EMTEK Tambah Kepemilikan Saham di Bukalapak

Perusahaan konglomerasi media PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) melalui anak usahanya PT Kreatif Media Karya (KMK) kembali menambah kepemilikan sahamnya di PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA). KMK membeli sebanyak 724,30 juta saham atau setara 0,7% dari total saham pada 6 Juni 2022.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham tersebut dilepas dengan harga Rp317 per lembar saham sehingga nilai transaksinya mencapai 229,60 miliar Rupiah.

Dengan transaksi ini, kini KMK menggenggam sebanyak 24,63% dari sebelumnya 23,93% dengan status kepemilikan saham langsung. Tidak disebutkan secara rinci mengenai alasan pembelian saham ini, tetapi hanya untuk tujuan investasi.

Berdasarkan Laporan Tahunan Bukalapak, komposisi pemegang saham Bukalapak per 31 Desember 2021 terdiri dari KMK (23,93%), API (Hong Kong) Investment Limited (13,05%), Archipelago Investment Pte Ltd (9,45%), dan publik (53,58%).

Investasi EMTEK

EMTEK pertama kali berinvestasi di Bukalapak dengan memberikan pendanaan seri B pada Februari 2015. Kala itu Sutanto Hartono yang menjabat sebagai CEO EMTEK mengatakan, alasan akuisisinya terhadap Bukalapak adalah kesamaan visi-misi dengan perusahaan. Bukalapak dinilai dapat mengembangkan ekosistem lokal yang paling kuat.

Adapun saat itu, EMTEK masuk sebagai managing strategic partner dengan memberikan fresh cash money untuk mendukung pengembangan usaha Bukalapak.

Tidak disebutkan nominal investasinya, tetapi berbagai sumber menyebutkan bahwa EMTEK menyuntik Rp439 miliar ke Bukalapak. 
Berdasarkan laporan keuangannya, EMTEK justru telah berinvestasi di Bukalapak sejak 2014 dengan mencaplok sebanyak 459.200 saham atau setara 19,68% kepemilikan saham.

EMTEK melalui KMK beberapa kali melakukan penambahan modal sehingga kepemilikan sahamnnya di Bukalapak sempat naik menjadi 49,08% pada November 2015.

Kinerja keuangan

Berdasarkan kinerja keuangan kuartal I 2022, Bukalapak tercatat meraup laba bersih sebesar Rp14,5 triliun dari periode sama tahun lalu yang merugi hingga Rp323,8 miliar.

Perusahaan marketplace ini juga mengecap laba operasional RP14,42 triliun dari rugi Rp327,9 miliar, utamanya diperoleh dari laba investasi ke PT Allo Bank Tbk (IDX: BBHI). Sementara pendapatannya tumbuh 86% menjadi Rp787,9 miliar yang disokong oleh pertumbuhan lini bisnis Mitra.

Dirinci berdasarkan lini bisnis, Mitra masih menjadi motor pertumbuhan pendapatan Bukalapak dengan kontribusi sebesar Rp471,8 miliar di kuartal pertama 2022 atau tumbuh 227% dari periode sama 2021, yaitu Rp144,3 miliar.

Bisnis Mitra juga masih memimpin kontribusi terhadap total pendapatan dengan porsi 60%, naik dari kontribusinya di kuartal pertama 2021 yang sekitar 34%. Jumlah Mitra Bukalapak melesat dari posisi 6,9 juta per Desember 2020 menjadi 13,1 juta per Maret 2022.

Bukalapak Berniat Melantai di Bursa AS dengan IPO Lokal sebagai Pendahulu

Tampaknya 2021 akan banyak diramaikan oleh rencana IPO dari sejumlah startup Indonesia. Setelah GoTo dan Tiket.com, baru-baru ini Bukalapak dikabarkan telah mengajukan permohonan untuk melakukan penawaran saham perdananya di Jakarta.

Berita ini sekaligus mengonfirmasi kabar Bukalapak yang sempat mempertimbangkan IPO beberapa waktu lalu. Namun, perwakilan Bukalapak, seperti diberitakan SCMP, menyebut pihaknya belum membuat keputusan apapun terkait hal ini.

Menurutnya, saat ini Bukalapak masih mencari peluang pertumbuhan dan akses permodalan. “Fokus kami adalah menemukan strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan sustainable dan menciptakan value bagi mitra dan pengguna dalam jangka panjang,” ungkapnya.

Jika IPO ini terealisasi, aksi korporasi ini akan menjadikan Bukalapak sebagai salah satu startup teknologi besar pertama yang go public di Indonesia. Adapun, DailySocial telah mencoba mengonfirmasi kabar ini ke eksekutif Bukalapak, namun belum ada respons dari pihak terkait hingga berita ini diturunkan.

Jajaran investor Bukalapak

Sebagaimana dirangkum DealStreetAsia, saat ini ada tiga pemegang saham mayoritas yang menguasai sebesar 61,9% kepemilikan di Bukalapak, antara lain PT Kreatif Media Karya (31,9%), API (Hong Kong) Investment Limited (17,4%), dan GIC Singapore melalui Archipelago Investment Pte Ltd (12,6%).

Secara keseluruhan, terdapat total 47 pemegang saham di Bukalapak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13 pemegang saham menggenggam 90,46%. Sementara, 34 lainnya hanya memegang kepemilikan saham dalam jumlah kecil, termasuk Co-founder Bukalapak Achmad Zaky Syaifudin yang menguasai 5,8%, Muhamad Fajrin Rasyid sebesar 3,53%, dan Nugroho Herucahyono 2,78%.

Sekadar informasi, Kreatif Media Karya (KMK) adalah anak usaha bisnis digital dari PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK), perusahaan konglomerasi media dan teknologi milik Sariaatmadja. Ant Group selaku induk usaha Alibaba menguasai saham Bukalapak melalui API (Hong Kong) Investment Limited.

Baik EMTEK dan API, sama-sama mayoritas saham di platform uang digital DANA. Sebagai tambahan, API memiliki 45% saham DANA lewat anak perusahaan tidak langsung, yakni PT Elang Andalan Nusantara.

Lebih lanjut, beberapa investor menggunakan lebih dari satu kendaraan untuk berinvestasi di Bukalapak. Ambil contoh, Indies Capital Partners berinvestasi lewat dua perusahaan, yaitu Komodo Indigo Investment Ltd (0,51%) dan Komodo Opportunity Venture 1 Ltd (0,51%).

Kemudian, perusahaan ventura berbasis di AS 500 Startups mengalokasikan investasi melalui sejumlah dana kelolaan antara lain 500 Durians II LP, 500Durians LP, 500 Kimchi LP, 500 Startups III, dan 500 Startups IV LP.

Jika dirinci berdasarkan negara asal, tiga pemegang saham teratas Bukalapak terdiri dari Indonesia sebesar 50,96%, diikuti Hong Kong di urutan kedua sebesar 21,62%, dan Singapura 16,58%.

Listing AS lewat pendahulu jalur lokal

Bukalapak juga dilaporkan telah mengajukan listing proposal ke Bursa Efek Indonesia (BEI), dan diperkirakan dapat terealisasi pada awal Agustus. Untuk itu, platform e-commerce ini menunjuk Mandiri Sekuritas dan UBS AG Indonesia sebagai underwriter untuk listing di dalam negeri.

Sementara itu, Bukalapak juga menunjuk Merrill Lynch untuk mengeksplorasi peluang go public di Amerika Serikat (AS). Rencana IPO di Indonesia diyakini sebagai upaya awalan sebelum mendarat di bursa saham AS yang berpotensi terjadi melalui kendaraan Special Purpose Acquisition Company (SPAC).

Selain Bukalapak, startup lainnya juga tengah menjajaki upaya serupa lewat kendaraan perusahaan cek kosong atau SPAC, seperti Traveloka, GoTo, Grab, dan Ticket.com. Bahkan pemerintah telah memberikan lampu hijau dengan menyiapkan sejumlah relaksasi. Salah satunya adalah menerbitkan saham kelas ganda (dual class share).

Dengan upaya IPO sebagai upaya mencari akses permodalan, Bukalapak ingin membidik target pasar yang lebih luas, yaitu ke wilayah-wilayah pedalaman. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari head-to-head dengan dua pesaing terbesarnya Tokopedia dan Shopee yang lebih banyak menguasai pasar di kota-kota besar atau metropolitan.

Bukalapak juga melihat peluang di mana sebanyak 70% retailer di Indonesia adalah toko yang dikelola keluarga. Untuk membidik segmen ini, mereka telah bermitra dengan 500 ribu warung di Indonesia.

Terlebih di situasi pandemi Covid-19, tak sedikit pelaku bisnis dan merchant di Indonesia yang terpaksa mengalihkan layanannya ke online demi mempertahankan bisnis. Sejumlah platform e-commerce mendapatkan keuntungan dari akselerasi digitalisasi ini.

Dengan strategi tersebut, Bukalapak ingin mengadaptasi taktik online-to-offline (O2O) yang digunakan raksasa e-commerce Alibaba Group dan Amazon kepada pasar yang lebih matang. Di sini, pelanggan memiliki pilihan untuk menjelajah di toko fisik yang dikombinasikan dengan penawaran dari platform digital.

Application Information Will Show Up Here

Bobobobo Secured Series A Funding from EMTEK Group

Bobobobo has just announced that it successfully sealed an undisclosed Series A Funding from EMTEK Group’s subsidiary, PT. Kreatif Media Karya (KMK). The funding will be allocated to the development of its customer base as well as online marketing. The startup will also better up its collaboration with partnering merchants and improve its mobile initiative performance. Continue reading Bobobobo Secured Series A Funding from EMTEK Group

BukaLapak Received Series B Funding from EMTEK’s Subsidiary

Bukalapak confirmed an undisclosed Series B funding they received from PT Kreatif Media Karya (KMK Online), subsidiary of PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTEK Group) yesterday (4/2). This would be EMTEK’s second maneuver this year after previously acquired Karir.com days earlier. Continue reading BukaLapak Received Series B Funding from EMTEK’s Subsidiary