Bfarm Develops New System to Help Livestock Trading

Bfarm’s main objective is to facilitate farmers to have access for market and information. They started as offline business and now a startup providing ads portal for livestock products; rabbit, cow, chicken, fish, and many more.

The project established since November 2017 and prepared to have some solutions. They offer a marketplace for certified livestock products, livestock sales, funding access, and technical problem support with technology.

The first two solutions are; Bfarm is now accessible from bfarm.id. There is listing feature of various livestock products, including information transfer for certified farmers. Furthermore, potential customers can contact and submit offers through provided feature.

“We currently have 3H program (Healthy, Happy & Humane) Certified Partner, a free certification for small-scale farmers to guarantee consumers the livestock products are healthy, animals aren’t stressed and are treated properly. Certified farmers in our program will get priority for sales and marketing push,” Bfarm’s CEO, Fajar Fachruddin said.

Another ongoing product is a bulk/trade solution connecting small-scale sellers with large-scale buyers. It’s expected to provide opportunities for sellers to connect with larger markets and consumers.

“In 2018, with the trade program, we’re able to distribute 1000 livestock per year connecting supply without long-term intermediate. We believe this number will keep increasing, with the other features needed by farmers. It has great potential in the future to contribute for economy mobility and change the livestock trading pattern in Indonesia,” Fachruddin said.

Credit Scoring for farmers

One of Bfarm innovation plans is Bfund. A solution that allows Bfarm to give credit scoring to all farmers through technology.

Bfund tech scoring works by collecting farmers data, run validation, and putting into AI model to produce risk predictions. It’ll later be submitted to the potential investors, such as BMT or cooperatives.

“Prediction model creation starts from sample profile data collection of SMEs having smooth or jamming payment, determines related variables, builds and trains the prediction model in case there’s a new data, it can predict the risk potential,” he added.

In 2019, Bfarm plans to focus on merger and simplification of credit scoring and marketplace service portal. In addition, Bfarm will try to run the 3H certification program to make more benefits for Indonesian farmers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bfarm Kembangkan Sistem untuk Bantu Pasarkan Hasil Ternak

Membantu peternak untuk lebih mudah mendapatkan akses informasi dan pasar adalah tujuan dari Bfarm. Startup yang berangkat dari bisnis offline ini menyajikan portal iklan yang menampilkan daftar produk peternakan; mulai dari kelinci, sapi, ayam, ikan dan lainnya.

Proyek yang dimulai sejak November 2017 ini disiapkan untuk memiliki beberapa lini solusi. Solusi yang mereka tawarkan adalah marketplace yang menawarkan produk peternakan tersertifikasi, penjualan hasil-hasil peternakan, mempermudah peternak mendapatkan akses permodalan, dan pengentasan masalah teknis beternak dengan teknologi.

Dua solusi pertama, marketplace dan penjualan hasil ternak sudah berjalan, sementara dua lainnya masih dalam tahap pengembangan.

Solusi marketplace dari Bfarm saat ini sudah bisa diakses melalui situs bfarm.id. Terdapat fitur listing iklan berbagai macam produk peternakan, termasuk transfer informasi untuk peternak yang tersertifikasi. Selanjutnya calon pembeli bisa menghubungi dan mengajukan penawaran melalui fitur yang disediakan.

“Kami saat ini memiliki program 3H (Healthy, Happy & Humane) Certified Partner, program sertifikasi gratis bagi peternak skala kecil untuk menjamin konsumen agar hewan ternak yang dijual memenuhi standar kesehatan, hewan tidak stres dan diperlakukan secara layak. Peternak yang tersertifikasi program kami akan mendapatkan prioritas untuk penjualan dan marketing push,” jelas CEO Bfarm Fajar Fachruddin.

Produk selanjutnya yang sudah berjalan di Bfarm adalah solusi perdagangan bulk/trade yang menghubungkan penjual partai kecil dan pembeli partai besar. Solusi ini diharapkan memberikan peluang bagi penjual untuk terhubung dengan pasar dan konsumen yang lebih besar.

“Tahun 2018 dengan program trade kami mampu menyalurkan 1000 hewan ternak per tahun mempertemukan suplay dengan tanpa perantara yang panjang. Kami yakin jumlah ini akan terus meningkat, ditambah dengan fitur layanan kami yang lain yang sangat dibutuhkan oleh peternak. Ke depannya berpotensi besar berkontribusi untuk kemajuan perekonomian rakyat dan mengubah pola perdagangan ternak di Indonesia,” terang Fajar.

Credit scoring bagi para peternak

Salah satu yang masuk dalam rencana inovasi Bfarm adalah Bfund. Sebuah solusi yang memungkinkan pihak Bfarm memberikan credit scoring kepada setiap peternak dengan bantuan teknologi.

Teknologi scoring Bfund bekerja dengan mengumpulkan data-data peternak yang ada, kemudian divalidasi dan dimasukkan ke dalam model AI untuk menghasilkan prediksi risiko. Prediksi ini nantinya yang disampaikan ke investor potensial seperti BMT atau koperasi.

“Pembentukan model prediksi dimulai dari pengumpulan data sample profile UKM yang memiliki pola pembayaran lancar dan macet, lalu ditentukan variable yang memengaruhinya, dibentuk juga dilatih model prediksinya sehingga saat ada data baru masuk model prediksi bisa mengeluarkan estimasi potensi risiko,” imbuh Fajar.

Rencananya Bfarm tahun 2019 ini akan fokus pada penggabungan dan penyederhanaan portal layanan credit scoring dan marketplace. Selain itu Bfarm juga akan berusaha menjalankan program 3H Certification sehingga bisa bermanfaat lebih banyak lagi bagi peternak di Indonesia.

Agrowing Fasilitasi Serba-Serbi Bisnis Agrikultur

Teknologi memegang peran penting dalam bisnis di era seperti sekarang. Contoh sederhananya pemanfaatan situs e-commerce dan teknologi internet untuk membantu memasarkan dan juga sebagai portal transaksi yang mudah dan cepat. Agrowing memahami potensi ini. Dengan platform yang dikembangkannya, Agrowing berusaha menyediakan berbagai macam produk dan jasa terkait pertanian dan peternakan yang berkualitas.

Memulai kiprahnya pada tahun 2017 dengan modal dari para co-founder-nya, Donnie Aqsha, Indra Destyono, Dimas A.P Putro, dan Maryono, Agrowing memiliki visi dan misi tak hanya menjadi platform e-commerce tetapi juga menyediakan berbagai macam jasa yang berkaitan dengan pertanian dan peternakan.

Di penghujung tahun 2018 Agrowing tercatat memiliki beberapa lini bisnis yang dijalankan. Tak hanya menyediakan produk hasil pertanian dan peternakan, Agrowing juga menyediakan perlengkapan berkebun seperti benih, bibit, media tanam, pupuk dan segala macamnya. Agrowing juga menyediakan produk peternakan hingga perikanan, menjual hewan ternak hingga ikan hias seperti Arwana.

Selain itu, Agrowing juga menyediakan berbagai macam jasa yang berkaitan dengan pertanian dan peternakan. Antara lain adalah jasa menyediakan hewan ternak untuk aqiqah dan paket agrowisata hingga pelatihan terkait pertanian dan peternakan, seperti budi daya.

Menurut penuturan Tim R&D Agrowing Septina Mugi Rahayu, produk yang memiliki peminat cukup tinggi adalah produk benih dan bibit tanaman hingga buku-buku terkait pertanian terbitan IPB Press.

“Agrowing saat ini memiliki mitra kebun BDB Farm seluas 10 hektar dan tergabung dalam Kontak Bisnis Hortikultura Indonesia (KBHI). Produk yang dijual berasal dari mitra yang sudah kami verifikasi terlebih dahulu kualitas dan jenis produk serta ada garansi yang akan diberikan,” imbuh Septina.

Septina lebih jauh menjelaskan bahwa saat ini bisnis yang bermarkas di Bogor ini telah berhasil mendirikan mini packing house di lab Lapang Pertanian, Leuwikopo, IPB Darmaga. Di sana menyediakan produk buah segar siap saji seperti Nanas, Jambu Kristal, Mangga, dan produk olahan buah seperti jus buah dan asinan nanas.

Dengan target pelanggan seperti petani, pengelola kebun buah, reseller, perkantoran, retailer dan eksporter hingga reseller rumah tangga Agrowing terus berupaya untuk menggenjot kenaikan jumlah pelanggan melalui promosi di media sosial dan event offline.

Septina juga menjelaskan saat ini Agrowing dijalankan sesuai visi dan misi mengikuti milestone yang sudah ditetapkan. Tak hanya menjadi platform e-commerce tetapi juga menyediakan menyediakan aplikasi agriculture, membangun packing house hingg amenyediakan pelatihan.

“Target 2019 kami penambahan jumlah lahan yang dikelola untuk produk eksport, launching aplikasi kebun buah, dan penambahan produk olahan buah,” tutup Septina.

CaltyFarm Ramaikan Industri Investasi di Sektor Peternakan

Berawal dari sebuah usaha untuk mengembangkan peternakan sapi lokal, Calty Farm (Kost-kostan ternak) mengembangkan sebuah platform digital yang memudahkan masyarakat yang ingin beternak online dengan fokus sapi perah sebagai hewan ternak. Selain menawarkan keuntungan dari pengelolaan hasil ternak seperti susu dan daging, Calty Farm juga membantu menyediakan standar peternakan dengan dukungan dokter hewan yang berkompeten.

CaltyFarm sendiri diprakarsai Nico Setyo, Denok Asih, dan Amanda Permatasari. Konsep yang diusung sebenarnya bukan sebuah konsep baru. Misi utamanya adalah memudahkan masyarakat untuk beternak online. Mereka menghubungkan investor dengan mitra peternak dengan membawa fasilitas pemantauan hasil ternak.

Beberapa keuntungan yang ditawarkan CaltyFarm antara lain membantu peternak mendapatkan akses kesehatan yang terkontrol langsung oleh dokter hewan tim CaltyFarm, akses penjualan susu sapi yang sudah bekerja sama dengan industri pengolahan susu, akses pakan ternak yang terjangkau, dan akses asuransi ternak yang sudah bermitra dengan Jasindo (Jasa Asuransi Indonesia). Sebelum resmi menjadi mitra CaltyFarm, para peternak sapi perah akan mendapatkan pelatihan dan pengujian selama kurang lebih 4 bulan.

Dari segi pengguna atau investor, CaltyFarm berfungsi sebagai platform yang bisa digunakan utuk melihat rekam jejak produksi susu sapi perah dan kondisi sapi. Pelaporan saat ini dilakukan melalui email dan dalam waktu dekat pihak CaltyFarm segera meluncurkan aplikasi mobile untuk memudahkan pengguna memantau hewan ternaknya.

Karena mengusung konsep kost-kostan, CaltyFarm memberikan pilihan bagi para investor yang ingin bergabung dengan sistem mereka. Investor bebas untuk membeli sapi di CaltyFarm atau di pihak lain yang sesuai dengan standar CaltyFarm untuk kemudian ditempatkan di mitra CaltyFarm yang saat ini tersebar di beberapa tempat, seperti di Kabupaten Sleman, Boyolali, Tegal, dan Pasuruan. Selain investor individu, CaltyFarm juga membuka diri untuk investor bisnis atau badan usaha. Saat ini mereka mengelola 28 sapi perah dari investor yang ada.

“Target CaltyFarm untuk 1-2 tahun mendatang memiliki mitra peternak se-Indonesia dengan jumlah ternak mencapai seribu ekor sapi perah yang ada di beberapa tempat,” ungkap CEO CaltyFarm Nicko Setyo.

Selain sapi perah, di situs resminya CaltyFarm juga menawarkan bentuk investasi lain yang berkaitan dengan peternakan, antara lain investasi untuk kandang sapi, pengolahan susu dan produk turunan lainnya, pakan ternak hingga investasi objek wisata peternakan.

SmarTernak Jadi Solusi IoT untuk Optimalkan Peternakan

SmarTernak merupakan solusi yang dikembangkan DycodeX berupa perangkat manajemen ternak berbasis Internet of Things (IoT) yang diharapkan bisa membantu peternak Indonesia memantau hewan ternak mereka. Perangkat ini didukung Kementerian Pertanian Indonesia

Solusi SmarTernak merupakan perangkat precision livestock farming (PLF). Fitur-fitur yang ditawarkan mencakup fitur pelacakan hewan ternak, mendeteksi aktivitas hewan ternak, estimasi kesehatan hewan ternak, hingga membaca kondisi lingkungan hewan ternak. Data-data tersebut dipancarkan secara real time dan bisa dibantu melalui aplikasi yang ada di perangkat mobile.

Dalam pengembangannya, DycodeX berperan penuh dalam pengembangan sistem dan alat-alat yang digunakan, sementara pemerintah mendukung dalam penyedian lahan untuk uji coba.

“Sejauh ini kami masih bekerja sama dengan peternakan yang dimiliki oleh Kementerian Pertanian Indonesia. Tujuan utama kami dalam waktu dekat adalah mengaplikasikan SMARTernak ini di wilayah peternakan Kementan agar dapat menjadi solusi untuk pemerintah terkait issue Livestock Farming khususnya sapi di Indonesia,” jelas Public Relation Representative DycodeX Veronica Blandine.

SmarTernak bekerja dengan beberapa sensor yang mampu secara langsung mendeteksi aktivitas hewan ternak secara real time. SmarTernak didesain untuk bisa langsung diimplementasikan dengan mengalungkan sensor pada hewan dan memasang koneksi.

Untuk koneksi, SmarTernak menggunakan teknologi LoRa atau yang dikenal sebagai Long Radio. Teknologi ini diklaim lebih ekonomis dibandingkan dengan GSM. Untuk range coverage mengikuti kontur peternakan masing-masing.

“Karena berbasis radio, LoRa mengharuskan adanya gateway yang terpasang di wilayah peternakan. Satu buah gateway dapat menerima informasi lebih dari 20 device tergantung kontur wilayah yang sebelumnya saya sebutkan. Untuk saat ini ukurannya masih disesuaikan untuk hewan ternak berbadan besar seperti sapi, namun bila memiliki macam hewan ternak lainnya, kami terbuka untuk layanan customize,” imbuh Vero.

Solusi DycodeX ini bisa jadi salah satu solusi berbasis teknologi yang bermanfaat untuk mengoptimalkan peternakan dan menggali lebih jauh potensi dan masalah yang ada di peternakan. Pihak DycodeX sendiri berharap solusi yang mereka rancang ini tidak hanya stok pangan yang bisa diprediksi tetapi juga kesehatan hewan ternak, sehingga para peternak maupun investor bisa mendapat laporan yang lebih lengkap.

“SMARTernak akan sangat membantu peternakan yang mengadopsi jenis peternakan bebas atau yang tidak mengikat hewan ternak. Hal ini akan lebih menghemat biaya operasional monitoring. Prinsip LoRa yang line-of-sight akan lebih optimal apabila diletakkan di tempat yang lebih tinggi, sehingga coveragenya akan lebih banyak.”

Solusi Komplit Ternaknesia untuk Bantu Peternakan di Indonesia

Industri startup di sektor investasi budidaya atau bisnis yang mencoba membantu permasalahan konvensional di sektor peternakan perlahan mulai tumbuh. Kondisi ini ditandai dengan mulai banyaknya layanan yang muncul dengan solusi yang kian komplit.

Salah satu yang berpartisipasi di dalamnya adalah Ternaknesia. Beroperasi sejak tahun 2015, kini Ternaknesia hadir dengan solusi yang semakin lengkap mulai dari investasi hingga membantu memasarkan hasil peternakan.

Dari penuturan tim Ternaknesia pihaknya mengawali bisnisnya tiga tahun silam dengan membantu memasarkan hewan kurban baik secara online maupun offline. Seiring berjalannya waktu jaringan peternak yang semakin besar menggugah Ternaknesia untuk membantu di lebih banyak hal. Pada akhirnya di awal tahun 2017 Ternaknesia mulai membangun aplikasi dan website yang berisi fitur crowd investment untuk membantu pemasaran melalui fitur ternakQurban.

Sejauh ini jaringan Ternaknesia sudah menjangkau kota-kota di Jawa Timur, seperti Kediri, Madiun, Bojonegoro, Wonogiri, Pacitan, dan Madura. Selain itu jaringan peternak Ternaknesia sudah sampai di Banten.

Solusi yang ditawarkan Ternaknesia sebenarnya tidak jauh berbeda dengan solusi yang ditawarkan startup investasi budidaya lainnya. Solusi pemasaran misalnya, didesain untuk membantu para peternak untuk mendapatkan kanal pemasaran yang baik dengan harga yang sesuai.

Solusi ini dinilai akan memutus mata rantai distribusi yang cenderung panjang sehingga lebih efisien dari segi harga, bagi untuk konsumen maupun pelanggan. Baik itu hewan hidup atau yang sudah diolah seperti susu, daging, telur dan lainnya.

Di sisi manajemen, Ternaknesia menyiapkan aplikasi untuk membantu proses manajemen peternakannya. Salah satu yang diunggulkan adalah sistem pencatatan keuangan, sehingga peternak dimudahkan dalam mengatur modal dan menentukan penghasilan.

Sementara untuk para pengguna Ternaknesia menyediakan fitur investasi yang bisa menjadi sumber modal bagi para peternak yang kesulitan mengakses permodalan.

Digawangi Dalu Nuzlul Kirom sebagai Founder sekaligus CEO, Suryawan sebagai CTO, Diaz Permana sebagai COO, Saktiawan sebagai CMO, dan 7 orang lainnya yang berlatar belakang IT, elektro, peternakan, kedokteran hewan, keuangan, dan pemasaran, Ternaknesia berusaha mewujudkan cita-cita sebagai layanan yang menyediakan solusi lengkap dari hulu ke hilir untuk peternakan di Indonesia.

Kondisi terkini dari Ternaknesia, dilaporkan bahwa mereka saat ini sudah mendapatkan 1648 jumlah unduhan aplikasi, dengan 206 investor dan 56 rekanan yang terdiri dari peternak hingga pengepul susu, daging dan telur.

Application Information Will Show Up Here

Sepak Terjang Angon Digitalkan Proses Beternak di Indonesia

Jika waktu kecil akrab dengan permainan Tamagochi, itu adalah konsep yang paling mudah untuk menjelaskan bagaimana cara kerja Angon. Startup berbasis di Yogyakarta ini mencoba merambah dunia pertanian dengan pendekatan digital. Persisnya mereka berusaha menjadi jembatan antara orang yang ingin beternak (member), peternak rakyat, dan sentra peternakan.

Untuk mengetahui secara lebih gamblang bagaimana proses bisnis hingga visi Angon, DailySocial berbincang dengan Founder & CEO Angon Agif Arianto. Dalam pemaparannya, ide Angon muncul dari kegemaran Agif beternak sejak ia berada di bangku SMA. Dari hobinya tersebut ia menemui banyak permasalahan yang dialami oleh peternak maupun masyarakat yang baru memulai beternak.

Masalah yang muncul itu misalnya terkait kebutuhan bibit berkualitas. Karena pasar umumnya didominasi oleh tengkulak, kadang peternak yang tidak jeli malah mendapatkan bibit yang kurang bagus. Proses selanjutnya ialah perawatan, hal yang tidak mudah juga untuk dilakukan. Butuh pengetahuan, pengalaman dan kemampuan baik agar hewan ternak mendapati kecukupan nutrisi untuk bertumbuh.

Pun ketika hewan ternak sudah siap untuk dijual, permainan tengkulak “nakal” pada matai rantai peternakan kadang membuat harga jual kurang layak bagi petani. Tidak sesuai dengan effort yang dilakukan untuk membuat hewan tersebut menjadi gemuk.

Salah satu sentra peternakan rekanan Angon / Angon
Salah satu sentra peternakan rekanan Angon / Angon

“Pengalaman selama berjibaku dalam dunia peternakan inilah yang mendorong saya ingin membantu para peternak. Saya juga merasa bahwa Indonesia adalah negara yang sangat berpotensi swasembada daging. Namun hingga saat ini daging-daging yang dikonsumsi kebanyakan masih diimpor dari luar.”

Bagi masyarakat umum, Angon hadir bagi mereka yang tidak memiliki waktu dan kemampuan beternak untuk berinvestasi dalam peternakan. Seakan-akan seperti merawat hewan virtual sejak telur hingga menjadi besar. Masyarakat yang menjadi member cukup membeli hewan ternak, lalu membayar biaya peternakan per tiga bulan. Mereka akan mendapat laporan perkembangan, sekaligus dapat mengawasi hewan ternak mereka di dashboard aplikasi Angon.

Angon tidak menggunakan mekanisme crowdfunding

Angon bukan sekedar ingin menghadirkan bisnis untuk kepentingan ekonomi, melainkan juga ada misi sosial yang diemban. Yakni memberdayakan kaum peternak rakyat, dan sangat memperhatikan kesejahteraan mereka. Peternak rakyat mendapatkan upah bulanan secara rutin dan berbagai tunjangan. Upah ini didapat dari biaya perawatan yang dibayarkan member.

Peternak juga mendapatkan upah dari pengolahan kotoran hewan ternak. Tidak hanya upah yang layak, Angon juga peduli dengan kompetensi peternak. Peternak rakyat akan dibekali kemampuan dan keahlian dalam bidang peternakan melalui pelatihan. Hal ini dilakukan untuk menyetarakan kompetensi peternak sesuai dengan standar peternak Angon Indonesia.

Mesin produksi pakan ternak milik Angon / Angon
Mesin produksi pakan ternak milik Angon / Angon

“Pada dasarnya Angon merupakan pet shop yang mana kepemilikan hewan ternak 100% dimiliki oleh peternak online, member Angon, atau di Angon disebut dengan peternak pasif. Angon hanya merawatkan, menjualkan di saat waktu panen. Untuk itu Angon berbeda dengan kebanyakan ternak online yang kini marak beredar yang merupakan crowdfunding.”

Sistem crowdfunding ini akan mengambil keuntungan dari bagi hasil sesuai penjualan, tidak mengambil untuk dari penjualan ternak, Angon mengambil keuntungan murni dari biaya perawatan. Jadi, ketika hewan ternak member Angon dijual, member akan mendapatkan uang sebesar harga hewan ternak itu, tanpa potongan sepeser pun. Sehingga apa pun hasilnya, baik saat bobot ternak bertambah secara maksimal atau tidak, untuk proyeksi terburuk, hasil penjualan menjadi milik member seutuhnya karena ternak secara legal merupakan milik member.

Potensi dan keuntungan yang coba diberikan Angon

Sejauh ini sudah terdapat 11 ribu domba yang di Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Jumlah member sendiri saat ini mencapai lebih dari 2000 orang, terdiri dari 54,15% pria dan 45,85% wanita dengan peternak pasif terbanyak terdapat pada rentang umur 18-24 tahun (27,5%) dan 25-34 tahun (33,5%). Data yang menarik, selama anggapannya sektor pertanian hanya diminati oleh kalangan 40 tahun ke atas.

Dari data tersebut, Angon optimis memproyeksikan potensi akan mencapai 10,2 juta ekor ternak, 1,02 juta member dan 204 ribu Peternak Rakyat yang terakomodasi. Jumlah ekor ternak ini terdiri dari jumlah ternak yang terdapat di SPR atau mobile sentra yang kemungkinan akan bekerja sama dengan Angon Indonesia.

“Ada banyak keuntungan menjadi member Angon. Pertama, kepemilikan hewan ternak yang terjamin. Kepemilikan ternak dibuktikan kepada member dengan memberikan SKTB (Surat Kepemilikan Ternak Berjangka) saat member membeli ternak. Dengan adanya surat ini ditambah dengan ternak yang memiliki chip dengan nomor seri, hewan ternak member tidak akan tertukar, tidak akan digelapkan baik oleh peternak atau pihak mana pun.”

Agif melanjutkan, “Selain itu, saat member membeli ternak dan menitipkan hewan ternaknya untuk diternakkan oleh Angon Indonesia, member akan membayar sejumlah uang sebesar 1,3% dari harga hewan yang menjadi biaya asuransi. Biaya asuransi ini menjadi cara Angon Indonesia memberi jaminan keamanan untuk meminimalkan kerugian member jika hewan sakit lalu mati. Dengan membayar asuransi tersebut, member memiliki hak untuk mengklaim hewan ternak dan mendapatkan hewan ternak yang baru.”

Rencana improvisasi jangkauan layanan

Tim Angon bersama para mentor di Indogo Startup Nation / Angon
Tim Angon bersama para mentor di Indigo Startup Nation / Angon

Dalam jangka dekat, Angon ingin menyediakan fasilitas yang lebih mumpuni bagi member seperti live streaming dengan deep screening yang mampu menganalisis identitas hewan dengan jelas untuk diakses sehingga member bisa melihat perkembangan hewannya dengan jelas. Akhir bulan Juli ini pun, Angon Indonesia akan membuka Farm House untuk kandang yang terletak di Bogor. Farm House ini dimaksudkan menjadi wahana edukasi dan rekreasi bagi siapa pun, termasuk member atau orang-orang yang ingin belajar lebih banyak tentang domba.

“Ya, Angon ini founder-nya luar biasa, sangat passionate bervisi besar dan mampu mengeksekusinya,” ujar Ery Punta Hendraswara selaku Dep. Executive General Manager Digital Service Division Telkom, yang menangani langsung program Indigo Creative Nation. Sebagai informasi bahwa Angon adalah salah satu startup yang diinkubasi oleh program Indigo.

Ery melanjutkan, “Di progran Indigo Angon berawal dari tahapan validasi ide sampai saat ini juga terus memvalidasi bisnisnya. Timnya tidak kenal lelah selalu penuh energi, dan salah satu yang penting adalah tim ini punya kemauan untuk dimentori. Kemampuan utk belajar hal baru dan un-learn cara-cara lama juga mendukung startup ini untuk terus berkembang. Ini yang kita perhatikan.”

“Angon sangat menarik, karena basic-nya sudah menjadi peternak sudah dari 2008. Dari situ dia kepikiran untuk mendigitalkan beberapa proses bisnis yang ada. Bagus, karena sebagai peternak ia [Agif] aware dengan perkembangan teknologi. Secara konsep bisnis dasar sudah sangat matang, dan kini dilanjutkan dalam mekanisme digital. Sangat optimis dengan kemajuan Angon,” ujar Saga Iqranegara sebagai salah satu mentor di Jogja Digital Valley menilai bagaimana Angon ke depannya.

Application Information Will Show Up Here

Daftar Startup Indonesia di Bidang Pertanian, Perikanan, dan Peternakan

Petikan lagu dari Koes Plus ini “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” rasanya sudah sangat cukup untuk menggambarkan betapa suburnya lahan di Indonesia. Ribuan hektar hutan dan pertanian menghiasi hijaunya pulau-pulau di Indonesia. Namun alangkah sia-sia jika anugerah tersebut tidak dapat memerikan penghidupan layak bagi bangsanya.

Berbagai pendidikan untuk ilmu pertanian, perikanan, dan peternakan terus diasah oleh putra-putri bangsa guna memastikan aset bangsa tersebut terkelola dengan baik. Tak berhenti di sana, di era modern ini, dengan pendekatan digital, para inovator muda pun tak mau kalah. Dengan berbagai jenis produk teknologi, mereka mencoba memberikan solusi terpadu untuk menguatkan sektor agro tersebut.

Di tengah hype startup teknologi yang umumnya menggarap sektor sosial, perdagangan, permainan dan hiburan, ternyata tak sedikit yang mau memfokuskan diri untuk mengembangkan sistem yang membantu tata kelola pertanian, perikanan dan perindustrian agro lainnya. Kali ini DailySocial mencoba mendaftar beberapa startup Indonesia yang telah sukses meluncurkan produk untuk suksesi di sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Berikut ini daftarnya:

8villages

Mengadopsi pendekatan berbasis social platform, startup ini menawarkan sebuah forum interaktif yang menghubungkan antara para petani dengan konsumen. Petani umumnya tinggal di pedesaan, dengan infrastruktur jaringan yang terkadang hanya di batas “pas-pasan”, hal ini disiasati betul oleh 8Villages, karena untuk mengakses layanan tersebut tidak memerlukan konektivitas internet super-cepat, bahkan dapat diakses melalui SMS dan MMS yang tersedia di jaringan 2G/3G atau paket data apa pun.

Beberapa inovasi lain di bidang agrikultur hingga kini terus dilahirkan oleh 8Villages, baik secara mandiri maupun melalu kemitraan strategis yang dikembangkan. Salah satunya pengembangan aplikasi Urban Farming Indonesia, yang diinisiasi bersama East West Seed Indonesia untuk menyiasati menyusutnya lahan pertanian akibat meluasnya wilayah perkotaan. Aplikasi ini didesain untuk melakukan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat perkotaan bahwa bercocok tanam dapat dilakukan di mana saja, termasuk di tengah hingar bingarnya kota besar.

Ada juga aplikasi Petani, yang memberikan kemudahan bagi petani untuk berkonsultasi langsung dengan para pakar pertanian. Melalui aplikasi Petani, para penggarap lahan bisa meminta bantuan untuk mengetahui kondisi tanaman atau keluhan hama dengan sangat interaktif dan observatif. Selain itu masih banyak lagi aplikasi yang dapat diunduh dari 8villages, seluruhnya dapat disimak dan diunduh di sini.

Application Information Will Show Up Here

Angon

Angon.id memulai debutnya sejak Oktober 2016. Menggabungkan konsep startup investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech), perusahaan rintisan binaan Indigo ini mencoba memberikan layanan online untuk menghubungkan antara peternak rakyat dengan masyarakat urban.

Angon.id memungkinkan masyarakat umum untuk investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Menggunakan layanan aplikasi Angon.id, pengguna cukup menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan untuk disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis Angon.id. Dari penjelasan tim Angon.id, rata-rata investor mendapatkan return of investment (ROI) sekitar 5-10 persen per tiga bulan.

Application Information Will Show Up Here

Blumbangreksa

BlumbangReksa adalah perangkat IoT (Internet of Things) yang dapat memantau kondisi air di tambak untuk berbagai jenis peternakan (seperti peternakan udang). Perangkat ini dapat memecahkan masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan menyajikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air. BlumbangReksa dirancang untuk membantu petani atau peternak untuk menjaga kualitas air dan mengurangi kesalahan prosedur yang terjadi akibat kecerobohan manusia.

BlumbangReksa dikembangkan oleh ATNIC yang berisi sekumpulan mahasiswa Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada dan didukung Indmira sebuah perusahaan berbasis riset dam teknologi di bidang pertanian, lingkungan dan energi terbarukan. Inovasi dari kota Yogyakarta itu menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam kompetisi para inovator teknologi ASME (American Society of Mechanical Engineers) IShow (Innovation Showcase) 2015.

Ci-Agriculture

Melalui pendekatan analisis big data, Ci-Agriculture (anak perusahaan Mediatrac) mengembangkan sebuah sistem manajemen pertanian yang mampu menghasilkan analisis komprehensif didasarkan analisis cuaca, informasi sensor tanah, serta pencitraan satelit dan drone yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Sistem yang dikembangkan tersebut dirangkai dalam tiga produk, yaitu Crop Accurate, Agritrack dan Crop Insurance.

Crop Accurate memanfaatkan sistem sensor, drone, dan remote sensing untuk mengumpulkan data yang akan digunakan oleh sistem smart farming. Sistem tersebut dapat memandu kegiatan bertani para petani binaan aggregator (komunitas binaan bank, microfinance, produsen makanan atau komunitas mandiri) sehingga kegiatan bertani dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Agritrack merupakan sistem informasi terintegrasi untuk supply chain komoditas pertanian. Sistem tersebut dirancang untuk menjembatani petani, distributor, pasar dan pembeli akhir komoditas dengan memanfaatkan mobile application untuk memasukkan data riil keadaan supply, demand, dan problem di lapangan pada setiap titik jalur supply. Sedangkan Insurance merupakan sebuah produk asuransi pertanian, mirip dengan yang sudah ada di dunia asuransi. Tetapi yang membuat produk ini menjadi berbeda adalah CI-Agriculture mendasarkan semua perhitungan dan skemanya pada teknologi smart farming, sistem sensor dan analisis potensi pertanian.

eFishery

eFishery menggunakan pendekatan IoT untuk memberikan solusi di sektor perikanan dan peternakan. Ini merupakan sebuah alat pemberi pakan ikan otomatis. Alat ini tidak hanya mengotomatisasi pemberian pakan secara terjadwal dengan dosis yang tepat, tetapi juga mencatat setiap pemberian pakan secara real-time. Pengguna dapat mengakses data pemberian pakan kapan pun dan di mana pun. Tidak ada lagi masalah over-feeding, pemberian pakan ikan yang tidak teratur atau pakan yang diselewengkan. Secara spesifik, eFishery berusaha membantu peternak ikan dan udang, karena biasanya pemberian makan ikan menguasai antara 50 hingga 80 persen biaya operasi peternakan ikan.

eFishery juga dikenal sebagai startup yang sering memenangkan berbagai kompetisi startup tingkat global. Model bisnis eFishery adalah menjual alat pemberi pakan pintar kepada peternak dan distributor. Lebih jauh, seperti halnya konsultan, mereka juga mendapatkan penghasilan dari biaya langganan pemakaian piranti lunak untuk memonitor dan menganalisis aktivitas pemberian pakan ikan secara real-time di smartphone atau tablet tiap bulannya. Mereka mengklaim secara rata-rata optimasi yang dilakukan mengurangi jumlah makanan yang digunakan hingga sebesar 21 persen.

Eragano

Eragano merupakan sebuah aplikasi mobile yang didesain untuk membantu petani mendapatkan informasi terkait cara bercocok tanam, membantu petani terkoneksi dengan fasilitas pinjaman mikro, dan membantu menjual produk pertanian tersebut dengan harga terbaik ke restoran dan hotel. Eragano mengklaim pihaknya ingin membantu petani kecil, yang saat ini secara total jumlahnya lebih dari 15% penduduk Indonesia, dengan solusi end-to-end yang bertujuan akhir meningkatkan taraf hidup petani dan kualitas hasil pertanian.

Eragano disebutkan berusaha melepaskan petani dari jeratan rentenir dan tengkulak yang selama ini menjadi momok. Pasca panen, Eragano melalui EraganoStore, sebuah layanan B2B, membantu menjual hasil panen tersebut ke restoran, hotel, dan katering dengan harga layak.

Application Information Will Show Up Here

Etanee

Etanee memiliki visi untuk memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dan peternakan, baik dari sisi produsen sampai konsumen. Bukan hanya menjadi aplikasi digital berupa toko online bagi barang produksi pertanian dan peternakan, tetapi juga sebuah solusi digital menyeluruh yang mencoba menyelesaikan permasalahan industri pertunaian dan peternakan di Indonesia.

Etanee menggabungkan tiga rantai bisnis utama dari industri pertanian dan peternakan, yakni rantai pasokan di hulu meliputi digitalisasi kegiatan produksi peternakan dan pertanian, manajemen logistik selepas panen dan sistem distribusi hingga ke tangan konsumen, atau di bagian hilir. Semua itu diharapkan tidak hanya membantu para pembeli seperti ibu-ibu rumah tangga yang berbelanja tetapi juga menjaga proses produksi dan distribusi.

Application Information Will Show Up Here

iGrow

Gambaran paling mudah dari sistem iGrow adalah permainan Farmville. Ya, iGrow memiliki konsep yang sama dengan permainan tersebut. iGrow memungkinkan penggunanya untuk bercocok tanam secara digital. Pengguna mengelola dan berinvestasi lahan serta tanaman secara digital, mengelola secara digital, namun pertanian tersebut nyata adanya. Dasbor iGrow menjadi perantara antara pengguna dengan penggarap lahan. Konsep yang segar dan cukup menarik.

Konsep baru di sektor pertanian dapat terus digalakkan untuk mengembalikan swasembada di sektor pertanian. Inovasi dinilai akan mampu membuat sektor pertanian terlihat mentereng, terutama memudahkan jalur investasi. Faktanya di lapangan petani membutuhkan banyak sokongan untuk memaksimalkan budidayanya. Kendati tidak terlibat secara langsung di lapangan, antusias dan keikutsertaan masyarakat dengan model yang ditawarkan iGrow mampu memberikan penghidupan layak bagi para petani.

Karsa

Karsa merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan sebagai platform all-in-one untuk semua para stakeholder di sektor pertanian. Karsa memberikan informasi-informasi penting bagi petani meliputi informasi cuaca, harga, berita mengenai pertanian, dan termasuk fitur untuk memesan peralatan untuk pertanian.

Selain untuk petani Karsa juga didesain dan disiapkan untuk berbagai pihak yang terlibat di sektor pertanian, seperti aparat pemerintahan, pemilik produk pertanian, produsen alat pertanian, dan pelaku agrikultur lainnya. Selain dalam bentuk aplikasi mobile Karsa juga disebut bisa diakses menggunakan desktop dalam bentuk aplikasi web.

Application Information Will Show Up Here

Kecipir

Kecipir (atau awalnya bernama LOFMart – Local Organic Fresh Mart) merupakan online marketplace produk sayur, buah, bumbu, ayam organik berkualitas, memotong mata rantai distribusi konvensional di pasar tradisional menjadi lebih ringkas. Melalui marketplace ini, diharapkan semua petani sayuran organik bisa menjual langsung produknya dengan harga yang bersaing dengan sayuran biasa.

Saat ini Kecipir mengklaim telah memiliki 45 host (agen) yang tersebar di wilayah Jabodetabek, sementara jumlah anggota mendekati 1000 pelanggan yang telah melakukan pemesanan. Kecipir juga telah membuka layanan di wilayah Jakarta Barat dengan 5 host dan bulan Mei 2016 melayani Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan 10 host baru.

Dengan sistem marketplace yang diterapkan oleh Kecipir, hal ini seharusnya lebih menguntungkan bagi pihak petani yang bisa memperoleh harga jual lebih tinggi dari cara penjualan sebelumnya. Konsumen sendiri bisa mendapatkan harga yang nilainya bisa 50% lebih rendah dibandingkan dengan harga jual di supermarket atau pasar swalayan pada umumnya.

Application Information Will Show Up Here

LimaKilo

LimaKilo memiliki visi untuk memotong rantai distribusi komoditas pertanian. Solusi ini memungkinkan petani untuk langsung menjual hasil panennya ke konsumen dengan harga yang kompetitif. Dua layanan utama LimaKilo yakni Pasar Petani dan Microfunding. Program Microfunding membuka peluang kepada siapa saja untuk patungan memberikan pinjaman modal kepada petani yang terdaftar dalam mitra LimaKilo dengan nominal 3-5 juta setiap orangnya.

Application Information Will Show Up Here

MyAgro

MyAgro yang didirikan Uray Tiar Fahrozi mempunyai konsep unik dan berbeda dari platform investasi bidang pertanian yang sudah ada sebelumnya, yakni mengedepankan pada konsep investasi syariah dan jaminan minim risiko. Dikonsep sejak awal tahun ini, menurut pemaparan sang Founder, pengembangan MyAgro didasari fakta kurangnya optimalisasi lahan.

Uray menuturkan ada masalah besar yang dialami Indonesia, yakni pengelolaan sumber daya alam yang tidak maksimal. Salah satunya berupa lahan tidur di Indonesia seluas lebih dari 14 juta hektar. Mirisnya lahan di Indonesia sebenarnya adalah lahan subur dan produktif, yang bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

Alasan kedua yang disampaikan Uray ialah pemberdayaan petani yang sangat minim seperti subsidi bibit, ketersediaan pupuk, serta harga beli dari tengkulak sangat rendah. Dari kegelisahan itulah, ia dan tim membuat MyAgro menjadi platform yang menghubungkan antara investor, konsumen, dan petani.

Pantau Harga

Sebuah aplikasi yang bisa digunakan untuk tempat tawar menawar, dan melakukan jual beli antara penyedia bahan baku dengan petani, dilengkapi dengan basis data harga yang menjadi acuan aplikasi ini diharapkan untuk memudahkan petani dalam transaksinya. Pantau Harga menargetkan empat pengguna sekaligus, yakni konsumen, petani, Kantor Unit Desa (KUD) dan pemerintah.

target-user

Application Information Will Show Up Here

TaniHub

TaniHub merupakan sebuah kanal e-commerce yang memudahkan peternak dan petani untuk menjual hasil langsung kepada masyarakat. Layanan ini dikembangkan sekaligus untuk memberikan harga jual yang kompetitif kepada konsumen. Strateginya dengan memotong rantai distribusi. Beberapa petani, di Bogor salah satunya, sudah menjadi pemasok barang di TaniHub. Ke depannya TaniHub terus mengupayakan dapat menggandeng banyak lagi petani dan peternak yang ada di Indonesia.

Kanal e-commerce TaniHub menyediakan sedikitnya enam kategori penjualan, yakni sayuran organik, sayuran non-organik, hasil ternak, buah non-organik, dan bahan pangan organik. Dengan menjual langsung kepada konsumen, selain dapat memberikan kualitas produk dan harga yang kompetitif dari sisi konsumen, harapannya petani dan peternak mendapatkan harga jual produk yang lebih wajar dan menguntungkan, sehingga dapat mengembangkan lahan secara signifikan.

Application Information Will Show Up Here