Adakan 3 Turnamen Esports Sekaligus, Apa Dampaknya ke Penjualan Lenovo?

Lenovo akan mengadakan babak final dari Legion of Champions untuk kawasan Indonesia pada 9 dan 10 November 2019 di Mall Taman Anggrek. Game yang diadu adalah Player Unknown’s Battleground dan Counter-Strike: Global Offensive. Ini adalah kali keempat Lenovo mengadakan turnamen Legion of Champions. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Legion of Champions mencakup kawasan Asia Pasifik. Hanya saja, kali ini, Legion of Champions juga akan menyertakan tim dari Australia dan Selandia baru. Selain memenangkan US$2 ribu (sekitar Rp28 juta), tim yang memenangkan babak final lokal Legion of Champions akan mewakili Indonesia untuk bertanding dengan tim-tim lain di Bangkok, Thailand.

Budi Janto, Country General Manager, Lenovo Indonesia mengatakan, “Legion of Champions telah menjadi kompetisi esports tahunan dan tidak hanya di Indonesia. Dengan dukungan Intel, kami memfasilitasi para gamer dan aspiring gamer untuk mempersiapkan diri menjadi juara, tidak hanya di Indonesia, tapi juga ajang internasional.” Selain Legion of Champions, Lenovo juga mengadakan turnamen Rise of Legion yang mengadu game PUBG dan Dota 2. Lain halnya dengan Legion of Champions, Rise of Legions lebih ditujukan untuk mencari gamer berbakat dengan mengadu tim amatir. Consumer Marketing Lead, Lenovo Indonesia, Diantika menjelaskan, Lenovo mengadakan roadshow di enam kota dengan tujuan untuk menemukan gamer bertalenta di Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Medan, dan Makassar. Tim-tim yang menang di pertandingan lokal berhak untuk maju ke babak final yang diadakan di Jakarta pada akhir pekan ini. Total hadiah dari Rise of Legions mencapai Rp180 juta.

Sumber: Lenovo Indonesia
Sumber: Lenovo Indonesia

Lenovo juga mengadakan turnamen CS:GO khusus untuk perempuan, Legion of Valkyries (LOV). Sama seperti Legion of Champions, Legion of Valkyries juga merupakan turnamen regional dengan total hadiah US$2 ribu (sekitar Rp28 juta). Ini adalah kali pertama Lenovo mengadakan turnamen khusus untuk perempuan. Ketika ditanya terkait alasan Lenovo mengadakan Legion of Valkyries, Diantika menjawab, “Kita lihat tren, mulai banyak female gamer bermunculan, tim-tim perempuan juga sudah mulai terbentuk. Gaming itu kini jadi salah satu hobi untuk perempuan. Kami pikir, LOV bisa jadi wadah bagi para perempuan untuk berkompetisi.” Dia menjelaskan, sebenarnya, perempuan pun boleh ikut serta dalam Legion of Champions. Hanya saja, Lenovo sengaja membuat Legion of Valkyries sebagai wadah untuk memberdayakan gamer perempuan. Dia bercerita, keberadaan turnamen khusus perempuan ini disambut dengan baik. Hanya saja, saat ini, belum banyak tim yang ikut mendaftar. Dia memperkirakan, hanya ada sekitar empat atau lima tim yang telah mendaftar. Dia merasa, salah satu alasan mengapa tak banyak tim yang ikut adalah karena jumlah tim perempuan memang jauh lebih sedikit dari tim pria.

Sumber: Lenovo Indonesia
Sumber: Lenovo Indonesia

Dalam pembukaan konferensi pers yang diadakan di Taman Anggrek, Kamis 7 November 2019, Budi sempat membanggakan bahwa penjualan lini gaming Lenovo, Legion, naik 63 persen pada semester pertama 2019 jika dibandingkan dengan semester pertama 2018. Diantika menjelaskan, menyelenggarakan turnamen esports seperti Rise of Legions tidak akan berdampak langsung pada penjualan. “Menyelenggarakan turnamen esports adalah aktivitas untuk membangun brand. Tujuan kita adalah komitmen untuk membangun industri gaming. Logikanya, jika esports berkembang, maka industri gaming juga berkembang, jumlah gamer akan menjadi lebih banyak dan orang yang butuh gaming device juga lebih banyak,” jelas Diantika. Meskipun begitu, dia mengatakan, efek dari penyelenggaraan turnamen esports pada penjualan dapat dirasakan dengan cukup cepat. “Sudah terasa dampaknya. Tak perlu menunggu terlalu lama. Karena yang mengembangkan esports tak hanya Lenovo saja,” ujarnya. Memang, sejumlah perusahaan teknologi lain juga ikut aktif dalam mengadakan turnamen esports, seperti HP yang baru saja mengadakan OMEN Challenger Series. Sebagai developer Mobile Legends, Moonton juga mengadakan Mobile Legends Professional League secara rutin. Faktanya, perusahaan yang tertarik untuk mengembangkan esports bukan hanya perusahaan endemik, tapi juga merek non-endemik, seperti GoPay dan Dua Kelinci.

Selain menyediakan perangkat gaming dan mengadakan turnamen esports, Diantika mengatakan, hal lain yang Lenovo lakukan untuk mengembangkan industri gaming dan esports adalah dengan mengadakan workshop untuk mengedukasi masyarakat akan potensi industri gaming dan esports. “Kami melakukan workshop untuk mengubah paradigma, menjelaskan bahwa indsutri gaming itu luas cakupannya. Sekarang, juga ada profesi yang dulu tidak ada, seperti caster dan streamer. Kita membuka mata masyarakat, termasuk orangtua, bahwa bermain game itu tidak membuang waktu. Itu bisa jadi profesi atau mata pencaharian.”

Predator League 2020 Kembali Pertandingkan Dota 2 dan PUBG

Melanjutkan kesuksesannya di awal tahun 2019 lalu, salah satu kompetisi besar di Asia Pasifik besutan Acer berlanjut ke musim berikutnya lewat Predator League 2020. Pada Predator League 2019 lalu ada BOOM Esports (Dota 2) dan Aerowolf T8 (PUBG) keluar sebagai pemenang.

Untuk Predator League 2020, Dota 2 dan PUBG kembali menjadi game pilihan untuk dipertandingkan. Satu perbedaan yang terasa untuk tahun ini adalah format kualifikasi yang berubah menjadi online. Sebelumnya pada Predator League 2019, para peserta kualifikasi diwajibkan bermain di iCafe yang sudah ditentukan.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Perubahan format menjadi Online Qualifier diharapkan dapat menjangkau lebih banyak gamers talenta muda dari seluruh Indonesia. Mereka dapat mendaftar dan bertanding dari mana saja dengan mudah tanpa ada batasan wilayah. Dengan hal tersebut, misi kami mendukung ekosistem gaming dengan perangkat Acer jadi dapat terwujud. Acer sangat bersemangat untuk mendorong lahirnya juara esport dari Predator League, anak-anak muda inilah yang nantinya akan mengharumkan nama bangsa.” Herbet Ang, Presiden Direktur Acer Indonesia.

Kualifikasi Indonesia Predator League 2020 dimulai sejak hari ini, bersamaan dengan konfrensi pers Predator League 2020 yang diadakan di Empirica, SCBD. Kualifikasi hari ini merupakan kualifikasi khusus Invited Pro Team yang mempertandingkan PG.Orca, PG.Godlike, PG.BarracX, Hans Pro Gaming, dan Professional Esports.

Memperebutkan total hadiah sebesar Rp200 juta untuk kualifikasi Indonesia, Online Qualifier akan berjalan selama dua bulan, mulai dari akhir Oktober ini hingga Desember 2019 mendatang. Lalu dilanjut dengan final kualifikasi Indonesia yang akan berlangsung pada 11-12 Januari 2020 mendatang.

Nantinya, para pemenang kualifikasi Indonesia berhak untuk bertanding di Predator League 2020 Asia Pasifik, bersama 16 negara peserta lainnya. Negara yang jadi peserta dalam Predator League 2020 adalah: Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Australia, India, Singapura, Hong Kong, Macau, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Mongolia, Sri Lanka, Bangladesh, dan Myanmar.

Selama kualifikasi berlangsung, Acer akan hadir di lima kota besar, yaitu Medan, Surabaya, Yogyakarta, Samarinda, dan Makassar. Di tiap-tiap regional tersebut akan ada acara nonton bareng kualifikasi Predator League 2020, dan juga berbagai acara untuk komunitas.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Lebih lanjut soal Predator League 2020, Andrew Hou selaku Presiden Operasional Acer Regional Asia Pasifik juga memberikan komentarnya. “Pada penyelenggaraan Predator league yang ketiga ini, Acer kembali menghadirkan panggung internasional bagi para gamer bertalenta untuk saling berkompetisi, adu strategi dan kebolehn. Bersamaan dengan perkenalan komunitas gaming Planet9, Acer akan menyediakan ekosistem yang komperhensif untuk mendukung kemajuan industri gaming di banyak negara.”

Grand Final Predator League 2020 akan diselenggarakan di SM Mall of Asia Arena, Kota Pasay, Manila, Filipina pada 22-23 Februari mendatang. Para tim dari 17 negara tersebut akan bertanding untuk memperebutkan total hadiah sebesar US$400.000 (Sekitar Rp5,6 miliar).

Jika Anda ingin dapat berpartisipasi dalam kerasnya kompetisi di Predator League 2020, Anda dapat langsung mendaftar pada laman resmi Predator League Indonesia. Bersiaplah menjadi gamers terhebat lewat gelaran Predator League 2020!

Dua Game Esports Terpopuler di Indonesia Adalah Game Mobile

Menurut laporan Esports Market Trend 2019 oleh DSResearch, lima game esports yang paling dikenal di Indonesia adalah Mobile Legends, Player Unknown’s Battleground (PUBG) Mobile, PUBG, Free Fire, dan Dota 2. Dari lima game tersebut, tiga di antaranya adalah game mobile, sementara dua game sisanya adalah game PC. Tren ini mirip dengan tren secara global. Dalam daftar turnamen esports paling populer pada semester pertama 2019 dari Esports Charts, tiga dari lima turnamen esports yang memiliki penonton paling banyak juga merupakan kompetisi untuk game mobile.

Sementara itu, di Indonesia, FIFA duduk di peringkat ke-6 sebagai game esports yang paling dikenal. Memang, di kalangan gamer Indonesia, game sepakbola memiliki tempat tersendiri. Indonesia juga memiliki atlet FIFA yang berpretasi, seperti Muhammad “PG.Barracx.Icanbutski” Ikhsan yang memenangkan IGL FIFA Offline Competition KAI Millenial Travel Fair pada April lalu. Kebanyakan game yang dikenal sebagai game esports memiliki genre battle royal, MOBA, atau FPS. Namun, Clash Royale yang merupakan game kasual, juga masuk ke dalam daftar 10 besar game esports paling populer di Tanah Air. Indonesia memiliki tim Chaos Theory, yang dianggap sebagai salah satu roster All-Indonesia terbaik, yang berlaga dalam Clash Royale League (CRL) 2019 Asia Season 2.

Dua belas game esports paling populer di Indonesia. Sumber: DSResearch
Dua belas game esports paling populer di Indonesia. Sumber: DSResearch

Ketika survei diambil pada Juli 2019, Mobile Legends menjadi game esports paling favorit di kalangan responden. Dari 1.445 responden survei yang DSResearch lakukan dengan JakPat Mobile Survey, 52 persen memainkan Mobile Legends. Empat game esports lain yang paling banyak pemainnya adalah PUBG Mobile, Free Fire, FIFA, dan PUBG. Sementara jika para responden dibagi berdasarkan gender, sebanyak 51 persen responden pria memainkan Mobile Legends dan 55,4 persen responden perempuan memainkan game buatan Moonton tersebut.

Terkait durasi waktu bermain, lebih dari 20 persen dari pemain Mobile Legends, PUBG Mobile, Free Fire, FIFA, dan PUBG — lima game esports dengan pemain paling banyak — memakan waktu 31 menit sampai 60 menit. Soal waktu bermain, sebanyak 34,7 persen responden mengatakan bahwa mereka biasanya bermain game di hari kerja pada pukul 6 sore sampai 9 malam. Sementara 25,7 persen lainnya mengaku bermain pada akhir pekan pada pukul 9 malam sampai tengah malam.

Durasi lama waktu bermain | Sumber: DSResearch
Durasi lama waktu bermain | Sumber: DSResearch

Hiburan masih menjadi alasan utama bagi para responden untuk memainkan game esports. Sebanyak 65 persen responden mengaku bahwa mereka bermain sebagai hiburan. Alasan lain para responden bermain adalah karena mereka merasa game esports cukup menantang. Gameplay yang menarik dan grafik yang cantik juga menjadi hal yang mendorong para responden untuk bermain game esports. Dorongan dari teman juga bisa membuat responden ikut memainkan game esports. Sebanyak 38,8 persen responden mengaku alasan mereka bermain game esports adalah karena banyak orang yang memainkan game tersebut.

Untuk tahu lebih banyak tentang tren industri esports di Indonesia — seperti game esports yang paling banyak ditonton atau platform yang digunakan untuk menonton konten esports — Anda bisa mengunduh hasil survei DSResearch di sini.

Laporan DSResearch: Perkembangan Pangsa Pasar Esports 2019 di Indonesia

Bukan lagi sekadar komoditas hiburan, permainan digital atau game telah bertransformasi menjadi lanskap yang patut diperhitungkan. Esports dewasa ini santer diperbincangkan melalui berbagai media, sebagai ekosistem yang menaungi industri permainan digital tersebut. Antusiasmenya juga cukup terasa di Indonesia, baik dari kalangan pelaku, yaitu gamer, media, broadcaster, startup, hingga penikmat.

Untuk lebih jeli melihat perkembangan esports di Indonesia, DSResearch dan Hybrid.co.id, kanal media yang fokus memberitakan perkembangan seputar ekosistem esports, menginisiasi sebuah proyek riset bertajuk “Esports Market Trend 2019”. Berbagai perspektif coba ditangkap melalui kegiatan survei dan analisis. Melalui platform jajak pendapat Jakpat Mobile Survey, sebanyak 1445 orang penikmat esports terlibat sebagai responden.


Berikut ini beberapa hasil temuan menarik survei:

  • Mobile Legends adalah platform terpopuler, paling banyak dimainkan, dan paling banyak ditonton di Indonesia
  • Meskipun kebanyakan titel populer berada di ranah mobile, PUBG, FIFA, dan Dota 2 adalah judul-judul PC dan console game yang masih mendapatkan tempat khusus

Selain dua poin di atas, masih banyak temuan yang disajikan dalam laporan survei. Untuk informasi dan data selengkapnya, unduh gratis Esports Market Trend 2019.

PUBG Global Championship Siap Tutup Tahun 2019 dengan Battle Royale Terbesar

Tahun 2019 semakin mendekati akhir, dan itu berarti program-program esports yang digelar oleh PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG) semakin mendekati puncaknya. Anda mungkin tahu bahwa PUBG tahun ini memiliki kalender kompetisi yang dibagi ke dalam tiga fase atau Phase. Dimulai sejak bulan Januari lalu, setiap Phase terdiri dari liga-liga profesional reguler, kemudian diakhiri dengan kompetisi regional (antar negara) di akhir Phase.

Phase 1 ditutup dengan kompetisi FACEIT Global Summit: PUBG Classic. Phase 2 semakin memanas dengan tiga kompetisi regional yaitu GLL Grand Slam: PUBG Classic, MET Asia Series: PUBG Classic, dan PUBG Nations Cup. Lalu terakhir, Phase 3, akan mencapai klimaksnya pada ajang PUBG Global Championship.

PUBG Global Championship mengundang tim-tim PUBG profesional dari berbagai untuk berkumpul dalam gelaran battle royale terbesar di dunia. Begitu besarnya ajang ini, sampai-sampai tidak muat diadakan hanya di satu kota. PUBG Global Championship mempertarungkan 32 tim di Los Angeles, Amerika Serikat, mulai tanggal 8 November nanti. Kota ini menjadi tuan rumah untuk pertandingan-pertandingan babak grup dan semifinal, dengan venue terpilih yaitu OGN Super Arena.

Kemudian kompetisi dilanjutkan dengan babak Grand Finals di kota Oakland, pada tanggal 23 – 24 November 2019. Sayangnya pihak PUBG Corporation belum mengumumkan di mana venue pasti untuk acara puncak ini. Sementara itu hadiah yang ditawarkan adalah senilai total US$2.000.000 (sekitar Rp28,5 miliar). Angka ini adalah hadiah dasar. Jumlahnya bisa bertambah dari hasil penjualan in-game item yang berhubungan dengan PUBG Global Championship.

PUBG Global Championship - Leagues
Liga-liga di dalam PUBG Global Esports | Sumber: PUBG Corporation

Siapa saja yang berhak maju ke PUBG Global Championship? Itu tergantung dari sistem kualifikasi di tiap wilayah. Untik Asia Tenggara misalnya, tim yang maju mencakup Rex Regum Qeon (RRQ) dari Indonesia, Armory Gaming (AG) dari Thailand, dan Tokio Striker dari Thailand juga. Mereka terpilih setelah meraih juara 1 – 3 dalam kompetisi PUBG Southeast Asia Championship 2019.

Negara-negara lain memiliki sistem kualifikasi berbeda. PUBG Europe League (PEL) dan PUBG Korea League (PKL) misalnya, masing-masing mendapat jatah enam tim perwakilan. Alasannya adalah karena mereka menunjukkan performa yang baik di ajang GLL Grand Slam: PUBG Classic, serta keberhasilan di ajang PUBG Nations Cup. Amerika Serikat yang menjadi negara tuan rumah juga mengirim perwakilan dari tim-tim peserta North American National PUBG League (NPL).

Selain informasi-informasi di atas, PUBG Corporation belum merilis detail lebih lanjut tentang PUBG Global Championship. Hanya satu video singkat yang menunjukkan wujud logo PUBG Global Championship yang mereka pamerkan. Selagi menunggu bulan November datang, mari kita pantau terus perkembangan kompetisi akbar yang pastinya akan sangat heboh ini.

Sumber: PUBG Corporation, The Esports Observer

PUBG Corporation Ikat Kontrak Eksklusif dengan Lagardère Sports untuk Dua Kompetisi

PUBG Corporation, studio pengembang dan penerbit PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG), baru-baru ini telah mengikat kerja sama dengan organisasi Lagardère Sports. Dengan ikatan tersebut, Lagardère Sports sekarang menjadi agen eksklusif untuk memasarkan hak-hak komersial di kompetisi PUBG Nations Cup 2019 dan PUBG Lobal Championship 2019. Kabar ini disampaikan oleh Lagardère Sports melalui siaran pers pada tanggal 8 Juli 2019.

Lagardère Sports adalah sebuah agensi pemasaran olahraga dan esports berjangkauan global yang berbasis di Perancis. Merupakan bagian dari perusahaan Lagardère Sports and Entertainment yang memiliki lebih dari 1.700 karyawan di seluruh dunia serta pengalaman selama 50 tahun, agensi ini sebelumnya juga sudah berkolaborasi dengan PUBG Corporation untuk memasarkan hak-hak komersial kompetisi PUBG Global Invitational 2018. Kini Lagardère Sports bertugas menciptakan oportunitas bisnis baru serta mengkomersilkan properti PUBG Esports yang sudah ada.

PUBG Global Invitational 2018
PUBG Global Invitational 2018 | Sumber: Red Bull

“PUBG adalah salah satu game paling banyak dimainkan sepanjang sejarah dan kami telah bekerja keras untuk meluncurkan ekosistem esports global tahun ini bersama para pemain profesional terbaik di seluruh dunia. Kami ingin menciptakan sesuatu yang layak bagi para penggemar dan pemain kami, sesuatu yang akan mereka cintai seumur hidup. Karena itulah penting bagi kami memilih agensi top sebagai partner untuk acara-acara esports global flagship kami. Lagardère Sports adalah pilihan yang jelas karena sejarah mereka di dunia olahraga tradisional serta rekam jejak yang sudah terbukti di esports. Mereka paham cara menumbuhkan value aset-aset premium kami dan menyampaikan kisah kami untuk mendapatkan partnership pilihan yang sesuai dengan misi dan identitas brand kami,” papar Julian Schwartz, Central Esports Business Development Manager di PUBG Corporation.

“Dalam setahun terakhir, kami telah melihat peningkatan minat di antara developer game untuk bekerja sama dengan brand besar yang mampu menciptakan value nyata bagi para penggemar melalui produk, konten, dan pengalaman mereka. Pendekatan fan-centric ini sesuai dengan banyak brand besar yang ingin melepaskan tradisi lama dan merangkul kultur kuat yang benar-benar dapat dirasakan penggemar. Skala dan jangkauan PUBG yang begitu besar memberikan kami platform kuat untuk membantu brand baik endemic maupun non-endemic untuk mencapai marketing objective mereka,” ujar Malcolm Thorpe, Vice President of Business Development di Lagardère Sports Asia.

PUBG Nations Cup
PUBG Nations Cup 2019 | Sumber: PUBG Corporation

PUBG Nations Cup 2019 adalah turnamen invitational global yang mempertandingkan pemain-pemain perwakilan berbagai negara di satu tempat. Turnamen ini akan berlangsung pada tanggal 9 – 11 Agustus, dan para pemenangnya berhak membawa pulang hadiah senilai total US$500.000. Total terdapat 16 negara peserta kompetisi ini, sedangkan lokasi turnamennya akan diadakan di Seoul, Korea Selatan.

Sementara PUBG Global Championship 2019 merupakan puncak kompetisi PUBG Esports yang meliputi sejumlah kompetisi sepanjang tahun 2019. PUBG Esports itu sendiri dibagi menjadi tiga fase dan sembilan wilayah, yaitu Amerika Utara (NPL), Eropa (PEL), Korea (PKL), Tiongkok (PCL), Jepang (PJS), Tiongkok Taipei (PML), Asia Tenggara, Amerika Latin (LPPS), dan Oseania. Tim-tim terbaik dari tiap wilayah nantinya akan bertanding di PUBG Global Championship 2019 pada bulan November.

Mengintip Masa Depan Esports PUBG Dari Roadmap 2019 Asia Tenggara

Battle Royale telah menjadi fenomena selama kurang lebih 2 tahun belakangan. Sosok yang memulai tren ini adalah Brendan “PLAYERUNKNOWN” Greene, lewat game Playerunknown’s Battleground (PUBG). Sejak PUBG rilis pertama kali pada tahun 2017, popularitas genre Battle Royale terus meroket, membuat pengembang lain pun ikutan membuat iterasi dari Battle Royale.

Meledak seiring dengan fenomena esports, tak heran jika PUBG juga otomatis menjadi esports. Inisiatif terbesar PUBG dalam hal esports adalah pada tahun 2018, lewat kompetisi PUBG Global Invitational 2018, dan roadmap atau rencana jangka panjang esports PUBG secara internasional. Tidak berhenti sampai sana, baru-baru ini PUBG Corp juga menjelaskan roadmap esports PUBG tahun 2019 untuk Asia Tenggara.

Sumber:
Sumber:

Dalam roadmap ini PUBG Corp menjabarkan jalur dari kompetisi Asia Tenggara menuju ke kompetisi internasional. Dalam roadmap dijelaskan bahwa cara menuju kompetisi internasional adalah lewat SEA Championship 2019, yang akan diselenggarakan 3 kali atau 3 season selama tahun 2019. Tanggal 16-17 Maret 2019 mendatang menjadi PUBG SEA Championship 2019 musim pertama, dilanjut musim kedua pada bulan Juni, lalu musim ketiga pada bulan Oktober.

Setiap musim akan ada 16 tim PUBG dari seluruh Asia Tenggara yang bertanding memperebutkan total hadiah US$50.000 (sekitar Rp700 juta) dan tiket untuk menuju kompetisi PUBG Internasional. Musim pertama ini, PUBG SEA Championship akan memperebutkan tiket untuk bertanding di FACEIT Global Summit: PUBG Classic.

Pada musim pertama PUBG SEA Championship 2019 ini, Indonesia mendapat 3 slot tersendiri. Satu slot dari seeding ada Aerowolf Team 7, tim dari Alex “Entruv” Prawira dan kawan-kawan. Satu slot dari invitation diberikan kepada Aerowolf Team 1, tim dari Ryan “superNayr” Prakasha dan kawan-kawan. Slot terakhir juga berasal dari invitation yang diberikan kepada RRQ, tim dari Muhammad “CoppinLee” Alviansyah dan kawan-kawan.

Sayangnya para pemain PUBG SEA Championship 2019 harus menerima kenyataan pahit, bahwa kompetisi yang seharusnya berjalan akhir pekan kemarin malah batal diselenggarakan. Walaupun PUBG Corp mengumumkan kebatalan ini lewat laman resmi mereka, namun sayangnya mereka tidak menyebutkan alasan kebatalannya.

Sumber:
Sumber: Facebook PUBG.ID.Official

Hal ini memunculkan pertanyaan juga kekhawatiran soal sustainability atau prospek keberlanjutan esports Battle Royale, khususnya PUBG. Tetapi kekhawatiran soal keberlanjutan esports PUBG sebenarnya tidak terbatas pada kasus pembatalan PUBG SEA Championship 2019 saja. Ada beberapa opini seputar kekhawatiran ini, salah satu alasannya datang dari soal cara terbaik agar esports Battle Royale jadi lebih layak ditonton.

Terkait hal ini, saya mencatat setidaknya ada dua faktor penyebab. Pertama adalah soal hubungan antara esensi game Battle Royale dengan tayangan esports yang menghibur. Lalu yang kedua adalah soal teknis, soal cara terbaik dalam menayangkan pertarungan Battle Royale.

Sumber:
Sumber: Twitter @PUBG

Jake Sin, Global Esports Manager PUBG Corp, sempat menjawab hal ini dalam perbincangan dengan Red Bull Esports. Dalam sebuah sesi wawancara, Jake Sin membahas soal kesiapan PUBG Corp dalam menayangkan esports Battle Royale. Mewakili PUBG Corp, dia mengakui bahwa PUBG Corp sebenarnya belum menemukan cara terbaik untuk menayangkan dan memproduksi event esports PUBG.

Tetapi setelahnya ia menjelaskan lebih lanjut soal usaha PUBG Corp demi membuat Battle Royale layak tonton. Pertama-tama soal esensi Battle Royale dan tayangan esports. Inti dari Battle Royale adalah tentang bertahan hidup, maka dari itu pemain sebenarnya cukup amankan rumah, lalu kurung diri saja sampai fase permainan berlanjut.

Namun hal tersebut tentu akan membuat pertandingan jadi membosankan untuk ditonton bukan? Maka dari itu Jake mencoba memilih menampilkan Battle Royale dari sisi yang lain, yaitu mendorong para pemain bertarung untuk menjadi seorang last-man standing dalam kompetisi PUBG.

“Kami mencoba mengatur beberapa hal, seperti meningkatkan jumlah loot senjata, membuat sistem poin yang lebih menguntungkan bagi setiap kill yang diperoleh daripada placement yang didapat, pengaturan circle, dan lain sebagainya” jawab Jake. Alasan perubahan ini menurutnya sudah jelas, permainan pasif cenderung membuat pertandingan PUBG jadi membosankan ketika ditonton. Maka dari itu keadaan diatur sedemikian rupa, agar permainan di tingkat professional jadi berisikan baku tembak yang intensif.

Selanjutnya soal penayangan, penjelasan Jake adalah sebagai berikut “Kami mencoba memperbaiki elemen visual seperti arah lintasan peluru atau arah lemparan granat. Lalu soal penayangan kami juga menyiapkan beberapa observer untuk bersiaga di berbagai area map. Selain itu kami juga mencoba mencampur efek sinematik dengan pergerakan kamera untuk membuat PUBG semakin menarik untuk ditonton” Jake memperjelas kepada Red Bull Esports.

Sumber: Twitter @PUBG
Sumber: Twitter @PUBG

Beberapa hal tersebut sudah dilakukan oleh PUBG Corp dalam beberapa kompetisi mereka belakangan, seperti National PUBG League (NPL), atau gelaran PUBG Asia Invitational 2019 kemarin. Walaupun begitu, jumlah penonton dari esports PUBG tetap tidak bersaing dibandingkan dengan game esports lainnya. Mengutip Esports Charts, jumlah penonton terbanyak pada saat bersamaan dari NPL hanya 20.420 penonton saja; kalah banyak dari penonton streaming Shroud yang bisa mencapai 50 ribuan penonton.

Kalau begitu, apakah ini artinya kita harus khawatir dengan keberlanjutan esports PUBG? Kekhawatiran tentu akan selalu ada di dalam industri esports, mengingat tren game yang dimainkan akan selalu berubah. Mungkin hanya beberapa game saja yang memang cukup tangguh bisa bertahan hampir 10 tahun, seperti genre MOBA lewat Dota 2 dan LoL, atau genre FPS lewat CS:GO.

Seharusnya, PUBG Corp yang sudah berusaha dengan sedemikian rupa, bisa membuahkan hasil yang baik terhadap keberlanjutan esports PUBG. Sejauh ini bisa dibilang PUBG Corp sudah berada di jalur yang benar. Kita hanya bisa berharap mereka bisa terus bertahan, jangan sampai melenceng terlalu jauh dari jalur tersebut.

PUBG Rebut Gelar Game Terbaik di The Steam Awards 2018

Dalam kiprahnya selama 15 tahun, Steam telah berevolusi dari sebuah layanan distribusi hingga menjadi platform gaming berfitur terlengkap. Kini, ia turut menyediakan software non-game, bisa berperan sebagai jejaring sosial, serta turut dilengkapi fitur kurasi yang mempersilakan pengguna mengikuti reviewer favorit mereka. Dan mulai tahun 2016, Valve terus melangsungkan The Steam Awards.

The Steam Awards adalah acara pemberian penghargaan bagi game-game terbaik pilihan user. Tapi berbeda dari event sejenis, para finalis di sana tak cuma merupakan permainan yang dirilis di tahun itu. Banyak dari judul di Steam Awards 2018 yang sebetulnya sudah meluncur di tahun sebelumnya, masuk lagi di daftar nominasi karena mereka terus mendapatkan update dan jadi favorit pengguna Steam.

Steam Awards kali ini membuktikan pada kita bahwa game ‘lawas’ pun bisa merebut gelar paling bergengsi di sana. Minggu lalu, Valve akhirnya mengungkap para pemenang ajang penghargaan tahunan di platform distribusi digital terbesar di Bumi itu, dan game yang mencetus demam battle royale, PlayerUnknown’s Battlegrounds berhasil menyabet titel Game of the Year 2018.

Daftar lengkapnya bisa Anda simak di bawah ini.

 

Game of the Year: PlayerUnknown’s Battlegrounds

Finalis: Monster Hunter: World, Kingdom Come: Deliverance, Hitman 2, Assassin’s Creed: Odyssey

 

VR Game of the Year: The Elder Scrolls V: Skyrim VR

Finalis: VR Chat, Beat Saber, Fallout 4 VR, Superhot VR

 

Labor of Love: Grand Theft Auto V

(Game-game yang terus mendapatkan konten baru meskipun sudah tersedia cukup lama.)

Finalis: No Man’s Sky, Path of Exile, Dota 2, Stardew Valley

 

Best Developer: CD Projekt Red

Finalis: Ubisoft, Bethesda, Rockstar Games, Digital Extremes, Square Enix, Capcom, Paradox Interactive, Bandai Namco, Klei

 

Best Environment: The Witcher 3: Wild Hunt

(Permainan dengan pemandangan terindah.)

Finalis: Subnautica, Shadow of the Tomb Raider, Far Cry 5, Dark Souls III

 

Better With Friends: Tom Clancy’s Rainbow Six Siege

(Judul-judul multiplayer terbaik)

Finalis: Payday 2, Dead by Daylight, CS: GO, Overcooked! 2

 

Best Alternate History: Assassin’s Creed Odyssey

(Deratan game di kategori ini dilatarbelakangi tema sejarah alternatif yang unik.)

Finalis: Wolfenstein II: The New Colossus, Hearts of Iron IV, Civilization VI, Fallout 4

 

Most Fun With a Machine: Rocket League

(Permainan-permainan terbaik yang mengedepankan tema mesin/robot.)

Finalis: Euro Truck Simulator, Nier: Automata, Factorio, Space Engineers

Berbeda dari ajang sebelumnya, kategori game The Steam Awards 2018 terlihat lebih normal. Tidak ada lagi nama-nama jenaka seperti ‘Mom’s Spaghetti’ atau ‘Whoooaaaaaaa, dude!’. Saya menduga, hal ini merupakan cara Valve menyederhakan list serta membuat ajang ini lebih serius, karena gelar ‘Best Environment’ jelas terasa lebih prestisius ketimbang ‘I’m Not Crying, There’s Something In My Eye’.

Kemenangan PUBG di The Steam Awards 2018 sangat menarik. Saat ini, PlayerUnknown’s Battlegrounds masih menjadi judul paling populer di Steam dengan total pemain aktif terbanyak. Namun kemungkinan besar, alasan mengapa game battle royale kreasi PUBG Corp. itu jadi jawara adalah absennya Fortnite di Steam. Di Golden Joystick Awards 2018 – event gaming yang juga bersandar pada vote – karya Epic Games itu membawa pulang titel Game of the Year.

Sumber: Steam.

BOOM.ID dan Aerowolf T8 Jadi Juara Predator League 2019!

Gelaran Predator League 2019 telah selesai diselenggarakan. Kompetisi yang mempertandingkan Dota 2 dan PUBG ini akhirnya menemukan sang pemenang. BOOM.ID menjadi juara dari Dota 2 setelah mengalahkan The Prime di babak final. Lalu dari PUBG ada tim Aerowolf T8 yang jadi juara setelah 3 hari berturut-turut bermain konsisten dari 10 ronde yang dipertandingkan.

Melihat ke babak final Dota 2, BOOM.ID memang kini terlihat lebih dewasa di dalam gameplay mereka. Hal itu terasa jelas saat saya menonton pertandingan final ketika BOOM.ID hajar habis The Prime 2:0. Saya merasa bahwa hasil menempa mental di Bucharest Minor memberi dampak kepada gameplay BOOM.ID. Apa saja? Komposisi mereka kini solid, untuk dominasi permainan dari awal sampai habis. Permainan mereka juga sangat taktis dengan kesalahan yang sangat minimal serta pergerakan yang efektif dan efisien.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sementara di sisi lain The Prime, yang baru saja kedatangan kembali InYourDream, terlihat cukup kelimpungan menghadapi BOOM.ID. Saya melihat komposisi mereka kurang solid, tak banyak memberi hero balasan untuk BOOM.ID, dan ditambah gameplay mereka yang juga terlihat masih belum menyatu dengan baik.

Alfi “Khezcute” Syahrin selaku kapten dari BOOM.ID mengakui kepada Hybrid, bahwa mereka belajar banyak sekali dari pertandingan di Bucharest Minor kemarin. Menurutnya, yang paling ia pelajari adalah soal gameplay dan strategi.

“Kalau soal mekanik sih kita nggak kalah dari tim Eropa, tapi memang yang berasa adalah soal komposisi, strat, dan gameplay. Kita merasa bahwa gameplay yang biasa kita mainkan untuk lawan tim SEA malah jadi outplay saat lawan tim Eropa” Jawab Khezcute kepada Hybrid dalam sesi konferensi pers.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Melihat ke cabang game lain yaitu PUBG, tim Aerowolf T8 yang dipimpin oleh Alex “Entruv” Prawira bermain dengan cukup konsisten selama 3 hari dalam 10 ronde pertandingan. Mereka berhasil menjadi juara setelah mengumpulkan 131 poin, sementara Victim Reality ada tepat di belakangnya dengan 101 poin sehingga berhasil amankan posisi runner-up.

Kompetisi PUBG Predator League 2019 ini bisa dibilang cukup unik daripada kebanyakan kompetisi PUBG di Indonesia. Kenapa? Salah satunya karena menggunakan peraturan baru, peraturan PUBG Korea League 2018 dengan sedikit adaptasi untuk menyesuaikan gaya main regional Eropa dan Amerika, kata Entruv. Terkait hal tersebut Entruv memberikan sedikit komentarnya, ia merasa bahwa sebenarnya perubahan rules ini tidak terlalu memberikan banyak masalah kepada para pemain.

“Kita memang jadi harus sedikit mengubah gameplay sih, tapi overall nggak terlalu gimana-gimana buat kita. Satu hal yang pasti, ini sih ngaruh banget buat penonton, karena gameplay jadi lebih seru, dari awal udah seru tembak-tembakan gara-gara sistem poin ini” Jawab Entruv. Berbeda dengan sistem perhitungan poin yang biasa ada dalam kompetisi PUBG Mobile, poin Chicken Dinner dalam pertandingan PUBG Steam di Predator League 2019 ini tidak sebegitu besarnya.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Mengutip laman resmi Predator League poin bagi tim yang mendapatkan chicken dinner di sini hanya 10 poin saja. Sementara itu para tim akan mendapatkan 1 poin dari setiap kill. Sebagai dampaknya, peraturan ini memaksa tim peserta untuk bermain lebih agresif. Kenapa? Karena poin tim yang dapat Chicken Dinner dengan permainan pasif tanpa kill, bisa dengan mudahnya disusul oleh tim yang ada di posisi kedua namun main agresif dengan kill lebih dari 4.

Kemenangan ini memberikan BOOM.ID dan Aerowolf T8 hadiah utama sebesar Rp25 Juta. Mereka juga mendapat kesempatan untuk bertanding dalam Predator League 2019 Asia Pasific (APAC) Finals yang akan diselenggarakan di Bangkok, pada 15-17 Februari 2019 mendatang. Terkait persiapan BOOM.ID dan Aerowolf T8 terbilang sama.

Kalau BOOM.ID sendiri mengatakan bahwa mereka bakal langsung latihan lagi, mengingat dalam waktu dekat juga ada kualifikasi major. Sementara Aerowolf T8 Entruv mengatakan bahwa mereka mungkin akan rehat sejenak untuk refreshing dan langsung segera latihan lagi setelah itu.

Selamat kepada para pemenang, semoga bisa membanggakan nama Indonesia di Predator League 2019 APAC Finals!

6 Game Android yang Mirip dengan PUBG Mobile yang Bisa Jadi Alternatif

Game battle royale, PUBG Mobile dan Fortnite tentu menjadi dua game yang paling disorot dan dipilih. Tetapi, tidak semua orang bisa memainkan keduanya dengan alasan perangkat dan alasan lainnya. Jika Anda termasuk yang tidak beruntung, berikut ada beberapa game yang mirip dengan PUBG Mobile dan cukup menantang untuk ditaklukkan.

Garena Free Fire : Battle Royale

Game besutan Garena ini memiiki mode bermain battle royale yang sama dengan PUBG.  Gameplay yang dapat Anda mainkan sendiri atau bersama teman-temanmu ini tentunya dapat didownload secara gratis di Playstore. Free Fire menjadi pilihan banyak gamer karena ukuran file-nya yang relatif kecil sehingga lebih ringan untuk banyak jenis perangkat.

Application Information Will Show Up Here

Grand Battle Royale

Game android mirip PUBG selanjutnya yaitu Grand Battle Royale.  Bagi Anda yang ingin mencoba game battle royale dengan sensasi ala Minecraft, game ini layak untuk dicoba.  Karakter di dalam game ini berbentuk lego layaknya.  Walaupun hadir dengan tampilan yang lucu, game ini cukup seru dan layak untuk dicoba.

Application Information Will Show Up Here

Rules Of Survival

Game ini memiliki map yang cukup besar layaknya game PUBG sehingga memungkinkan Anda untuk bertemu 300 pemain di medan perang.  Mode game ini terdiri dari solo mode, duo mode dan squad mode yang tentunya bisa Anda mainkan bersama teman-teman.  Ada juga tutorial yang diberikan ketika bermain game ini.  Rules of Survival bisa Anda download secara gratis di Playstore.

Application Information Will Show Up Here

Knives Out

Anda dapat bertemu dengan 100 pemain lainnya di medan perang dalam game Knives Out.  Game besutan NetEase.Inc ini memberikan kualitas grafis yang terbilang sangat baik. Anda bisa memilih bergabung ke pertandingan sebagai solo (seorang diri), duo, atau sebagai squad (empat orang).

Application Information Will Show Up Here

Black Survival

Nah, bagi Anda pecinta karakter anime atau manga, Anda wajib mencoba game android mirip PUBG satu ini.  Black Survival menampilkan karakter game battleground yang unik dan berbeda.  Map yang luas juga memungkinkan Anda untuk bertemu dengan player lain di medan perang, memberikan ruang untuk mencari item selengkap mungkin sebelum bertempur di detik-detik terakhir.

Application Information Will Show Up Here

Doom of Dome

Game ini bisa Anda nikmati tanpa koneksi internet alias offline, tetapi tetap dengan sensasi bermain game PUBG.  Jadi, Anda tak perlu kuatir kehabisan kuota internet saat bermain game ini.  Selain itu, ukuran game ini terbilang cukup kecil dan akan berjalan dengan sangat mulus di smartphone RAM 1GB sekalipun.

Application Information Will Show Up Here

 

Bagaimana, sudah dapat petunjuk mau memainkan game yang mana?