“Social Commerce” dan “Conversational Commerce”: Alternatif Solusi Menjangkau Pasar yang Lebih Luas

Berbelanja melalui platform marketplace sudah tidak asing lagi di Indonesia. Pandemi yang berjalan setahun terakhir mendorong akselerasi yang lebih masif untuk pemanfaatan platform ini ketika bertransaksi, baik oleh penjual maupun pembeli.

Kondisi ini membuat persaingan menjadi semakin ketat. Untuk meningkatkan daya saing sebuah merchant, social commerce dan conversational commerce menjadi dua strategi alternatif saat berjualan secara online.

Perbedaan pengertian

Social commerce adalah kegiatan jual-beli yang dilakukan media sosial. Ini berbeda dengan social media marketing ketika penjual hanya mempromosikan produk mereka di media sosial tetapi transaksi pembelian tetap terjadi di online marketplace. Adanya social commerce memudahkan konsumen untuk tidak perlu berpindah-pindah platform.

Conversational commerce adalah interaksi antara penjual dan pembeli melalui pesan/chatting. Strategi ini digunakan untuk membangun hubungan yang kuat dengan konsumen sehingga bisnis dapat memiliki loyalitas konsumen yang lebih tinggi. Strategi ini masih belum diimplementasikan dengan baik di Indonesia, padahal dilansir dari survei Trends 2.0 yang dilakukan Crowd DNA, 69% Gen Z ingin dapat berkomunikasi dengan lebih banyak brand melalui aplikasi pesan.

Penggunaan conversational commerce

Conversational commerce dapat digunakan untuk menunjang kegiatan jual beli di platform marketplace. Bisnis dapat memberikan informasi tentang keluaran produk terbaru atau diskon melalui aplikasi pesan instan.

Di Indonesia sendiri, menurut data IndonesiaDigital 2021, tingkat penetrasi penggunaan WhatsApp mencapai 87%. Jika perusahaan memanfaatkan WhatsApp dengan baik, mereka bisa membangun customer relationship dengan mudah karena menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan apa yang konsumen gunakan. Fitur Mass Notification Messages di WhatsApp Business API memudahkan penyebaran material promosi ke banyak konsumen.

Untuk memberikan nilai lebih terhadap strategi conversational commerce, bisnis bisa melakukan pendakatan personal melalui pesan yang disebarkan.

Personalisasi yang paling mudah dilakukan adalah dengan menyebutkan nama konsumen di setiap pesan promosi. Melalui WhatsApp Business API, perusahaan dapat menjadwalkan mass notifications menggunakan template pesan seperti:

Halo, {{nama konsumen}}!. Kami punya yang baru, nih! Untuk menyambut hari libur sekolah, kami mengadakan sale untuk semua produk!

Penggunaan social commerce

Berdasarkan studi yang dilakukan Accenture berjudul Beauty Customer Journey Study, 97% pembeli make up dan skincare menggunakan Instagram untuk mencari brand baru hingga informasi tentang tips dan trik. Untuk memberikan pelayanan terhadap pasar seperti ini, perusahaan dapat reach out dan bertransaksi via Direct Message (DM) menggunakan Messenger API for Instagram.

Social commerce di Instagram sangat menguntungkan untuk membangun branding, karena perusahaan mempunyai situs sendiri (menggunakan platform ini) dalam bentuk feeds yang cantik dan rapi. Konsumen akan langsung melihat katalog yang dijual dan saat ingin membeli hanya perlu mengirimkan pesan agar langsung ditangani.

Keuntungan lain menggunakan Messenger API for Instagram adalah integrasi dengan sistem chatbot. Chatbot menjadi seperti salesperson untuk menjawab semua pertanyaan konsumen hingga menerima transaksi. Dengan menggabungkan kedua sistem ini, sangat mudah untuk konsumen untuk bertanya mengenai produk tanpa harus menunggu lama. Selain menciptakan experience yang lebih baik untuk konsumen, chatbot diklaim juga meningkatkan produktivitas dan efisiensi karena akan mengotomasi semua transaksi masuk.

Baik social commerce maupun conversational commerce memberikan added value bagi merchant dibandingkan jika hanya berjualan di marketplace. Kombinasi marketplace + conversational commerce + social commerce membantu bisnis memberikan pelayanan yang lebih menyeluruh dan menjangkau konsumen yang lebih luas.


Disclosure: artikel tamu ini ditulis oleh 3Dolphins, business solution provider yang memudahkan akses untuk WhatsApp Business API dan Messenger API for Instagram. Kontak lebih lanjut bisa melalui email ke [email protected].

Header image oleh DepositPhotos.

Kata.ai Announces Series B Funding, to Launch a Social Commerce Platform

Wednesday (25/11), the AI ​​and NLP powered conversational technology platform Kata.ai announced a series B funding led by the Trans-Pacific Technology Fund with the participation of MDI Ventures and Buana Investama. The nominal is still undisclosed. Funds will be focused on expanding and accelerating AI services in a broader industry, such as commerce, healthcare, and insurtech.

“The focus is on expanding services towards SMEs, particularly social commerce, as well as accelerating AI services in other industries such as healthcare and engineering. Kata.ai is here as an enabler to help players in this industry be more thriving with artificial intelligence technology,” Kata.ai’s CEO, Irzan Raditya said in the media pers conference for INTERACT 2020.

Irzan also said that Indonesia’s digital economy is projected to reach $125 billion in 2025. It is estimated that by 2030, the impact of artificial intelligence on Indonesia’s GDP could reach $ 366 billion. This number is quite massive considering the positive impact that AI can have on Indonesia.

In addition, with the challenges posed by the pandemic, businesses must find new ways to survive and sustain sales. As many as 125 million Indonesians have used WhatsApp and 70 million of them already have Instagram. This should be used by business people to create new experiences in shopping.

Launching Qios

The social commerce platform is predicted to have quite a big role in online commerce sales in Indonesia. McKinsey predicts that by 2022 the total Gross Merchandise Value (GMV) of social commerce in Indonesia will reach $ 25 billion. Looking at the problems and opportunities that exist, 2021 is predicted to be a momentum for conversational commerce, this solution is not only used for customer service but can also be a scalable sales service.

QIOS is a service for SMEs, especially social sellers who sell through social media to manage their business. Through this platform, SME players can create a virtual system via WhatsApp to serve inquiries, as well as payments to delivery.

This platform is integrated with e-wallets such as OVO, DANA Linkaja, and also logistics services such as Go-Send and Grab Express. Through this platform, SMEs are expected to be more focused on managing their business with the help of AI and chatbots.

“We see a lot of opportunities in this sector, apart from chatbot technology, we are also developing voice technology, and looking for ways to transform business actors in Indonesia at the micro, small and medium scale,” Irzan said.

Currently, Qios is still available in beta. The current business model is freemium, however, there will be a fee for each transaction made on the platform. There is no further information regarding the calculations. One of the merchants that have used Qios’s services is the Tuku Coffee Shop.

Business plan 2021

Since founded in 2016, Kata.ai has collaborated with various institutions on its mission to provide conversational AI services that are scalable and have a broad impact on the people of Indonesia. Some of these include launching a virtual assistant to accommodate the needs of BPJS users, also working with Prixa to provide an AI-based symptom check system.

Kata.ai has experienced very rapid growth. The growth rate in 2020 will increase by 5x from the previous year. To date, Kata.ai has processed more than 750 million conversations. In addition, there are 3 million Monthly Active Users who interact with chatbots created using Kata Platform.

The pandemic is said to be one of the supporting factors for business fertility that allows triple growth, which usually takes 18 months to become in just 6 months.

Regarding the business plan, Irzan said, “Our business plan remains to accelerate digital transformation in Indonesia for business people.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kata.ai Umumkan Pendanaan Seri B, Luncurkan Platform untuk Social Commerce

Rabu (25/11),platform teknologi percakapan bertenaga AI dan NLP Kata.ai mengumumkan pendanaan seri B yang dipimpin oleh Trans-Pacific Technology Fund dengan partisipasi MDI Ventures dan Buana Investama. Tidak disebutkan berapa nominal yang diterima. Dana akan difokuskan untuk ekspansi dan akselerasi layanan AI pada industri yang lebih luas, seperti commerce, healthcare, dan insurtech.

“Fokusnya untuk ekspansi layanan ke arah UKM, khususnya social commerce, juga akselerasi layanan AI di industri lainnya seperti healthcare dan insurtech. Kata.ai di sini sebagai enabler untuk membantu para pemain di industri ini bisa lebih thriving dengan adanya teknologi kecerdasan buatan,” ujar CEO Kata.ai Irzan Raditya dalam konferensi pers media INTERACT 2020.

Irzan turut menyampaikan bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai $125 miliar di tahun 2025. Diperkirakan pada tahun 2030, dampak dari kecerdasan buatan untuk GDP Indonesia bisa mencapai $366 miliar. Angka tersebut sangat masif melihat dampak positif yang AI bisa berikan pada Indonesia.

Selain itu, dengan berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi, para pelaku bisnis harus mencari cara baru untuk bertahan dan menyambung penjualan. Sebanyak 125 juta masyarakat Indonesia telah menggunakan WhatsApp dan 70 juta dari mereka telah memiliki Instagram. Hal ini harusnya bisa dimanfaatkan para pelaku bisnis untuk menciptakan pengalaman baru dalam berbelanja.

Luncurkan platform Qios

Platform social commerce memang diprediksi memiliki peran yang cukup besar dalam penjualan online commerce di Indonesia. McKinsey memprediksi pada tahun 2022 total Gross Merchandise Value (GMV) social commerce di Indonesia akan mencapai $25 miliar. Melihat masalah dan kesempatan yang ada, tahun 2021 diprediksi menjadi momentum untuk conversational commerce, solusi ini tidak hanya digunakan untuk layanan pelanggan namun juga bisa menjadi layanan penjualan yang scalable.

QIOS merupakan layanan untuk para pelaku UKM terkhusus social seller yang berjualan melalui media sosial untuk mengelola bisnis. Melalui platform ini, para pelaku UMKM bisa membuat asistem virtual via WhatsApp untuk melayani pertanyaan, juga pembayaran hingga pengiriman.

Platform ini terintegrasi dengan e-wallet seperti OVO, DANA Linkaja dan juga layanan logistik seperti Go-Send dan Grab Express. Melalui platform ini, pelaku UMKM diharapkan bisa lebih fokus untuk mengelola bisnis dengan bantuan AI dan chatbot.

“Kami melihat banyak sekali peluang dalam sektor ini, selain teknologi chatbot, kami juga tengah mengembangkan teknologi voice, dan mencari cara bagaimana bisa mentransformasi para pelaku bisnis di Indonesia pada skala mikro, kecil dan menengah,” ungkap Irzan

Saat ini, Qios tersedia masih dalam versi beta. Model bisnisnya saat ini adalah freemium, namun akan ada biaya yang ditarik dari setiap transaksi yang dilakukan dalam platform. Belum ada informasi lebih lanjut terkait perhitungan yang digunakan. Salah satu dari puluhan merchant yang sudah menggunakan layanan Qios ini adalah Toko Kopi Tuku.

Rencana 2021

Sejak diluncurkan tahun 2016, Kata.ai sudah berkolaborasi dengan berbagai institusi dalam misinya untuk memberikan layanan conversational AI yang scalable dan berdampak luas bagi masyarakat Indonesia. Beberapa di antaranya adalah dengan meluncurkan asisten virtual untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna BPJS, juga bekerja sama dengan Prixa untuk menyediakan sistem periksa gejala berbasis AI.

Kata.ai telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Angka pertumbuhan di tahun 2020 meningkat sebanyak 5x lipat dari tahun sebelumnya. Hingga saat ini, Kata.ai telah memproses lebih dari 750 juta percakapan. Selain itu, terdapat 3 juta Monthly Active Users yang berinteraksi dengan chatbot yang diciptakan dengan menggunakan Kata Platform.

Pandemi disebut menjadi salah satu faktor pendukung kesuburan bisnis yang memungkinkan pertumbuhan 3 kali lipat yang biasanya memakan waktu 18 bulan jadi hanya dalam kurun waktu 6 bulan.

Terkait rencana bisnis, Irzan menyampaikan, “Rencana bisnis kami tetap untuk mengakselerasi digital transformasi di Indonesia bagi para pelaku bisnis.”

ChatzBro Berikan Kemudahan Membuat “Chatbot Commerce”

Persaingan jual beli online sekarang sudah memasuki babak baru. Tidak hanya penyedia platform yang bersaing untuk memberikan pengalaman prima para penjual pun berlomba-lomba memilih dan memilah layanan mana yang cocok digunakan untuk meningkatkan penjualan produk mereka. Hadir sebagai chatbot, ChatzBro memungkinkan penjual atau pedagang mendapatkan platform atau asisten yang siap menjadi ujung tombak dalam melayani hubungan mereka dengan pelanggan. Tentunya melalu platform percakapan atau chat.

Dalam halaman resminya ChatzBro mengklaim menghadirkan Chatbot Commerce yang bisa memungkinkan para menjual membuat toko online yang buka setiap hari. ChatzBro yang saat ini bermodalkan platform chat berbasis Facebook Messenger dilengkapi beberapa fitur yang bisa memudahkan penjual dalam mengelola toko.

Di antaranya transaksi menggunakan chat, broadcast pesan, integrasi pembayaran dengan iPaymu, auto reply comment hingga Facebook Page. Fitur-fitur ini disebut menjadi salah satu kunci bagi penjual untuk bisa memberikan pengalaman berbelanja berharga bagi para penjualnya.

“ChatzBro versi beta diluncurkan enam bulan lalu. Dari sana kami melakukan beberapa kali pivot, karena banyak sekali user Indonesia yang belum mudah adopsi. Saat ini teknologi ChatzBro mulai mulai bisa diadopsi user setelah kami memasukkan beberapa fitur otomatisasi yang berfungsi untuk menunjang penjualan secara organik,” papar CEO Marketbiz, perusahaan yang menaungi ChatzBro, Silvia Ratna.

Lebih jauh Silvia juga menjelaskan bahwa saat ini di tengah persaingan layanan chatbot yang menghangat, ChatzBro mencoba fokus membangun ekossitem dan mengakselerasi bisnis pengguna melalui penjualan secara otomatis.

“Target kita mengotomatisasi bisnis user, meminimalisasi error sales yang banyak dilakukan oleh customer support dan tentunya dengan goal seperti ini ChatzBro bisa mencapai target dua puluh ribu user,” terang Silvia.

Salah satu yang berkaitan erat dengan chatbot adalah kecerdasan buatan yang berhubungan langsung dengan teknologi pengolahan bahasa. Untuk inovasi ini ChatzBro sedang mengupayakan hal tersebut dengan tujuan dan fungsi sebagai alat peningkatan enggagement bisnis.

“AI (Artificial intelligence) tidak akan cukup menarik di Indonesia jika tidak ditambahkan fitur organic engagement yg lain. ChatzBro tetap mengarah ke pengembangan AI dengan fungsi tetap sebagai tools enggagement bisnis, tidak hanya berfungsi sebagai pengumpul data,” tutup Silvia.

Prism Touch Mudahkan Pengelolaan Pembayaran Melalui Kanal Messaging

Prism yang mengusung konsep chat to buy kembali melengkapi portofolio layanannya dengan meluncurkan Prism Touch, sebuah aplikasi yang memudahkan para penjual untuk mengelola transaksi mereka. Aplikasi custom keyboard ini disiapkan untuk memudahkan menjual membuat tagihan hingga mengingatkan pelanggan untuk segera melunasinya.

Seperti ditulis CEO Prism Batista Harahap dalam rilisnya, Prism Touch mengusung misi umembawa pengalaman berjualan nomor satu. Aplikasi Prism Touch hadir dalam bentuk custom keyboard yang bisa digunakan penjual untuk berinteraksi dengan pembeli melalui berbagai platform pesan instan, seperti WhatsApp, Line@, Line, Instagram, BBM, Telegram, Facebook, dan lainnya.

Prism Touch mendukung metode pembayaran melalui Midtrans dan transfer bank, meliputi Bank Mandiri, BCA, BNI, dan BRI.

Untuk penjual yang sudah menjadi pengguna Midtrans, layanan Prism Touch bisa digunakan untuk menerima pembayaran dari berbagai metode, seperti Credit Card, Bank Transfer (BCA VA, Mandiri Bill Payment, BNI VA, BRI e-Pay, dll), Indomaret dan sebentar lagi terintegrasi dengan Go-Pay.

Untuk kemudahan pengelolaan transaksi, Prism Touch menghadirkan dashboard yang bisa digunakan untuk mengelola keseluruhan aplikasi. Jika pengguna merupakan pengguna Midtrans, setiap pembayaran yang dibayarkan akan secara otomatis berpindah dari status pending ke paid.

prism touch 2 prism touch 1

Cara pengaturannya cukup mudah. Pengguna tinggal masuk atau login menggunakan akun Google kemudian mengisi informasi yang diperlukan, seperti nama toko, akun bank, dan key untuk terhubung dengan Midtrans. Selanjutnya pengguna tinggal mengaktifkan keyboard Prism Touch di bagian pengaturan input dan bahasa. Prism Touch bisa langsung digunakan.

“Kita memang berawal dari Coral yang punya misi untuk memberikan first class experience untuk seller. Oleh karena itu, produk ini fokus hanya untuk melayani sellers. App ini ga ada gunanya untuk consumer. Sebagai seller, sekarang dengan Prism Touch ga perlu lagi pake catetan manual untuk transaksi-transaksinya. Cukup dengan satu aplikasi dan semua kebutuhannya sebagai seller, kita fasilitasi,” ujar Tista tentang aplikasi Prism Touch.

Application Information Will Show Up Here

Berkenalan dengan Bang Joni, Chatbot yang Siap Jadi Teman Virtual Anda (Updated)

Beberapa waktu lalu DailySocial mencoba layanan asisten virtual yang berbasis chatbot Telegram, Bang Joni. Tim Bang Joni, yang diwakili Marketing Communication Bang Joni Asti Widiandita, menjelaskan bahwa mereka tidak mau disebut sebagai layanan asisten virtual. Bang Joni memposisikan diri sebagai teman virtual yang siap melayani keinginan “teman-teman” mereka semudah chat biasa.

Salah satu yang membedakan BangJoni dengan layanan asisten virtual yang saat ini sudah mulai banyak beroperasi adalah platform. Bang Joni bekerja di atas platform Telegram. Artinya mereka tidak membutuhkan pengguna untuk mendaftarkan ke sistem mereka. Cukup tergabung dalam Telegram dan berteman dengan @bangjonibot maka sistem Bang Joni siap melayani pengguna.

Hal lain yang membedakan adalah perintah atau permintaan hanya terbatas beberapa pilihan yang disediakan Bang Joni. Tidak seperti layanan asisten virtual yang selama ini ada yang tidak membatasi permintaan dari pengguna. Termasuk juga melayani permintaan atau pertanyaan “iseng” dari para penggunanya.

Bang Joni bekerja mengandalkan API dari Telegram yang dibuka untuk umum. Perintah berupa chat di Telegram nantinya akan diteruskan ke sistem Bang Joni yang juga terhubung dengan API dari mechant-merchant yang sudah bekerja sama dengan mereka.

“Yang paling membedakan, sistem Bang Joni itu sendiri, yang sudah terhubung API dengan merchant-merchant, semuanya otomatis, jadi chat teman-teman Bang Joni bukan dijawab satu per satu oleh customer service, tapi oleh system Bang Joni itu sendiri,” demikian jelas Asti.

BangJoni yang digagas oleh Diatce G Harahap dan Arra Primanta masih berjalan menggunakan modal pribadi atau self-funded. Meski masih terbilang baru, pihak BangJoni cukup optimis diterima oleh masyarakat. Tren masyarakat, terutama anak muda, saat ini gemar melakukan aktivitas chatting dan Bang Joni yang menggunakan konsep conversational commerce mencoba mengambil kue dari tren ini. Tak hanya Telegram, Bang Joni ke depan juga akan hadir di aplikasi LINE.

“Saat ini fokus Bang Joni adalah mencari teman sebanyak-banyaknya dan bekerjasama dengan merchant-merchant yang relevan untuk teman-temannya Bang Joni , memperkuat fitur-fitur yang sudah ada, dan memperbanyak fitur fitur lainnya,” terang Asti.

Mengenal BangJoni dan Teknologi di baliknya

Nama BangJoni dipilih memang karena cukup unik. Dari pemaparan Asti saat nama tersebut, Joni,  diambil dari nama yang cukup familiar di telinga masyarakat Indonesia dan tidak mengacu pada daerah tertentu. Selain itu nama Joni juga merujuk pada nama perusahaan yang menaunginya, PT Kita Jualan Online Indonesia. Penambahan sapaan “Bang” juga disebutkan sebagai salah satu untuk mengakrabkan pengguna dengan teman virtual mereka, BangJoni.

Di awal peluncurannya ini BangJoni mengandalkan tiga buah model monetisasi, di antaranya adalah call center charge, sales commission based dan targeted ads.

Menyoal Teknologi yang digunakan, BangJoni disebutkan menggunakan teknologi NLP (Natural Language Processing). Menurut Asti teknologi tersebut digunakan untuk mempelajari kebiasaan penggunanya dalam memberi perintah dan menghasilkan produk dari kata-kata. Kemudian bersama tim IT dan copy writer akan disusun perintah dalam percakapan sehari-sehari.

Update : Informasi mengenai asal mula nama BangJoni dan teknologi yang digunakan