Startup Fintech Volopay Incar Pasar Indonesia Setelah Kantongi Pendanaan Seri A

Startup fintech pengelolaan transaksi keuangan Volopay mengumumkan pendanaan seri A sebesar $29 juta atau setara lebih dari 415 miliar Rupiah. Putaran ini melibatkan beberapa investor seperti JAM Fund, Winklevoss Capital Management, Rapyd Ventures, Accial Capital, Co-founder Acorns Jeffrey Cruttenden, Access Ventures, Antler Global, dan VentureSouq.

Salah satu agenda besar yang akan dilakukan perusahaan setelah menerima pendanaan tersebut adalah ekspansi ke sejumlah negara di APAC, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Indonesia masuk ke dalam jajaran negara yang dibidik oleh startup yang sudah memiliki bisnis di Singapura dan Australia ini. Serta, melanjutkan inovasi teknologi baru dan meningkatkan integrasi dengan berbagai perusahaan dan aplikasi manajemen proyek.

Layanan finansial terpadu untuk bisnis

Volopay sejatinya dirintis untuk menyelesaikan dua isu mendesak yang dihadapi oleh UKM dan startup, yakni tingginya biaya valuta asing dan minimnya platform yang mampu mengakses semua data transaksi. Volopay menggabungkan akun bisnis, kartu perusahaan, pembayaran tagihan, penggantian biaya, kredit, cashback, dan otomatisasi akuntansi ke dalam satu platform tunggal.

Platform tersebut memungkinkan para penggunanya untuk menyimpan uang dalam Rupiah dan mata uang besar lainnya, seperti USD, SGD, EUR, GBP untuk digunakan sebagai pembayaran dan menghilangkan jumlah biaya valas yang terlalu tinggi akibat pembayaran internasional.

Platform Volopay memberikan fleksibilitas kepada perusahaan rintisan dan perusahaan dengan menerbitkan kartu perusahaan multicurrency prabayar virtual dan/atau fisik dalam mata uang lokal mereka dengan cashback hingga 5% untuk semua transaksi kartu.

Platform ini juga memroses transfer bank domestik dan internasional dengan nilai tukar mata uang asing yang rendah dan biaya transaksi. Selain itu, menyediakan manajemen biaya yang membantu melacak dan mengontrol semua pengeluaran secara real-time.

Co-founder & CEO Volopay Rajith Shaji menyatakan, saat ini pihaknya sedang membangun pusat kendali untuk perusahaan modern guna memenuhi seluruh kebutuhan manajemen keuangan mereka. Volopay dapat digunakan dengan mudah untuk perusahaan dengan jumlah karyawan lima orang, hingga perusahaan dengan karyawan sebanyak 500 orang.

“Kami memiliki visi untuk membuat platform pengelolaan keuangan terpadu untuk seluruh perusahaan di seluruh dunia setelah ekspansi pasar kami di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (1/3).

Di Indonesia sendiri sebenarnya juga sudah ada solusi serupa. Salah satunya juga dihadirkan oleh startup asal Singapura bernama Aspire. Strategi mereka sama, yakni menyajikan layanan transaksional all-in-one untuk membantu bisnis di berbagai skala. Sementara untuk isu transaksi cross-border juga ada Nium yang dibawa ke Indonesia berkat kemitraan strategis dengan pemodal lokal, termasuk MDI Ventures dan BRI Ventures.

Bantu bisnis global tangani transaksi

Volopay mengklaim telah membawa perubahan besar bagi sistem transaksi keuangan yang masih menggunakan cara tradisional. Shaji berambisi Volopay dapat menjadi solusi utama untuk kebutuhan bisnis berskala global dengan berbagai kebutuhan, seperti automasi faktur, pembayaran tagihan, layanan akun bisnis antar mata uang dan tanpa batas seperti yang dimiliki oleh bank tradisional.

Untuk mencapai ambisi tersebut, Volopay telah membangun infrastruktur sendiri dan mengajukan permohonan lisensi keuangan pada setiap region, sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh perusahaan lain secara regional. Melalui infrastruktur tersebut, Volopay dapat membantu klien global dengan menghilangkan kebutuhan integrasi dengan berbagai platform layanan keuangan pihak ketiga lainnya. Hal ini memberikan penggunanya kemudahan secara konsisten, terlepas dari wilayah tempat operasi bisnis mereka.

Volopay mengklaim telah melihat total nilai pembayarannya meningkat 98% setiap bulan dan pendapatannya melonjak 41% sejak putaran pendanaan awal. Timnya juga terus berkembang dari 20 menjadi lebih dari 150 karyawan dan mengumpulkan lebih dari 700 pelanggan seperti  Funding Societies, Zipmex, Moneysmart, Smartkarma, dan Austrionova sejak awal 2021. Pertumbuhan yang menjanjikan seperti inilah yang biasanya menarik investor baru atau memperkuat dukungan dari investor sebelumnya.

Founder Tinder dan JAM Fund Justin Mateen menuturkan, “Saya telah bekerja sama dengan tim Volopay yang luar biasa sejak tahap investasi awal. Kesuksesan Volopay dalam putaran Seri A ini tentunya didukung dengan pertumbuhan bisnis dan kemampuan tim untuk berinovasi dengan cepat dan platform yang dapat disesuaikan di berbagai wilayah yurisdiksi. Saya bangga dapat bermitra dan mendukung Volopay untuk berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.”

Modalku Bags Over 2 Trillion Rupiah in Series C+ Round, Entering the Neobank Market

Modalku Group announced a series C+ funding round of $144 million (around 2.06 trillion Rupiah) led by Softbank Vision Fund 2, with participation from VNG Corporation, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, and previous investors, including Sequoia Capital India and BRI Ventures.

Moreover, the company also confirmed a new loan facility of $150 million (around2.15 trillion) from financial institutions in Europe, the United States, and Asia. This round follows the previous series C funding worth of $45 million earned between 2020 and 2021. In total, the company has secured $189 million (approximately IDR 2.7 trillion).

The funding will strengthen the company’s position in leading regional digital funding. The fresh money will be channeled to manage expenses and improve B2B Payments services for MSMEs in Southeast Asia in order to become a neobank. KoinWorks has taken the same strategy for its next focus.

The management also mentioned that $16 million (approximately 229 billion Rupiah) of this funds will be used to contribute to the company’s stock options plan in the form of share repurchases, for former and current employees.

In an official statement, Funding Societies’ Co-founder, Reynold Wijaya said, “[..] After successfully proving our credit capability during an unprecedented financial crisis, Modalku will expand its business to neobank market. We are committed to better support MSMEs, strengthen our presence in Southeast Asia, and bring a greater positive impact to society.”

SoftBank Investment Advisers’ Managing Partner, Greg Moon added, “Southeast Asia’s MSMEs have historically struggled to get access to loans from financial institutions, but they have been forced to rely on private funding to support their business growth. Modalku exists and bridges these entrepreneurs to access more funding that can fulfill their needs.

“Moreover, it is more affordable to build a data system that valued a business based on its performance and implements Artificial Intelligence (AI)-based technology to make the process more effective. We are pleased to be able to support their mission to contribute to Southeast Asia by funding viable but underserved MSMEs,” Moon said.

Focus on the MSME industry

The  Modalku Group, founded in 2015, seeks to solve MSMEs’ main paint points that hinder its growth, including the financial gap of $300 billion (approximately IDR 4.6 quadrillion) in the Southeast Asia region. With almost 99% considered small businesses in Southeast Asia, in fact MSME players have discovered many obstacles in accessing business loans from conventional financial institutions due to the lack of a credit track record or collateral.

Modalku is to offer loans of up to IDR 2 billion which can be disbursed within 24 hours as a solution for MSMEs in facing challenges related to capital access. Currently, the company is positioning itself as a one-stop shop in MSME’s funfing for it is no longer uses the traditional supply chain approach to achieve financial inclusion, but uses an Artificial Intelligence (AI)-based credit model and the added value of its products to reach underserved businesses.

A recent study by Asian Development Bank revealed that MSMEs backed by the Modalku Group has contributed USD 3.6 billion (approximately Rp 51.6 trillion) to Southeast Asia’s GDP.

After seven years, the Modalku Group has acquired licenses in four ASEAN countries, including Singapore, Indonesia, Malaysia, Thailand, and is available in Vietnam. To date, the company has disbursed more than Rp29.4 trillion in business funding to more than 4.9 million MSME loan transactions in Southeast Asia.

Since 2019, the Modalku Group has expanded its financial services beyond lending and plans to expand to more locations in Southeast Asia in the next 12 months.

Virtual Credit

Regarding plans to enter neobank, the company has launched “Virtual Credit”, a paylater facility to support business needs for MSMEs in the form of  certain credit limit that can be used for digital transaction on online/offline platforms or suppliers. With a fast approval process, limits can be used to increase stock of goods, develop businesses, as well as urgent needs of entrepreneurs.

This Virtual Credit can be used by private MSMEs and business entities (PT/CV) to manage and control business cash flow with easy access. The limit given will be adjusted to the business scale. The private MSME can get a credit limit of up to Rp100 million, while for MSMEs with business entities can get up to Rp500 million. MSMEs can apply for this facility without collateral.

Currently, Modalku has collaborated with more than 100 online and offline suppliers to assist MSMEs in fulfilling business needs. Several online platforms  have collaborated, including JD.ID, Bizzy, Blibli, Jubelio, and will continue to grow as services develop.

“With the paylater facility for this business, we aim to give MSMEs the flexibility to get a longer maturity and help MSMEs control cash flow better because income or receivables often fluctuate from time to time, especially during times of crisis. The pandemic is still protracted and uncertain,” Modalku’s Head of Growth and Partnership, Arthur Adisusanto said.

Cash flow alone is the lifeblood of every business lines. The ability to be able to manage income and expenses is essential in developing any business. When cash inflows are slower than outflows (negative cash flow), running and growing a business becomes more difficult.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Modalku Raih Pendanaan Seri C+ Lebih dari 2 Triliun Rupiah, Siap Masuk ke Neobank

Grup Modalku mengumumkan perolehan pendanaan seri C+ senilai $144 juta (sekitar 2,06 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh Softbank Vision Fund 2, dengan partisipasi dari VNG Corporation, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, dan investor sebelumnya, seperti Sequoia Capital India dan BRI Ventures.

Dalam kesempatan tersebut, perusahaan juga mengumumkan fasilitas dana pinjaman terbaru sebesar $150 juta (sekitar 2,15 triliun) dari lembaga keuangan di Eropa, Amerika serikat, dan Asia. Pengumuman ini menyusul ronde seri C senilai $45 juta yang diperoleh antara tahun 2020 dan 2021. Bila ditotal, perusahaan mengantongi $189 juta (sekitar 2,7 triliun Rupiah).

Pendanaan yang diraih akan memperkuat posisi perusahaan sebagai pemimpin dalam pendanaan digital regional. Dana akan digunakan untuk mengelola pengeluaran serta meningkatkan layanan B2B Payments bagi UMKM di Asia Tenggara dalam rangka menjadi neobank. Strategi yang sama juga diambil KoinWorks untuk fokus berikutnya.

Manajemen juga menyampaikan sebanyak $16 juta (sekitar 229 miliar Rupiah) dari pendanaan terbaru ini akan digunakan untuk berkontribusi ke opsi rencana saham perusahaan dalam bentuk pembelian kembali saham, bagi karyawan terdahulu maupun saat ini.

Dalam keterangan resmi, Co-founder Funding Societies Reynold Wijaya menyampaikan, “[..] Setelah berhasil membuktikan kapabilitas kredit kami selama krisis finansial yang belum pernah terjadi sebelumnya, Modalku akan memperluas bisnis menuju neobanking. Kami berkomitmen untuk dapat mendukung UMKM lebih baik, memperkuat kehadiran kami di Asia Tenggara, dan membawa dampak positif yang lebih besar ke masyarakat.”

Managing Partner SoftBank Investment Advisers Greg Moon menambahkan, secara historis UMKM di Asia Tenggara berjuang untuk mendapatkan akses pinjaman dari institusi keuangan, tetapi mereka justru terpaksa mengandalkan pendanaan pribadi untuk mendukung pertumbuhan usaha mereka. Modalku hadir dan menjembatani para pengusaha ini untuk mengakses pendanaan yang lebih sesuai kebutuhan mereka.

“Juga, lebih terjangkau dengan membangun sistem data yang menilai suatu usaha dari kinerjanya dan menggunakan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) agar proses menjadi lebih efektif. Kami senang dapat mendukung misi mereka berkontribusi bagi Asia Tenggara dengan mendanai UMKM yang layak namun belum terlayani,” kata Moon.

Fokus ke UMKM

Grup Modalku yang didirikan pada tahun 2015 ini berupaya memecahkan tantangan-tantangan utama UMKM yang menghambat pertumbuhan mereka, mulai dari adanya financial gap sebesar $300 miliar (sekitar Rp 4,6 kuadriliun) di kawasan Asia Tenggara. Meskipun nyaris 99% dari semua usaha di Asia Tenggara merupakan usaha kecil, nyatanya para pelaku UMKM menghadapi banyak rintangan dalam memperoleh pinjaman usaha dari lembaga keuangan konvensional karena kurangnya rekam jejak kredit atau agunan untuk dijaminkan.

Layanan Modalku hadir untuk menawarkan pinjaman hingga Rp2 miliar yang dapat dicairkan dalam waktu 24 jam, sehingga menjadi solusi bagi para UMKM terhadap tantangan terkait akses modal untuk bisnis. Saat ini perusahaan memosisikan diri sebagai one-stop shop dalam pendanaan UMKM sehingga tidak lagi menggunakan pendekatan supply chain tradisional untuk mencapai inklusi keuangan, melainkan dengan model kredit berbasis Artificial Intelligence (AI) serta menggunakan nilai tambah produk yang dimiliki untuk menjangkau bisnis yang kurang terlayani.

Sebuah studi terbaru yang menggunakan metodologi dari Asian Development Bank, mengungkapkan bahwa UMKM yang didukung oleh Grup Modalku berkontribusi sebesar USD 3,6 miliar (sekitar Rp 51,6 triliun) ke PDB di Asia Tenggara.

Setelah tujuh tahun berlalu, Grup Modalku saat ini sudah memiliki lisensi di empat negara ASEAN, yaitu Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan sudah beroperasi di Vietnam. Hingga saat ini, perusahaan telah menyalurkan pendanaan usaha lebih dari Rp29,4 triliun kepada lebih dari 4,9 juta transaksi pinjaman UMKM di Asia Tenggara.

Sejak 2019, Grup Modalku telah memperluas layanan keuangannya di luar pinjaman dan berencana untuk melakukan ekspansi ke lebih banyak lokasi di Asia Tenggara dalam 12 bulan ke depan.

Virtual Credit

Dalam rangka menuju neobank, sebelumnya perusahaan meluncurkan “Virtual Credit”, fasilitas paylater untuk mendukung kebutuhan usaha bagi UMKM dalam bentuk limit kredit yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara digital di platform atau supplier online/offline. Dengan proses persetujuan yang cepat, limit dapat digunakan untuk menambah stok barang, mengembangkan usaha, serta kebutuhan mendesak para pengusaha.

Fasilitas Modalku Virtual Credit ini dapat digunakan oleh UMKM individual maupun berbadan usaha (PT/CV) untuk mengelola dan mengontrol arus kas usaha dengan akses yang mudah. Limit yang diberikan akan disesuaikan dengan skala bisnisnya. Kategori UMKM individual bisa mendapatkan limit kredit hingga Rp100 juta, sedangkan untuk UMKM berbadan usaha hingga Rp500 juta. UMKM dapat mengajukan fasilitas ini tanpa perlu memiliki agunan.

Saat ini, Modalku telah bekerja sama dengan lebih dari 100 supplier online dan offline untuk membantu UMKM dalam pemenuhan kebutuhan usaha. Beberapa platform online yang sudah bekerja sama di antaranya JD.ID, Bizzy, Blibli, Jubelio, dan akan terus bertambah seiring perkembangan layanan.

“Dengan adanya fasilitas paylater untuk bisnis ini, kami bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada UMKM agar mendapatkan tempo yang lebih panjang dan membantu UMKM mengontrol arus kas dengan lebih baik karena pemasukan atau piutang yang sering kali bersifat fluktuatif dari waktu ke waktu, terutama di masa-masa pandemi yang masih berkepanjangan dan tidak menentu,” ujar Head of Growth and Partnership Modalku Arthur Adisusanto.

Arus kas sendiri menjadi sumber kehidupan bagi setiap lini bisnis. Kemampuan untuk bisa mengelola pendapatan dan pengeluaran merupakan ilmu esensial dalam mengembangkan usaha apa pun. Ketika arus kas masuk lebih lambat daripada arus keluar (arus kas negatif), menjalankan dan mengembangkan bisnis akan menjadi sulit.

Application Information Will Show Up Here