iPrice Segera Perluas Cakupan Bisnis ke Pinjaman Online

Platform agregator e-commerce asal Malaysia, iPrice, berhasil meraih pendanaan tambahan senilai $5 juta atau setara 71,7 miliar Rupiah dari Itochu Corporation yang merupakan konglomerasi asal Jepang dan KDDI Open Innovation Fund III yang dioperasikan oleh Global Brain Corporation. Pendanaan ini akan digunakan untuk meningkatkan peran perusahaan dalam membantu pembeli mendapatkan penawaran terbaik seiring maraknya pertumbuhan pasar e-commerce di Asia Tenggara.

Bersamaan dengan pendanaan yang baru saja diterima, iPrice juga akan memperluas cakupan layanan ke pasar pinjaman online dengan membantu pengguna menemukan tidak hanya penawaran e-commerce terbaik, tetapi juga pinjaman digital terbaik untuk pembelian mereka.

Laporan Google memprediksi bahwa transaksi pinjaman digital akan mencapai $92 miliar pada tahun 2025 karena percepatan perkembangannya saat ini di Asia Tenggara, dan platform perbandingan harga ini akan berinovasi terus memenuhi permintaan konsumen.

Berbekal visi ini, iPrice sangat antusias untuk menyambut Itochu. Meskipun lebih dikenal sebagai trading company, Itochu memiliki pengalaman luas di bidang pinjaman dari anak perusahaannya, PT ITC Auto Multi Finance, yang mengoperasikan bisnis pinjaman di Indonesia dengan merek Payku.

“Kami sangat optimis bahwa kami dapat memaksimalkan pengalaman pinjaman digital dari investor kami, Itochu. Langkah pertama dalam kerja sama strategis kami adalah menambahkan anak perusahaan Itochu, Payku, sebagai mitra pinjaman utama di Indonesia. Pengalaman dibidang ini sangat penting karena kami berambisi untuk meningkatkan ekspansi menembus pasar pinjaman,” ujar CEO iPrice Paul Brown-Kenyon.

Terkait kemitraan baru dengan Payku, iPrice akan melakukan observasi jika pengguna membeli produk dengan harga termurah dan masih membayar tarif pinjaman yang tinggi. Sederhananya, pengguna bisa dikatakan belum mendapatkan penawaran terbaik. Maka dari itu, dengan adanya kerja sama ini, iPrice dan Itochu akan membantu meningkatnya pilihan pinjaman digital untuk konsumen di Asia Tenggara.

Fokus dan pertumbuhan bisnis

Laporan Facebook dan Bain &Company menyebutkan bahwa pada tahun 2021, jumlah platform yang digunakan oleh konsumen digital SEA terus meningkat menjadi rata-rata 7,9 situs web per pengguna, hampir 52% lebih banyak dari tahun 2020. Tren ini menunjukkan peningkatan kebutuhan akan katalog produk yang lebih dikurasi. Tujuannya adalah untuk membantu pengguna dan konsumen menghemat harga di antara banyaknya marketplace yang tersedia.

Dengan misi meningkatkan transparansi, kenyamanan, dan kepercayaan kepada pasar e-commerce di seluruh Asia Tenggara untuk membantu pembeli menghemat harga, iPrice juga meluncurkan layanan Price Watch pada pertengahan tahun 2021 lalu. Fitur ini memungkinkan pengguna di Indonesia untuk menerima notifikasi penurunan harga produk yang mereka inginkan langsung di aplikasi iPrice. Layanan ini akan terus diluncurkan di Singapura, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Thailand sepanjang 2022.

Dalam wawancara bersama tim DailySocial.id di tahun 2021 lalu, Paul juga mengungkapkan visi jangka panjang mereka untuk menjadi pendamping e-commerce untuk kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan rencana mereka saat itu, iPrice memiliki harapan untuk mencapai profitabilitas dalam waktu 2-3 tahun ke depan.

“Kami telah meraih profit di tahun 2018 dan akan kembali meraup profit di kemudian hari. Namun, pada saat ini, kami akan fokus melanjutkan investasi besar, seperti membantu pengguna mendapatkan pinjaman terbaik, untuk memperkuat proposisi nilai kami kepada pengguna kami dan menangkap peluang yang ditawarkan oleh ekonomi digital SEA.” jawab representatif iPrice ketika disinggung terkait profitabilitas.

Hingga saat ini, iPrice telah melayani lebih dari 125 juta pengguna unik di seluruh wilayah Asia Tenggara melalui platformnya. Perusahaan telah membandingkan dan membuat katalog yang dikurasi dari 7+ miliar penawaran e-commerce yang berasal dari lebih dari 8 juta penjual. iPrice sendiri telah bermitra dengan beberapa institusi terpercaya. Selain Payku, mitra pinjaman iPrice lainnya termasuk Home Credit (Indonesia), Julo (Indonesia), Cashalo (Filipina), Smartpay (Vietnam), dan ZIP (Singapura, diluncurkan pada H1 2022).

Application Information Will Show Up Here

Hanindia Narendrata: Telunjuk’s Fortunate Leads the Way towards Its Goal

In the late 2021, the Telunjuk price comparison platform was acquired by PT Diamond Food Indonesia Tbk. (Diamonds). Through the Company’s subsidiary, PT Sukanda Djaya, they have signed a conditional share purchase agreement for the 81% ownership of the company. This is the company’s new chapter after it was founded in 2012.

Telunjuk’s CEO, Hanindia Narendrata said, Telunjuk’s next mission is to develop Compas and maintain its first product, a price comparison platform.

Company’s Journey

One of the company’s milestones was its Series A funding from Venturra in 2015. Back then, Telunjuk was quite aggressive to channeling marketing actions, however, the strategy hs changed to be more focused on profit.

“The thing is, if you only focus on branding, it will be just like make up, it’s only on the surface but the value is not there. For me, value is when you can give positive results to stakeholders,” Narendrata said.

Entering 2019, Telunjuk is working on the B2B segment. Instead of just being an ordinary price comparison platform, they use big data to process SKU in various marketplaces.

In the late 2020, Telunjuk introduced Compas, an e-commerce market insight dashboard to facilitate more online entrepreneurs to develop their businesses. In the platform, users can observe marketshare data summarized from four e-commerce players, including Tokopedia, Bukalapak, Shopee, and JD.id.

“Over the past three years we have experienced positive growth, even during the pandemic. Although Compas launching did not immediately get positive results, in the fourth quarter of 2020 we began to see new challenges,” Narendrata said.

It all started with a client

Hanindia Narendrata and Compas team / Compas

Diamond is one of Compas debut clients. During the process, its subsidiary, PT Sukanda Djaya, was interested in a more intensive collaboration. As the company found similarities in mission, vision, and values, they were interested to acquire Telunjuk.

“Back then, at the same time, Telunjuk was approached by two different companies, to provide investments and make acquisitions as well. However, we prefer PT Sukanda Djaya,” Narendrata said.

Narendrata also mentioned, it was a big dream for him and Telunjuk to join an experienced company.

The sense of acceptance and kinship by Diamond is said to align with Telunjuk’s working culture. The sense of trust and comfort between the two parties convinced Narendrata and team to accept this acquisition.

“There were some obstacles during the acquisition process, however, all of them could be resolved together. I also saw how they made plans, implemented corporate governance while executing them pretty well. I think these are attractive things,” Narendrata said.

Although most of the company’s shares have been taken by PT Sukanda Djaya, Narendrata emphasized on Telunjuk’s business and future plans will not be changed whatsoever. He still acts as the Director of PT Telunjuk Komputasi Indonesia.

“In the future, the data [managed by Telunjuk] will be used for further monetization of Diamond’s [business process]. It is not only useful for the benefit of the company, but also for the FMCG [industry] as a whole,” he added.

Mentor for the new generation

Narendrata also emphasized that they will be focused on developing Telunjuk in  the long term. He wants to use his experience in running a startup business to help the next generation of startups–whether as a mentor or access to information and consulting.

“I feel so lucky that the startup community helped a lot in the beginning. I personally want to focus here for the long term. There are no plans to launch my own product and I’m not interested in being an angel investor. In the future, I’m more open to being a mentor and want to pursue new dreams,” he said.

He also suggested for startups who want to develop their business to an advanced stage to conduct extensive collaboration early on. “Never be afraid to be more open and transparent, because in tough times collaboration helps businesses survive.”

“I was among those who realized this concept quite late. Startups generally have limited funding. [..] Usually [they] can build a trustworthy business and work together if there are friends who can support them. The point is to be more open,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Hanindia Narendrata: Keberuntungan Membawa Telunjuk Melanjutkan Mimpi

Di akhir tahun 2021 platform pembanding harga Telunjuk diakuisisi oleh PT Diamond Food Indonesia Tbk. (Diamond). Melalui entitas anak Perseroan, yakni PT Sukanda Djaya, mereka telah menandatangani perjanjian jual-beli saham bersyarat untuk kepemilikan 81% perusahaan. Ini merupakan babak baru bagi startup yang didirikan tahun 2012 lalu.

Kepada DailySocial, CEO Telunjuk Hanindia Narendrata mengungkapkan, misi Telunjuk selanjutnya adalah mengembangkan Compas dan mempertahankan produk pertama mereka, yaitu platform pembanding harga.

Perjalanan perusahaan

Salah satu tonggak milestone perusahaan adalah saat mendapatkan pendanaan Seri A dari Venturra di tahun 2015. Saat itu Telunjuk sempat agresif melakukan aksi pemasaran, namun kemudian mereka mengubah strategi dan fokus ke metrik profit.

“Kesannya jika hanya fokus kepada branding akan seperti kosmetik saja, yaitu hanya di permukaan namun value tidak dirasakan. Bagi saya justru value adalah ketika bisa memberikan hasil positif kepada stakeholder,” kata Hanindia.

Memasuki tahun 2019, Telunjuk menggarap segmen B2B. Tak sekadar platform pembanding harga biasa, mereka memanfaatkan big data untuk mengolah data SKU di berbagai marketplace.

Di akhir tahun 2020 Telunjuk memperkenalkan Compas, sebuah dasbor e-commerce market insight untuk memfasilitasi lebih banyak pengusaha online mengembangkan usahanya. Di dalam Compas, pengguna dapat melihat data marketshare yang dirangkum dari empat pemain e-commerce, yakni Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan JD.id.

“Selama tiga tahun terakhir kami mengalami pertumbuhan yang baik, bahkan saat pandemi. Meskipun pada awal diluncurkan Compas tidak langsung mendapatkan hasil yang positif, di kuartal keempat tahun 2020 kami mulai melihat tantangan yang baru,” kata Hanindia.

Berawal dari klien

Hanindia Narendrata dan tim Compas / Compas

Diamond adalah salah satu klien yang memanfaatkan Compas. Saat melakukan diskusi, entitas anak perusahaan, yakni PT Sukanda Djaya, tertarik melakukan kolaborasi yang lebih intensif. Melihat adanya kesamaan misi, visi, dan value, mereka tertarik mengakuisisi Telunjuk.

“Saat itu, di saat yang bersamaan, Telunjuk juga didekati oleh dua perusahaan yang berbeda, untuk memberikan investasi dan melakukan akuisisi juga. Namun kami lebih memilih PT Sukanda Djaya,” klaim Hanindia.

Menurut Hanindia, menjadi mimpi besar bagi dirinya dan Telunjuk untuk bergabung dengan perusahaan yang telah berpengalaman.

Keterbukaan dan rasa kekeluargaan yang diterapkan Diamond diklaim memiliki kesamaan dengan kultur yang diterapkan Telunjuk selama ini. Rasa kepercayaan dan kenyamanan antara kedua belah pihak meyakinkan Hanindia dan tim untuk menyetujui rencana akuisisi ini.

“Meskipun ada hambatan yang ditemukan saat proses akuisisi, namun semua bisa diselesaikan bersama. Saya juga melihat bagaimana mereka membuat perencanaan, menerapkan corporate governance sambil eksekusi dengan baik. Menurut saya hal-hal tersebut yang menarik perhatian,” kata Hanindia.

Meskipun sebagian besar saham perusahaan sudah diambil PT Sukanda Djaya, Hanindia menegaskan tidak ada perubahan dari bisnis dan rencana Telunjuk ke depannya. Hanindia juga masih menempati posisi Direktur PT Telunjuk Komputasi Indonesia.

“Ke depannya data [hasil kelolaan Telunjuk] tersebut akan dimanfaatkan untuk monetisasi [proses bisnis] Diamond selanjutnya. Bukan hanya berguna untuk kepentingan perusahaan, melainkan juga [industri] FMCG secara keseluruhan,” kata Hanindia.

Ingin jadi mentor untuk generasi baru

Hanindia menegaskan, untuk jangka panjang fokusnya adalah mengembangkan Telunjuk. Pengalamannya menjalankan bisnis startup ingin dimanfaatkan untuk membantu startup next generation–apakah sebagai mentor atau akses informasi hingga konsultasi.

“Saya merasa beruntung di masa awal banyak dibantu oleh komunitas startup. Saya pribadi masih ingin fokus di sini untuk jangka panjang. Tidak ada rencana untuk meluncurkan produk sendiri dan tidak tertarik sebagai angel investor. Ke depannya lebih terbuka menjadi mentor dan ingin melanjutkan mimpi baru,” katanya.

Tips yang disarankan Hanindia bagi startup yang ingin mengembangkan bisnisnya ke tahap lanjutan adalah melakukan kolaborasi luas sejak dini. Jangan pernah takut untuk lebih terbuka dan transparan, karena di masa sulit kolaborasi membantu bisnis untuk bertahan.

“Saya termasuk yang terlambat menyadari konsep ini. Startup pada umumnya memiliki pendanaan yang terbatas. [..] Biasanya [mereka] bisa membangun bisnis yang bisa dipercaya dan bergerak bersama jika ada teman yang bisa mendukung. Intinya harus bisa lebih terbuka,” kata Hanindia.

Telunjuk Resmi Rilis Layanan Compas, Dasbor Analisis Pasar E-commerce

Platform pembanding harga Telunjuk meresmikan produk terbarunya Compas dalam versi beta, sebuah dasbor e-commerce market insight untuk memfasilitasi lebih banyak pengusaha online mengembangkan usahanya. Pengumuman ini sebenarnya sudah dihembuskan kepada DailySocial pada tahun lalu.

Co-Founder dan CEO Telunjuk Hanindia Narendrata menuturkan, banyak pelaku UKM yang belum mengadaptasi peran data yang sebetulnya menguntungkan bisnis mereka. Data pendukung itu diolah menjadi market insight yang dapat meningkatkan penjualan karena menyasar audiens dan mengaplikasikan strategi bisnis yang tepat.

Inteligensi bisnis yang kerap dikaitkan dengan pemanfaatan data sejatinya akan membantu bisnis memantau kondisi perusahaan dan pasar dengan memberikan data yang berkaitan dengan data historikal, maupun saat ini untuk menganalisis masalah dan perencanaan ke depannya.

“Namun masih banyak UKM yang belum sadar terhadap kepentingan karena dianggap membingungkan dan memilih untuk tetap menggunakan cara yang tradisional. Compas berinisiasi untuk membantu pelaku UKM melalui penetapan harga, serta menyajikan pemahaman terhadap persaingan dalam industri,” kata Hanindia dalam keterangan resmi, Rabu (5/8).

Dia melanjutkan, “Berada dalam lingkup data-driven company membuat kami memiliki tugas untuk mengedukasi pemilik usaha atas pentingnya data bagi perkembangan bisnisnya agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat.”

Compas diharapkan dapat membantu para pelaku UKM di Indonesia. Menurut BPS, terdapat 64,2 juta unit UKM, namun baru 13% di antaranya yang telah go digital. Di dalam Compas, pengguna dapat melihat online market share data yang dirangkum dari empat pemain e-commerce yakni Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan JD.id, price monitoring, placement health check, dan promo monitoring.

“Ke depannya kami akan mengambil langkah besar untuk lebih memperkenalkan pemanfaatan data kepada pasar yang lebih luas dan menggaet setidaknya 70 ribu UKM pada akhir tahun ini, termasuk melalui bentuk kerja sama dengan berbagai pihak,” tutup dia.

Telunjuk berdiri sejak 2012 silam, telah mendampingi 3 juta pembelanja setiap bulannya untuk berbelanja di lebih dari 65 platform e-commerce dan marketplace di Indonesia dengan 140 juta produk pilihan dari berbagai kategori.

Application Information Will Show Up Here

iPrice Secures New Funding, Optimistic to Win Southeast Asia

The e-commerce aggregator platform iPrice Group announced new funding worth $10 million or equivalent to Rp141 billion. The series b round led by ACA Investment. Daiwa PI Partners and some previous investors also participated, such as LINE Ventures, and Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund.

Using the fresh money, iPrice aims to be the leading online shopping platform companion in the region and e-commerce enabler for the super app. iPrice’s optimism can’t be separated from its achievement in 2019. They claimed a total of 5 million transactions and over 20 million visits per month.

“The e-commerce industry in Southeast Asia is at the stage we’ve seen very potential. iPrice group is to play an important role, especially with the comprehensive market share. This is the main entrance to the online shopping,” ACA Investment Pte Ltd’s Chief Investment Officer, Tomohiro Fujita said.

In Indonesia, there are existing services that provide price comparison features for e-commerce besides iPrice, including Telunjuk, PricePrice, Pricebook, and PriceArea.

With the predicted growth potential of e-commerce still growing, the presence of a price comparison service with complementary features is considered on-demand by the user. Especially the Indonesian people, including those who are sensitive to prices.

To go beyond the previous achievement

iPrice is currently trying to surpass what they have achieved so far. Not only as a search and price comparison product, but also as a service that provides a list of popular products, reviews from professionals, in-depth information about trading. In addition, iPrice also curates the best offers and deals every day.

“Within the last year, the challenge was quite severe for iPrice to become the price aggregate leader in Southeast Asia. Strengthening our partnership with big merchants and super apps help us to reach our position now and we will continue to be optimistic in order to continue being an e-commerce enabler in Southeast Asia in helping online shoppers and super apps get the best prices on their products,” a spokesman for iPrice Group told DailySocial.

iPrice said that they are currently focusing on increasing markets in countries that do not use English as their primary language. One way to do this in Indonesia is by strengthening partnerships, such as with Home Credit and Line Indonesia. They also tried to create more targeted products that match market needs.

What iPrice has done is claimed as an effort to provide the best experience for buyers.

“To pursue our next journey, we must be positioned where the consumers are. We have to involve users directly on our platform. Continuing our strong presence at Google because it remains an important first step for many buyers and enables partners in all regions such as media platforms, social media applications, all the super apps that appear to provide e-commerce content for their audience,” Co-Founder and CEO iPrice Group, David Chmelar said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Amankan Pendanaan, iPrice Group Optimis Jadi yang Terbaik di Asia Tenggara

Platform agregator e-commerce iPrice Group mengumumkan penerimaan pendanaan terbaru senilai $10 juta atau setara dengan Rp141 miliar. Putaran Seri B ini dipimpin ACA Investment. Turut serta Daiwa PI Partners dan sejumlah investor terdahulu, seperti LINE Ventures dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund.

Dengan dana segar ini iPrice menargetkan menjadi platform pendamping belanja online terbaik di regional dan e-commerce enabler untuk super app. Optimisme iPrice tidak terlepas dari apa yang telah mereka capai pada 2019 kemarin. Mereka mengklaim total 5 juta transaksi dan lebih dari 20 juta kunjungan per bulan.

“Industri e-commerce di Asia Tenggara berada pada tahap yang baru muncul dan kami melihat potensi yang sangat besar. iPrice Group akan memainkan peran penting, terutama dengan cakupan pasar yang komprehensif. Ini adalah gerbang utama menuju belanja online,” jelas Chief Investment Officer ACA Investment Pte Ltd Tomohiro Fujita.

Di Indonesia, selain iPrice, sudah banyak layanan yang menyediakan fitur pembanding harga untuk e-commerce, termasuk Telunjuk, PricePrice, Pricebook, dan PriceArea.

Dengan potensi pertumbuhan e-commerce yang diprediksi masih terus tumbuh, kehadiran layanan pembanding harga dengan fitur-fitur pelengkap di dalamnya dianggap masih dibutuhkan pengguna. Terlebih masyarakat Indonesia termasuk yang sensitif dengan harga.

Berusaha melampaui pencapaian sebelumnya

iPrice saat ini sedang berusaha melampaui apa yang sudah mereka capai sejauh ini. Tidak hanya sebagai layanan pencarian dan pembanding harga produk, tetapi juga sebagai layanan yang memberikan daftar produk populer, review dari para profesional, informasi mendalam mengenai menjual. Selain itu iPrice juga mengurasi penawaran terbaik dan juga deals setiap harinya.

“Untuk satu tahun kemarin tantangan cukup berat dihadapi iPrice untuk bisa menjadi pimpinan price aggregate di Asia Tenggara. Memperkuat kemitraan kami dengan big merchant dan super app membantu kami ke posisi kami sekarang dan kami akan terus optimis untuk bisa terus menjadi e-commerce enabler di Asia Tenggara untuk membantu online shopper and super app mendapatkan harga terbaik di produknya,” terang juru bicara iPrice Group kepada DailySocial.

Pihak iPrice menceritakan pihaknya saat ini fokus meningkatkan pasar di negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Di Indonesia salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memperkuat kemitraan, seperti dengan Home Credit dan Line Indonesia. Mereka juga berusaha menciptakan lebih banyak targeted product yang menyesuaikan kebutuhan pasar.

Apa yang dilakukan iPrice diklaim sebagai usaha untuk memberikan pengalaman terbaik bagi pembeli.

“Untuk mengejar perjalanan kami selanjutnya, kami harus berada di tempat konsumen berada. Kami harus melibatkan pengguna secara langsung di platform kami. Melanjutkan kehadiran kuat kami di Google karena itu tetap menjadi titik awal yang penting bagi banyak pembeli dan memungkinkan mitra di seluruh wilayah seperti platform media, aplikasi media sosial, semua super app yang muncul untuk menyediakan konten e-commerce untuk audiens mereka,” terang Co-Founder dan CEO iPrice Group David Chmelar.

Priceprice Targetkan Milenial, Hadirkan Perbandingan Harga Investasi Emas

Platform penjualan emas sedang ramai diminati, terutama bagi para milenial yang kian sadar akan pentingnya investasi. Layanan pembanding harga Priceprice mencoba menawarkan solusi untuk mendapatkan deal terbaik dengan menghadirkan kategori perbandingan harga investasi emas.

Untuk mengeksekusi fitur ini, Priceprice berafiliasi dengan Interspace sebagai third party dalam pembaruan harga di platform. Pihaknya juga memberikan garansi bahwa harga yang tertera di platform mengalami pembaruan secara real time.

Bersaing ketat dengan layanan sejenis, Account Manager Priceprice Indonesia Laras mengakui timnya sedang berusaha meningkatkan kualitas pengalaman pelanggan pada situs mereka.

“Tampilan website kita memang masih cenderung classified dan tidak terlalu milenial, tapi bulan depan kita akan mulai proses reframe,” tambahnya.

Mulai beroperasi di awal tahun 2018, Priceprice mengklaim telah mengalami peningkatan signifikan. Hal ini terlihat dari rata-rata unique user sebanyak 10 juta, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya, dan sudah dilihat sebanyak 55 juta kali, meningkat hampir delapan kali lipat selama kurang lebih satu tahun.

Priceprice telah membandingkan total tiga juta produk dari dua ribu toko dalam 50 kategori. Dari segi monetisasi, pihaknya mengaku selama ini mendapatkan penghasilan dari brand yang memasang native ads serta afiliasi dengan platform e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

iPrice Group Receives Investment from LINE’s Parent Company

iPrice Group, a product price comparison platform, receives fresh funding from Naver Corp, LINE messenger’s parent company with undisclosed value. The investment is said to come three months after LINE’s investment arm, LINE Ventures , led the Series B Funding for iPrice.

David Chmelar, iPrice Group‘s CEO and Co-Founder, said that Naver has strategic value for the company. It’s not only operating South Korea’s most popular search engine but also capable of developing an impressive shopping and price comparison engine in the domestic market.

“Given the rich experiment and strategic value of Naver, we can’t miss the opportunity to welcome them as our investor. We’re honored to gain trust from a company as iconic as Naver on iPrice’s journey in becoming a major portal for online shopping in Southeast Asia,” Chmelar said.

Peter Na, Naver Corp representative, added, “The extraordinary achievement of iPrice during the last round [funding] is a proof of their solid team impressive performance and explosive growth in SEA e-commerce market.”

iPrice commitment to Indonesia

Matteo Sutto, iPrice’s CMO, told DailySocial separately that the latest funding to be used for Indonesian market development. It’s the same as it was three months ago.

“On the same occasion, we continue with technology development to improve user experience, especially in our two main verticals, fashion and electronics,” he said.

Regarding opportunity for collaboration between iPrice and Naver in the future, Sutto has no further comment.

Indonesia, he continued, has become iPrice’s biggest market in Southeast Asia. Of the total traffic in seven countries, 25% traffic comes from Indonesia. In an effort to increase business penetration, the company will completely focus on providing the best product experience for users.

It’s either from the more complete and comprehensive product catalog, more accurate price comparison information, a fast and convenient user interface, and others. Certainly, by providing high-quality traffic performance for many e-commerce partnered with iPrice.

“This strategy is the key to your success and monetization skill for the recent years compared to our competitors,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Shopback Sediakan Fitur Pembanding Harga Layanan Transportasi Online

Shopback berinovasi dengan meluncurkan fitur yang memudahkan pengguna memilih layanan transportasi online. Fitur ini membantu pengguna membandingkan harga dan kecepatan perolehan untuk jasa transportasi online, baik roda dua maupun roda empat dari Uber, Go-Jek, dan Grab. Fitur baru ini disematkan dengan harapan membantu pengguna Shopback mendapatkan layanan transportasi online yang lebih ekonomis.

Dalam keterangannya, Co-Founder dan Country Head Shopback Indonesia Indra Yonathan menyampaikan Shopback berkomitmen menghadirkan fitur-fitur yang dapat membantu masyarakat untuk melakukan transaksi online secara bijak dan hemat, terutama transaksi online yang banyak terjadi dalam keseharian.

“Sejak 2015 lalu, ojek dan taxi online sudah menjadi moda transportasi andalan untuk banyak masyarakat di Indonesia. Dari riset yang Shopback lakukan, lebih dari 91% responden mengaku pernah menggunakan jasa transportasi online ini. Ojek online dinilai sebagai alternatif transportasi yang murah dan juga cepat,” ujar Yonathan.

Infografis dari Shopback

Shopback melakukan riset secara online terhadap 1000 responden di lima kota besar di Indonesia meliputi Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Makassar. Riset dari Shopback memaparkan sejumlah data seperti, dalam satu minggu 40,9% responden menggunakan ojek atau taxi online sebanyak 2-5 kali, 33,7% sebanyak satu sekali, dan 15,9% sebanyak 5-10 kali. Riset dari Shopback juga melaporkan bahwa 9 dari 10 responden mengaku selalu membandingkan harga sebelum memutuskan untuk memesan ojek atau taxi online melalui aplikasi.

Hasil riset mengenai kebiasaan pengguna menggunakan transportasi online ini direspon Shopback dengan meluncurkan fitur baru pembanding harga transportasi online. Terobosan yang dilakukan Shopback berwujud sebuah fitur yang  mampu menampilkan aplikasi transportasi online mana yang memberikan harga termurah dan tercepat saat itu. Pengguna diberi kebebasan untuk memilih dan akan langsung diarahkan ke aplikasi transportasi online yang dipilih.

Application Information Will Show Up Here

Priceza Fokus Jadi Situs Pembanding Harga Terdepan di Indonesia

Situs pembanding harga kini menjadi bagian pendukung layanan e-commerce untuk menarik terjadinya transaksi. Meskipun demikian, sejatinya membeli barang itu bukan hanya diukur dari parameter tingkat harga. Ada faktor lainnya. Hal inilah yang menjadi fokus Priceza, layanan pembanding harga yang berbasis di Thailand, dalam menghadirkan setiap fiturnya agar tetap menjadi situs komparasi harga terdepan.

“Beli barang online, bukan hanya dilihat dari termurah saja. Ada banyak faktor lain. Makanya dalam Priceza kami fokus pada fitur pendukung apa saja yang bisa dimaksimalkan, beberapa yang sudah dihadirkan misalnya rekomendasi dari user, rating toko, artikel terkait, dan sebagainya,” terang Co-Founder & Country Head Priceza Indonesia Bayu Irawan kepada DailySocial.

Berkat fitur-fitur tersebut, pihaknya mengklaim berdasarkan performa, Priceza menempati posisi pertama dibandingkan pemain sejenis lainnya di Indonesia. Kendati, bila dilihat dari segi jumlah pengunjung unik sekitar 4,5 juta orang per bulan atau menempati posisi kedua per awal tahun lalu.

Berdasarkan pencapaiannya tersebut, tim Priceza percaya diri untuk terus meningkatkan performa bisnisnya tumbuh tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya. Meskipun demikian, Bayu tidak menjelaskan secara detail bagaimana pertumbuhan bisnisnya sejak Priceza pertama kali hadir di Indonesia pada 2013.

“Sepanjang tahun ini akan ada banyak kegiatan offline untuk komunitas dan brand demi meningkatkan engagement.”

Salah satu kegiatan offline yang baru saja diselenggarakan Priceza adalah Young Entrepreneur Competition 2018 untuk dukung mengenerasi muda dalam mewujudkan impiannya memulai bisnis. Perusahaan menggandeng berbagai universitas, seperti UGM, UI, UNJ, ITB, USU, Binus, dan UMN, untuk mengirimkan mahasiswa terbaiknya.

Dalam kompetisi ini, Priceza memberikan sejumlah hadiah uang tunai kepada tiga pemenang dengan kriteria bisnis yang sudah matang dan bisa diterapkan dalam dunia bisnis. Total ide yang diterima Priceza mencapai 140 ide, kemudian dipilih 12 ide terbaik sebelum memutuskan tiga pemenang utama.

“Tema inovasi digital menjadi sangat tepat diangkat karena penetrasi pengguna internet di sektor e-commerce sangat besar. Kompetisi ini menjadi ajang bagi generasi muda untuk memunculkan ide bisnis baru dalam revolusi digital Indonesia.”

Potensi bisnis situs pembanding harga

Foto bersama juri dengan para pemenang dari Young Entrepreneur Competition 2018 / Priceza
Foto bersama juri dengan para pemenang dari Young Entrepreneur Competition 2018 / Priceza

Bayu menerangkan secara potensi bisnis, situs komparasi harga memiliki korelasi yang erat dengan perkembangan layanan e-commerce di Tanah Air. Semakin banyaknya layanan e-commerce disebut memiliki “dampak negatif”  karena akan semakin banyak waktu dalam membandingkan harga yang disasar konsumen.

Ketika konsumen mengakses situs pembanding harga, mereka diharapkan akan lebih cepat memutuskan ke mana akan membeli barang yang diinginkannya.

Tak hanya bagi konsumen, situs komparasi harga juga bisa dimanfaatkan peritel offline dalam menentukan harga jual yang kompetitif untuk menarik konsumen.

“Misalnya, buat lihat harga minyak dan susu. Peritel offline bisa manfaatkan situs komparasi seperti kami untuk menentukan harga jual yang kompetitif.”

Secara global, Priceza pertama kali hadir di Thailand pada 2010 dan kini diklaim memiliki pengunjung unik 45 juta orang. Sekitar 25 juta orang di antaranya berasal dari Negeri Gajah Putih tersebut, disebut-sebut angka ini lebih tinggi dibandingkan pengguna mesin pencari Google.

Selain di Thailand dan Indonesia, Priceza juga sudah beroperasi di Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Pengguna Priceza Indonesia didominasi oleh kaum laki-laki dengan persentase 64% dan sisanya 36% adalah perempuan. Kunjungan Priceza tertinggi berasal dari mobile (situs dan aplikasi) sekitar 70% dan sisanya dari desktop. Untuk monetisasinya, mayoritas pemasukan Priceza Indonesia berasal dari iklan berbasis cost per click (CPC).

Application Information Will Show Up Here