Cara Mudah untuk Memvalidasi Ide Produk atau Bisnis

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memvalidasi ide pengembangan produk. Selain mendiskusikan dengan ahli atau mentor bisnis, pengembangan MVP (Minimum Viable Product) dinilai menjadi cara yang lebih terukur. MVP menjadi sebuah mekanisme untuk memperkenalkan ide produk dan fungsionalitas intinya sedini mungkin kepada publik. Penting dilakukan untuk mengurangi risiko produk tersebut tidak ada penggunanya.

MVP dapat dirilis dalam berbagai macam metode, di antaranya A/B Testing (peluncuran versi Alpha atau Beta dari aplikasi), penjelasan melalui landing page, survei dan riset, hingga pembuatan video demo produk. Untuk startup di tahap awal yang biasanya memiliki anggota tim yang sedikit dan waktu yang sempit untuk melakukan pengujian –karena jika gagal harus secepat mungkin agar bisa beralih ke ide lainnya, tentu harus mencari cara yang paling cepat dan efisien.

Konten berbasis “Demand Validation Video” bisa dicoba, dipadukan dengan optimasi media sosial untuk publikasi. Hal yang perlu dilakukan ialah buat sebuah desain produk sesuai dengan ekspektasi ide, dan paparkan bagaimana fungsionalitas produk tersebut bekerja. Lebih baik lagi jika sebelumnya sudah dilakukan pengembangan tahap awal, sehingga video tersebut berisi demo produk yang dikembangkan.

Selanjutnya manfaatkan media sosial seperti Twitter atau Facebook untuk mempublikasikan video tersebut. Tambahkan sebuah keterangan yang bersifat “menjual” dalam mempublikasikan video tersebut. Untuk memastikan capaian yang besar, jika perlu gunakan layanan iklan dengan menargetkan pangsa pasar yang ingin dirangkul melalui inovasi tersebut.

Ini ada sebuah contoh menarik, dari sebuah pengembang yang menyampaikan MVP melalui video di Twitter.

Ia memaparkan melalui tulisan di Twitter, bahwa sebuah aksesoris harus multifungsi bisa digunakan untuk pembayaran. Dan video memberikan gambaran tentang contoh bagaimana sistem tersebut bekerja. Sangat jelas dan mudah dipahami. Maka selanjutnya serahkan kepada publik untuk menilai. Terkait apakah akan ada penerimaan atau tidak, itu adalah jawaban yang dibutuhkan dari sebuah MVP.

Dari studi kasus di atas, kebetulan produk mendapatkan penerimaan yang cukup baik. Komentar yang diberikan dalam Reply menunjukkan sentimen baik atas hipotesis yang diunggah. Kemudian jumlah Retweet juga memvalidasi bahwa ide tersebut cocok diaplikasikan, sehingga orang lain ingin berbagi tentang inovasi ini kepada rekannya. Ini sebenarnya serupa dengan video MVP yang cukup legendaris dari Dropbox.

Proposisi nilai telah divalidasi dengan umpan balik yang didapat dari media sosial. Sebenarnya di titik ini sudah bisa ditentukan, apakah pengembangan produk perlu diprioritaskan ke depan atau tidak. Jika masih butuh meyakinkan diri lagi, bisa langsung mewawancara narasumber yang terlibat dalam percakapan di media sosial, tanyakan mengapa mereka tertarik atau mengapa mereka menganggap solusi tersebut kurang penting.

Baca juga:

Kiat Founder Memastikan Keunggulan Produk dalam Berbisnis

Bersamaan dengan arus perkembangan bisnis digital yang sangat pesat, sebagai pemimpin bisnis tidak hanya harus piawai dalam memikul tanggung jawabnya dalam memimpin. Lebih dari itu, pemimpin bisnis –khususnya di level startup—harus jeli dengan sepak terjang produknya. Inti dari sebuah produk bisnis adalah fungsionalitas, atau tentang apa yang bisa diberikan oleh produk tersebut kepada penggunanya.

Jika melihat dari sepak terjang startup sukses yang saat ini ada di Indonesia, sebut saja GO-JEK atau Tokopedia, mereka memiliki sebuah tandasan fungsionalitas inti dari produk digital yang dikembangkan. Dari situ fitur lain dengan basis produk utama dikembangkan. Contohnya awal mulanya hanya ada GO-RIDE, namun setelah memiliki mitra pengemudi yang cukup, muncul layanan lain, mulai dari GO-FOOD sampai dengan GO-MART, memanfaatkan fungsionalitas mendasar yang dimiliki GO-JEK.

Berbicara tentang fitur pada sebuah produk digital, berikut 3 hal yang dapat menjadi pertimbangan pelaku bisnis startup dalam mengembangkan sebuah produk:

Bangun produk dengan target pengguna yang jelas

Riset menjadi hal yang penting ketika tengah merencanakan sebuah pengembangan produk. Dan riset yang paling utama, ialah tentang pangsa pasar. Sederhananya seperti ini, ketika startup telah memiliki ide untuk membuat produk atau fitur ABC, apakah fungsionalitas tersebut benar-benar akan digunakan? Siapa yang akan menggunakan? Jawabannya harus jelas dan rinci.

Cara memvalidasi yang paling mudah ialah dengan membentuk sebuah Minimum Viable Product (MVP). Yakni sebuah rilis awal sebuah produk untuk segera dihadirkan kepada target pengguna dengan tujuan mendapatkan masukan sekaligus melihat reaksi pengguna akan fitur-fitur yang dikembangkan.

[Baca juga: Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product]

Karakter produk menjadi sebuah kunci ke depannya

Karakter ini tentang sebuah pembeda, karena pada dasarnya sangat jarang produk digital yang benar-benar menjadi produk tunggal di dunia ini. Bahkan sering kali proses pengembangan diawali proses meniru dari inovasi yang sudah ada sebelumnya, dan memberikan pelengkap yang belum ada di produk tersebut. Tidak masalah, karena yang paling penting justru tentang penciptaan sebuah karakter produk. Bisa dikatakan untuk membangun karakter produk ini, effort utama yang diperlukan ialah invasi berkelanjutan.

Seperti Reid Hoffman saat membangun Linkeldn, pada awalnya basis pengembangan utama untuk mengumpulkan data pengguna berdasarkan resume, untuk dilakukan mapping guna kebutuhan bisnis dan analisis. Dengan keahliannya, Linkeldn kini menjadi lebih dari sekedar tempat menampilkan resume online, bahkan menjadi jaringan profesional bagi para pekerja atau pun pencari kerja, termasuk melakukan sosialisasi dan publikasi.

Menetapkan nilai produk

Pada akhirnya produk dikembangkan untuk dapat menjalankan sebuah proses bisnis. Sehingga produk tersebut harus memiliki harga. Terkait penentuan harga bisa dilakukan secara bertahap, mungkin dalam tahap MVP semua masih digratiskan, hingga pada akhirnya basis pengguna sudah sangat besar. Monetisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pengembangan layanan premium atau memberikan biaya sewa. Hal terpenting dalam penentuan nilai produk, pengguna harus benar-benar memahami terlebih dulu ketertarikan konsumen, jika perlu buat testimoni untuk melihat apakah jika nantinya dimonetisasi produk tersebut tetap masih akan diminati.

 

Memilih Platform yang Tepat untuk Validasi Produk Startup

Salah satu yang dapat dilakukan startup untuk memvalidasi produknya ialah dengan menghadirkan platformnya sedini mungkin. Dalam dunia produk, proses tersebut disebut dengan Minimum Viable Product (MVP) atau produk inisial yang perlu diluncurkan startup secepat mungkin untuk mengetahui bagaimana respons pasar terhadap solusi yang ditawarkan.

Ini menjadi langkah awal yang penting, sebab proses ini juga menjadi dasar yang memberikan keyakinan produk tersebut akan dilanjutkan atau tidak. Karena jika memang tidak memiliki traksi yang mencukupi, lebih baik startup segera melakukan pivot untuk menghadirkan produk berikutnya.

Berbicara seputar produk, saat ini terdapat opsi yang dapat dikembangkan oleh startup sesuai dengan minatnya masing-masing. Setelah memahami spesialisasinya, maka selanjutnya startup perlu memikirkan platform seperti apa yang layak dikembangkan. Faktanya ada banyak sekali jenis platform yang bisa dikembangkan, namun demikian beberapa jenis platform sangat lekat dengan kebutuhan pengguna saat ini.

Khususnya di Indonesia, masih banyak edukasi yang perlu dilakukan di tingkat pengguna akhir. Jika ingin berakselerasi cepat, ide startup perlu dioptimasi dengan tipikal paltform yang lebih “merakyat”. Berikut beberapa jenis platform yang menurut penulis sangat akrab dengan pengguna teknologi di Indonesia saat ini.

Marketplace

Platform ini memiliki tujuan sebagai media transaksi jual beli oleh masyarakat. Bentuknya sangat efisien, karena pengguna dapat berlaku sebagai penyedia produk ataupun pembeli produk. Ini cocok dikembangkan untuk bisnis yang berorientasi pada produk.

Dari sudut pandang MVP, marketplace turut menjadi wadah yang pas untuk memahami ketertarikan pengguna. Bisnis memberikan jalan yang mudah bagi pengguna untuk menjangkau produk yang hendak dijual atau didistribusikan.

Komunitas

Layanan berbasis komunitas atau forum juga dapat menjadi pilihan. Selain meningkatkan traksi dalam model membership, model ini juga memungkinkan pengguna berinteraksi langsung. Bisnis yang cocok menggunakan tipikal platform ini ialah layanan yang berorientasi pada komunikasi konsumen.

Untuk kebutuhan MVP juga cocok karena dari sana interaksi dapat terjadi lebih mendalam. Baik sebagai masukan terkait produk, ataupun testimoni atas penggunaan produk.

Chatbot

Menjadi salah satu platform yang paling populer, chatbot memberikan kemudahan bagi bisnis untuk mengotomatisasi berbagai proses. Platform ini dipilih dengan harapan dapat meningkatkan intensitas penggunaan suatu layanan. Cocok digunakan untuk bisnis berbasis pelayanan.

Seri Pengembangan Produk #1: tentang Product Management dan Product Manager

Salah satu hal krusial dalam startup adalah terkait dengan pengembangan produk. Sebagai sebuah bisnis yang memiliki inovasi berkelanjutan, startup dituntut untuk bisa selalu melakukan pembaruan fitur. Untuk memastikan proses itu terjadi, penting untuk memahami tentang dua hal, yakni Product Management dan peran Product Manager di dalam sebuah startup.

Ketika berbicara pada skala startup –di dalamnya terdapat proses bisnis yang berjalan untuk berjuang pada revenue—produk dapat didefinisikan sebagai sebuah solusi pada permasalahan yang dialami konsumen. Sifat produk berbeda dengan tools internal atau software custom, karena produk umumnya dinikmati oleh konsumen yang heterogen dan banyak. Lalu unsur apa saja yang membuat sebuah produk itu bagus?

Pada teknis pengembangan, produk berada pada irisan antara teknologi, bisnis dan pengalaman pengguna. Dan inti dari produk yang berkualitas ialah harus bermanfaat, diinginkan konsumen, memiliki daya guna dan layak untuk digunakan. Product Management adalah sebuah proses untuk mengakomodasi pengembangan produk sehingga mendapatkan tujuan tersebut. Sehingga Product Management dapat dikatakan proses memaksimalkan nilai bisnis dari suatu produk.

Peran Product Manager

Secara mendasar Product Manager (dalam hal ini untuk produk digital) pastinya orang yang memahami tentang struktur pemrograman –setidaknya tahu tentang algoritma dan coding. Meskipun demikian, peran utamanya lebih ke soal berbagai keputusan saat pengembangan produk, sehingga Product Manager harus memahami secara umum stack teknologi yang dikelola.

Kriteria product manager yang baik oleh Frankie Le Nguyen
Kriteria product manager yang baik oleh Frankie Le Nguyen

Tanggung jawab seorang Product Manager termasuk menuliskan requirement (seperti user story) yang mendeskripsikan fitur dari produk. Wireframe dan perincian fungsionalitas juga dibuat olehnya, untuk memastikan tim produk memahami setiap detil untuk proses pengembangan. Untuk membuat kebutuhan tersebut, kadang seorang Product Manager juga perlu untuk turun langsung ke pangsa pasar, melakukan analisis pasar hingga wawancara untuk memvalidasi masalah yang ingin diselesaikan.

Seperti yang telah digambarkan pada definisi Project Management, prosesnya merupakan irisan dari beberapa komponen. Hal tersebut berimplikasi pada tugas seorang Product Manager untuk mengondisikan tim internal dalam sebuah perusahaan, tidak hanya tim pengembang, namun termasuk tim penjualan, pemasaran hingga tim dukungan. Sselain untuk menyatukan visi, seorang Product Manager juga harus memahami ragam perspektif yang dimiliki oleh orang-orang tersebut.

Setelah produk mulai dikembangkan tim developer, desainer dan lainnya, tugas Product Manager selanjutnya ialah melakukan pengukuran, baik pengukuran atas kemajuan proses, kesesuaian terhadap spesifikasi hingga status pengujian. Proses tersebut juga harus dibarengi dengan analisis kinerja produk secara berkelanjutan. Proses pengawasan juga tetap perlu dilakukan untuk memastikan roadmap produk tetap terjaga dan prioritas pekerjaan dapat teratur.

Di fase akhir ketika produk sudah siap dipasarkan, Product Manager biasanya akan disibukkan bersama tim Business Development untuk menentukan harga hingga peramalan pangsa pasar. Ketika produk sudah sampai di pasar, tugas Product Manager belum usai. Ia tetap harus melakukan analisis pembelian, penggunaan hingga menetapkan strategi implementasi di sisi klien.

Seorang Product Manager yang baik

Seorang Product Manager yang baik bukan orang yang terlalu memfokuskan sebagian besar waktunya pada masalah internal saja. Ia tetap harus memahami karakteristik pasar dan konsumen, hingga memvalidasi calon pelanggan. Prioritas yang diperlukan adalah pada hasil keluaran produk yang dihasilkan.

Kecakapan komunikasi menjadi hal yang penting dimiliki. Selain untuk mampu menjangkau pihak luar, juga penting untuk dapat mengkomunikasikan pemahaman tentang produk kepada seluruh tim. Seorang Product Manager mau tidak mau harus memiliki ketangkasan berpikir dan memperhatikan detil.

Sampai sini dapat disimpulkan bahwa sebuah produk adalah sebuah solusi yang mampu memecahkan masalah secara kolektif. Product Management digunakan untuk dapat menciptakan produk yang berfokus pada misi tersebut. Seorang Product Manager bertugas mengelola proses tersebut secara mendetil.

Hindari Lima Hal Ini untuk Kesuksesan Branding Produk Startup

Sebuah produk bisa dikenal baik oleh masyarakat merupakan buah dari strategi branding yang diterapkan. Perlu adanya usaha untuk mengenalkan, menanamkan, dan mendeskripsikan dengan baik posisi sebuah produk di mata konsumen. Hal ini tidak mudah, butuh usaha dan waktu untuk membuat produk nempel di ingatan masyarakat luas.

Untuk melakukan itu perlu menyusun strategi-strategi khusus untuk pemasaran dan branding, namun ada juga beberapa hal yang perlu dihindari. Berikut beberapa yang wajib dihindari jika Anda sedang menyusun strategi branding.

Logo yang amatiran

Sebuah produk biasanya pertama kali diidentikkan dengan logo. Logo mewakili sebuah produk. Jika logonya sudah terlihat biasa saja dan bahkan terlihat mengganggu hal ini bisa memberikan kesan buruk terhadap sebuah produk. Satu hal yang sangat dihindari.

Tidak memiliki konsistensi

Konsistensi ini kebanyakan bersifat grafis. Seperti jenis huruf, warna dan tema. Jika Anda sudah menentukan sebuah citra untuk sebuah produk pastikan itu berlaku semua untuk elemen-elemen produk tersebut. Mulai dari tema website, kartu nama Anda, ikon, dan lain-lainnya. Konsistensi ini bisa membantu masyarakat untuk mudah mengingat. Sebaliknya, pemilihan warna dan tema yang berubah-ubah bisa membuat kebingungan dan citra yang dibentuk sejak awal luntur.

Tidak memiliki moto atau tagline

Meski terlihat sederhana moto atau tagline ini perlu. Sebagai sebuah kata atau kalimat singkat yang menggambarkan sebuah produk. Tagline ini juga akan membantu masyarakat untuk mengingat produk tersebut dan secara berkelanjutan membentuk citra produk tersebut sesuai dengan tagline.

Tidak melakukan monitoring terhadap kompetisi yang ada

Sebagai sebuah bisnis harusnya wajib untuk mengetahui sejauh mana peluang mereka terhadap persaingan yang ada. Mengetahui dengan siapa mereka bersaing dan seperti apa saingan yang mereka miliki. Di sinilah peran penting melakukan monitoring terhadap kompetisi yang ada. Mengetahui seperti apa saingan Anda dan dengan apa harusnya Anda bersaing. Tidak bisa membaca persaingan menandakan Anda gagal bersaing.

Tidak mengetahui dengan pasti siapa pengguna yang disasar

Untuk yang satu ini sering kali diingatkan dan dibahas di tips-tips sebelumnya. Sebagai sebuah bisnis mengetahui siapa yang ingin disasar sebagai pelanggan merupakan hal wajib. Melalaikan hal ini artinya sebuah kegagalan.

 

Fokus pada Produk Bisa Percepat Startup Dapatkan Pemasukan

Gegap gempita industri startup membuat banyak orang berlomba-lomba membuat dan mengembangkan layanan untuk menggapai peluang bisnis yang ada. Kesempatan tersebut juga dilirik banyak pengusaha baru. Orang-orang ini berlomba-lomba untuk menyelesaikan solusi dengan produk yang mereka kembangkan untuk menjadi lahan bisnis yang menguntungkan. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa menjadi acuan para pengusaha baru untuk mendapatkan pendapatan.

Matangkan produk

Untuk mendapatkan uang, baik dari investor maupun dari pengguna pastikan produk sudah dalam posisi matang. Jika masih dalam tahap pencarian market-fit bisa dipastikan akan menjadi usaha yang susah. Ketahui dulu dengan pasti posisi produk Anda. Apa masalah yang ingin diselesaikan dan pengguna seperti apa yang ditargetkan. Ini menjadi penting mengingat investor pun akan berpikir dua kali jika produk yang dikembangkan tidak menyelesaikan apa-apa.

Terlebih lagi pengguna. Pengguna kebanyakan mencari produk yang dekat dengan mereka, dekat dengan permasalahan yang mereka hadapi. Jika produknya masih “mengambang” bagaimana mereka bisa percaya untuk mengeluarkan uang.

Jika sudah mendapatkan produk, lakukan pitching

Tidak ada salahnya untuk mengharap bantuan modal atau investasi pada pihak lain ketika kita mengembangkan bisnis. Namun sebelum itu pastikan produknya sudah benar-benar matang, minimal sudah siap dijual dan teruji dari beberapa pengguna awal. Jika sudah siap jangan ragu untuk segera melakukan pitching.

Di era berkembangnya bisnis digital event networking atau investor lazim diselenggarakan. Tidak ada salahnya untuk mencoba ikut dan melakukan presentasi di sana. Itu baik, minimal bisa membantu mengenalkan produk ke komunitas.

Perhatikan pertumbuhan dan traksi

Traksi yang baik pada bisnis digital menandakan pergerakan positif. Pantau terus pertumbuhan dan traksi yang ada dapatkan. Termasuk penerimaan masyarakat terhadap produk Anda. Jika memang sudah berada dalam posisi baik untuk traksi dan pertumbuhan tidak ada salahnya untuk mendekat ke investor atau masyarakat lain dengan berbagai strategi yang ada. Pada intinya investor maupun pengguna akan sangat memandang produk yang baik dan siap. Untuk itu sebelum memikirkan strategi-strategi lainnya usahakan untuk fokus pada produk.

 

Delapan Cara Tepat Membuat Produk

Startup yang sukses adalah startup yang mampu menciptakan produk yang tepat dan berfungsi dengan baik. Sudah banyak startup yang mengandalkan produk berkualitas dan terus menuai profit yang stabil. Sebelum Anda berencana untuk meluncurkan startup, coba perhatikan dengan baik apakah produk telah memiliki elemen yang dibutuhkan oleh orang banyak dan tentunya bekerja dengan baik. Artikel berikut ini akan membahas delapan hal yang perlu dicermati untuk melahirkan produk yang baik untuk startup.

Ciptakan produk untuk pelanggan setia

Cara terbaik untuk membuat produk yang baik adalah ketika telah diterima oleh target pasar Anda. Ketika pelanggan telah menyukai produk dan bersedia untuk mengeluarkan uang lebih untuk menikmati produk yang dibuat oleh startup Anda, kumpulkan feedback dari mereka untuk kemudian dapat diolah menjadi masukan untuk produk. Tentunya tidak semua feedback harus Anda terima, lakukan penyaringan sesuai dengan pelanggan saat ini. Prioritaskan pelanggan yang telah mengeluarkan uang banyak untuk menikmati produk Anda dibandingkan dengan pelanggan yang hanya sesekali membayar produk yang Anda tawarkan.

Atur pengeluaran

Saat startup memutuskan untuk menerapkan inovasi baru dan berencana untuk merilis versi terkini di aplikasi atau situs, bisa dipastikan pengeluaran dalam jumlah yang besar akan dikeluarkan. Untuk bisa melakukan rencana ini, tentunya startup memerlukan dana segar, apakah dari proses penggalangan dana atau dana simpanan yang telah disiapkan sebelumnya. Dibutuhkan proses kontinuitas dan feedback positif dari pelanggan untuk menciptakan versi terbaru yang akan dikeluarkan, untuk itu lakukan proses ini dengan tepat agar nantinya bisa mendatangkan keuntungan lebih untuk startup.

Buat produk yang sederhana

Cara tepat untuk melihat hasil yang cepat dan tepat terkait dengan produk baru yang dibuat adalah, dengan menciptakan inovasi yang sederhana dan segera lemparkan kepada publik. Dari situ Anda dapat melihat apakah produk baru yang dibuat dapat bekerja dengan baik dan diterima oleh publik. Kesalahan terbesar yang banyak dilakukan oleh startup adalah, membuat produk baru yang canggih dan terkesan sophisticated tapi berakhir dengan kegagalan karena tidak berfungsi dengan baik dan kurang diminati oleh publik.

Temukan solusi untuk tingkat pertama (tier 1)

Produk yang baik adalah ketika mampu untuk memberikan solusi pada peringkat pertama, hal ini menentukan apakah nantinya mampu memberikan kemudahan kepada pelanggan yang berpotensi. Jika startup Anda mampu untuk mencarikan solusi terbaik di peringkat pertama, hal ini akan mempengaruhi apakah nantinya pelanggan bersedia untuk mengeluarkan uang dan bukan hanya menggunakan saja secara gratis. Jika startup Anda mampu menemukan solusi di peringkat pertama, feedback dari pelanggan akan menjadi lebih positif, conversion rate akan semakin baik dan startup akan mendapatkan sedikitnya 40% product market fit dari pengguna yang aktif.

Tentukan metrik

Startup yang baik adalah startup yang mampu menentukan metrik yang ada untuk melihat sejauh mana bisnis berjalan dengan baik. Banyak cara yang bisa diterapkan diantaranya adalah dengan memfokuskan kepada revenue, AOV (average order value) dan conversion rate (dengan memanfaatkan situs untuk menarik perhatian pelanggan) bisa dilakukan untuk langkah awal. Tentukan metrik yang tepat untuk mengukur kesuksesan strategi yang dilancarkan.

Pengalaman pengguna

Inovasi terkini namun jika tidak disertai dengan pengalaman pengguna yang baik akan mempengaruhi bagaimana produk bisa bekerja dengan baik dan tentunya diterima oleh pengguna. Hindari untuk membuat sebuah produk yang terkesan rumit dan membingungkan pelanggan, karena akan berakhir produk akan ditinggalkan oleh pelanggan. Buatlah produk yang sederhana, bekerja dengan baik dan tentunya cepat untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

Tema baru

Jika startup Anda berencana untuk meluncurkan fitur terbaru yang terbilang cukup sederhana untuk pelanggan, pastikan untuk melakukan survei terlebih dahulu kepada pelanggan setia Anda. Pastikan fitur tersebut bakal memberikan impact terbaik untuk pelanggan, mendatangkan revenue dan implementasi yang tidak terlalu rumit. Jika proses tersebut diterapkan dengan baik, akan mempermudah ketika pemasaran akan dilakukan.

Perkerjakan pegawai outsource

Saat ini sudah banyak tenaga kerja outsource atau freelance yang banyak membantu kinerja dari tim startup. Jika saat ini budget tidak mencukupi untuk memperkerjakan pegawai tetap, cara yang satu ini bisa dijadikan alternatif yaitu memperkerjakan pegawai freelance atau outsource. Tentunya bisa memangkas pengeluaran namun tetap bisa mendapatkan tenaga ahli yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

Tidak Ada Salahnya Menyerahkan Pengembangan Produk ke Pihak Ketiga

Banyak cara untuk mengembangkan sebuah produk atau layanan. Tak terkecuali produk atau layanan digital. Salah satu caranya adalah dengan memutuskan untuk menyerahkan pengembangan produk ke pihak ketiga, outsourcing atau merekrut pekerja lepas. Ini sangat dimungkinkan terlebih untuk orang-orang berlatar non-teknis yang ingin mengembangkan sebuah produk digital. Saat ini produk atau layanan digital seolah menjadi kebutuhan wajib melengkapi bisnis-bisnis, baik yang sudah berjalan atau yang sedang dirintis.

Bukan pilihan yang buruk untuk menyerahkan pengembangan produk kepada pihak ketiga, yang perlu digaris bawahi adalah seputar kontrol. Produk dalam sebuah bisnis bisa diasumsikan seperti bayi, buah dari bisnis. Jika ingin menyerahkan proses tumbuh kembang si bayi, atau produk, pengawasan dan kontrol adalah mutlak. Memastikan produk dikerjakan dan dirawat dengan baik sangat penting untuk menjaga tujuan dari dilahirkannya sebuah produk. Sekali lagi kontrol dan pengawasan sangat dibutuhkan.

Selain itu pastikan untuk memilik standar ukuran untuk melakukan pengujian. Ini dilakukan semata-mata untuk mengurangi risiko. Pastikan selalu memiliki sumber opini kedua untuk pertimbangan jika terjadi sesuatu dalam produk, itu artinya mempekerjakan lebih dari satu ahli IT atau digital tak masalah, tentu selama tidak mengakibatkan kesehatan keuangan bisnis memburuk.

Perlunya untuk menambah opini kedua ini sejalan dengan konsep “don’t put all your eggs in one basket”. Hal ini bisa diartikan dengan selalu sediakan pilihan kedua. Tanpa bermaksud menyinggung semua pekerja lepas, pekerjaan dari para pekerja lepas tidak seutuhnya bisa diandalkan begitu saja. Pasalnya ini berkaitan dengan jam kerja, pekerja lepas memiliki jam kerja tersendiri, dan itu semua tergantung kontrak, termasuk dengan deadline. Jika ingin mengurangi risiko yang ada pastikan untuk mempekerjakan lebih dari seorang. Hanya untuk memastikan produk dikembangkan dengan semestinya. Bagian penting dari kontrol.

Untuk menjamin kualitas pengembangan dan menghemat anggaran pastikan untuk merekrut orang-orang dengan spesialisasi tertentu. Sehingga apa yang dikerjakan adalah apa yang sangat mereka kuasai. Seperti halnya merekrut ahli di bidang back-end untuk masalah back-end dan ahli di bidang UI/UX untuk masalah front-end. Hal ini juga bisa sedikit banyak mereduksi pengeluaran biaya, karena berkaitan erat dengan beban kerja.

Tapi sebenarnya dalam pengembangan produk yang baik harus melibatkan orang-orang pertama dalam tim, founder. Ini diperlukan untuk menjaga kualitas produk sekaligus memaksa untuk keluar dari zona nyaman dan terus belajar hal-hal baru. Salah satu inti dari menjalankan bisnis, tidak berhenti belajar dan berinovasi.

Menemukan Pola Pengguna Produk Startup

Target pengguna biasanya ditentukan di awal merumuskan bisnis. Rumusan tersebut umumnya juga digunakan untuk memastikan produk memenjawab kebutuhan dan dapat diterima di pasar. Namun langkah untuk mengenali penggunya harusnya tidak berhenti di situ. Selanjutnya diperlukan beberapa usaha untuk menemukan pola dan karakteristik pengguna. Salah satunya dengan menggali data pengguna dengan mengkategorikan atau memfilter karakter-karakter pengguna.

Founder and Managing Partner Greg Sands dalam laman resmi Medium milik Costanoa Venture Capital memaparkan beberapa pertanyaan yang diperlukan dalam menggali data untuk menemukan pola agar memperjelas kategori pengguna seperti apa yang cocok dengan sebuah produk.

Beberapa pertanyaan tersebut antara lain meliputi demografi perusahaan, jabatan kerja, waktu penjualan, adakah hubungan antara teknologi yang digunakan dengan keputusan pengguna menggunakan produk, apakah produk menjadi alternatif atau solusi utama dari pengguna, berapa dana yang disiapkan pengguna untuk produk, dan beberapa kategori lainnya.

Greg dalam tulisannya menyebutkan bahwa praktik terbaik untuk mengetahui pola pengguna dari sebuah produk adalah dengan menambahkan beberapa pertanyaan untuk mengeksplorasi hipotesis yang muncul. Seringnya beberapa pola akan muncul dan biasanya hanya sebatas pola-pola umum. Sampai tahap ini berarti harus ada beberapa pertanyaan lanjutan yang lebih spesifik mengenai apa yang sebenarnya diinginkan pengguna dan lainnya.

Pada intinya mengetahui lebih lanjut karakteristik berguna untuk mengantisipasi false alarm dari banyaknya penjualan di awal. Harus ada sesuatu yang mengikat mereka, sesuatu yang mempelajarinya untuk menyediakan yang benar-benar mereka butuhkan. Mengantisipasi pengguna yang coba-coba harus ada yang mengenali dan mengetahui kebutuhan mereka lebih lanjut.

Greg dalam akhir tulisannya menyebutkan bahwa memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pola pelanggan dapat menjamin sebuah bisnis berada dalam fokus yang benar untuk membangun bisnis jangka panjang.

Guest Post: What Would Don Draper Do?

As the new season of Mad Men is set to start this week my anxiousness led me to look back and recollect some fun lessons I had picked up not only from the episodes, but also from what the show represents. I decided to put things down in writing and share my thoughts. Continue reading Guest Post: What Would Don Draper Do?