[Video] Solusi ‘Mobility as Service’ dari Jaramba

DailySocial dan CEO Jaramba Anugrah Nurrewa membahas bagaimana Jaramba terinspirasi negara-negara maju yang sudah memiliki sistem transportasi umum yang baik. Mereka mencoba mengaplikasikannya di Indonesia, dimulai dari kota Bandung.

Melalui platform ini, Jaramba ingin memberikan layanan yang bisa membuat perjalanan dengan transportasi umum, khususnya angkot, lebih mudah dan andal bagi publik.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Rencana Grab Luncurkan GrabBajay untuk Pengguna di Jakarta

Setelah sebelumnya mengumumkan kemitraan strategis dengan HOOQ, Grab berencana segera meluncurkan layanan transportasi alternatif untuk warga Jakarta, yaitu GrabBajay.

Dalam pernyataan resmi yang diterima oleh DailySocial, Head of Public Affairs Grab Indonesia Tri Sukma Anreianno mengungkapkan, layanan ini masih dalam tahap pengembangan dan belum secara resmi dirilis untuk pengguna.

“GrabBajay merupakan layanan baru yang tengah diuji coba secara beta. Dalam prosesnya, Grab berkoordinasi penuh dengan Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan dan badan lain yang terkait. Peluncuran layanan GrabBajay di Jakarta secara resmi akan diumumkan di kemudian hari.”

Sebagai perusahaan teknologi yang mengklaim memiliki visi menjawab tantangan transportasi guna meluaskan kebebasan akses transportasi untuk seluruh masyarakat Indonesia, Grab berupaya memperkenalkan solusi inklusif untuk masalah transportasi dengan berangkat dari kearifan lokal dan disesuaikan dengan kondisi maupun kebutuhan dari masing-masing kota.

“Kami bertekad untuk menjadikan transportasi masyarakat di Jakarta lebih baik dengan menggunakan moda transportasi favorit yang biasa mereka gunakan,” lanjut Tri.

Berdasarkan informasi dari Katadata, sebelumnya Gojek telah menyediakan layanan transportasi yang berbasis kearifan lokal yakni Gojek Becak Motor atau Bentor di Gorontalo pada Mei 2018. Vice President Corporate Communications Gojek Michael Say mengklaim, layanan Bentor melalui aplikasi ini adalah yang pertama di Indonesia.

Mengadopsi teknologi dalam penggunaan transportasi tradisional

Keberadaan bajaj sendiri sebagai transportasi warga Jakarta saat ini sudah mulai berkurang jumlahnya. Karena fisiknya yang terlalu besar dan cenderung lambat saat bergerak di jalan raya, menjadikan bajaj transportasi yang kurang ideal saat ini. Disinggung seperti apa implementasi dan penggunaan bajaj di aplikasi Grab, Tri enggan mengungkapkan lebih lanjut.

Kurang lebih tujuh tahun beroperasi, Grab telah memiliki 8,5 juta micro entrepreneurs termasuk di dalamnya mitra pengemudi se-Asia Tenggara. Cakupan layanan Grab tersedia di 335 kota, 222 kota di antaranya adalah Indonesia.

Aplikasi Grab sudah diunduh lebih dari 130 juta kali. Sementara jumlah karyawan Grab ada lebih dari 5 ribu. Saat ini, Grab menyediakan layanan GrabBike untuk kendaraan roda dua, GrabCar, Grab Gerak untuk pelanggan berkebutuhan khusus, dan Grab Taxi.

Application Information Will Show Up Here

Layanan “Ride Hailing” Asal Vietnam FastGo Siap Ekspansi ke Indonesia

Layanan transportasi berbasis aplikasi asal Vietnam, FastGo, merencanakan ekspansi pasar ke Indonesia dan Myanmar. Rencana ini disampaikan CEO FastGo Nguyễn Hữu Tuất. Perluasan bisnis akan dimulai menjelang akhir tahun 2018.

Dalam keterangan yang disampaikan Nguyễn, seperti dikutip dari Vietnam News, pihaknya menargetkan perolehan 30% market-share di Indonesia, kendati mereka memahami saat ini pasar didominasi penuh GO-JEK dan Grab. Targetnya di Myanmar lebih ambisius. Mereka ingin menjadi layanan ride hailing utama kedua setelah Grab.

Pemilihan Indonesia sebagai salah satu target ekspansi bukan tanpa alasan. Selain pangsa pasar yang besar, pihak FastGo mengaku telah memiliki mitra strategis. Namun demikian belum disebutkan secara jelas, siapa mitra yang akan membantu ekspansi tersebut.

Untuk merealisasikan misinya tersebut, saat ini FastGo tengah merampungkan pengumpulan pendanaan Seri B senilai $50 juta (atau sekitar 754 miliar Rupiah). Nguyễn optimis putaran pendanaan tersebut dapat segera dicairkan di awal tahun 2019 nanti.

Sebelumnya GO-JEK sudah terlebih dulu melakukan debut di pasar Vietnam dengan meluncurkan Go-Viet. FastGo menjadi salah satu pesaing berat di pasar Vietnam dengan kepemilikan 15 ribu mitra pengendara di pusat kota utama Hanoi dan Ho Chi Minh City.

Application Information Will Show Up Here

Automo Ingin Fasilitasi Penyewaan Mobil untuk Wisatawan Asing

Masih sulitnya penyewaan mobil pribadi di kawasan wisata menjadi salah satu alasan mengapa Automo diluncurkan. Kepada DailySocial, Country Head Automo Singapore & Indonesia Charles Lin mengungkapkan, berawal dari pengalaman pribadinya saat melakukan wisata ke Bali dan kerap mengalami kesulitan untuk menyewa mobil secara langsung, akhirnya muncul ide untuk meluncurkan Automo.

“Saya melihat pilihan untuk penyewaan mobil masih terbatas di Indonesia, terutama bagi wisatawan asing. Hanya beberapa layanan taksi saja yang tersedia, bahkan [layanan] transportasi online pun masih kesulitan untuk masuk bandara dan tempat-tempat wisata.”

Dengan platform yang dimiliki, Automo bisa menghadirkan mitra supir dengan mobil pilihan, mulai dari yang standar hingga mobil mewah untuk para wisatawan asing dan lokal.

“Harapan kami ke depannya, Automo bukan sekedar transportasi yang mengantarkan dari poin A ke poin B, tapi bisa disewa untuk waktu tertentu oleh semua orang,” kata Charles.

Automo yang baru dua bulan menjalankan bisnis, menyasar pasar Singapura dan Indonesia. Di Indonesia Automo awalnya masih fokus kepada wilayah Jakarta. Selain mengumpulkan tim, Automo juga masih berupaya untuk merekrut mitra/vendor untuk bergabung. Sebagai startup baru, Automo ingin memastikan bahwa pengalaman pengguna nantinya bisa diterima dengan baik.

“Kami juga masih terus menerima masukan dari para vendor dan memahami dengan baik kebiasaan dan peraturan yang berlaku di Indonesia terkait dengan penyewaan mobil,” kata Charles.

Strategi monetisasi

Terkait strategi monetisasi yang dilancarkan, Automo nantinya akan mengambil 10% komisi dari setiap pemesanan yang dilakukan pengguna kepada vendor. Automo juga ingin memastikan, semua proses pemesanan hingga pembayaran bisa dilakukan di dalam aplikasi, sehingga tidak perlu keluar dari platform yang ada.

“Nantinya aplikasi akan menjadi media utama yang dilengkapi dengan berbagai fitur pendukung. Jika sudah berjalan, persentase komisi untuk Automo juga akan kita naikan,” kata Charles.

Selain menarik vendor baru, Automo juga memiliki rencana untuk menawarkan penghasilan tambahan kepada pengemudi transportasi online saat ini di Indonesia, yaitu Go-Jek dan GRAB, untuk bergabung menjadi mitra.

“Harapannya dengan konsep yang kami tawarkan, pengemudi transportasi online yang sudah terdaftar, bisa memanfaatkan mobil pribadi mereka selama satu hari penuh untuk pengguna Automo,” kata Charles.

Target Automo dan rencana penggalangan dana

Saat ini Automo mengklaim telah memiliki investor. Meskipun enggan untuk menyebutkan siapa investor tersebut, namun Charles menegaskan investor berasal dari dunia otomotif dan merupakan konglomerat perusahaan properti, bukan dari venture capital.

“Ke depannya mungkin kami lebih tertarik untuk melakukan penggalangan dana kepada angel investor untuk tahapan selanjutnya, belum ke VC. Rencananya kami ingin mendapatkan modal tambahan sekitar Rp1-2 miliar,” kata Charles.

Di tahun 2018 ini, Automo masih menambah tim dan mencoba untuk membuat teknologi yang relevan untuk mitra juga pengguna. Selain itu, Automo juga memiliki harapan untuk memperluas area layanan di kota-kota besar di Indonesia seperti, Medan, Jogjakarta, Surabaya, Bandung, Bali. Automo juga ingin menambah pilihan layanan, bukan hanya penyewaan mobil saja, tapi juga sepeda motor, kapal yacht, jet, mobil mewah juga kendaraan komersial.

“Yang paling penting adalah, Automo ingin meningkatkan volume bisnis dengan mitra kami, dengan menghadirkan layanan yang mudah terutama bagi wisatawan asing yang datang ke Indonesia,” tutup Charles.

Shopback Sediakan Fitur Pembanding Harga Layanan Transportasi Online

Shopback berinovasi dengan meluncurkan fitur yang memudahkan pengguna memilih layanan transportasi online. Fitur ini membantu pengguna membandingkan harga dan kecepatan perolehan untuk jasa transportasi online, baik roda dua maupun roda empat dari Uber, Go-Jek, dan Grab. Fitur baru ini disematkan dengan harapan membantu pengguna Shopback mendapatkan layanan transportasi online yang lebih ekonomis.

Dalam keterangannya, Co-Founder dan Country Head Shopback Indonesia Indra Yonathan menyampaikan Shopback berkomitmen menghadirkan fitur-fitur yang dapat membantu masyarakat untuk melakukan transaksi online secara bijak dan hemat, terutama transaksi online yang banyak terjadi dalam keseharian.

“Sejak 2015 lalu, ojek dan taxi online sudah menjadi moda transportasi andalan untuk banyak masyarakat di Indonesia. Dari riset yang Shopback lakukan, lebih dari 91% responden mengaku pernah menggunakan jasa transportasi online ini. Ojek online dinilai sebagai alternatif transportasi yang murah dan juga cepat,” ujar Yonathan.

Infografis dari Shopback

Shopback melakukan riset secara online terhadap 1000 responden di lima kota besar di Indonesia meliputi Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Makassar. Riset dari Shopback memaparkan sejumlah data seperti, dalam satu minggu 40,9% responden menggunakan ojek atau taxi online sebanyak 2-5 kali, 33,7% sebanyak satu sekali, dan 15,9% sebanyak 5-10 kali. Riset dari Shopback juga melaporkan bahwa 9 dari 10 responden mengaku selalu membandingkan harga sebelum memutuskan untuk memesan ojek atau taxi online melalui aplikasi.

Hasil riset mengenai kebiasaan pengguna menggunakan transportasi online ini direspon Shopback dengan meluncurkan fitur baru pembanding harga transportasi online. Terobosan yang dilakukan Shopback berwujud sebuah fitur yang  mampu menampilkan aplikasi transportasi online mana yang memberikan harga termurah dan tercepat saat itu. Pengguna diberi kebebasan untuk memilih dan akan langsung diarahkan ke aplikasi transportasi online yang dipilih.

Application Information Will Show Up Here

Uber XL is Now Available in Surabaya

Uber is officially launched UberXL in Surabaya, East Java. A service which given larger-size car options for uber customers, is expected to be the latest innovation for online transportation users in Surabaya.

Previously, uberX has been available in Surabaya area as an economic and convenient way to travel with 4-people capacity, uberMOTOR to reach a destination safer and faster also uberDELIVER for delivery service in the city.

As mentioned in the release, six-passengers using uberXL service will get insurance for injury, permanent disability or accidental death risk with the value up to Rp100 thousand. The insurance will be valid since the pick-up until the trip ended.

UberXL was launched first in Jakarta and Bandung, given more choice for Multi-Purpose Vehicle (MVP) such as Avanza, Xenia, Ertiga, Innova, and others.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Layanan uberXL Resmi Hadir di Surabaya

Hari ini (26/01) uber meresmikan kehadiran layanan mereka uberXL di kota Surabaya, Jawa Timur. Layanan yang secara khusus memberikan pilihan mobil mitra uber kepada pengguna dengan ukuran lebih besar, diharapkan bisa menjadi pilihan terbaru untuk pengguna transportasi online di Surabaya.

Sebelumnya telah hadir di Surabaya dan sekitarnya uberX sebagai pilihan ekonomis yang nyaman dengan kapasitas 4 orang di dalam mobil, uberMOTOR untuk menjangkau tujuan dengan cepat dan aman, serta UberDELIVER untuk jasa pengiriman barang di dalam kota.

Dalam rilis disebutkan, untuk penumpang berjumlah enam orang yang menggunakan layanan uberXL, mendapatkan asuransi dari risiko cedera, cacat tetap atau kematian akibat kecelakaan, dengan nilai hingga Rp 100 juta. Perlindungan ini berlaku sejak perjalanan bersama Uber dimulai hingga berakhir.

Layanan uberXL sebelumnya telah diluncurkan di Jakarta dan Bandung, memberikan pilihan kendaraan berjenis Multi-Purpose Vehicle (MPV) seperti Avanza, Xenia, Ertiga, Innova, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Ingin Ekspansi ke Negara-Negara Asia Tenggara

Tidak mau kalah dengan pesaingnya Grab dan UberGo-Jek berencana melakukan ekspansi ke negara Asia Tenggara. Seperti dilansir Bloomberg, ekspansi tersebut tidak sekedar layanan transportasi, namun juga bagaimana mentransformasi sistem pembayaran, dari yang berbasis tunai ke digital.

“Selama ini posisi kami adalah bertahan [di Indonesia], sudah waktunya kami berkompetisi di negara mereka dan negara lainnya,” kata CEO Go-Jek Nadiem Makarim seperti dikutip dari Bloomberg.

Saat ini layanan Go-Jek sudah hadir di 50 kota di Indonesia, membuktikan eksistensinya merajai layanan transportasi online di Indonesia. Hingga saat ini mereka memiliki lebih dari 300 ribu mitra pengemudi dan telah memiliki sekitar 16-18 juta pengguna aktif.

Meskipun tidak spesifik menyebutkan negara apa saja yang akan disambangi, diperkirakan Filipina, Vietnam dan Thailand, yang memiliki kemiripan infrastruktur dengan Indonesia akan menjadi lahan ekspansi baru Go-Jek.

Dibanding Uber dan Grab, Go-Jek memiliki keunggulan karena melayani berbagai sektor layanan on-demand, termasuk pengantaran makanan, jasa pembersihan, jasa pengantaran obat-obatan, pemindahan barang dalam jumlah besar, dan layanan kecantikan.

“Saya pikir selama ini Go-Jek telah berhasil menemukan solusi sebagai platform yang berfungsi dengan baik di negara berkembang, di mana infrastruktur masih kurang memadai,” kata Nadiem.

Application Information Will Show Up Here

Mahkamah Agung Cabut Permenhub Terkait Layanan Transportasi Online

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2017 (Permenhub) disebutkan beberapa keberatan terkait keberadaan layanan transportasi online (taxi online) di Indonesia. Peraturan yang berisikan tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek, menyimpulkan beberapa peraturan dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh layanan transportasi online.

Dalam keberatan yang diajukan, angkutan sewa khusus sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) wajib memenuhi pelayanan seperti, wilayah operasi berada di dalam kawasan perkotaan, tidak terjadwal, dari pintu ke pintu, tujuan perjalanan ditentukan oleh jasa, tarif angkutan tertera pada aplikasi berbasis teknologi informasi, penentuan tarif dilakukan berdasarkan tarif batas atas dan batas bawah atas dasar usulan dari Gubernur/Kepala badan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri setelah dilakukan analisa dan masih banyak lagi (pasal 19 ayat 2).

Menanggapi peraturan tersebut, hari ini (22/8) Mahkamah Agung secara resmi mencabut Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 26 Tahun 2017 tentang transportasi online. Keputusan tersebut diumumkan Mahkamah Agung langsung melalui situs MA.

“Menyatakan pasal-pasal dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 26 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat,” putus MA, dikutip dari situs resmi MA, Selasa (22/8/2017).

Sedikitnya ada beberapa 14 poin yang tertuang di 14 pasal dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek. Hal tersebut dilakukan karena berlawanan dengan Undang Undang yang lebih tinggi. Sebelumnya uji materi tersebut didaftarkan oleh enam pengemudi transportasi online.

“Dengan memanfaatkan keunggulan pada sisi teknologi untuk bermitra dengan masyarakat pengusaha mikro dan kecil dengan konsep sharing economy yang saling menguntungkan dengan mengedepankan asas kekeluargaan sebagaimana amanat Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945,” tertulis dalam putusan.

MA mendukung keberadaan “sharing economy” di Indonesia

Hal menarik yang perlu digarisbawahi dalam putusan MA ini adalah adanya keputusan sepihak tanpa melibatkan pihak terkait (stakeholder, komunitas hingga penyelenggara layanan transportasi online) saat perumusan keputusan tersebut disampaikan. Melihat perkembangan dan fakta yang ada, hadirnya layanan transportasi online seperti GO-JEK, Grab hingga Uber, telah membuka lapangan pekerjaan dan membantu masyarakat umum untuk bekerja, sekaligus memudahkan orang banyak mendapatkan transportasi alternatif.

“Seharusnya didasarkan pada asas musyawarah mufakat yang melibatkan seluruh stakeholder di bidang jasa transportasi sehingga secara bersama dapat menumbuh kembangkan usaha ekonomi mikro, kecil dan menengah, tanpa meninggalkan asas kekeluargaan,” jelas majelis hakim seperti tertuang dalam lembar putusan.

Pembatasan yang diajukan dalam Permenhub tersebut, menurut MA, bertentangan dengan undang-undang yang kedudukan hukumnya lebih tinggi. Dalam hal ini hakim berpendapat pembatasan untuk transportasi online telah membatasi pertumbuhan usaha mikro dan bertentangan dengan Undang-Undang UMKM.

Andalkan Sistem Lelang, Layanan On-Demand Anterin Hadir di Jabodetabek

Industri transportasi online di Indonesia sudah memasuki babak baru. Investasi yang diterima para pemain top membuat mereka berinovasi tiada henti. Meski demikian pesona pasar industri transportasi online masih menggoda banyak pihak untuk turut meramaikan dan mendapatkan keuntungan dari sana. Salah satu layanan transportasi online lokal yang mencoba bertahan dan bersaing adalah Anterin. Dengan mengedepankan fitur lelang, Anterin saat ini sudah hadir di daerah Jabodetabek.

Anterin saat ini disebut sudah memiliki transportasi online baik untuk motor atau pun mobil. Selain itu Anterin juga memiliki layanan lain seperti on-demand kurir dan on-demand truk yang meliputi pickup, blind van, hingga truk. Mereka juga berencana menghadirkan layanan B2B, meski belum mengungkapkan detilnya.

Saat ini Anterin sendiri sudah beroperasi di kawasan Jabodetabek. Dengan tren positif yang ada, Anterin berencana melebarkan saya ke Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan kota-kota lainnya.

Menurut Co-founder Anterin Rachmat Efendi, saat ini Anterin terus berkembang baik dari segi driver maupun penggunanya. Dari data internal Anterin saat ini terdapat hampir 5000 orang sebagai driver dan 3000 orang sebagai konsumen dengan request pemesanan mulai 50 sampai 100 per hari.

Salah satu yang membedakan Anterin dengan layanan transportasi online lain di Indonesia adalah sistem penentuan harga yang diberikan. Anterin dengan percaya diri mengusung sistem lelang yang memungkinkan harga ditentukan sendiri pengemudi namun dengan batas atas dan batas bawah yang sudah ditentukan. Driver juga dapat menentukan sendiri tarif peak hour, non-peak hour, atau sesuai dengan kondisi yang ada di jalanan.

Sistem lelang yang diterapkan juga memberikan kebebasan bagi konsumen untuk memilih layanan berdasarkan jenis kendaraan, pengemudia pria atau perempuan, hingga harga yang terbaik yang ditawarkan. Sistem lelang ini yang tampaknya membuat Anterin bisa terus bertahan jika berhasil diterima para pengemudi dan konsumen.

Rachmat kepada DailySocial menjelaskan saat ini salah satu tantangan serius Anterin ada pada promo-promo yang terus menerus hadir dari penyedia layanan sejenis yang ada saat ini. Namun meski demikian Anterin masih bisa mendapatkan penerimaan baik dari masyarakat terutama mereka yang tidak puas dengan pelayanan yang ada di layanan lain.

“Antusias masyarakat sangat besar terhadap Anterin, karena mungkin sudah banyak juga yang memiliki pengalaman kurang baik di provider yang lain dan ingin merasakan pengalaman baru dengan aplikasi transportasi online. Driver Anterin yang terdaftar saat ini 80% berasal dari provider existing, sisanya adalah driver baru di dunia transportasi online,” jelas Rachmat.