilang layarnya ‘beresolusi tinggi’), serta apakah smartwatch juga didukung sensor detak jantung.

Emporio Armani Connected anyar ini merupakan bentuk dari upaya Fossil meluncurkan 300 smartwatch baru di tahun ini. Mereka belum menginformasikan harganya, namun kemungkinan lebih mahal dari varian hybrid yang dibanderol US$ 375. Produk kabarnya akan mulai dijual pada tanggal 24 September nanti.

Sumber: Armani.

Activity Tracker Polar A370 Dilengkapi Fitur Heart-Rate Monitoring Secara Konstan

Polar belum lama ini kembali meluncurkan activity tracker yang cukup menarik. Polar A370 merupakan suksesor A360 yang dirilis hampir dua tahun silam. Perubahan yang dibawa memang tidak banyak, akan tetapi cukup signifikan dan esensial.

Secara desain A370 cukup identik dengan pendahulunya: tebal bodinya masih 13,5 mm, dengan bobot berkisar 31 – 37 gram, tergantung ukuran yang dipilih konsumen (M/L). Layar sentuhnya sendiri juga tidak berubah, masih berukuran 13 x 27 mm, dengan resolusi 80 x 160 pixel, dan secara keseluruhan perangkat tahan air hingga kedalaman 30 meter. Na

Yang berubah adalah kapabilitas A370 dalam memonitor laju jantung pengguna. Kali ini fitur heart-rate monitoring tersebut akan bekerja secara konstan selama 24 jam, tidak seperti dulu yang hanya akan aktif saat pengguna beraktivitas. Hasilnya tentu saja adalah data yang lebih komprehensif.

Tidak seperti pendahulunya, Polar A370 bisa memanfaatkan GPS milik ponsel untuk memonitor kecepatan, jarak dan rute / Polar
Tidak seperti pendahulunya, Polar A370 bisa memanfaatkan GPS milik ponsel untuk memonitor kecepatan, jarak dan rute / Polar

Masih seputar tracking, A370 juga siap memanfaatkan GPS milik ponsel untuk memonitor kecepatan, jarak sekaligus rute – A360 sama sekali tak bisa melakukan ini. Baru juga untuk A370 adalah fitur Polar Sleep Plus yang akan memonitor timing, jumlah dan kualitas tidur pengguna, sekaligus mendeteksi secara otomatis ketika kegiatan tidurnya terganggu.

Selebihnya, A370 sama persis seperti A360. Jelas sekali ia ditujukan buat konsumen baru, bukan sebagai opsi upgrade untuk pengguna A360. Mengenai daya tahan baterai, A370 bisa beroperasi sampai 4 hari dalam posisi heart-rate monitoring konstannya aktif.

Pre-order untuk A370 saat ini sudah dibuka di situs Polar dengan harga mulai $179.

Sumber: Polar.

Huawei Luncurkan Honor Band A2, Tetap Murah Meski Peningkatannya Signifikan

Anak perusahaan Huawei, Honor, kembali memperkenalkan fitness tracker yang sangat menarik. Menarik karena fiturnya begitu lengkap meski harganya sangatlah terjangkau – cuma 199 yuan, tidak sampai 400 ribu rupiah.

Dijuluki Honor Band A2, ia merupakan suksesor Honor Band A1 yang dirilis tahun lalu. Desainnya kurang lebih sama, dengan pilihan strap dalam berbagai warna dan motif, serta ketahanan air dengan sertifikasi IP67.

Honor Band A2 mengemas layar sentuh OLED dan sensor laju jantung, tapi harganya cuma naik dua kali lipat dibanding pendahulunya / Huawei
Honor Band A2 mengemas layar sentuh OLED dan sensor laju jantung, tapi harganya cuma naik dua kali lipat dibanding pendahulunya / Huawei

Perubahan terbesarnya, A2 kini mengemas sebuah layar sentuh OLED berukuran 0,96 inci. Kehadiran layar ini tentu saja bakal mempermudah pengguna memantau data yang dimonitor secara real-time.

Namun Huawei rupanya masih belum cukup puas. Mereka juga menyematkan sensor laju jantung pada A2 yang dapat bekerja secara konstan. Secara keseluruhan, perangkat menawarkan fungsi fitness tracking dan sleep tracking, dan yang spesifik seperti untuk memonitor aktivitas bersepeda pun juga tersedia.

Honor Band A2 tahan air dengan sertifikasi IP67 – pendahulunya cuma IP57 / Huawei
Honor Band A2 tahan air dengan sertifikasi IP67 – pendahulunya cuma IP57 / Huawei

Berbekal Bluetooth 4.2, A2 kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS, serta bisa dijadikan penerus notifikasi panggilan telpon maupun pesan masuk. Baterai berkapasitas 95 mAh miliknya diyakini sanggup bertahan hingga 9 hari pemakaian.

Jadi, Rp 400 ribu untuk semua fitur di atas tentu saja terdengar sangat menggiurkan. Sayang Anda harus mampir ke Tiongkok untuk bisa membelinya, dan sejauh ini belum ada informasi apakah Huawei berencana memboyongnya ke negara lain.

Sumber: FoneArena.

Tak Hanya Fitness Tracking, Earphone Bragi Dash Pro Bisa Menerjemahkan Secara Real-Time

Layaknya Pebble yang memelopori pasar smartwatch via Kickstarter, Bragi juga mengambil jalur crowdfunding yang sama untuk produk mereka yang mengawali segmen earphone yang benar-benar wireless – yang kini ‘dijajah’ oleh nama-nama besar seperti Apple AirPods atau Samsung Gear IconX.

Produk yang saya maksud adalah Bragi Dash, gadget ambisius yang sangat berpotensi, tapi pada akhirnya konsumen dibuat kecewa karena masalah yang begitu fatal, yakni koneksi yang kerap mengalami kendala. Tiga tahun sejak pertama mengungkap Dash di Kickstarter, Bragi sekarang sudah siap dengan penggantinya yang lebih sempurna dari segala aspek.

Desainnya sama, tapi hampir semua kendalanya sekarang sudah dibenahi / Bragi
Desainnya sama, tapi hampir semua kendalanya sekarang sudah dibenahi / Bragi

Bragi Dash Pro, demikian nama suksesor yang tak kalah ambisius ini. Meski desainnya hampir identik, ia diklaim bisa mengatasi semua problem yang pendahulunya jumpai, terutama masalah koneksi Bluetooth ke smartphone yang seringkali putus secara tiba-tiba. Baterainya pun juga lebih awet, bisa bertahan sampai lima jam nonstop.

Perbaikan pada aspek konektivitas ini sebenarnya sudah Bragi tunjukkan saat memperkenalkan produk keduanya, yakni The Headphone. Namun mengingat ini merupakan suksesor Dash, fitur fitness tracking harus tetap ada sebagai pembeda terhadap The Headphone.

Malahan, Bragi juga telah menyempurnakan fitur tracking tersebut supaya bisa berjalan secara otomatis. Sederhananya, Dash Pro tahu kapan Anda berjalan, berlari atau malah berenang. Selama beraktivitas, Anda juga akan terus dimotivasi oleh sang pelatih virtual.

Dash Pro turut memperkenalkan Bragi OS 3.0 yang merupakan versi terbaru. Salah satu fitur anyar yang paling menarik adalah kemampuan Dash Pro untuk menerjemahkan bahasa secara real-time, dengan bantuan aplikasi smartphone iTranslate.

Cara kerjanya pun simpel: minta lawan bicara Anda untuk berbicara di dekat mikrofon ponsel, maka iTranslate akan mengirimkan hasil terjemahannya ke Dash Pro. Sebaliknya, Anda juga bisa berbicara dalam bahasa Anda, lalu iTranslate akan menampilkan hasil terjemahannya di ponsel. Baik Bragi OS 3.0 maupun fitur real-time translation ini juga bakal tersedia untuk Bragi Dash orisinil.

Bragi Dash Pro saat ini telah dipasarkan seharga $329, tapi baru di Amerika Serikat dan Kanada saja. Bragi juga menawarkan varian lain Dash Pro seharga $499, dengan desain custom yang mengikuti bentuk telinga pengguna, yang berarti Anda harus lebih dulu membuat janji dengan seorang audiologis guna membuat cetakan bentuk telinga Anda.

Sumber: The Verge.

Kyocera Ciptakan Prototipe Earphone yang Dapat Memonitor Tekanan Darah dan Tingkat Dehidrasi

Bukan Kyocera namanya kalau tidak menelurkan gadget unik macam smartphone yang bisa dicuci. Kali ini perusahaan asal Jepang tersebut memamerkan prototipe earphone yang dapat memonitor tekanan darah penggunanya.

Kuncinya terletak pada sebuah sensor optik berukuran mini yang sanggup mengukur aliran darah di balik kulit, tepatnya di jaringan hipodermis menggunakan metode Laser Doppler velocimetry. Data yang dikumpulkan kemudian akan dianalisa hingga akhirnya perangkat bisa memonitor tekanan darah, gejala sengatan panas (heat stroke) atau tingkat dehidrasi.

Teknologi semacam ini memang bukanlah hal baru, tapi proses miniaturisasi yang diterapkan Kyocera-lah yang patut mendapat acungan jempol. Begitu mungilnya sensor ini dengan dimensi 3,2 x 1,6 x 0,9 mm, Kyocera dapat menanamkannya ke dalam earphone tanpa kesulitan dan tanpa mengurangi sensitivitasnya, sehingga pada akhirnya perangkat lebih terkesan seperti gadget untuk konsumen (fitness tracker) ketimbang peralatan medis.

Komersialisasi sensor ini rencananya bakal dilangsungkan pada tahun 2018 atau 2019. Selagi menunggu Kyocera juga akan memanfaatkan waktunya untuk melakukan riset lebih lanjut terkait kegunaan sensornya dalam memonitor pola tidur secara akurat maupun efektivitas pijatan pada tubuh.

Sumber: Wareable dan Nikkei.

Asus Dirumorkan Bakal Pensiunkan Lini ZenWatch

LG, Huawei, Casio, semuanya sudah merilis smartwatch Android Wear 2.0 mereka. Bahkan ZTE yang sebelumnya belum pernah bermain di segmen smartwatch pun akhirnya memperkenalkan smartwatch Android Wear 2.0 besutannya. Kalau Anda teliti, mungkin Anda bertanya-tanya kenapa Asus belum.

Pabrikan asal Taiwan tersebut terakhir merilis ZenWatch 3 pada bulan September tahun lalu. Namun karena Google sendiri menunda perilisan Android Wear 2.0, ZenWatch 3 sampai detik ini masih menjalankan OS versi lawas dan belum juga menerima update.

Asus sendiri sebelumnya pernah mengatakan bahwa update Android Wear 2.0 bakal tersedia pada awal kuartal kedua tahun ini – Asus masih punya waktu sampai 30 Juni untuk menepati janjinya. Namun seandainya rumor yang baru-baru ini berhembus benar, tampaknya update tersebut tidak akan pernah datang.

Pasalnya, Digitimes melaporkan bahwa Asus berniat untuk memensiunkan lini ZenWatch dikarenakan penjualannya tidak memenuhi target yang diharapkan. Berdasarkan data yang diterima dari jaringan suplai Asus, setiap bulannya lini ZenWatch hanya terjual sekitar 5.000 sampai 6.000 unit.

Memang tidak ada konfirmasi dari pihak Asus terkait hal ini, tapi andai saja benar, sepertinya kita tidak akan berjumpa dengan ZenWatch 4 atau apapun nama suksesor yang telah Asus siapkan. Andai saja benar, Asus berarti akan menyusul jejak Motorola yang bisa dibilang sudah menyerah dan move on dari ranah smartwatch Android Wear.

Sumber: Android Authority dan Digitimes.

Huawei Watch Akhirnya Ikut Kebagian Jatah Update Android Wear 2.0

Anda baru membeli Huawei Watch sesaat sebelum suksesornya diumumkan? Tak usah berkecil hati atau malah marah besar. Meskipun secara hardware keduanya sedikit berbeda, letak perbedaan utamanya justru adalah software atau sistem operasi yang dijalankan.

Kabar baiknya, Huawei sudah mulai meluncurkan update Android Wear 2.0 secara resmi ke seluruh pengguna Huawei Watch orisinil. OS baru ini setidaknya bisa sedikit menyegarkan perangkat yang dirilis pada tahun 2015 tersebut.

Berdasarkan pengamatan Android Central, Android Wear 2.0 bahkan bisa meningkatkan performa Huawei Watch secara cukup signifikan, dan pembaruan interface-nya jauh lebih cocok untuk wajah membulat smartwatch tersebut.

Fitur-fitur unggulan lain, seperti kemampuan untuk meng-install aplikasi langsung di smartwatch serta membalas pesan secara langsung turut hadir. Dua hal yang tidak bisa dihadirkan hanyalah konektivitas LTE dan dukungan Android Pay, mengingat keduanya bergantung pada hardware.

Untuk meng-update, silakan buka menu Settings > System > About > System Updates. Kalau notifikasi update-nya ternyata belum muncul, Anda bisa coba matikan Bluetooth di ponsel, lalu sambungkan smartwatch ke Wi-Fi dan klik icon centang biru berkali-kali sampai notifikasinya keluar.

Sumber: Android Central.