Polaroid Umumkan Now+, Kamera Instan dengan Mode Khusus yang Bisa Diakses Lewat Smartphone

Polaroid telah mengumumkan Polaroid Now+, kamera instan i-Type baru yang menawarkan serangkaian fitur unik melalui konektivitas Bluetooth. Ia mengemas banyak mode pemotretan baru yang dikendalikan dengan aplikasi Polaroid lewat smartphone berbasis Android dan iOS.

Dengan bantuan smartphone, pengguna Polaroid Now+ dapat mengakes beberapa mode khusus seperti aperture priority, double exposure, light painting, manual mode, dan tripod mode. Pada mode aperture priority, pengguna dapat mengontrol aperture secara manual. Mulai dari F11 yang memungkinkan lebih banyak pengaburan di latar belakang sehingga foto lebih berdimensi, hingga aperture F32.

Sementara, mode double exposure pada Polaroid Now+ memungkinkan Anda untuk mengambil dua exposure berbeda yang kemudian digabungkan menjadi satu bidikan film instan dengan menggunakan area double exposure khusus dari aplikasi. Fitur ini juga dapat diakses dari kamera itu sendiri dengan menekan dua kali tombol “plus” di bagian depan kamera.

Kemudian untuk mode light painting pada dasarnya merupakan mode bulb yang memungkinkan menggambar atau melukis dengan cahaya dengan membiarkan rana tetap terbuka untuk waktu yang lama. Mode tripod mirip dengan light painting, tetapi memberi kita kemampuan untuk mengambil foto dengan exposure selama 60 menit.

Akhirnya Polaroid menambahkan mode manual sepenuhnya ke Polaroid Now+ yang memungkinkan beberapa pengaturan disesuaikan secara manual di aplikasi seperti aperture, shutter speed, flash, dan kapan foto harus dikeluarkan. Fitur ini menggabungkan pengukur cahaya kamera dengan aplikasi untuk memungkinkan fotografer menyesuaikan pengaturan dan melihat respons langsung bagaimana exposure akan berubah.

Di bawah ini adalah galeri contoh gambar yang diambil dengan Polaroid Now+ yang disediakan oleh Polaroid:

Selain fitur internal baru, Polaroid Now+ juga dilengkapi dengan kit filter lensa yang mencakup lima filter untuk dipasang di bagian depan kamera: starburst, red vignette, orange, blue, dan yellow. Harga Polaroid Now+ dibanderol US$149,99 atau sekitar Rp2,1 jutaan dan tersedia dalam warna black, white, dan blue gray.

Sumber: DPreview

Polaroid dan Fujifilm Bersengketa Akibat Format Film Kamera Instan Instax Square

Polaroid memang merupakan nama yang mempopulerkan pemakaian kamera instan, namun saat brand ini berpindah-pindah pemilik, Fujifilm berjasa menjaga tradisi tersebut tetap hidup lewat keluarga kamera Instax. Selain perangkat fotografi, Fujifilm turut menyediakan film dengan berbagai desain frame unik, serta printer portable untuk mencetak foto dari smartphone.

Brand dan kekayaan intelektual Polaroid sendiri kini sudah menjadi milik pemegang saham terbesar Impossible Project, yang sejak tahun 2008 berkecimpung di ranah penyediaan film instan. Di bulan September kemarin, Impossible Project berubah nama jadi Polaroid Originals, dan untuk merayakan ‘kembalinya’ brand tersebut, mereka memperkenalkan produk bernama OneStep 2.

Kembalinya Polaroid ke ranah ini sepertinya memperuncing kompetisi dengan Fujifilm, dan bertransformasi jadi sengketa setelah Polaroid beberapa kali mengirimkan surat peringatan penghentian produksi pada Fujifilm terkait produk baru mereka. Perusahaan fotografi asal Jepang itu menanggapinya dengan meminta bantuan Pengadilan AS. Akar masalah perseteruan ini sebenarnya cukup sepele, yaitu terkait format film instan.

Perkara ini dimulai tak lama selepas Photokina 2016. Di acara itu, Fujifilm memperkenalkan film Instax Square berformat persegi 62×62-milimeter, meluncurkannya di awal 2017, berbarengan dengan kamera Instax Square SQ10. Namun tak lama, Polaroid memperingatkan Fujifilm bahwa merek dagang film ini dimiliki oleh Polaroid. Karena Fujifilm tidak segera merespons, Polaroid mengancam buat ‘mengambil tindakan tegas’.

Meski Polaroid yang pertama mengajukan keluhan, Fujifilm-lah yang mengubahnya jadi kasus hukum melalui pengajuan laporan ke Pengadilan Distrik Selatan kota New York minggu lalu. Dalam surat keluhan ketiga di bulan Juni 2017, Polaroid menuntut agar Fujifilm membayar royalti/lisensi penggunaan film instan dengan format persegi.

Dokumen pengadilan dari Fujifilm menyatakan: ‘karena tidak sanggup memperoleh keuntungan lewat penjualan produk’, Polaroid kini ‘mencoba menciptakan pemasukan melalui sisa-sisa portofolio kekayaan intelektual Polaroid’. Menurut Fujifilm, Instax Square tidak melanggar trademark Polaroid.

Mengulik lebih dalam lagi, format bingkai persegi tak sekedar dipilih agar foto tampil unik. Di frame itulah produsen menempatkan zat-zat kimia penting buat memunculkan hasil jepretan di film.

Perlu diketahui bahwa saat Fujifilm merilis film persegi, Polaroid belum memproduksi film berformat serupa setelah mereka menghentikan proses pembuatannya di tahun 2008. Dan hingga kini, dua perusahaan itu belum menampakkan diri di pengadilan.

Via Digital Trends & The Photo Blographer.

Bocoran Gambar Moto Mod Kamera Instan dan Smart Speaker Beredar

Lini Moto Z bisa dibilang merupakan eksekusi konsep smartphone modular yang cukup menarik. Meski tidak sepenuhnya modular seperti Project Ara, hal ini justru menumbuhkan sifat opsional yang berarti konsumen bebas memilih untuk membeli aksesori pendukung (Moto Mod) yang dibutuhkannya saja.

Sebagian mungkin menginginkan Moto Mod yang dapat menambah kemampuan zoom kamera ponselnya secara signifikan, sebagian lain mungkin hanya mengincar Mod berupa baterai ekstra. Di tempat lain, mungkin ada juga pengguna Moto Z yang bermimpi bisa mengubah ponselnya menjadi kamera instan.

Baru-baru ini, beredar bocoran gambar di Twitter yang menampilkan sepasang Moto Mod baru seperti yang bisa Anda lihat di atas. Tampak jelas branding “Polaroid” pada Mod yang sebelah kanan, diikuti oleh slot horizontal di bawah lubang kamera yang bisa dipastikan merupakan tempat keluarnya hasil cetakan.

Sejauh ini memang belum ada keterangan resmi, namun saya duga Mod ini memiliki cara kerja seperti kamera instan Polaroid Snap, yang memanfaatkan kertas khusus bernama ZINK agar foto dapat dicetak tanpa memerlukan tinta. Indikasi bahwa ini merupakan Mod kamera instan makin diperkuat oleh kehadiran sebuah tombol di sisi kiri bawah, yang hampir bisa dipastikan merupakan tombol shutter.

Lain ceritanya dengan Mod di sebelah kiri, yang sejatinya sempat disinggung oleh Lenovo di ajang Mobile World Congress pada bulan Februari lalu. Label “Amazon Alexa” yang tertera mengindikasikan integrasi asisten virtual pada Mod tersebut, dan saat terpasang Mod ini bakal mengubah peran ponsel menjadi smart speaker mini ala Amazon Echo Dot.

Informasi jadwal perilisan dan banderol harganya masih belum tersedia. Namun cukup masuk akal apabila Lenovo berencana memasarkan keduanya memasuki musim liburan akhir tahun ini.

Sumber: The Verge.

Kejutan! Polaroid Luncurkan Beragam Jenis Drone Baru

Karena terobosan yang ditawarkan founder Edwin H. Land di ranah fotografi, nama Polaroid kini sinonim dengan pemanfaatan kamera instan berbekal filter polarizer. Kamera instan tetap punya penggemarnya sendiri meski mayoritas produsen sudah menawarkan solusi digital yang lebih simpel dan murah. Dan tentu saja, kesuksesan itu tak membuat Polaroid terjebak dalam kenangan masa lalu.

Bahkan sebelum diakuisisi keluarga Smolokowski dan memperkenalkan OneStep 2, Polaroid lama telah bermain di segmen action camera melalui line-up Cube. Dan kali ini, mereka mengungkap sejumlah produk spesialis fotografi dan perekaman video udara secara mendadak dan tidak tanggung-tanggung.

 

Polaroid PL2900

Polaroid drone 1

Mengusung desain quad-copter, PL2900 sepertinya merupakan varian drone paling high-end Polaroid, walaupun spesifikasi dan fiturnya tak secanggih tipe  premium dari DJI atau Parrot. Ia dapat merekam di resolusi 720p sembari men-stream video langsung ke smartphone, terbang selama 10 menit, bisa melesat di kecepatan maksimal 26km per jam dengan tiga mode laju, dan menjangkau jarak 304-meter. Selain itu, drone turut dibekali sistem penstabil enam-poros dan remote control 2,4GHz.

Aspek paling menarik dari PL2900 ialah harganya. Produk ini hanya dibanderol US$ 300.

 

Polaroid PL3000

Polaroid drone 2

PL3000 memiliki kemampuan yang kurang lebih serupa PL2900, baik pada jangkauan, daya tahan baterai, kamera HD, fitur streaming Wi-Fi dan juga dukungan remote 2,4GHz serta stabilizer gyroscope enam-poros. Perbedaannya terletak pada wujud dan kecepatan. PL3000 dapat melesat hingga 32km per jam dengan dua level percepatan, dan memiliki penampilan tubuh seperti cakram plus empat lengan baling-baling. Harganya US$ 50 lebih rendah dari PL2900.

 

Polaroid 

Polaroid drone 3

Jika Anda sedang berhemat tapi ingin sekali mencoba ‘bermain’ drone, PL1300 adalah jawabannya. Perangkat quad-copter ini merupakan salah satu drone budget Polaroid, dijajakan hanya US$ 40. PL1300 menyimpan kamera built-in 480p, mampu merekam sembari terbang selama enam menit, dengan jarak jangkauan 30-meter. Tak seperti dua model sebelumnya, PL1300 tidak dilengkapi Wi-Fi.

Ada cukup banyak varian drone lain yang telah diperkenalkan Polaroid di situs resmi mereka, di antaranya PL600, PL800, PL1000, PL2000, PL2300, PL2500, hingga PL2600. Dan dari pengamatan sementara, harganya belum ada yang melampaui US$ 300. Ada kemungkinan produk-produk ini merupakan hasil kolaborasi Polaroid dengan perusahaan lain, tidak murni dikembangkan oleh mereka sendiri.

Tiga drone di atas sudah mulai dipasarkan, bisa dibeli di Amazon.

Mati dan Terlahir Kembali, Polaroid Luncurkan Suksesor Kamera Instan Terpopulernya

Bulan Mei lalu, beredar kabar bahwa Polaroid telah diakuisisi oleh sekelompok investor yang dipimpin oleh seorang pebisnis asal Polandia bernama Wiaczeslaw Smolokowski. Yang menarik dari kabar tersebut adalah fakta bahwa Smolokowski merupakan investor utama di balik The Impossible Project, perusahaan yang berupaya menghidupkan kembali legenda Polaroid dengan membeli pabrik terakhirnya di tahun 2008.

Dengan berpindah tangannya aset Polaroid, ambisi The Impossible Project akhirnya bisa benar-benar terwujudkan. Bertepatan dengan hari jadi ke-80 Polaroid pada tanggal 13 September kemarin, diumumkanlah sebuah brand baru bernama Polaroid Originals, yang juga sepenuhnya akan menggantikan brand Impossible.

Polaroid OneStep 2

Produk pertamanya adalah Polaroid OneStep 2, suksesor dari salah satu kamera instan terpopuler di sepanjang sejarah Polaroid. Desain ikoniknya masih dipertahankan selagi mendapat sentuhan modern, dan apabila penampilannya terasa familier, itu karena OneStep orisinil yang terlahir di tahun 1977 merupakan inspirasi di balik logo awal Instagram.

Polaroid mendeskripsikan OneStep 2 sebagai kamera instan analog untuk generasi modern. Untuk itu, cara pengoperasiannya telah disederhanakan agar bisa langsung digunakan untuk mengabadikan momen sesaat setelah dikeluarkan dari boksnya, plus Polaroid tidak lupa menyematkan fungsi self-timer yang sangat krusial di era selfie dan wefie ini.

Polaroid OneStep 2

Letak viewfinder-nya tetap berada di sisi kiri, akan tetapi sisi kanannya kini dihuni oleh flash yang amat bertenaga. Polaroid memastikan kalau OneStep 2 turut dilengkapi lensa berkualitas tinggi yang dapat mengambil fokus dari jarak 60 cm sampai tidak terbatas, dengan panjang fokal 106 mm.

Agar OneStep 2 bisa terasa lebih modern, Polaroid turut mengembangkan seri film baru bernama i-Type. i-Type menjanjikan reproduksi warna yang sama ikoniknya, tapi di saat yang sama tidak membutuhkan baterai. OneStep 2 sendiri ditenagai oleh baterai rechargeable berkapasitas 1.100 mAh, yang diyakini mampu bertahan selama 60 hari sebelum perlu dicas kembali.

Deretan kamera vintage Polaroid dari berbagai seri kini telah di-refurbish dan siap dipasarkan kembali / Polaroid Originals
Deretan kamera vintage Polaroid dari berbagai seri kini telah di-refurbish dan siap dipasarkan kembali / Polaroid Originals

Hal penting yang perlu dicatat, OneStep 2 bukan sekadar kamera instan yang mengusung label Polaroid, tapi sebenarnya diproduksi oleh perusahaan lain yang hanya membeli lisensi namanya. Kamera ini benar-benar berasal dari Polaroid yang mati dan terlahir kembali, dan bersamaan dengan itu, deretan kamera vintage Polaroid pun juga ikut dihidupkan kembali, mulai dari seri 600, SX-70 sampai Spectra.

Pre-order Polaroid OneStep 2 saat ini sudah dibuka, dengan harga $100 dan pilihan warna putih atau hitam. Film i-Type sendiri dibanderol $16 per pak (isi 8), dan tersedia dalam varian berwarna atau hitam-putih.

Sumber: DPReview.

Polaroid Luncurkan Dua Smartphone dan Tablet Baru untuk Segmen Low-end

Segmen smartphone high-end memang didominasi oleh merek itu-itu saja. Namun di segmen low-end, bahkan brand kamera seperti Polaroid pun juga rajin meluncurkan penawaran baru. Kali ini, Polaroid memperkenalkan smartphone dan tablet terbaru dari lini Cosmo, yang ditujukan untuk pasar Meksiko.

Lini terbaru Cosmo ini terdiri dari dua smartphone, Cosmo K dan Cosmo K Plus, serta satu tablet Jet C7. Mengingat ketiganya diposisikan di segmen low-end, spesifikasinya tidak akan ada yang membuat Anda terkesima. Jangan juga berharap ada layar ber-bezel sangat tipis di sini.

Baik Cosmo K dan Cosmo K Plus ditenagai oleh chipset garapan MediaTek, dengan prosesor quad-core 1,3 GHz, RAM 1 GB, memory internal 8 GB (plus slot microSD) dan baterai berkapasitas 2.800 mAh. Sebagai alat dokumentasi, Cosmo K dan K Plus dibekali kamera belakang 13 megapixel dan kamera depan 5 megapixel dengan LED flash.

Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada ukuran layarnya: Cosmo K mengemas layar sentuh 5 inci, sedangkan Cosmo K Plus 5,5 inci – tidak ada detail yang diberikan mengenai resolusinya. Keduanya sama-sama menjalankan sistem operasi Android 6.0 Marshmallow.

Varian warna lain Cosmo Jet C7 / Polaroid
Varian warna lain Cosmo Jet C7 / Polaroid

Cosmo Jet C7 di sisi lain bisa dibilang merupakan versi lebih bongsor lagi dari K dan K Plus yang masih pantas dikategorikan sebagai smartphone. Tablet 7 inci ini didukung oleh prosesor quad-core 1 GHz, RAM 1 GB, memory internal 8 GB (plus slot microSD), baterai 2.650 mAh, dan kamera 5 megapixel di belakang sekaligus depan. OS yang tersematkan pun sama, yaitu Android 6.0 Marshmallow.

Seperti yang saya katakan di awal, ketiga perangkat ini hanya akan dipasarkan di Meksiko, dan sejauh ini tidak ada informasi apakah Polaroid juga berniat membawanya ke pasar Asia. Rincian harganya pun juga tidak diberikan.

Sumber: UberGizmo dan Polaroid.

Daftar Kamera Buatan Polaroid yang Bisa Anda Beli di Pasaran

Didirikan di tahun 1937, Polaroid merupakan salah satu nama legendaris dalam industri teknologi, khususnya di ranah fotografi. Perusahaan asal Amerika Serikat ini adalah yang pertama kali mengembangkan dan memproduksi kamera instan, yakni Polaroid Model 95 yang diperkenalkan pada tahun 1948.

Nama Polaroid begitu melekat pada kategori produk kamera instan. Faktanya, beberapa toko yang saya tahu menjual kamera Fujifilm Instax menyebutnya sebagai “kamera Polaroid”, padahal jelas-jelas mereknya Fujifilm. Terlepas dari itu, mungkin tidak banyak yang tahu kalau Polaroid yang beroperasi sekarang bukanlah yang dulu lagi.

Pasalnya, Polaroid Corporation menyatakan bangkrut pada tahun 2001, dan brand beserta aset-asetnya pun dijual. Meski sekarang berada di bawah pemilik baru, Polaroid masih memproduksi kamera instan – tentu saja yang berspesifikasi modern dan ditujukan buat generasi terkini.

Artikel ini bermaksud untuk mengulas kamera-kamera terbaru buatan Polaroid yang bisa dibeli di pasaran, bukan cuma kamera instan, tetapi juga action cam macam GoPro. Berikut daftarnya.

Polaroid Snap

Polaroid Snap / Polaroid
Polaroid Snap / Polaroid

Snap merupakan contoh terbaik dari peleburan peninggalan Polaroid dengan teknologi modern. Desainnya masih sangat mencerminkan Polaroid sebagai sebuah brand, khususnya berkat garis berwarna pelangi di sisi depannya. Pada kenyataannya, Snap merupakan sebuah kamera digital dengan sensor 10 megapixel dan kemampuan menyimpan gambar pada kartu microSD.

Di saat yang sama, Snap juga merupakan sebuah kamera instan yang dapat mencetak foto 2 x 3 inci secara langsung tanpa memerlukan tinta berkat teknologi garapan Zink. Fotonya sendiri bisa Anda ambil dalam tiga mode warna: normal, hitam-putih, atau sepia yang bernuansa retro.

Beli: Blibli – Rp 1.990.000

Polaroid Snap Touch

Polaroid Snap Touch / Polaroid
Polaroid Snap Touch / Polaroid

Suksesor Snap ini membawa sejumlah pembaruan yang sangat signifikan, terlepas dari desainnya yang cukup identik. Yang paling utama bisa ditebak dari namanya, yakni penambahan layar sentuh berukuran 3,5 inci di panel belakangnya untuk semakin memudahkan pengoperasian.

Sensornya juga telah diganti dengan yang beresolusi 13 megapixel, dan Snap Touch juga dapat mengakomodasi microSD sampai dengan 128 GB. Kemampuan mencetaknya tidak berubah, namun Snap Touch juga dapat merekam video 1080p sekaligus dibekali konektivitas Bluetooth.

Meski jelas jauh lebih menarik ketimbang pendahulunya, harganya juga dipatok hampir dua kali lipat lebih mahal. Sayang sekali saya belum menemukan toko online di Indonesia yang menjualnya.

Beli: Amazon – $180

Polaroid Cube

Polaroid Cube / Polaroid
Polaroid Cube / Polaroid

Di mata saya, inilah produk paling jenius dari Polaroid. Di saat pabrikan-pabrikan lain meramaikan pasar action cam dengan sebisa mungkin meniru apa yang GoPro lakukan, Polaroid tampil beda sendiri dengan Cube. Nyatanya, justru GoPro yang mencontek Polaroid dan merilis Hero4 Session.

Cube memiliki desain yang sangat simpel namun juga menarik. Dengan dimensi hanya 35 x 35 mm, ia dapat Anda gunakan di mana saja, dan bagian bawahnya yang dilapisi magnet juga berarti Anda bisa memanfaatkan beragam objek sebagai tripod.

Spesifikasi Cube sendiri terbilang standar, dengan sensor 6 megapixel dan kemampuan merekam video 1080p, semuanya dalam sudut pandang seluas 124 derajat. Pengoperasiannya hanya mengandalkan satu tombol saja, sedangkan media penyimpanannya menggunakan microSD dengan kapasitas maksimum 32 GB.

Beli: Blibli – Rp 1.399.000

Polaroid Cube+

Polaroid Cube+ / Polaroid
Polaroid Cube+ / Polaroid

Kalau tidak ada yang rusak, sebaiknya jangan diutak-atik. Prinsip ini sepertinya dipegang teguh oleh Polaroid saat mendesain Cube+. Bentuk dan ukurannya sama persis seperti pendahulunya di atas, akan tetapi hampir semua jeroannya baru.

Sensor yang dikemas sekarang beresolusi 8 megapixel, dan resolusi video yang dapat direkam naik menjadi 1440p, dengan durasi maksimum 107 menit per klip. Lensanya masih sama dengan sudut pandang 124 derajat, sedangkan slot microSD-nya kini bisa menampung hingga yang berkapasitas 128 GB.

Akan tetapi peningkatan spesifikasi saja sejatinya kurang begitu menarik, apalagi mengingat selisih harganya dengan Cube orisinil terpaut cukup lumayan. Yang lebih menarik justru adalah integrasi konektivitas Wi-Fi, dimana pengguna Cube+ jadi bisa mengendalikan perangkat dengan smartphone-nya.

Beli: Blibli – Rp 2.199.000

Impossible I-1 Ialah Kamera Instan Analog dengan Sentuhan Fitur Digital

Masih ingat dengan Impossible Instant Lab Universal, perangkat unik yang dapat menyulap foto-foto digital di smartphone menjadi foto analog ala Polaroid? Well, kini perusahaan pengembangnya baru saja memperkenalkan kamera perdananya, Impossible I–1.

I–1 didapuk sebagai generasi baru kamera instan yang dipopulerkan oleh Polaroid. Ia mencoba meleburkan dua dunia yang terpisah oleh waktu, yakni kesan nostalgia bersama kamera instan analog dan desain modern beserta kontrol berbasis digital yang kita kenal baik sekarang.

Kamera ini pada dasarnya merupakan kamera analog. Ia menggunakan film tipe 600 seperti milik seri Polaroid 600. Pun begitu, dirinya tetap mengemas sejumlah fitur modern, seperti baterai rechargeable, autofocus dan deretan LED flash yang membentuk lingkaran yang akan bekerja secara otomatis menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan sekitar sekaligus jarak kamera dan objek yang terkunci fokus.

Impossible I-1

Impossible Project selaku pengembangnya tak lupa menyertakan aplikasi pendamping yang akan memberikan fungsi ekstra ketika kamera dan smartphone terhubung via Bluetooth. Dari situ pengguna akan mendapat kontrol manual secara penuh, mulai dari aperture, shutter speed sampai pengaturan flash-nya dan mode-mode kreatif lain seperti double exposure atau long exposure.

Impossible I–1 sejatinya ingin mempertahankan seluruh kebaikan yang diusung oleh kamera instan analog dan kamera digital, mengemasnya dalam satu produk inovatif yang bisa memikat semua kalangan, tidak hanya komunitas penggemar kamera-kamera lawas saja.

Perangkat ini rencananya akan mulai dipasarkan pada 10 Mei mendatang dengan harga $300. Berikut contoh hasil foto yang diambil menggunakan Impossible I–1.

Impossible I-1 sample images

Sumber: PetaPixel.

Polaroid Kembali Luncurkan Perangkat Bergerak, Phablet Android Berlayar 6 Inci

Polaroid kembali menghadirkan perangkat bergerak alias smartphone, kali ini segmen phablet yang mereka garap. Identik dengan ranah kamera, Polaroid juga telah menelurkan sebuah kamera aksi nan mungil serta atraktif yang bertajuk Polaroid Cube+ yang hadir dengan fitur WiFi.

Tidak puas dengan hanya menelurkan berbagai jenis produk kamera, Polaroid juga nyemplung ke ranah smartphone dengan menelurkan sejumlah perangkat smartphone sejak tahun lalu, melalui produk Polaroid Link A5 dan Link A6, perangkat itu hadir dengan platform Android 4.4 KitKat untuk menyasar pasar smartphone entry-level.

Pada ajang Consumer Electronic Show (CES) 2016 yang berlangsung pekan lalu, Polaroid kembali menelurkan produk smartphone teranyarnya. Perangkat phablet yang bernama Polaroid Power yang berjalan dengan sistem operasi Android 5.1.1 Lollipop, ia memiliki layar IPS berukuran 6 inci yang mampu menampilkan resolusi HD hingga 1080 piksel.

Menurut informasi yang kami rangkum dari situs Softpedia, pihak Polaroid juga telah menyiapkan update ke platform Android 6.0 Marshmallow sesaat setelah perangkat ini diluncurkan ke pasaran nanti.

Kendati perangkat ini hadir untuk menyasar smartphone di lini mid-range, namun perangkat phablet Polaroid Power hadir dengan spesifikasi yang cukup mumpuni, diotaki dengan prosesor octa-core 64-bit besutan MediaTek, perangkat ini juga hadir dengan dukungan RAM sebesar 3GB. Perangkat penyimpanan internal sebesar 32GB yang masih bisa ditingkatkan melalui slot kartu memory microSD menjadi dukungan tambahan di perangat ini.

Tidak hanya itu, perangkat phablet ini juga hadir dengan kamera utama berkemampuan 13 megapiksel yang hadir dengan fitur autofokus yang hadir  dengan dua buah lampu kilat LED di bagian belakangnya, sedangkan di bagian depan terdapat kamera 8 megapiksel.

Untuk urusan koneksi, perangkat ini juga hadir dengan dukungan koneksi 4G LTE, WiFi, Bluetooth 4.0, GPS dan AGPS serta tersedia juga slot micro USB 2.0 dan port audio 3.5mm di bagian sisinya. Sementara untuk proses pengoperasian sehari-harinya, smartphone yang ditawarkan dengan harga $250 per unitnya ini, akan mempercayakan catu dayanya pada baterai berkapasitas 3,000 mAh.

Sebagai produsen pembuat kamera, wajar rasanya jika perangkat phablet ini hadir dengan kemampuan kamera yang sangat mumpuni di kelasnya, angle yang menarik mengingat kamera menjadi salah satu pilihan penting bagi pengguna smartphone.

Menarik tentunya untuk melihat respon pasar atas smartphone ini ketika sudah tersedia di pasaran.

Sumber dan Gambar Header: Softpedia

5 Action Cam Terbaik untuk Tahun 2015

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun 2015 ini pabrikan-pabrikan teknologi tampaknya semakin gencar menantang GoPro di ranah action camera. GoPro mungkin masih mendominasi, akan tetapi pabrikan lain kian percaya diri menawarkan fitur uniknya masing-masing.

Dari sederet action cam anyar yang dirilis tahun ini, tentunya ada yang menarik dan ada yang kurang menarik. Kali ini saya akan membahas 5 action cam terbaik untuk tahun 2015. Syaratnya cuma satu, yaitu kamera tersebut harus dirilis di tahun ini, sehingga produk macam GoPro Hero4 Silver dan Black pun tidak bisa dimasukkan hitungan.

1. Xiaomi Yi

Xiaomi Yi

Xiaomi Yi mungkin merupakan action cam yang paling laris di tanah air. Fisik, fitur sekaligus spesifikasinya memang sangat mirip dengan GoPro Hero4 Silver. Akan tetapi semua itu dikemas dalam nuansa yang benar-benar Xiaomi, alias dalam harga yang amat terjangkau.

Bayangkan saja, dengan modal sekitar 1 jutaan, Anda sudah bisa merekam video beresolusi 1080p pada kecepatan 60 fps. Foto pun bisa ia tangkap dalam resolusi 16 megapixel, dan kualitasnya cukup terjamin berkat kehadiran sensor Exmor R besutan Sony.

Bagi yang baru akan memulai petualangannya bersama action camera, Xiaomi Yi adalah pilihan terbaik kalau modal yang dimiliki terbatas.

2. Polaroid Cube+

Polaroid Cube+

Mungkin Anda terkejut melihat action cam ini yang masuk dalam daftar dan bukan GoPro Hero4 Session. Pertimbangannya adalah, Polaroid Cube-lah yang berhasil menginspirasi GoPro untuk menciptakan anggota baru dari lini Hero4 tersebut. Padahal biasanya GoPro-lah yang menjadi panutan pabrikan lain dalam merancang sebuah action cam.

Tidak cuma itu, Polaroid Cube+ juga membawa sejumlah fitur baru yang semakin mematangkan pendahulunya. Utamanya adalah konektivitas Wi-Fi, memungkinkan pengguna untuk mengontrol kamera lewat smartphone masing-masing.

Selanjutnya, resolusi perekaman video ditingkatkan menjadi 1440p 30 fps, dan dukungan kapasitas kartu microSD-nya juga naik menjadi 64 GB. Tapi kelebihan utama Cube+ tetap terletak pada desainnya yang super ringkas nan tahan banting, serta bisa dilekatkan ke permukaan logam apapun berkat lapisan magnetnya.

Semua itu masih kurang menarik? Coba lirik banderol harganya: $150 saja.

3. Garmin Virb XE

Garmin Virb XE

Virb XE pantas mendapat tempat di sini karena ketahanan fisiknya yang melampaui standar. Seperti yang kita tahu, sebuah action cam haruslah tahan banting, dan Virb XE pun membuktikannya dengan ketahanan air hingga 50 meter tanpa dibalut casing.

Di atas kertas, spesifikasinya juga cukup oke. Resolusi maksimumnya 1080p 60 fps, tapi yang lebih menarik adalah kehadiran fitur Pro Mode, dimana pengguna dapat mengatur setelan kamera secara manual – sebuah fitur yang amat jarang didapati dari sebuah action camera.

Lebih lanjut, Virb XE juga dibekali sederet sensor untuk mengumpulkan berbagai informasi selagi perekaman video berlangsung. Informasi berupa kecepatan, ketinggian, waktu melayang di udara dan sebagainya ini bisa ditambatkan di atas video pada saat proses editing.

Hasilnya, penonton bisa tahu seberapa cepat Anda meluncur atau dari ketinggian berapa ribu meter Anda melompat saat melakukan aksi gila yang diabadikan tersebut. Konsep yang ditawarkan Virb XE ini sangat menarik sampai-sampai sejumlah action cam lain juga ikut menghadirkan fitur serupa.

Jadi kalau memang Anda ingin memberikan lebih dari sekedar video dan mendambakan kamera yang amat tahan banting, Virb XE adalah pilihan tepat seharga $400.

4. TomTom Bandit

TomTom Bandit

TomTom Bandit adalah salah satu dari sejumlah action cam yang terinspirasi fitur unik milik Virb XE tadi. Pun demikian, TomTom tidak sekedar mencomotnya begitu saja. Mereka juga menghadirkan fitur unik lain berdasarkan data-data yang dikumpulkan tersebut.

Fitur unik tersebut adalah penyuntingan otomatis. Pada dasarnya, info-info yang dikumpulkan tadi bakal dijadikan penanda momen-momen seru yang terjadi selama perekaman berlangsung. Dari situ aplikasi pendampingnya akan menyatukan klip-klip video dengan sendirinya sehingga Anda tidak perlu repot-repot menyunting secara manual.

Spesifikasi serta desain TomTom Bandit sendiri juga cukup menarik. Mode perekaman video yang ditawarkan mencakup 4K 15 fps, 2,7K 30 fps, 1080p 60 fps, 720p 120 fps dan seterusnya. Soal fisik, keunikannya terletak pada modul baterai yang bisa dilepas-pasang, lalu pengguna tinggal menancapkan konektor USB-nya ke PC atau adapter untuk memulai proses charging.

Ketahanan fisiknya mungkin kalah jauh dibanding Garmin Virb XE, tapi kekurangan itu dibayar dengan kemampuan mengedit video secara otomatis. Tertarik? Siapkan dana $400.

5. DJI Osmo

DJI Osmo

Saya yakin Anda heran melihat nama DJI di sebuah daftar action cam terbaik. Tapi kenyataannya memang DJI Osmo ini merupakan action cam perdana dari sang raja drone.

Tidak seperti action cam pada umumnya, Osmo merupakan perpaduan antara sebuah monopod dan action camera. Monopod tersebut juga berfungsi sebagai joystick untuk mengatur gerakan kamera yang menancap di atas gimbal 3-axis, memastikan hasil perekaman tetap mulus meski Anda menggenggamnya sambil berlari.

Osmo siap merekam video 4K maupun menangkap foto beresolusi 12 megapixel. Ia turut dilengkapi mode slow-motion 1080p 120 fps, dan pengguna bisa menjadikan smartphone sebagai viewfinder sekaligus untuk mengatur setelan kamera secara manual.

Status Osmo sebagai action camera memang masih harus dipertanyakan, terlebih terkait ketahanan fisiknya. Pun begitu, kemampuan merekam video dengan stabil dalam kecepatan tinggi menurut saya membuatnya pantas disebut sebagai action cam juga.

Lebih lanjut, paket penjualan seharga $649-nya juga mencakup sejumlah aksesori terpisah macam Bike Mount dan Universal Mount. Dan kelimpahan aksesori ini tentu juga merupakan aspek penting bagi sebuah action camera.

Gambar header: TomTom.