Kata.ai Announces Series B Funding, to Launch a Social Commerce Platform

Wednesday (25/11), the AI ​​and NLP powered conversational technology platform Kata.ai announced a series B funding led by the Trans-Pacific Technology Fund with the participation of MDI Ventures and Buana Investama. The nominal is still undisclosed. Funds will be focused on expanding and accelerating AI services in a broader industry, such as commerce, healthcare, and insurtech.

“The focus is on expanding services towards SMEs, particularly social commerce, as well as accelerating AI services in other industries such as healthcare and engineering. Kata.ai is here as an enabler to help players in this industry be more thriving with artificial intelligence technology,” Kata.ai’s CEO, Irzan Raditya said in the media pers conference for INTERACT 2020.

Irzan also said that Indonesia’s digital economy is projected to reach $125 billion in 2025. It is estimated that by 2030, the impact of artificial intelligence on Indonesia’s GDP could reach $ 366 billion. This number is quite massive considering the positive impact that AI can have on Indonesia.

In addition, with the challenges posed by the pandemic, businesses must find new ways to survive and sustain sales. As many as 125 million Indonesians have used WhatsApp and 70 million of them already have Instagram. This should be used by business people to create new experiences in shopping.

Launching Qios

The social commerce platform is predicted to have quite a big role in online commerce sales in Indonesia. McKinsey predicts that by 2022 the total Gross Merchandise Value (GMV) of social commerce in Indonesia will reach $ 25 billion. Looking at the problems and opportunities that exist, 2021 is predicted to be a momentum for conversational commerce, this solution is not only used for customer service but can also be a scalable sales service.

QIOS is a service for SMEs, especially social sellers who sell through social media to manage their business. Through this platform, SME players can create a virtual system via WhatsApp to serve inquiries, as well as payments to delivery.

This platform is integrated with e-wallets such as OVO, DANA Linkaja, and also logistics services such as Go-Send and Grab Express. Through this platform, SMEs are expected to be more focused on managing their business with the help of AI and chatbots.

“We see a lot of opportunities in this sector, apart from chatbot technology, we are also developing voice technology, and looking for ways to transform business actors in Indonesia at the micro, small and medium scale,” Irzan said.

Currently, Qios is still available in beta. The current business model is freemium, however, there will be a fee for each transaction made on the platform. There is no further information regarding the calculations. One of the merchants that have used Qios’s services is the Tuku Coffee Shop.

Business plan 2021

Since founded in 2016, Kata.ai has collaborated with various institutions on its mission to provide conversational AI services that are scalable and have a broad impact on the people of Indonesia. Some of these include launching a virtual assistant to accommodate the needs of BPJS users, also working with Prixa to provide an AI-based symptom check system.

Kata.ai has experienced very rapid growth. The growth rate in 2020 will increase by 5x from the previous year. To date, Kata.ai has processed more than 750 million conversations. In addition, there are 3 million Monthly Active Users who interact with chatbots created using Kata Platform.

The pandemic is said to be one of the supporting factors for business fertility that allows triple growth, which usually takes 18 months to become in just 6 months.

Regarding the business plan, Irzan said, “Our business plan remains to accelerate digital transformation in Indonesia for business people.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kata.ai Umumkan Pendanaan Seri B, Luncurkan Platform untuk Social Commerce

Rabu (25/11),platform teknologi percakapan bertenaga AI dan NLP Kata.ai mengumumkan pendanaan seri B yang dipimpin oleh Trans-Pacific Technology Fund dengan partisipasi MDI Ventures dan Buana Investama. Tidak disebutkan berapa nominal yang diterima. Dana akan difokuskan untuk ekspansi dan akselerasi layanan AI pada industri yang lebih luas, seperti commerce, healthcare, dan insurtech.

“Fokusnya untuk ekspansi layanan ke arah UKM, khususnya social commerce, juga akselerasi layanan AI di industri lainnya seperti healthcare dan insurtech. Kata.ai di sini sebagai enabler untuk membantu para pemain di industri ini bisa lebih thriving dengan adanya teknologi kecerdasan buatan,” ujar CEO Kata.ai Irzan Raditya dalam konferensi pers media INTERACT 2020.

Irzan turut menyampaikan bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai $125 miliar di tahun 2025. Diperkirakan pada tahun 2030, dampak dari kecerdasan buatan untuk GDP Indonesia bisa mencapai $366 miliar. Angka tersebut sangat masif melihat dampak positif yang AI bisa berikan pada Indonesia.

Selain itu, dengan berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi, para pelaku bisnis harus mencari cara baru untuk bertahan dan menyambung penjualan. Sebanyak 125 juta masyarakat Indonesia telah menggunakan WhatsApp dan 70 juta dari mereka telah memiliki Instagram. Hal ini harusnya bisa dimanfaatkan para pelaku bisnis untuk menciptakan pengalaman baru dalam berbelanja.

Luncurkan platform Qios

Platform social commerce memang diprediksi memiliki peran yang cukup besar dalam penjualan online commerce di Indonesia. McKinsey memprediksi pada tahun 2022 total Gross Merchandise Value (GMV) social commerce di Indonesia akan mencapai $25 miliar. Melihat masalah dan kesempatan yang ada, tahun 2021 diprediksi menjadi momentum untuk conversational commerce, solusi ini tidak hanya digunakan untuk layanan pelanggan namun juga bisa menjadi layanan penjualan yang scalable.

QIOS merupakan layanan untuk para pelaku UKM terkhusus social seller yang berjualan melalui media sosial untuk mengelola bisnis. Melalui platform ini, para pelaku UMKM bisa membuat asistem virtual via WhatsApp untuk melayani pertanyaan, juga pembayaran hingga pengiriman.

Platform ini terintegrasi dengan e-wallet seperti OVO, DANA Linkaja dan juga layanan logistik seperti Go-Send dan Grab Express. Melalui platform ini, pelaku UMKM diharapkan bisa lebih fokus untuk mengelola bisnis dengan bantuan AI dan chatbot.

“Kami melihat banyak sekali peluang dalam sektor ini, selain teknologi chatbot, kami juga tengah mengembangkan teknologi voice, dan mencari cara bagaimana bisa mentransformasi para pelaku bisnis di Indonesia pada skala mikro, kecil dan menengah,” ungkap Irzan

Saat ini, Qios tersedia masih dalam versi beta. Model bisnisnya saat ini adalah freemium, namun akan ada biaya yang ditarik dari setiap transaksi yang dilakukan dalam platform. Belum ada informasi lebih lanjut terkait perhitungan yang digunakan. Salah satu dari puluhan merchant yang sudah menggunakan layanan Qios ini adalah Toko Kopi Tuku.

Rencana 2021

Sejak diluncurkan tahun 2016, Kata.ai sudah berkolaborasi dengan berbagai institusi dalam misinya untuk memberikan layanan conversational AI yang scalable dan berdampak luas bagi masyarakat Indonesia. Beberapa di antaranya adalah dengan meluncurkan asisten virtual untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna BPJS, juga bekerja sama dengan Prixa untuk menyediakan sistem periksa gejala berbasis AI.

Kata.ai telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Angka pertumbuhan di tahun 2020 meningkat sebanyak 5x lipat dari tahun sebelumnya. Hingga saat ini, Kata.ai telah memproses lebih dari 750 juta percakapan. Selain itu, terdapat 3 juta Monthly Active Users yang berinteraksi dengan chatbot yang diciptakan dengan menggunakan Kata Platform.

Pandemi disebut menjadi salah satu faktor pendukung kesuburan bisnis yang memungkinkan pertumbuhan 3 kali lipat yang biasanya memakan waktu 18 bulan jadi hanya dalam kurun waktu 6 bulan.

Terkait rencana bisnis, Irzan menyampaikan, “Rencana bisnis kami tetap untuk mengakselerasi digital transformasi di Indonesia bagi para pelaku bisnis.”